Anda di halaman 1dari 7

Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat

Vol.2, No.1, Februari 2018 Hal 15 – 21


ISSN 2528-4967 (print) dan ISSN 2548-219X (online)

Kader Kesehatan Sebagai Konselor Gizi Anak

Majestika Septikasari
STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap
Email: majestika86@gmail.com

ABSTRAK

Kurangnya asupan nutrisi yang adekuat tidak hanya berpengaruh pada terganggunya
pertumbuhan dan perkembangan anak tetapi lebih jauh dapat berdampak pada peningkatan risiko
kesakitan dan kematian anak. Pada tahun 2016 jumlah balita di Desa Slarang sebanyak 1056 balita
dan 63 (5,96%) diantaranya mengalami gizi kurang. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah
tersebut adalah melalui peran serta kader kesehatan. Namun dengan jumlah poyandu 11 posyandu
dan 55 kader kesehatan, peran kader dalam upaya promotif masih kurang. Observasi yang dilakukan
di 4 posyandu menunjukan kader hanya bertugas melakukan pencatatan dan penimbangan.
Berdasarkan wawancara diperoleh hasil kader merasa pengetahuan gizi anak masih kurang, belum
bisa melakukan konseling dengan benar dan tidak adanya buku pegangan kader. Kegiatan
pengabdian masyarakat telah dilaksanakan dengan hasil telah tersusun buku saku kader gizi. Jumlah
peserta sebanyak 19 kader, pengetahuan kader tentang gizi anak mengalami peningkatan dari rata-
rata 61,8 menjadi 93,7 dan telah dilakukan monitoring kegiatan untuk melihat keterampilan kader
dalam memberikan konseling gizi anak melalui kunjungan ke 6 posyandu dimana 11 kader yang
dilakukan evaluasi ketrampilan konseling gizi anak dengan daftar tilik dengan nilai lebih dari 70.

Kata kunci: gizi anak; kader; konseling

ABSTRAC

The lack of adequate nutrition supplies is not only causing the disruption of children's growth
and development but also increasing the risk of children’s morbidity and mortality. In 2016, the
number of children under five in Slarang Village are 1056 toddlers and 63 (5.96%) of them suffer
from malnutrition. One of the solutions is improving the role of health worker. But with the number
of 11 integrated health service center and 55 health workers, the promotive roles are less. The
observation conducted at 4 integrated health service center showed that health workers only
responsible for recording and weighing. Based on the interview, the health workers have lacked in
knowledge of children nutrition and skill of counseling, they also do not have health worker’s
manual book. Community service activates have been implemented and the health worker’s manual
book has been completed. The number of participants was 19 health workers, the knowledge about
children's nutrition had increased from 61,8 to 93,7 and health worker’s skill of children nutrition
counseling had been monitored by visiting 6 integrated health service center where the counseling
exam results of 11 health workers are more than 70.

Keywords: children nutrition, counseling, health worker

PENDAHULUAN dan perkembangan berlangsung


Usia balita (bawah lima tahun) dengan sangat cepat. Proses
merupakan masa yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak
proses tumbuh kembang manusia, yang berlangsung dengan cepat
dimana pada periode ini pertumbuhan membawa konsekuensi meningkatnya

Copyright © 2018, Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 15


http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Axiologiya/index
DOI: http://dx.doi.org/10.30651/aks.v2i1.1185
Majestika Septikasari /Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.1, Februari 2018 Hal 15 – 21

kebutuhan nutrisi yang adekuat 2011). Kader kesehatan merupakan


(Hartono, 2008). Asupan nutrisi yang garda terdepan dalam pelayanan
tidak adekuat dapat berdampak pada kepada masyarakat melalui Posyandu
menurunnya daya tahan tubuh anak karena kader kesehatan adalah orang
sehingga anak menjadi mudah yang paling memahami kondisi dan
terserang penyakit infeksi. Menurut kebutuh masyarakat di wilayahnya.
Rabbi & Karmaker (2014) gizi kurang Menurut Santoso, kader kesehatan
merupakan salah satu faktor yang yang dinamis dengan pendidikan rata-
secara signifikan berhubungan dengan rata tingkat desa ternyata mampu
peningkatan risiko penyakit infeksi melaksanakan beberapa hal yang
pernafasan akut, diare, campak dan sederhana namun berguna bagi
beberapa penyakit infeksi lainnya. masyarakat (Efendi & Mkhfudli,
Kondisi yang demikan akan semakin 2009).
memperburuk status gizi anak. Namun demikian dengan jumlah
Apabila hal tersebut terus berlangsung poyandu 11 posyandu dan 55 kader
maka risiko kematian pada anak akan kesehatan, peran kader dalam upaya
meningkat. Menurut World Health promotif masih sangat kurang. Hal
Organization (WHO) pada tahun 2002 tersebut tampak dari hasil pengamatan
sebanyak 54% kematian balita yang dilakukan terhadap kader di
disebabkan oleh gizi buruk (Putri et empat posyandu dimana kader hanya
al., 2015). bertugas melakukan pencatatan dan
Desa Slarang merupakan salah penimbangan. Berdasarkan
satu desa di wilayah Puskesmas wawancara, sebagain besar kader
Kesugihan Kabupaten Cilacap dengan memahami bahwa kader berwenang
jarak dari pusat kota sekitar 12 KM. untuk melakukan upaya promosi
Terdapat satu polindes dengan dua kesehatan salah satunya tentang gizi
bidan desa. Pada tahun 2016 jumlah anak. Meskipun begitu kader merasa
balita di Desa Slarang sebanyak 1056 enggan untuk melakukan penyuluhan
balita dan 63 (5,96%) diantaranya dikarenakan rasa ketergantungan pada
mengalami gizi kurang (Dinkes Kab. bidan desa dan adanya rasa tidak
Cilacap, 2016). Permasalahan gizi percaya diri terhadap kemampuannya
kurang pada anak tersebut dapat atasi dalam memberikan penyuluhan
salah satunya melalui meningkatkan tentang gizi anak. Rasa kurang percaya
kesadaran, kemauan, dan kemampuan diri tersebut disebabkan kader merasa
hidup sehat masyarakat sehingga perlu tidak cukup pengetahuan tentang gizi
adanya upaya preventif, promotif, anak. Hasil wawancara juga
penggerakan dan pemberdayaan menunjukan bahawa di desa Slarang
masyarakat. Kader kesehatan adalah belum pernah dilakukan kegiatan
salah satu bentuk keikutsertaan dengan tujuan meningkatkan
masyarakat dalam upaya peningkatan kemampuan kader dalam melakukan
derajat kesehatan (Kemenkes RI, penyuluhan tentang gizi anak dan

16
Majestika Septikasari /Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.1, Februari 2018 Hal 15 – 21

kader tidak memiliki buku pegangan kegiatan pelatihan diperlukan


sebagai bahan rujukan dalam instrumen yaitu buku saku sebagai
memberikan penyuluhan tentang gizi bahan acuan kader dalam memberikan
anak kepada masyarakat. Oleh karena informasi kepada masyarakat.
itu perlu adanya upaya untuk Berdasarkan uraian pendahuluan
meningkatkan keterampilan kader diatas maka permasalahan mitra,
dalam konseliling gizi anak melalui strategi dan luaran kegiatan tampak
kegiatan pelatihan. Untuk mendukung pada tabel berikut

Tabel 1. Permasalahan, Strategi dan Luaran Kegiatan


Permasalahan mitra Strategi Luaran
Tidak adanya buku Penyusunan buku saku Tersedianya buku saku kader
pegangan untuk kader gizi kader gizi anak
anak
Kurangnya pengetahuan Pemberian materi Meningkatnya pengetahuan
kader tentang gizi anak tentang gizi anak kader kesehatan tentang gizi
anak
Kurangnya keterampilan Pelatikan konselor Meningkatnya kemampuan
kader dalam melakukan kader gizi anak kader dalam memberikan
konseling gizi anak konseling gizi anak

METODE PENELITIAN Kader diberikan materi tentang


Kegiatan pengabdian kepada gizi anak, teknik konseling yang
masyarakat dengan judul “Kader baik, simulasi konseling gizi anak
Kesehatan Sebagai Konselor Gizi dan praktik melakukan konseling
Anak” dilakukan dalam beberapa gizi anak pada kelompok kecil.
tahap yaitu: Untuk memantau peningkatan
1. Tahap persiapan pengetahuan kader evaluasi yang
Kegiatan diawalai dengan digunakan adalah pre dan postest
persiapan meliputi koordinasi dengan menggunakan kuesioner
dengan kader desa Slarang, sedangkan untuk memantau
perijinan, persiapan alat dan peningkatan keterampilan
bahan, menyusun intrumen dan digunakan lembar daftar tilik
buku saku kader gizi anak 3. Tahap Monitoring evaluasi
2. Pelatihan Kader Tahap ini dilakukan setelah
Selanjutnya dilakukan alih kader mendapat pelatihan. Tahap
teknologi melalui pelatihan kader ini bertujuan untuk memantau
kesehatan. Metode yang hasil pelatihan sekaligus
digunakan dalam pelatihan adalah keberlanjutan kegiatan.
metode pembelajaran orang Monitoring dan evaluasi dilakukan
dewasa yaitu dinamika kelompok, pada kader dengan melakukan
ceramah tanya jawab dan simulasi. kunjungan pada posyandu. Kader

17
Majestika Septikasari /Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.1, Februari 2018 Hal 15 – 21

secara langsung diobservasi pada yang ditemui dalam pelaksanaan


saat melakukan konseling pada konseling dan bersama-sama
masyarakat. Pada tahap ini kader menemukan solusi dari setiap
diberikan kesempatan untuk dapat hambatan yang ditemui.
menelaah kesulitan atau hambatan
TAHAP I TAHAP II TAHAP III HASIL
Kegiatan rutin
Monitoring konseling gizi
Persiapan Pelatihan
Evaluasi anak pada
- Kordinasi - Pre test
- Kunjungan masyarakat
- Perijinan - Pelatihan
ke posyandu secara umum
- Penyusunan - Post tes
dan kelompok
instrumen sasaran secara
khusus

HASIL DAN PEMBAHASAN dimulai jam 08.00 sampai dengan jam


Kegiatan pengabdian kepada 15.00. Jumlah Peserta sebanyak 19
masyarakat dengan judul “Kader orang. Kegiatan yang meliputi:
Kesehatan Sebagai Konselor Gizi a. Registrasi peserta
Anak” dilaksanakan dari bulan Juli- b. Pengisian kuesioner pretest
September 2017 dengan rincain tentang gizi balita untuk
kegiatan sebagai berikut: mengukur pengetahuan sebelum
1. Minggu ke-1 sampai minggu ke-2 pelatihan. Hasil nilai rata-rata
bulan Juli 2017 mulai dilakukan pengetahuan kader adalah 61,8
proses koordinasi dan perizinan c. Penyampaian materi tentang gizi
2. Minggu ke-3 bulan Juli sampai balita yang di sampaikan oleh
dengan minggu ke-2 bulan Majestika Septikasari, S.ST.,
Agustus 2017, instrumen MPH. Metode yang digunakan
pengabdian meliputi materi adalah persentasi dan diskusi.
pelatihan, kuesioner, daftar tilik Alat dan bahan yang digunakan
konseling dan buku saku kader slide presentasi dan buku saku
gizi anak disusun kader gizi. Sesi ini merupakan
3. Minggu ke-3 bulan Agustus 2017 penjelasan dari buku saku kader
melakukan kordinasi dengan gizi yang nantinya digunakan
kader terkait pelaksanaan kader sebagai acuan dalam
pengabdian melakukan konseling gizi anak
4. Minggu pertama bulan September pada masyarakat.
melakukan kegiatan pelatihan d. Coffee break
kader e. Penyampaian materi tentang
Pelatihan kader dilaksanakan teknik konseling yang baik,
pada hari Rabu, 6 September 2017 disampaikan oleh Tribudiarti

18
Majestika Septikasari /Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.1, Februari 2018 Hal 15 – 21

S.ST., M.K.M. Metode yang h. Praktik konseling dalam


digunakan adalah persentasi dan kelompok kecil. Peserta dibagi
diskusi. Alat dan bahan yang dalam 5 kelompok kecil
digunakan slide presentasi. Pada kemudian peserta diberi
sesi ini dijelaskan cara-cara kesempatan untuk mempraktikan
melakukan konseling yang baik. cara melakukan konseling gizi
f. Isoma anak dengan baik dan anggota
g. Simulasi cara melakukan kelompok yang lain
konseling gizi anak. Pada sesi ini mengobservasi menggunkan
pemateri mensimulasikan cara daftar tilik.
melakukan konseling gizi nak i. Pengisian kuesioner post test
dengan baik dan peserta tentang gizi balita untuk
melakukan observasi mengukur pengetahuan setelah
menggunkan daftar tilik. Setelah pelatihan. Hasil nilai rata-rata
simulasi peserta diberi waktu pengetahuan kader adalah 93,7
untuk berdiskusi

Gambar 1. Kegiatan Pelatihan Kader Kesehatan Sebagai Konselor Gizi Anak

5. Minggu ke dua bulan September menggunakan daftar tilik dengan


2017 melakukan proses nilai yang lebih dari 70.
monitoring pelaksanaan konseling b. Tanggal 8 September telah
gizi balita yang dilakukan oleh dilakukan kegiatan monitoring di
kader dengan melakukan Posyandu Widuri 3 dan Widuri 10
kunjungan ke beberapa posyandu. terhadap 4 kader dimana hasil
a. Tanggal 7 September dilakukan evaluasi kader telah cukup
kegiatan monitoring di Posyandu kompeten terlihat dari penilaian
Widuri 4 dan Widuri 9 dimana 4 dengan menggunakan daftar tilik
kader telah cukup kompeten dalam dengan nilai yang lebih dari 70.
melakukan konseling gizi anak c. Tanggal 9 September 2017
terlihat dari penilaian dengan dilakukan kegiatan monitoring di

19
Majestika Septikasari /Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.1, Februari 2018 Hal 15 – 21

Posyandu Widuri 1 dan Widuri 8 berkomitmen untuk aktif melakukan


dimana 3 kader telah cukup konseling gizi balita dan adanya
kompeten dalam melakukan kesepakatan untuk dilakukan
konseling gizi anak terlihat dari monitoring pelaksanaan konseling gizi
penilaian dengan menggunakan balita oleh kader pada tiap posyandu.
daftar tilik dengan nilai yang lebih Setelah dilakukan pelatihan,
dari 70. pengetahuan kader tentang gizi anak
Pelaksanaan kegiatan mengalami peningkatan dari rata-rata
pengabdian masyarakat dengan judul 61,8 menjadi 93,7. Berdasarkan hal
“Kader Kesehatan Sebagai Konselor tersebut maka kegiatan pelatihan
Gizi Anak” sudah terlaksana sesuai cukup efektif untuk meningkatkan
dengan perencanaan. Dengan hasil pengetahuan kader. Evaluasi
telah tersusun buku saku kader gizi keterampilan kader dalam
anak yang dapat digunakan oleh kader memberikan konseling gizi anak
sebagai bahan pegangan dalam dilakukan dalam kelompok kecil dan
melakukan konseling gizi anak. dilakukan hanya dilakukan sampel
Peserta yang diharapkan datang penilaian. Hal tersebut dikarenakan
sebanyak 22 orang dengan rincian 2 waktu yang tidak mencukupi apabila
kader/posyandu. Namun dalam dilakukan evaluasi pada setiap peserta.
pelaksanaan kader yang hadir Untuk mengatasi keterbatasan tersebut
sebanyak 19 orang namun demikian, maka dilakukan monitoring kegiatan
setiap posyandu minimal terdapat 1 dengan melakukan kunjungan
kader yang datang sebagai perwakilan. kebeberapa posyandu setelah kegiatan
Hal ini bertujuan agar setiap posyandu pelatihan. Hal tersebut tidak hanya
terdapat minimal satu kader yang telah untuk melihat kemampuan kader
terpapar kegiatan sehingga diharapkan dalam melakukan konseling gizi balita
dapat memberikan informasi kepada tetapi juga untuk melihat
kader yang lain dalam posyandunya. keberlangsungan kegiatan.
Pada akhir acara pelatihan, kader

Tabel 1. Hasil Pre Test Dan Post Test Pengetahuan Kader Tentang Gizi Anak
No Peserta Pretest Post Test No Peserta Pretest Post Test
1 66,7 100 11 53,3 93,3
2 60 100 12 60 93,3
3 53,3 93,3 13 53,3 86,7
4 60 93,3 14 60 100
5 73,3 86,7 15 53,3 93,3
6 66,7 93,3 16 60 93,3
7 60 100 17 66,7 93,3
8 60 100 18 73,3 86,7
9 66,7 93,3 19 66,7 86,7
10 60 93,3 Rata-rata 61,8 93,7
Sumber: Data primer 2017

20
Majestika Septikasari /Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.1, Februari 2018 Hal 15 – 21

Dalam melakukan konseling DAFTAR PUSTAKA


gizi anak, kader sudah menggunakan Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap,
buku saku sebagai media dalam 2016. Profil Kesehatan
Kabupaten Cilacap Tahun
konseling. Berdasarkan wawancara
2016.
kader merasa terbantu dengan adanya Efendi, F., Makhfudli, 2009.
buku saku kader gizi anak. Hal Keperawatan Kesehatan
tersebut dikarenakan informasi pada Komunitas Teori dan Praktik
buku saku cukup lengkap, jelas, dalam Keperawatan. Jakarta:
singkat dan disertai gambar serta Salemba Medika.
contoh menu makanan pada setiap Hartono 2008. Tumbuh Kembang
Anak dan Remaja, Jakarta:
tahap usia anak. Berdasarkan hasil
Sagung Seto.
monitoring evaluasi dengan Kementrian Kesehatan Republik
melakukan kunjungan ke 6 poyandu Indonesia, 2011. Kader
diperoleh hasil obesrvasi seluruh kesehatan Posyandu Menuju
kader telah cukup kompeten Keluarga Sadar Gizi.
melakukan konseling gizi anak Putri RF, Sulastri D, Lestari Y, 2015.
dengan menggunakan media buku Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Status
saku kader. Beberapa hambatan yang Gizi Anak Balita di Wilayah
ditemui selama melakukan konseling Kerja Puskesmas Nanggalo
antara lain rasa kurang percaya diri Padang. Jurnal Kesehatan
dan merasa belum terbiasa. Meskipun Andalas; 4 (1): 254-261.
begitu kader menyadari dengan Rabbi AMF and Karmaker SC, 2014.
semakin sering melakukan konseling Determinants of Child
Malnutrition in Bangladesh – A
gizi anak maka hambatan tersebut
Multivariate Approach. Asian
lambat laun akan teratasi. Journal of Medical Sciences; 6
(2): 85-90.
SIMPULAN
Kegiatan pelatihan kader
kesehatan sebagai konselor gizi anak
efektif meningkatkan pengetahuan
kader tentang gizi anak dan mampu
meningkatkan keterampilan kader
dalam melakukan konseling tentang
gizi anak. Adanya buku saku kader
gizi anak dapat membantu kader
dalam melakukan konseling karena
dalam buku saku tersebut terdapat
materi yang dikemas dengan singkat,
jelas dan disertai berbagai gambar
ilustrasi yang memudahkan kader
dalam menggunakan buku tersebut.

21

Anda mungkin juga menyukai