Salah satu jenis layanan bimbingan dan konseling yang diterapkan disekolah adalah
layanan bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok merupakan layanan yang diselenggarakan
dalam suasana kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang meliputi segenap
bidang bimbingan (Mugiarso, 2007 : 69). Sedangkan menurut Prayitno dan Amti (2004 : 309)
bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok.
Sehingga dengan dilaksanakannya layanan bimbingan kelompok, siswa dapat memperoleh
pengalaman, pengetahuan dan informasi yang berkaitan dengan perilaku sosial siswa di sekolah.
Menurut Gazda sebagaimana dikutip oleh Prayitno (2004: 309), bahwa bimbingan kelompok di
sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka
menyusun rencana keputusan yang tepat. Bimbingan kelompok memiliki nilai yang khas, karena
layanan ini memanfaatkan dinamika dalam kelompok selama proses layanan dilaksanakan.
Sedangkan menurut Prayitno (1995: 62) bimbingan kelompok berarti memanfaatkan dinamika
untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling.
Bimbingan kelompok lebih merupakan suatu upaya bimbingan kepada individu-individu
melalui kelompok. Alasan kenapa menggunakan layanan bimbingan kelompok adalah karena
tidak dapat dipungkiri, pengaruh teman sebaya kepada seorang anak begitu tinggi. Bahkan,
sering kali lebih tinggi dibandingkan dengan pengaruh kedua orang tuanya atau guru-gurunya
(Mifzal, 2012: 20). Melalui pemberian layanan bimbingan kelompok tersebut siswa diarahkan
untuk mengikuti kegiatan diskusi kelompok. Karena bimbingan kelompok merupakan sarana
untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa. Layanan bimbingan kelompok
mengutamakan perkembangannya kemampuan komunikasi dan sosialisasi. Kemampuan
komunikasi dan sosialisasi sangat penting dimiliki oleh siswa agar siswa dapat bersikap aktif dan
sehingga dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan baik. Bimbingan kelompok
mengandung unsur dinamika kelompok atau kehidupan kelompok.
Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik secara mendalam
akan medorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, keaktifan dan sikap yang
menunjang diwujudkannya dalam tingkah laku yang lebih efektif, siswa sebagai anggota
kelompok saling berinteraksi, saling mengungkapkan pendapatnya membahas topik yang ada
dalam bimbingan kelompok sehingga keaktifan dari siswa sangat dibutuhkan dalam
melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok. Melalui layanan bimbingan kelompok keaktifan
siswa dapat terbina dan berkembang. Dengan layanan bimbingan kelompok diharapkan siswa
dapat mengikuti diskusi dengan baik. Sebab yang mendasari siswa mengalami kesulitan dalam
diskusi kelompok antara lain karena kurangnya kemampuan dalam berkomunikasi serta
bersosialisasi.
.
Bimbingan Kelompok
Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara
perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam
bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan social, kehidupan belajar, dan perencanaan
karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang
berlaku. Terdapat sembilan layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada individu di
sekolah yang menunjang serta membantu mengoptimalkan pribadi siswa.
Sembilan layanan bimbingan dan konseling yang ada di sekolah terdiri dari layanan
orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan konten,
layanan konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok,
layanan konsultasi, dan layanan mediasi. Berkaitan dengan layanan bimbingan dan konseling,
secara khusus tulisan ini membahas layanan bimbingan kelompok.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari bimbingan kelompok adalah
untuk melatih individu bersikap terbuka, mampu berbicara dihadapan orang banyak, melatih
siswa agar dapat mengambil sikap, bertanggungjawab, mengambil keputusan, siswa mampu
mengembangkan perasaan, pikiran, serta memunculkan tingkah laku baru yang lebih efektif
sebagai fungsi pencegahan agar siswa tidak mengalami permasalahan yang menjadi topik dalam
bahasan bimbingan kelompok.
Menurut Wibowo (2005: 163), fungsi utama bimbingan dan konseling yang didukung
oleh layanan bimbingan kelompok ialah fungsi pemahaman dan pengembangan. Fungsi
pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang menghasilkan pemahaman peserta didik
terhadap diri sendiri dan pemahaman terhadap lingkungan sosial peserta didik.
Fungsi pengembangan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
terpelihara dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam
rangka pengembangan dirinya secara mantap berkelanjutan. Layanan bimbingan kelompok harus
dipimpin oleh pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok adalah konselor yang terlatih dan
berwenang menyelenggarakan praktik pelayanan bimbingan dan konseling (Tohirin, 2007: 170).
Untuk menjalankan tugas dan kewajiban profesionalnya, pemimpin kelompok adalah sesorang
yang (1) mampu membentuk kelompok dan mengarahkannya sehingga terjadi dinamika
kelompok dalam suasana interaksi antara anggota kelompok yang bebas, terbuka, dan
demokratik, konstruktif, saling mendukung dan meringankan beban, menjelaskan, memberikan
pencerahan, memberikan rasa nyaman, menggembirakan, dan membahagiakan, serta mencapai
tujuan bersama kelompok, (2) berwawasan luas dan tajam sehingga mampu mengisi,
menjembatani, meningkatkan, memperluas, dan mensinergikan konten bahasan yang tumbuh
dalam aktifitas kelompok, dan (3) memiliki kemampuan hubungan antar-personal yang hangat
dan nyaman, sabar dan memberi kesempatan, demokratis dan kompromistik dalam mengambil
kesimpulan dan keputusan, tanpa memaksakan dalam ketegasan dan kelembutan, jujur dan tidak
berpura-pura, disiplin dan kerja keras.
Dalam mengarahkan suasana kelompok melalui dinamika kelompok, pemimpin kelompok
berperan dalam pembentukan kelompok dari sekumpulan peserta (terdiri atas 8-10 orang),
sehingga terpenuhi syarat-syarat kelompok yang mampu secara aktif mengembangkan dinamika
kelompok, yaitu: (1) terjadi hubungan antar-anggota kelompok, (2) tumbuhnya tujuan bersama di
antara anggota kelompok, (3) berkembangnya itikad dan tujuan bersama untuk mencapai tujuan
kelompok, (4) terbinanya kemadirian pada diri setiap anggota kelompok, dan (5) terbinanya
kemandirian kelompok.
b. Anggota Kelompok
Tanpa anggota tidaklah mungkin ada kelompok. Kegiatan ataupun kehidupan kelompok itu
sebagian besar didasarkan atas peranan para anggotanya. Peranan kelompok tidak akan terwujud
tanpa keikutsertaan secara aktif para anggota kelompok. Peranan anggota kelompok agar
dinamika kelompok dapat terwujud yaitu:
1) membantu terbinanya suasana lebih akrab dalam hubungan antar anggota kelompok,
2) mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok,
3) berusaha agar apa yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama,
4) membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik,
5) benar-benar berusaha secara aktif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok,
6) mampu berkomunikasi secara terbuka,
7) berusaha membantu anggota lain,
8) memberi kesempatan kepada anggota lainnya juga untuk menjalankan peranannya,
dan
9) menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu (Prayitno, 1995: 32).
.
Untuk terselenggarakannya bimbingan kelompok seorang konselor yang memiliki persyaratan
sebagaimana tersebut di atas. Besarnya kelompok (jumlah anggota kelompok) serta homogenitas
dan heterogenitas anggota kelompok dapat mempengaruhi kinerja kelompok. Keanggotaan
merupakan salah satu unsur pokok dalam proses kehidupan kelompok.
c. Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang
mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain. Dengan
kata lain, antar anggota kelompok mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung dalam
situasi yang dialami secara bersama-sama. Kesimpulan pengertian dinamika kelompok
merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua individu atau lebih yang teratur dan
memiliki hubungan yang jelas secara psikologis yang berlangsung dalam situasi bersama
(Santosa, 2004: 05).
Dinamika kelompok adalah suatu studi yang menggambarkan berbagai kekuatan yang
menentukan perilaku anggota dan perilaku kelompok yang menyebabkan terjadinya gerak
perubahan dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Kesimpulan
dari pengertian dinamika kelompok yang telah dijelaskan tadi, bahwa dinamika kelompok
merupakan gambaran kekuatan yang menentukan perilaku anggota kelompok yag memunculkan
perubahan dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan (Mungin,
2005: 61)
Dinamika kelompok analisis dan relasi-relasi kelompok sosial, yang berdasarkan prinsip bahwa
tingkah laku dalam kelompok itu adalah hasil interaksi yang dinamis antara individu dalam
situasi sosial. Kesimpulan dari pengertian dinamika kelompok di atas dapat disimpulkan bahwa
dinamika kelompok mengemukakan mengenai analisis dari relasi-relasi dalam suatu kelompok
sosial dengan adanya suatu prinsip bahwa tingkah laku manusia terbentuk dari kelompok itu
karena adanya interaksi yang dinamis antara individu dan individu lain (Mungin, 2005: 62)
Dinamika Kelompok adalah kekuatan didalam kelompok yang menentukan perilaku kelompok
dan anggotanya, agar tercapai tujuan kelompok. Kesimpulan dari definisi dinamika kelompok
yang telah dijelaskan tadi bahwa dinamika kelompok merupakan sebuah kekuatan di dalam
kelompok yang nantinya akan menentukan perilaku para anggota dalam rangka mencapai tujuan
telah ditetapkan oleh kelompok tersebut (Mungin Eddy, 2005: 62).
Dinamika kelompok merupakan sinergi dari semua faktor yang ada dalam suatu kelompok;
artinya merupakan pengerahan secara serentak semua faktor yang dapat digerakkan dalam
kelompok itu. Dengan demikian, dinamika kelompok merupakan jiwa yang menghidupkan dan
menghidupi suatu kelompok (Mungin dalam Prayitno, 1995: 23).
Dalam bimbingan kelompok dinamika kelompok dengan sengaja ditumbuh-kembangkan.
Dinamika kelompok mengarahkan anggota kelompok untuk melakukan hubungan interpersonal
satu sama lain. Jalinan hubungan interpersonal ini merupakan wahana bagi para anggota untuk
saling berbagi pengetahuan, pengalaman bahkan perasaan satu sama lain sehingga
memungkinkan terjadinya proses belajar di dalam kelompok.
Jadi dinamika kelompok merupakan interaksi dan interdepensi antar anggota kelompok yang
satu dengan yang lain kekuatan-kekuatan sosial yang membentuk sinergi dari semua faktor yang
ada di dalam kelompok yang menyebabkan adanya suatu gerak perubahan dan umpan balik
antara anggota dengan kelompok secara keseluruhan.
d. Besarnya Kelompok
Kelompok yang terlalu kecil, misalnya 2-3 orang akan mengurangi efektifitas bimbingan
kelompok. Disamping itu dampak layanan juga terbatas, karena hanya diperoleh oleh 2-3 orang
saja. Sebaliknya, kelompok yang terlalu besar juga kurang efektif. Karena jumlah peserta yang
terlalu banyak, maka partisipasi aktif individual dalam dinamika kelompok menjadi kurang
intensif. Kekurang-efektifan kelompok akan mulai terasa jika jumlah anggota kelompok
melebihi 10 orang.
e. Homogenitas/heterogenitas Kelompok
Perubahan yang intensif dan mendalam memerlukan sumber-sumber yang bervariasi. Dengan
demikian, layanan bimbingan kelompok memerlukan anggota kelompok yang dapat menjadi
sumber-sumber bervariasi untuk membahas suatu topik atau memecahkan masalah tertentu.
Dalam hal ini, anggota yang homogen kurang efektif dalam bimbingan kelompok. Sebaliknya
anggota yang heterogen akan menjadi sumber yang lebih kaya untuk pencapaian tujuan layanan.
f. Waktu dan Tempat
Layanan bimbingan kelompok dapat diselenggarakan kapan saja, sesuai dengan kesepakatan
antara pemimpin kelompok dan para anggota kelompok, baik terjadwal maupun tidak terjadwal.
Seiring dengan waktunya, bimbingan kelompok diselenggarakan di tempat-tempat yang cukup
nyaman bagi para peserta, baik di dalam ruang maupun di luar ruangan. Mereka duduk dengan
membentuk sebuah lingkaran di kursi atau bersila mengikuti kondis yag ada. Waktu
penyelenggaraan untuk setiap kali penyelenggaraan (satu sesi) layanan bimbingan kelompok
sekitar 1-2 jam. Banyaknya sesi untuk penyelenggaraan layanan bimbingan kelompok tergantung
pada keperluan dan kesepakatan yang tersedia.
.
7. Pentingnya Dinamika Kelompok
Kelompok yang baik adalah kelompok yang memiliki semangat tinggi, terciptanya kerjasama
yang baik antar anggota kelompok, dan saling percaya antar anggota kelompok. Beberapa faktor
tersebut dipengaruhi oleh dinamika yang tumbuh didalam kelompok tersebut. Seperti yang
dijelaskan oleh Prayitno (1994: 2) bahwa dinamika kelompok sebagai kekuatan yang mendorong
kehidupan kelompok itu, dengan kata lain dinamika kelompok menjadikan kelompok berjalan
dengan baik dan efektif.
Prayitno menjelaskan perwujudan nyata dari dinamika kelompok dalam bimbingan kelompok
yaitu sebagai berikut.
……
Para peserta yang secara langsung terlibat dan menjalani dinamika kelompok dalam
bimbingan kelompok akan mendapat tujuan ganda yaitu; mendapat kesempatan
untuk memperkembangkan diri untuk diperolehnya kemampuan-kemampuan sosial
seperti dikemukakan disatu segi, dan disegi lain diperoleh berbagai pengalaman,
informasi, wawasan, pemahaman, nilai dan sikap, serta berbagai alternatif yang akan
memperkaya dan mungkin bahkan dapat mereka praktikan. Perolehan yang
mengandung unsur-unsur kognitif, afektif,konatif, dan kemampuan-kemampuan
tertentu dapat dicapai melalui pembahasan dan pendalaman masalah-masalah atau
topik yang bersifat umum (1994: 67).
.
Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang
memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat
berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama. Dinamika kelompok juga dapat
didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak,
berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah.
Proses dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi yang masuk ke dalam kelompok
dengan latar belakang yang berbeda-beda, belum mengenal antar individu yang ada dalam
kelompok. Mereka membeku seperti es. Individu yang bersangkutan akan berusaha untuk
mengenal individu yang lain. Es yang membeku lama-kelamaan mulai mencair, proses ini
disebut sebagai ice breaking.
Setelah saling mengenal, dimulailah berbagai diskusi kelompok, yang kadang diskusi bisa
sampai memanas, proses ini disebut storming. Storming akan membawa perubahan pada sikap
dan perilaku individu, pada proses ini individu mengalami forming. Dalam setiap kelompok
harus ada aturan main yang disepakati bersama oleh semua anggota kelompok dan pengatur
perilaku semua anggota kelompok, proses ini disebut norming. Berdasarkan aturan inilah
individu dan kelompok melakukan berbagai kegiatan, proses ini disebut performing.
.
8. Tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok
Kegiatan bimbingan kelompok berlangsung dalam beberapa tahap. Prayitno
mengemukakan ada empat tahap kegiatan yang perlu dilalui dalam kegiatan bimbingan
kelompok yaitu:
1) tahap pembentukan, yaitu tahapan untuk membantuk kerumunan sejumlah
individu menjadi satu kelompok yang siap mengembangkan dinamika
kelompok dalam mencapai tujuan bersama,
2) tahap peralihan, yaitu tahapan untuk mengalihkan kegiatan awal kelompok ke
kegiatan berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok,
3) tahap kegiatan, tahapan “kegiatan inti” untuk membahas topik-topik tertentu,
dan
4) tahap pengakhiran, yaitu tahapan akhir kegiatan untuk melihat kembali apa
yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok, serta merencanakan
kegiatan selanjutnya (2004: 18).
.
Menurut Prayitno proses kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas tahap pembentukan, tahap
peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran.
a. Tahap Pembentukan
Tahap pembentukan ini merupakan tahap pengenalan, tahap perlibatan diri atau tahap
memasukan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pemimpin kelompok dan
para anggota kelompok saling memperkenalkan diri. Kemudian pemimpin kelompok
memberikan penjelasan tentang asas kerahasiaan, kesukarelaan, kegiatan, keterbukaan dan
kenormatifan akan membantu masing-masing anggota kelompok untuk mengarahkan peranan
diri sendiri terhadap anggota lainnya dan pencapaian tujuan bersama.
Dalam tahap ini pemimpin kelompok perlu memusatkan usahanya pada (1) penjelasan tentang
tujuan kegiatan, (2) penumbuhan rasa saling mengenal antar anggota, (3) penumbuhan sikap
saling mempercayai dan saling menerima, dan (4) dimulainya pembahasan tentang tingkah laku
dan suasana perasaan dalam kelompok.
b. Tahap Peralihan
Tahap yang kedua dalam bimbingan kelompok adalah tahap peralihan. Tahap ini disebut juga
sebagai tahap transisi, yaitu masa setelah pembentukan dan sebelum masa kerja (kegiatan). Pada
tahap ini pemimpin kelompok menjelaskan peranan para anggota kelompok dalam “kelompok
bebas” ataupun “kelompok tugas”, kemudian pemimpin kelompok menawarkan apakah anggota
kelompok sudah siap untuk memulai kegiatan selanjutnya. Tugas pemimpin kelompok dalam
tahap peralihan ini adalah membantu para anggota untuk mengenali dan mengatasi berbagai
macam hambatan, rasa gelisah, rasa enggan. Setelah itu pemimpin kelompok mengajak anggota
kelompok yang telah siap untuk segera memasuki tahap kegiatan.
c. Tahap Kegiatan
Tahap ini merupakan pusat dari kegiatan bimbingan kelompok. Dalam tahap ini suasana
interaksi antar anggota kelompok mulai tumbuh dengan baik. Para anggota bersikap saling
menerima satu sama lain, saling menghormati, saling berusaha untuk mencapai suasana
kebersamaan.
Dalam tahap kegiatan para anggota mencoba untuk membicarakan suatu permasalahan yang
nyata dialami oleh mereka. Pemimpin kelompok bertugas untuk mengamati dan menentukan
arah dan tujuan apa yag diinginkan dari permasalahan yang mereka bicarakan.
d. Tahap Pengakhiran
Pada tahap pengakhiran, kegiatan kelompok dipusatkan pada pembahasan dan penjelasan
mengenai bagaimana mentransfer apa yang telah dipelajari anggota dalam kelompok ke dalam
kehidupannya di luar lingkungan kelompok. Peranan pemimpin kelompok di sini adalah
memberikan pengetahuan terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh masing-masing anggota
kelompok. Setelah itu barulah pemimpin kelompok memberitahukan bahwa kegiatan akan segera
diakhiri. Pemimpin kelompok bersama dengan anggota kelompok menyimpulkan hasil dari
bimbingan kelompok dan memberikan kesan dan pesan selama mengikuti kegiatan bimbingan
kelompok (Prayitno, 1995:40).
Sementara itu, menurut Romlah (2001: 68-83), tahap pelaksanaan bimbingan kelompok terbagi
atas beberapa tahap, yaitu tahap orientasi, tahap terminasi, tahap produktifitas, tahap mengatasi
pertentangan-pertentangan dalam kelompok dan tahap pembinaan norma dan tujuan kelompok.
Tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Tahap orientasi
Tahap orientasi atau tahap penciptaan rasa aman adalah tahap awal kelompok dimana para
anggota kelompok merasa tidak aman, cemas berada dalam situasi baru, dan ingin mengetahui
apa yang akan terjadi dalam kelompok. Tujuan utama tahap orientasi adalah untuk saling
mengenal dan mengetahui identitas masing-masing anggota kelompok dan mengembangkan
kepercayaan kelompok.
b. Tahap pembinaan norma dan tujuan kelompok
Tahap pembinaan norma dan tujuan kelompok merupakan tahap yang penting dalam
mengembangkan kelompok, karena akan memberikan arahan dan perkembangan kelompok
menjadi produktif, interaksi anggota lebih lancar.
c. Tahap mengatasi pertentangan dalam kelompok
Tahap ketiga dalam perkembangan kelompok merupakan tahap mulai timbulnya pertentangan-
pertentangan dalam kelompok yaitu adanya usaha menentang pemimpin kelompok. Setelah
anggota kelompok saling mengenal dan telah bekerja bersama dalam komunikasi secara lebih
terbuka dan langsung maka pertentangan-pertentangan akan bertambah. Disini dituntut agar
pemimpin kelompok mampu mengatasi pertentangan-pertentangan tersebut.
d. Tahap produktivitas
Tahap produktifitas dalam perkembangan kelompok adalah tahap dimana kelompok telah
tumbuh menjadi suatu tim yang produktif dan telah mempraktikan keterampilan-keterampilan
dan sikap. Sikap yang diperlukan untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Ciri yang
paling penting dalam tahap ini adalah bahwa perhatian anggota kelompok mulai terbagi antara
penyelesaian tugas-tugas kelompok dengan meningkatkan hubungan antar pribadi. Ciri lain pada
tahap ini adalah bertambahnya keintiman hubungan antara anggota kelompok dengan pemimpin
kelompok.
e. Tahap pengakhiran kelompok atau tahap terminasi
Merupakan tahap dimana anggota kelompok akan meninggalkan kelompok karena kegiatan
kelompok sudah berakhir, waktu dalam terminasi kelompok berbeda-beda. Pada tahap terminasi
kegiatan yang dilakukan antara lain rangkuman kegiatan, saling bertukar pesan, pesan-pesan
positif dari anggota kelompok diberikan kepada anggota yang mempunyai permasalahan dalam
kelompok tersebut.
.
9. Teknik-teknik Bimbingan Kelompok
Kegiatan bimbingan kelompok dilaksanakan melalui beberapa tahap yang telah dijelaskan.
Tatap-tahap tersebut merupakan hal yang harus diperhatikan sehingga kegiatan bimbingan
kelompok dapat berjalan dengan baik dan teratur. Selain memperhatikan tahap-tahap tersebut,
perlu pula memperhatikan teknik-teknik dalam pelaksanaannya. Winkel (2004: 470),
menyatakan bahwa salah satu teknik dalam bimbingan kelompok adalah sosiodrama
sebagaimana dikutip dalam kalimat berikut “sosiodrama merupakan salah satu teknik dalam
bimbingan kelompok yaitu role playing atau teknik bermain peran dengan cara
mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial.
Romlah (2001: 87), menyatakan bahwa beberapa teknik yang biasa digunakan dalam
pelaksanaan bimbingan kelompok yaitu antara lain: pemberian informasi atu ekspositori, diskusi
kelompok, pemecahan masalah (problem solving), penciptaan suasana keluarga (hoomroom),
permainan peranan (role playing), karya wisata ( field trip) dan permainan simulasi (simulation
games). Teknik-teknik tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.
a. Teknik pemberian informasi
Teknik pemberian informasi dissebut juga dengan metode ceramah, yaitu pemberian
penjelasan oleh seseorang pembicara kepada sekelompok pendenggar.
b. Diskusi kelompok.
Diskusi kelompok adalah percakapan yang sudah direncanakan antara tiga orang atau lebih
dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan,
dibawah pimpinan seorang pemimpin. Didalam melaksanakan bimbingan kelompok, diskusi
kelompok tidak hanya untuk memecahkan masalah, tetapi juga untuk memecahkan
persoalan, serta untuk mengembangkan pribadi.
c. Teknik pemecahan masalah (problem solving)
Teknik pemecahan masalah merupakan suatu proses kreatif dimana individu melalui
perubahan yang ada pada dirinya dan lingkungannya, dan membuat pilihan-pilihan baru,
keputusan-keputusan atau penyesuaian yang selaras dengan tujuan dan nilai hidupnya.
Teknik pemecahan masalah mengajarkan pada individu bagaimana pemecahan masalah secara
sistematis.
d. Permainan Simulasi (simulation games).
Menurut Adams dalam Romlah (2001: 118) menyatakan bahwa permainan simulasi
adalah permainan yang dimaksudkan untuk merefleksikan situasisituasi yang terdapat
dalam kehidupan nyata. Permainan simulasi dapat dikatakan merupakan permainan
peran dan teknik diskusi. Cara melaksanakan permaianan simulasi, langkah pertama adalah
menentukan peserta pemain yang terdiri dari fasilitator, penulis, pemegang peran dan penonton
(Romlah: 121).
e. Permainan Peranan (Role Playing)
Menurut Bennett dalam Romlah (2001: 99), permainan peranan adalah suatu alat belajar
yang menggambarkan keterampilan-keterampilan dan pengertian-pengertian mengenai
hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel denga
yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya. Dengan teknik ini, anggota kelompok dapat
mempelajari perilaku-perilaku baru dan pada akhirnya diharapkan mengalami perubahan
perilaku menjadi lebih positif.
Bennett dalam Romlah (2001: 104), mengemukakan ada dua macam permainan peranan, yaitu
sosiodrama adalah permaianan perananan yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial
yang timbul dalam hubungan antar manusia. Sedangkan yang kedua, psikodrama adalah
permainan yang dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat memperoleh pengertian
yang lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep dirinya, menyatakan kebutuhan-
kebutuhan dan menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan terhadap dirinya.
.
10. Evaluasi dan Tindak Lanjut Bimbingan Kelompok
Penilaian kegiatan bimbingan kelompok dapat dilakukan secara tertulis, baik melalui
essai, daftar cek, maupun daftar isian sederhana (Prayitno, 1995: 81). Penilaian dilakukan
diakhir kegiatan layanan bimbingan kelompok, dilakukan secara tertulis maupun lisan.
Penilaian secara lisan dilakukan pada setiap akhir pertemuan layanan, dengan anggota
peserta menyampaian kesan dan pesan selama mengikuti kegiatan layanan bimbingan
kelompok. Sedangkan penilaian secara tertulis anggota peserta layanan bimbingan
kelompok diminta untuk mengisi laiseg/ penilaian segera. Dimana peserta menilai jalannya
suatu layanan bimbingan kelompok yang sudah dilaksanakan.
Menurut Prayitno (1995: 81-82) penilaian terhadap kegiatan layanan bimbingan kelompok dan
hasil-hasilnya tidak bertitik tolak dari criteria “benar-salah”, namun berorientasi pada
perkembangan positif yang terjadi pada diri peserta kegiatan. Penilaian tersebut dapat dilakukan
melalui:
a. selama kegiatan berlangsung dapat diamati partisipasi dan aktivitas peserta,
b. pengungkapan peserta terhadap materi yang dibahas selama mengikuti kegiatan
layanan,
c. pengungkapan peserta layanan atas fungsi dan manfaat layanan yang telah mereka
ikuti,
d. minat dan sikap peserta untuk mengikuti kegiatan lanjutan,
e. kelancaran proses dan suasana selama pelaksanaan kegiatan.
.
Hasil penilaian kegiatan layanan perlu dianalisis untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
kemajuan para peserta dan penyelenggaraan layanan. Setelah menganalisis hasil pelaksanaan
layanan perlu dilakukan tindak lanjut. Tindak lanjut itu dilaksanakan melalui pertemuan
bimbingan kelompok atau melalui bentuk-bentuk layanan lainnya. Tindak lanjut berupa kegiatan
layanan atau kegiatan lainnya memerlukan perencanaan dan persiapan tersendiri dengan
mengikutsertakan secara aktif siswa yang bersangkutan dan sumber-sumber lain yang
diperlukan. Adapun arah, bentuk dan isi kegiatan tindak lanjut adala memberikan sepenuhnya
memberikan pelayanan secara tuntas kepada siswa.
Hasil dan proses layanan bimbingan kelompok perlu di nilai. Pada tahap pengakhiran untuk
setiap sesi dilakukan tinjauan terhadap kualitas kegiatan kelompok dan hasil-hasilnya melalui
pengungkapan kesan-kesan peserta. Kondisi UCA (Understanding, Comfort, dan Action)
menjadi fokus penilaian hasil-hasil bimbingan kelompok. Penilaian dilakukan delam tiga tahap,
yaitu penilaian segera (laiseg), penilaian jangka pendek (laijapen), penilaian jangka panjang
(laijapan). Laiseg dilakukan pada akhir setiap sesi layanan, sedangkan laijapen dan laijapan
dilakukan pasca layanan. Penilaian ini dapat dilakukan secara lisan (melalui pengungkapan
verbal) ataupun tulisan (dengan menggunakan format tertentu).
.
C. Penutup
Layanan bimbingan kelompok dapat diartikan suatu upaya bimbingan yang dilakukan melalui
situasi, proses dan kegiatan kelompok. Sasaran bimbingan kelompok adalah individu-individu
dalam kelompok agar individu yang diberikan bimbingan mendapatkan pemahaman diri,
penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam menuju perkembangan optimal.
Layanan konseling kelompok dapat dimaknai sebagai upaya pembimbing atau konselor
membantu memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota
kelompok melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal dengan kata
lain, konseling kelompok juga bisa dimaknai sebagai suatu upaya pemberian bantuan kepada
individu (siswa) yang mengalami masalah-masalah pribadi melalui kegiatan kelompok agar
tercapai perkembangan yang optimal. Adapun tahapan dalam layanan bimbingan kelompok
terdiri dari tahap pembentukan, tahap peralihan, kegiatan dan tahap pengakhiran. Kemudian,
dalam layanan konseling kelompok terdiri dari enam tahapan yakni, tahap prakonseling, tahap
permulaan, tahap transisi, tahap kerja, tahap akhir dan pascakonseling.
Dalam layanan bimbingan kelompok dibahas topik-topik umum yang menjadi kepedulian
bersama di kelompok. Masalah yang menjadi topik pembicaraan dalam layanan bimbingan
kelompok, dibahas melalui suasana dinamika kelompok secara intens dan konstruktif, diikuti
oleh semua anggota kelompok di bawah bimbingan pemimpin kelompok (pembimbing atau
konselor), dan pada konseling kelompok membahas masalah-masalah pribadi yang dialami oleh
masing-masing anggota kelompok. Secara bergiliran anggota kelompok mengemukakan masalah
pribadinya secara bebas, selanjutnya dipilih mana yang akan dibahas dan dientaskan terlebih
dahulu dan seterusnya.
.
.
Daftar Pustaka
.
Amti, Erman. 1991. Bimbingan dan Konseling. Penerbit: Jakarta
Mifzal, Abiyu. 2013. Strategi Pembelajaran untuk Anak Kurang Berprestasi. Jogjakarta:
Javalitera.
Mugiarso, Heru, dkk. 2004. Bimbingan Dan Konseling. Semarang: UPT MKDK UNNES.
Mungin, Eddy Wibowo. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: Unnes Press.
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Penerbit:
Ghalia Indonesia.
Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan Dan Konseling. Padang: Universitas Negeri Padang.
Prayitno. 2005. Layanan Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok (Seri Layanan Konseling
L.6 L.7).
Romlah, Tatiek. 2001. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: UPT UNM PRESS.
Santosa, Slamet. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara
Sedanayasa, Gede dkk. 2010. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Singaraja: Jurusan Bimbingan
Konseling
Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukardi. 2003. Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta; PT Bumi Aksara.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta : Rajawali Pers.
Wibowo, Mungin Eddy. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: Unnes Press.
Winkel W.S dan M.M Sri Hastuti. 2006. Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta:Media Abadi.
Winkel, WS. 2004. Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media
Abadi.