Lapkas Insect Bite
Lapkas Insect Bite
PENDAHULUAN
1
Akibat dari gigitan serangga bisa menimbulkan gejala klinis yaitu :
bengkak, merah, dan rasa gatal pada area yang digigit. Apabila kulit yang
terinfeksi digaruk, dengan garukan yang kuat bisa menyebabkan infeksi sekunder
yaitu selulitis. Pencegahan pada gigitan serangga juga dibutuhkan yaitu penangkal
insekta (insect repellents). Akan tetapi, penangkal insekta ini tidak membunuh
insekta, tapi mencegah gigitan ataupun sentuhan pada kulit. Efektifnya penangkal
ini karena nontoksik, nonalergen, noniritan, tidak merusak pakaian, mudah
digunakan dan murah.4,5
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Insect bite ( gigitan serangga) adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan
dari serangga yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau allergen yang
dikeluarkan artropoda penyerang.1,4
Insect bite reaction (reaksi gigitan serangga) adalah reaksi yang disebabkan
oleh gigitan yang biasanya berasal dari bagian mulut serangga dan terjadi saat
serangga berusaha untuk mempertahankan diri atau saat serangga tersebut mencari
makanannya.4,3
2.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, American Association of Poison Control Center
(AAPCC) melaporkan terdapat 8.983 kasus paparan terhadap serangga pada
2016. Sekitar 590 di antaranya terdaftar sebagai reaksi sedang dan 16 reaksi yang
berat. Gigitan dan sengatan serangga mempunyai prevalensi yang sama diseluruh
dunia. Dapat terjadi pada iklim tertentu dan hal ini juga merupakan fenomena
musiman, meskipun tidak menutup kemungkinan kejadian ini dapat terjadi di
sekitar kita. Prevalensi antara pria dan wanita sama. Bayi dan anak-anak lebih
rentan terkena gigitan serangga dibandingkan orang dewasa. Salah satu faktor
yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini adalah lingkungan sekitar seperti
tempat mencari mata pencaharian yaitu perkebunan, persawahan dan lain-
lain.1,2,4,5
Inisiden pada gigitan serangga dapat mengenai semua umur, tetapi bayi dan
anak-anak lebih rentan terkena gigitan serangga dibandingkan dengan orang
dewasa dan frekuensi yang sama pada pria dan wanita. Dari literatur juga
menunjukkan bahwa lingkungan menjadi salah satu faktor, seperti perkebunan,
persawahan.4
3
3.2 Etiologi
Secara sederhana gigitan dan sengatan serangga dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu : Venomous (beracun) dan non-venomous (tidak beracun). Serangga yang
beracun biasanya menyerang dengan cara menyengat, misalnya tawon atau lebah.
Ini merupakan salah satu mekanisme pertahanan diri dengan cara menyuntikkan
racun atau bisa melalui alat penyengatnya. Sedangkan serangga yang tidak
beracun menggigit atau menembus kulit dan masuk menghisap darah, ini biasanya
yang menimbulkan rasa gatal.1,5
Ada 30 lebih jenis serangga tetapi hanya beberapa saja yang bisa
menimbulkan kelainan kulit yang signifikan. Kelas arthopoda yang melakukan
gigitan dan sengatan pada manusia terbagi atas :
1. Kelas Arachnida
a. Acarina
b. Araniae (Laba-laba)
c. Scorpionidae (Kalajengking)
3. Kelas Insekta
a. Anoplura (Pthyreus pubis, Pediculus humanus, Capitis et corporis)
b. Coleoptera (Kumbang)
c. Dipthera (Nyamuk dan Lalat)
d. Hemiptera (Kutu busuk)
e. Hymenoptera (Semut, Lebah dan Tawon)
f. Lepidoptera (Kupu-kupu)
4
Bedbug - Black widow Body louse Flea Fly Kissing bug
close-up spider
Dust mite Mosquito, Wasp Insect stings Brown recluse Black widow
adult feeding and allergy spider spider
on the skin
Stinger Flea bite - Insect bite Insect bites on Head louse, Head louse -
removal close-up reaction - the legs male female
close-up
Head louse Lice, body Body louse, Crab louse, Pubic louse- Head louse
infestation - with stool female and female male and pubic
scalp (Pediculus larvae louse
humanus)
Gambar 1. Macam-macam insekta4
2.4 Patogenesis
Gigitan atau sengatan serangga menyebabkan luka kecil. Kemudian, lesi yang
terjadi menyebabkan sistem imun tubuh bekerja sebagai respon terhadap benda
asing yang masuk (dalam hal ini gigitan atau sengatan serangga) dengan
mengeluarkan antibodi. Hipersensitivitas yang terjadi pada lesi terhadap kulit
akibat gigitan atau sengatan serangga melalui mediatornya yang disebut
immunoglobulin E (IgE). Akibat reaksi tersebut bisa memberikan rasa gatal dan
effloresensi berupa papul, nodul dan vesikel biasanya timbul +48 jam setelah
gigitan atau sengatan tersebut.1,2,3
5
Manifestasi tersebut merupakan suatu reaksi delayed hypersensitivity
(type IV cell-mediated immunity) melalui antigen selama gigitan tersebut.
Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan racun (bisa) yang tersusun dari
protein dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita.
Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak dilokasi yang
tersengat. Sengatan dan saliva adalah suatu komponen yang kompleks dari gigitan
serangga yang menyebabkan luka kecil. Reaksi awal yang berperan adalah
histamin, serotonin, formic acid atau kinin. Selanjutnya terjadi perlambatan reaksi
yang merupakan manifestasi tipikal dari respon imun dari host terhadap alergen
protein-aceous. Lesi juga timbul karena adanya toksin yang dihasilkan oleh
gigitan atau sengatan serangga. Nekrosis jaringan yang lebih luas dapat
disebabkan karena trauma endotel yang dimediasi oleh pelepasan neutrofil.
Spingomyelinase D adalah toksin yang berperan dalam timbulnya reaksi neutrofil.
Enzim hyluronidase yang juga ada pada racun serangga akan merusak lapisan
dermis sehingga dapat mempercepat penyebaran racun tersebut.4,5,6
Misalnya gigitan dari lebah, tawon, penyengat, dan semut api adalah bagian
dari Hymenoptera. Gigitan atau sengatan dari mereka dapat menyebabkan reaksi
yang cukup serius pada orang yang alergi. Kematian yang diakibatkan oleh
serangga 3-4 kali lebih sering dari pada kematian yang diakibatkan oleh sengatan
ular.5
6
Gambar 2. Eritematous akibat gigitan serangga1
Kulit yang terkena gigitan bisa rusak dan terinfeksi jika daerah yang terkena
gigitan tersebut terluka. Urtikaria papular juga bisa terjadi sementara,
gatal, dan lesi 1-4 mm, urtikaria, papul eritemaatous. Lesi sering terasa gatal dan
terdapat ekskoriasi dan papul karena garukan akibat gatal. Jika luka tersebut tidak
dirawat, maka akan mengakibatkan peradangan akut. Rasa gatal dengan bintik-
bintik merah dan bengkak, sesak napas, dan pingsan merupakan gejala dari reaksi
anafilaksis. Ini juga diakibatkan karena alergi pada gigitan serangga. Gigitan
serangga juga dapat mengakibatkan bengkak pada tenggorokan dan kematian
karena gangguan pernafasan.3,4,5
7
2.6 Diagnosis
a. Anamnesis
Kebanyakan pasien sadar dengan adanya gigitan serangga ketika
terjadi reaksi atau tepat setelah gigitan, namun paparannya sering tidak
diketahui kecuali terjadi reaksi yang berat atau berakibat sistemik. Pasien
yang memiliki riwayat tidak memiliki rumah atau pernah tinggal di tempat
penampungan mungkin mengalami paparan terhadap organisme, seperti
serangga kasur. Paparan dengan binatang liar maupun binatang peliharaan
juga dapat menyebabkan paparan terhadap gigitan serangga.1,4
b. Pemeriksaan fisik
Pada reaksi lokal, pasien mungkin akan mengeluh tidak nyaman,
gatal, nyeri sedang maupun berat, eritema, panas, dan edema pada jaringan
sekitar gigitan. Pada reaksi lokal berat, keluhan terdiri dari eritema yang
luas, urtikaria, dan edema pruritis. Reaksi lokal yang berat dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya reaksi sistemik serius pada paparan
berikutnya.1,2,3
Pada reaksi sistemik atau anafilaktik, pasien bisa mengeluhkan adanya
gejala lokal sebagaimana gejala yang tidak terkait dengan lokasi gigitan.
Gejala dapat bervariasi dari ringan sampai fatal. Keluhan awal biasanya
termasuk ruam yang luas, urtikaria, pruritus, dan angioedema. Gejala ini
dapat berkembang dan pasien dapat mengalami anxietas, disorientasi,
kelemahan, gangguan gastrointestinal, kram perut pada wanita,
inkontinensia urin atau alvi, pusing, pingsan, hipotensi, stridor, sesak, atau
batuk. Seiring berkembangnya reaksi, pasien dapat mengalami kegagalan
napas dan kolaps kardiovaskuler.3,4
8
c. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium jarang dibutuhkan. Namun, Pemeriksaan
laboratorium yang sesuai harus dilakukan apabila pasien mengalami
reaksi yang berat dan membutuhkan penanganan di rumah sakit atau
membutuhkan evaluasi akibat infeksi sekunder, seperti sellulitis.
Pemeriksaan darah lengkap untuk melihat eosinofil juga dapat dilakukan
tes tusuk dengan alergen tersangka.5
Tes serologi dapat membantu untuk diagnosis arthropod-borne
disease. Pemeriksaan mikroskopis dari apusan kulit dapat bermanfaat
pada diagnosis scabies atau kutu, namun tidak berguna pada kebanyakan
gigitan serangga. Pemeriksaan serologis mungkin berguna dalam
menentukan infeksi yang diakibatkan oleh vektor serangga, namun jarang
tersedia dan membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan
hasilnya.5
9
2.7 Diagnosis Banding:7,8
10
2.8 Penatalaksaan
b. Medikamentosa
11
Bolus intravena epinefrin (1:10.000) juga dapat dipertimbangkan
pada kasus berat. Begitu didapatkan respon positif, bolus tadi dapat
dilanjutkan dengan infus dicampur epinefrin yang kontinu dan
termonitor. 1,4,9
SELULITIS
12
5. Diagnosis Diagnosis selulitis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan klinis. Pada pemeriksaan klinis selulitis
ditemukan makula eritematous, tepi tidak meninggi, batas tidak
jelas, edema, infiltrat dan teraba panas, dapat disertai
limfangitis dan limfadenitis. Penderita biasanya demam dan
dapat menjadi septikemia
6. Penatalaksanaan Pada kasus selulitis tanpa mengeringkan luka dan abses maka
menjadi pilihan pengobatan adalah antibiotik golongan
betalaktam
Selulitis ringan yang dirawat secara rawat jalan. Pilihan
: dicloxacillin, amoxicillin, dan cephalexin
Klindamisin bisa menjadi pilhan untuk alergi penisilin
Antibiotik parenteral dengan waktu paruh yang panjang
(misalnya, ceftriaxone diikuti oleh agen oral)
2.10 Pencegahan5
1. Memakai pakaian yang menutupi badan dan ekstrimitas
2. Menggunakan insect repellent (penangkis serangga)
3. Binatang peliharaan dimandikan sampo yang mengandung insektisida
4. Debu disedot dengan vacuum cleaner dari karpet, kursi, dan alat
rumah tangga yang menjadi sarang serangga
2.11 Prognosis
Prognosis dari insect bite reaction bergantung pada jenis insekta yang
terlibat dan seberapa besar reaksi yang terjadi. Pemberian topikal berbagai
jenis analgetik, antibiotik, dan pemberian oral antihistamin cukup
membantu. Pemberian insektisida, mencegah pajanan ulang, dan menjaga
higienitas lingkungan juga perlu diperhatikan. Sedangkan untuk reaksi
sistemik berat, penanganan medis darurat yang tepat memberikan prognosis
baik.1
13
BAB III
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. ZZ
Umur : 7 tahun
Berat badan : 17 kg
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : belum bekerja
Pendidikan : SD
Tanggal masuk RS : 14 Maret 2019
No. RM : 168785
14
Untuk meringankan nyeri ibu memberikan minyak kayu putih dan
dibawa kedukun kampung. Kemudian dukun merendam tangan anak
dengan larutan garam dan beras sekitar 3 jam. Namun nyeri dan
bengkak semakin bertambah dan terasa gatal. Sehingga anak sering
memegang tangan yang sakit dan menggaruknya. Pasien tidak
mengeluhkan demam dan sesak napas, pasien mengalami penurunan
nafsu makan, dan tidak ada mual dan muntah serta diare. BAB dan
BAK tidak ada keluhan (normal). Pagi nya jam 08.00 WIB anak
dibawa ibunya ke puskesmas dan diberikan obat ibuprofen sirup
kemudian dokter puskesmas memberikan rujukan ke RSUD
bangkinang. Pada jam 11.40 anak di bawa kepoli anak dan dianjurkan
untuk rawat inap.
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien belum pernah mengalami sakit seperti ini dan tidak ada
riwayat digigit serangga berbisa sebelumnya. anak juga tidak memiliki
riwayat alergi.
e. Riwayat Kehamilan :
Ibu rutin ANC kedokter ataupun kebidan
Selama kehamilan ibu tidak ada masalah, seperti demam,
hipertensi, DM dan mengkomsumsi obat-obatan
Pasien anak ke 2 (kedua), lahir secara normal dan lahir
langsung menangis.
15
f. Riwayat Pengobatan :
Obat yang diberikan dari puskesmas sebelum anak di bawakan ke
RSUD yaitu : ibuprofen sirup : 200 mg/ 5 ml.
h. Riwayat Alergi :
Pasien tidak memiliki riwayat alergi tapi ibu dan kakak kandung
memiliki riwayat alergi
i. Riwayat Imunisasi :
Pasien sudah mendapatkan imunisasi lengkap
Vital Sign
- Tekanan darah : 100/60 mmHg
- Respirasi : 24 x /menit
- Nadi : 80 x /menit
- Suhu : 36,50C
-
Status Gizi
- Berat badan : 17 kg
- Tinggi badan : 124 cm
16
a. Status Generalis
Kepala
Bentuk : Normochepali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), Discharge (-), epistaksis
(-)
Mulut : Bibir kering (-), faring hiperemis (-), pembesaran
tonsil (T3/T2)
Telinga : Discharge (-), deformitas (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax :
Paru :
Inspeksi : Bentuk dada normal, gerakan dada simetris kanan-
kiri, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : Vokal fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi :
a. Saluran nafas
Suara napas bronkial (+), Wheezing (-/-),
b. Paru :
Suara napas vesikuler (+), Ronkhi (-/-),
Jantung :
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba dilinea midclavicularis sinistra SIC
V
Perkusi :Batas jantung kanan di RIC 4 linea parasternalis
dextra, batas jantung kiri di RIC 4 linea
midclavicularis sinistra.
Auskultasi : BJ I & II reguler, murmur (-), gallop (-)
17
Abdomen :
Inspeksi : Tampak datar, tidak ada scar
Palpasi : Supel (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba,
turgor baik
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Bising usus normal
Extremitas :
Superior dan inferior : Akral hangat, CRT < 3 detik,
edema tungkai bawah (-)
Genitelia : Normal
Anus : (+)
c. Status lokalis
18
b. Regio Dorsum Palmar dextra :
Pada regio Dorsum Palmar dextra, tampak makula eritema, bula,
vesikel dengan ukuran miliar-lentikular, sirkumskripta, regional.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah lengkap
19
IV. DIAGNOSIS KLINIS
Insect bite + selulitis
V. PENGOBATAN
Medikamentosa
- Infus : RL 40 gtt/menit (mikro)
- Injeksi : Cefotaxim 2 x 425 g/ 12 jam
Metilprednison 15 g/ 8 jam
VI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad kosmetikum : Dubia ad bonam
III.2. FOLLOW UP
No Tgl / Bulan Follow up
1. 14 Maret Rawatan hari 1
2019 S : Bengkak pada tangan sebelah kanan, nyeri dan kemerahan
hingga ke siku, nyeri terus menerus dan terasa panas. Tidak
terlihat adanya bekas gigitan. Sesak nafas (-), batuk (-),
pilek (-), demam (-), mual (-), muntah (-), mencret (-), kebas
pada tangan (-), BAB dan BAK tidak ada keluhan
20
Pemeriksaan lokalis :
- a. Regio ante brachii dextra : Pada regio antebrachii
dextra tampak makula eritema dengan ukuran plakat,
sirkumskripta, regional.
- b. Regio Dorsum Palmar dextra : Pada regio Dorsum
Palmar dextra, tampak makula eritema, bula, vesikel dengan
ukuran miliar-lentikular, sirkumskripta, regional.
21
O : - Tekanan darah : 100/60 mmHg
- Respirasi : 20 x /menit
- Nadi : 80 x /menit
- Suhu : 36,30C
Pemeriksaan lokalis :
22
3 16 Maret 2019 Rawatan hari ke 3
S : Bengkak pada tangan sebelah kanan berkurang, nyeri
dan kemerahan berkurang, gatal (+), vesikel (+), bula (+)
berisi cairan, sesak nafas (-), batuk (-), pilek (-), demam (-),
mual muntah (-), mencret (-), kebas pada tangan (-), BAB
dan BAK tidak ada keluhan
Pemeriksaan lokalis :
- Regio ante brachii dextra : Pada regio brachii dextra
tampak makula eritema dengan ukuran plakat,
sirkumskripta, regional.
- Regio Dorsum Palmar dextra : Pada regio antebrachii
dextra, tampak makula eritema, bula, vesikel dengan
ukuran miliar-lentikular, sirkumskripta, regional.
-
23
A: Insect bite + Selulitis
P:
Medikamentosa
- Infus : RL 40 gtt/menit (mikro)
- Injeksi : Cefotaxim 2 x 425 mg
Metilprednison 3 x 15 mg
Ranitidin 2 x 17,5 mg
- - Kompres Nacl selama 1 jam
3 x 1 ( pagi-siang-sore)
24
Pemeriksaan lokalis :
Regio antebrachii dextra : Pada regio antebrachii
dextra tampak makula eritema dengan ukuran plakat,
sirkumskripta, regional.
Regio Dorsum Palmar dextra : Pada regio Dorsum
Palmar dextra, tampak makula eritema, bula, vesikel
dengan ukuran miliar-lentikular, sirkumskripta, regional.
25
5 18 Maret 2019 S : Bengkak pada tangan sebelah kanan berkurang, nyeri
dan kemerahan (-) , gatal (-), vesikel (+), bula (+) berisi
cairan, sesak nafas (-), batuk (-), pilek (-), demam (-),
mual muntah (-), mencret (-), kebas pada tangan (-), BAB
dan BAK tidak ada keluhan
-
-
- Regio Dorsum Palmar dextra : Pada regio Dorsum
Palmar dextra, tampak bula, vesikel dengan ukuran
miliar-lentikular, sirkumskripta, regional.
26
Ranitidin 2 x 17,5 mg
- Kompres Nacl selama 1 jam
4 x 1 ( pagi-siang-sore)
- Pasien boleh pulang
- Edukasi
- untuk kompres tangan 3 x 1
( pagi-siang- malam)
- insect repellent (penangkis serangga)
27
BAB IV
ANALISA KASUS
28
Tindakan ibu yang kurang tepat, sebaiknya ibu melakukan kompres es
pada tangan untuk mengurangi bengkak dan tindakan anak yang menggarukkan
tangan ini dapat menjadi jalur masuknya bakteri kekulit yang dapat menyebabkan
infeksi seperti selulitis. Pasien tidak mengeluhkan demam dan sesak napas pasien
mengalami penurunan nafsu makan, dan menyangkal adanya mual dan muntah
serta diare. Hal ini ditanyakan untuk menilai apakah anak mengalami
hpersensitifitas berat seperti mual, muntah hingga sesak napas. Pagi nya jam
08.00 WIB anak dibawa ibunya ke puskesmas dan diberikan obat ibuprofen sirup
kemudian dokter puskesmas memberikan rujukan ke RSUD bangkinang.
Pemberian ibuprofen dapat mengurangi rasa nyeri pada tangan anak karena
ibuprofen nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID) bekerja dengan cara
menghambat kerja enzim siklooksigenase.5.9
Pasien belum pernah mengalami sakit seperti ini dan tidak ada riwayat
digigit serangga berbisa sebelumnya. anak juga tidak memiliki riwayat alergi.
Namun dikeluarga kakak dan ibu memiliki riwayat alergi, hal ini ditanya untuk
menilai kemungkinan adanya reaksi hipersensitifitas pada anak. Pada pemeriksaan
lokalis didapatkan Regio antebrachii dextra : pada regio antebrachii dextra
tampak makula eritema dengan ukuran plakat, sirkumskripta, regional. Regio ante
brachii dextra : Pada regio dorsum palmar dextra, tampak makula eritema, bula,
vesikel dengan ukuran miliar-lentikular, sirkumskripta, regional.1,5,9,10
Kemungkinan terjadinya selulitis pada anak yang merupakan komplikasi
dari insect bite, karena penanganan awal yang tidak tepat dan kebiasaan
menggaruk tangan yang gatal. Didukung dengan hasil pemeriksaan darah lengkap
yaitu leukositosis. Pada pemeriksaan penunjang yaitu darah lengkap untuk melihat
eosinofil didapatkan eosinofil tidak meningkat, pada penderita yang mengalami
alergi, infeksi parasit eosinofil akan meningkat. Pada penatalaksanaan anak
diberikan injeksi Cefotaxim 2 x 425 mg , cefotaxime adalah antibiotik betalaktam
golongan cephalosporin generasi ketiga yang bekerja menghambat sintesis
peptidoglikan serta mengaktifkan enzim autolisis pada dinding sel bakteri.
Dosis pada anak yaitu 50-100 mg/kgBB/hari dengan sediaan inj.1 gr/vial
29
kemudian pemberian metilprednison sebagai anti inflamasi dengan dosis pada
anak diberikan adalah 0,5-1,7 mg/kgbb/hari. Ranitidin digunakan untuk
mengurangi efek dari kortikosteroid yang digunakan sedangkan kompres Nacl
selama 1 jam untuk mengurangi pembekakan.1,2,3,9,10
30
BAB V
KESIMPULAN
Insect bite ( gigitan serangga) adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan
dari serangga yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau allergen yang
dikeluarkan artropoda penyerang. Insect bite ini sebabkan oleh filum Artropoda
kelas Insekta. Insekta memiliki tahap dewasa dengan karakter eksoskeleton yang
keras, 3 pasang kaki, dan tubuh bersegmen dimana kepala, toraks, dan
abdomennya menyatu.1,2,4
Insect bite reaction (reaksi gigitan serangga) adalah reaksi yang disebabkan
oleh gigitan yang biasanya berasal dari bagian mulut serangga dan terjadi saat
serangga berusaha untuk mempertahankan diri atau saat serangga tersebut mencari
makanannya. Gejala klinis pada pasien mungkin akan mengeluh tidak nyaman,
gatal, nyeri sedang maupun berat, eritema, panas, dan edema pada jaringan sekitar
gigitan. Pada reaksi lokal berat, keluhan terdiri dari eritema yang luas, urtikaria,
dan edema pruritis.1,4
Reaksi lokal yang berat dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya reaksi
sistemik serius pada paparan berikutnya. Pada reaksi sistemik atau anafilaktik,
pasien bisa mengeluhkan adanya gejala lokal sebagaimana gejala yang tidak
terkait dengan lokasi gigitan. Gejala dapat bervariasi dari ringan sampai fatal.
Keluhan awal biasanya termasuk ruam yang luas, urtikaria, pruritus, dan
angioedema.9,10
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Burn BD. Insect Bite. 2018 [ cited 2018 june 21]. Available from :URL:
https://emedicine.medscape.com/article/769067-overview
2. Perez E. Insect Bite and Stings. [online]. 2006 [cited 2018 june 21].
Available from: URL:http://www.umm.edu/ency/article/000033.htm
3. Elston DM. Insect Bite. [online]. 2007 [cited 2018 june 21]. Avalaible
from: URL: http://www.emedicine.com/derm/topic467.htm
6. Barry MD. Scabies Treatment & Management. 2018 [cited 2018 june 28].
Available from :URL: https://emedicine.medscape.com/article/769067-
overview
7. Wiryadi BE, Boediardja SA. Prurigo. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi ketujuh. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2016
8. Derlet RW, Riclmards JR. Cellulitis from insect bite.2003. The California
journal of emergency medicine. Vol.5 p27-30
10. Herchline TE. Cellulitis. 2018 [cited 2018 june 28]. Available from :URL:
https://emedicine.medscape.com/article/769067-overview
32