menamakan suatu perlombaan pacuan sapi. Kata karapan berasal dari kata kerap atau
Ada pula anggapan lain yang menyebutkan bahwa kata kerapan berasal dari Bahasa
Arab “kirabah” yang berarti persahabatan. Disebut kerapan sapi karena dua pasang sapi
jantan diadu cepat larinya sejauh jarak tertentu. Setiap satu pasang sapi dikendalikan
pemenang.
pertanian yang luas di Madura. Tanah-tanah pertanian itu dikerjakan dengan bantuan
yang memelihara ternak, maka lama kelamaan muncullah pertunjukan kerapan sapi.
Ada dugaan bahwa kerapan sapi sudah ada di Madura sejak abad ke 14. Berdasarkan
cerita yang berkembang di Madura, keberadaan kerapan sapi tak bisa dilepaskan dari
figure Kyai Ahmad Baidawi (yang dikenal dengan sebutan Pangeran Katandur), salah
Sembilan wali yang berpengaruh dalam penyebaran Islam di tanah Jawa. Kyai Baidawi
ini pada jaman dulu telah memanfaatkan kerapan sapi sebagai sarana untuk
mengadakan penjelasan tentang agama Islam. Oleh sebab itu ajaran-ajarannya yang
filosofis dihubungkan dengan posisi sapi kanan (panglowar) dan sapi kiri (pangdalem)
yang harus berjalan seimbang agar jalannya tetap “lurus”, agar manusia pun dapat
berjalan lurus.
yang kemudian dilanjutkan oleh putranya, Adi Poday. Sang putra lama mengembara di
Sapudi sehingga pertanian semakin maju. Karena pertanian sangat maju pesat, maka
dalam menggarapa lahan itu para petani seringkali berlomba-lomba untuk
menyelesaikan pekerjaan itu akhirnya menimbulkan semacam olahraga atau lomba adu
DAFTAR PUSTAKA
Progres Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1991. Aneka Ragam
Kosim, Mohammad. 2007. Kerapan Sapi; ‘Pesta’ Rakyat Madura (Perspektif Historis-
Normatif). Vol. XI, No. 1.