Lapkas Ulkus Diabetik
Lapkas Ulkus Diabetik
PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) merupakan masalah kesehatan yang perlu ditangani dengan
yang tidak terkendali dapat menyebabkan komplikasi metabolik ataupun komplikasi vaskular
terhadap infeksi kaki luka yang kemudian dapat berkembang menjadi gangren, sehingga
Diabetes melitus tipe 2 adalah salah satu penyakit kronik yang paling banyak
terjadi. Menurut International Diabetes Ferderation, diperkirakan pada tahun 2030 jumlah
seluruh pasien diabetes di seluruh dunia akan mencapai 366 juta orang. Pasien yang
menderita diabetes tipe 2 berisiko tinggi untuk mengalami beberapa komplikasi yang
berbahaya, misalnya nefropati diabetik, retinopati diabetik, dan ulkus diabetik. Di antara
seluruh pasien diabetes, diperkirakan sebanyak 15% di antaranya akan mengalami ulkus
diabetes. Ulkus diabetes adalah penyakit yang berbahaya karena bila tidak dirawat dengan
baik, dapat menyebabkan amputasi. Sebanyak 12 – 24% pasien yang mengalami ulkus
pembuluh darah arteri yang besar, misalnya sumbatan pada arteri poplitea atau arteri dorsalis
pedis atau arteri tibialis posterior (makroangiopati), maupun sumbatan pada pembuluh darah
kapiler yang kecil. Neuropati berakibat pada hipestesi/baal pada telapak kaki dan jari-jari,
sehingga bila terjadi luka tidak disadari oleh pasien. Selain itu, kaki pasien diabetes seringkali
mengalami deformitas. Salah satu deformitas yang paling banyak terjadi dikenal dengan
nama Charcot Foot. Charcot Foot membuat telapak kaki pasien menjadi lebih datar,
akibatnya tekanan menjadi besar pada telapak kaki. Tekanan (pressure) yang besar dapat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Ulkus diabetes adalah suatu luka terbuka pada lapisan kulit sampai ke dalam dermis,
2.2 EPIDEMIOLOGI
Studi epidemiologi melaporkan lebih dari satu juta amputasi pada penyandang
diabetes setiap tahun.2 Sekitar 68% penderita gangren diabetik adalah laki-laki, dan 10%
Mangunkusumo menyangkut gangren diabetes, angka kematian dan angka amputasi masing-
masing sebesar 16% dan 25%. Sebanyak 14,3% akan meninggal dalam setahun pasca
amputasi.
Menurut The National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease,
diperkirakan 16 juta orang Amerika Serikat diketahui menderita diabetes, dan jutaan
diantaranya beresiko untuk menderita diabetes. Dari keseluruhan penderita diabetes, 15%
menderita ulkus di kaki, dan 12-14% dari yang menderita ulkus di kaki memerlukan
amputasi.2,3,7,12
Lebih dari 50 % amputasi non trauma merupakan akibat dari komplikasi ulkus
diabetes, dan disertai dengan tingginya angka mortalitas, reamputasi dan amputasi kaki
kontralateral. Bahkan setelah hasil perawatan penyembuhan luka bagus, angka kekambuhan
diabetes.2,4
Menurut Medicare, prevalensi diabetes sekitar 10% dan 90% diantaranya adalah
penderita diabetes tipe II. Neuropati diabetik cenderung terjadi sekitar 10 tahun setelah
menderita diabetes, sehingga kelainan kaki diabetik dan ulkus diabetes dapat terjadi setelah
waktu itu.2
2.3 ETIOLOGI
Proses terjadinya kaki diabetik diawali oleh angiopati, neuropati, dan infeksi.
nyeri kaki, sehingga ulkus dapat terjadi tanpa terasa. Gangguan motorik menyebabkan atrofi
otot tungkai sehingga mengubah titik tumpu yang menyebabkan ulserasi kaki. Angiopati akan
mengganggu aliran darah ke kaki; penderita dapat merasa nyeri tungkai sesudah berjalan
dalam jarak tertentu. Infeksi sering merupakan komplikasi akibat berkurangnya aliran darah
atau neuropati. Ulkus diabetik bisa menjadi gangren kaki diabetik. Penyebab gangren pada
penderita DM adalah bakteri anaerob, yang tersering Clostridium. Bakteri ini akan
Identifikasi faktor risiko penting, biasanya diabetes lebih dari 10 tahun, laki-laki,
kontrol gula darah buruk, ada komplikasi kardiovaskular, retina, dan ginjal. Hal-hal yang
meningkatkan risiko antara lain neuropati perifer dengan hilangnya sensasi protektif,
perubahan biomekanik, peningkatan tekanan pada kaki, penyakit vaskular perifer (penurunan
pulsasi arteri dorsalis pedis), riwayat ulkus atau amputasi serta kelainan kuku berat. Luka
timbul spontan atau karena trauma, misalnya kemasukan pasir, tertusuk duri, lecet akibat
sepatu atau sandal sempit dan bahan yang keras. Luka terbuka menimbulkan bau dari gas
2.5 PATOFISIOLOGI
Ulkus kaki diabetes disebabkan tiga faktor yang sering disebut trias, yaitu: iskemi, neuropati,
dan infeksi.
Neuropati Perifer
akibat penyakit vaskuler yang menutupi vasa nervorum, disfungsi endotel, defisiensi
hiperosmolaritas kronis, menyebabkan edema pada saraf tubuh serta pengaruh peningkatan
menyebabkan saraf membengkak dan terganggu fungsinya. Penurunan kadar insulin sejalan
dengan perubahan kadar peptida neurotropik, perubahan metabolisme lemak, stres oksidatif,
perubahan kadar bahan vasoaktif seperti nitrit oxide mempengaruhi fungsi dan perbaikan
saraf. Kadar glukosa yang tidak teregulasi meningkatkan kadar advanced glycosylated end
product (AGE) yang terlihat pada molekul kolagen yang mengeraskan ruangan-ruangan yang
sempit pada ekstremitas superior dan inferior (carpal, cubital, dan tarsal tunnel). Kombinasi
kompartemen karena glikosilasi kolagen menyebabkan double crush syndrome dimana dapat
Perubahan neuropati yang telah diamati pada kaki diabetik merupakan akibat
langsung dari kelainan pada sistem persarafan motorik, sensorik dan autonomik. Hilangnya
fungsi sudomotor pada neuropati otonomik menyebabkan anhidrosis dan hiperkeratosis. Kulit
Berkurangnya sensibilitas kulit pada penonjolan tulang dan sela-sela jari sering menghambat
arteriovenous (AV) shunt. Neuropati motorik paling sering mempengaruhi otot intrinsik kaki
sebagai akibat dari tekanan saraf plantaris medialis dan lateralis pada masing-masing
lubangnya (tunnel)8
Penyakit Arterial
penyakit atherosklerosis pada arteri besar dan sedang, misalnya pada aortailiaca, dan
femoropoplitea. Alasan dugaan bentuk penyakit arteri ini pada penderita diabetes adalah hasil
beberapa macam kelainan metabolik, meliputi kadar Low Density Lipoprotein (LDL), Very
Low Density Lipoprotein (VLDL), peningkatan kadar faktor von Willbrand plasma, inhibisi
proliferasi endotel.3,22
Peningkatan viskositas darah yang terjadi pada pasien diabetes timbul berawal pada
kekakuan mernbran sel darah merah sejalan dengan peningkatan aggregasi eritrosit, Karena
sel darah merah bentuknya harus lentur ketika melewati kapiler, kekakuan pada membran sel
darah merah dapat menyebabkan hambatan aliran dan kerusakan pada endotelial. Glikosilasi
non enzimatik protein spectrin membran sel darah merah bertanggungjawab pada kekakuan
dan peningkatan aggregasi yang telah terjadi. Akibat yang terjadi dari dua hal tersebut adalah
peningkatan viskositas darah. Mekanisme glikosilasi hampir sama seperti yang terlihat
kapiler dan selanjutnya akan meningkatkan viskositas darah. Iskemia perifer yang terjadi
oksigen. Efek merugikan oleh hiperglikemia terhadap aliran darah dan perfusi jaringan
Deformitas kaki
Perubahan destruktif yang terjadi pada kaki Charcot menyebabkan kerusakan arkus
longitudinal medius, dimana akan menimbulkan gait biomekanik. Perubahan pada calcaneal
pitch menyebabkan regangan ligamen pada metatarsal, cuneiform, navicular dan tulang kecil
lainnya dimana akan menambah panjang lengkung pada kaki. Perubahan degeneratif ini
nantinya akan merubah cara berjalan (gait), mengakibatkan kelainan tekanan tumpuan beban,
dimana menyebabkan kolaps pada kaki. Ulserasi, infeksi, gangren dan kehilangan tungkai
merupakan hasil yang sering didapatkan jika proses tersebut tidak dihentikan pada stadium
awal.2
Tekanan
Diabetes dapat memberikan dampak buruk pada beberapa sistem organ termasuk
sendi dan tendon. Hal biasanya tejadi pada tendon achiles dimana advanced glycosylated end
prodruct (AGEs) berhubungan dengan molekul kolagen pada tendon sehingga menyebabkan
dorsofleksi telapak kaki, dengan kata lain arkus dan kaput metatarsal mendapatkan tekanan
Hilangnya sensasi pada kaki akan menyebabkan tekanan yang berulang, injuri dan
fraktur, kelainan struktur kaki, misalnya hammertoes, callus, kelainan metatarsal, atau kaki
Charcot; tekanan yang terus menerus dan pada akhirnya terjadi kerusakan jaringan lunak.
Tidak terasanya panas dan dingin, tekanan sepatu yang salah, kerusakan akibat benda tumpul
atau tajam dapat menyebabkan pengelepuhan dan ulserasi. Faktor ini ditambah aliran darah
yang buruk meningkatkan resiko kehilangan anggota gerak pada penderita diabetes.2,12
1.6 KLASIFIKASI ULKUS DIABETIK
ringannya ulkus diabetes. Ada 2 klasifikasi ulkus diabetes yang banyak dipakai, yaitu:
ulkus diabetes ada 6 grade yaitu: grade 0 (kulit intak), grade 1 (ulkus superfisial mencapai
dermis atau hipodermis), grade 2 (ulkus dalam mencapai tendon, tulang, atau sendi), grade 3
(ulkus dalam disertai abses atau osteomielitis), grade 4 (gangren pada forefoot), dan grade 5
kedalaman dan komplikasi. Berdasarkan kedalaman: grade 0 (kulit intak), grade 1 (ulkus
superfisial mencapai dermis atau hipodermis), grade 2 (ulkus dalam mencapai tendon atau
kapsul), dan grade 3 (ulkus dalam mencapai tulang atau sendi). Berdasarkan komplikasi:
stage A (luka bersih), stage B (luka terinfeksi), stage C (iskemi), dan stage D (infeksi dan
iskemi).
RIWAYAT
radicular pain dan anhidrosis. sebagian besar orang yang menderita penyakit atherosklerosis
sembuh dan nyeri kaki yang jelas. Kram, kelemahan dan rasa tidak nyaman pada kaki sering
tibioperoneal.3,6
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik pada penderita dengan ulkus diabetes dibagi menjadi 3 bagian yaitu3:
Mengingat diabetes mellitus merupakan penyakit sistemik, oleh karena itu pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Ekstremitas3
Ulkus diabetes mempunyai kecenderungan terjadi pada beberapa daerah yang menjadi
tumpuan beban terbesar, seperti tumit, area kaput metatarsal di telapak, ujung jari
yang menonjol (pada jari pertama dan kedua). Ulkus dapat timbul pada malleolus
o Callus hipertropik
o Hammer toes
o Fissure
Isufisiensi arteri perifer 2,8,12,15
level tertentu. Penemuan lain yang berhubungan dengan penyakit aterosklerosis meliputi
adanya bunyi bising (bruit) pada arteri iliaka dan femoralis, atrofi kulit, hilangnya rambut
pada kaki, sianosis jari kaki, ulserasi dan nekrosis iskemia, kedua kaki pucat pada saat kaki
brachial index (ABI), tekanan sistolik jari kaki. ABI merupakan pemeriksaan noninvasif yang
dengan mudah dilakukan dengan menggunakan alat Doppler. Cuff tekanan dipasang pada
lengan atas dan dipompa sampai nadi pada brachialis tidak dapat dideteksi Doppler (Gambar
5). Cuff kemudian dilepaskan perlahan sampai Doppler dapat mendeteksi kembali nadi
brachialis. Tindakan yang sama dilakukan pada tungkai, dimana cuff dipasang pada calf
distal dan Doppler dipasang pada arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior. ABI
Tanda neuropati perifer meliputi hilangnya sensasi rasa getar dan posisi, hilangnya
reflek tendon dalam, ulserasi tropik, foot drop, atrofi otot, dan pemembentukan calus
hipertropik khususnya pada daerah penekanan misalnya pada tumit. Status neurologis dapat
abnormal jika penderita tidak dapat merasakan sentuhan monofilamen ketika ditekankan pada
kaki dengan tekanan yang cukup sampai monofilamen bengkok (Gambar 6).
Alat pemeriksaan lain adalah garputala 128C, dimana dapat digunakan untuk
rnengetahui sensasi getar penderita dengan memeriksanya pada pergelangan kaki dan sendi
metatarsophalangeal pertama. Pada neuropati metabolik terdapat gradien intensitas dan paling
parah pada daerah distal. Jadi pada pasien yang tidak dapat merasakan getaran pada
pergelangan ketika garputala dipindahkan dari ibu jari kaki ke pergelangan menunjukkan
gardien intensitas karena neuropati metabolik. Pada umumnya, seseorang tidak dapat
merasakan getaran garputala pada jari tangan lebih dari 10 detik setelah pasien tidak dapat
merasakan getaran pada ibu jari kaki. Beberapa penderita dengan sensasi normal hanya
menunjukkan perbedaan antara sensasi pada jari kaki dengan tangan pemeriksa kurang dari 3
detik.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM 3
lainnya pada kaki. Penyembuhan luka dihambat oleh adanya anemia. Adanya
insufisiensi arterial yang telah ada, keadaan anemia menimbulkan nyeri saat istirahat.
serum membantu untuk menentukan kecukupan regulasi glukosa dan fungsi ginjal
plethymosgrafi.
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS3
Pemeriksaan foto polos pada kaki diabetik dapat menunjukkan demineralisasi dan
pemeriksaan fisik, CT scan atau MRI dapat digunakan untuk membantu diagnosis
arteri. Saat ini metode terbaru dengan suntikan secara perkutan dapat
nefrotoksik. Resiko terjadinya gagal ginjal akut tinggi pada pasien dengan
insufisiensi renal dan pada penderita diabetes. Pada pasien dengan faktor
resiko tersebut 30% kemungkinan dapat terjadi kegagalan ginjal akut. Oleh
angiografi.
mengkonsumsi obat tersebut setelah fungsi ginjal normal kembali dalam 1-2
dapat digunakan pada penderita resiko tinggi atau penderita yang alergi bahan
dengan insufisiensi renal, tetapi tidak secara luas dapat digunakan dan masih
o Plain radiografi tidak digunakan untuk pemeriksaan rutin pada penyakit arteri
perifer oklusif. Hal ini disebabkan kalsifikasi arteri yang terlihat pada plain
signifikan
Pencegahan Primer
Penyuluhan cara terjadinya kaki diabetes sangat penting, harus selalu dilakukan setiap saat.
Berbagai usaha pencegahan sesuai dengan tingkat risiko dengan melakukan pemeriksaan dini
setiap ada luka pada kaki secara mandiri ataupun ke dokter terdekat. Deformitas (stadium 2
dan 5) perlu sepatu/ alas kaki khusus agar meratakan penyebaran tekanan pada kaki.
multidisipliner sangat diperlukan. Berbagai hal harus ditangani dengan baik dan dikelola
bersama, meliputi:
1. Wound control
4. Educational control
TERAPI FARMAKOLOGI
Jika mengacu pada berbagai penelitian aterosklerosis (jantung, otak), obat seperti
aspirin yang dikatakan bermanfaat,7 akan bermanfaat pula untuk kaki DM. Namun, sampai
saat ini belum ada bukti kuat untuk menganjurkan pemakaian obat secara rutin guna
kemungkinan kesembuhan luka rendah atau kondisi klaudikasio intermitten hebat, maka
arteriografi. Untuk oklusi panjang dianjurkan operasi bedah pintas terbuka. Untuk oklusi
pendek dapat dipikirkan prosedur endovaskular. Pada keadaan sumbatan akut dapat dilakukan
tromboarterektomi. Dengan berbagai teknik bedah tersebut, vaskularisasi daerah distal dapat
diperbaiki, sehingga pengelolaan ulkus diharapkan lebih baik. Terapi hiperbarik dilaporkan
juga bermanfaat memperbaiki vaskularisasi dan oksigenisasi jaringan luka pada kaki diabetes
sebagai terapi adjuvan. Masih banyak kendala untuk menerapkan terapi hiperbarik secara
Perawatan luka sejak awal harus dikerjakan dengan baik dan teliti. Evaluasi luka
harus secermat mungkin. Klasifikasi ulkus pedis dilakukan setelah debridement adekuat.
Jaringan nekrotik dapat menghalangi proses penyembuhan luka dengan menyediakan tempat
untuk bakteri, sehingga dibutuhkan tindakan debridement. Debridement yang baik dan
adekuat akan sangat membantu mengurangi jaringan nekrotik, dengan demikian akan sangat
beberapa metode seperti mekanikal, surgikal, enzimatik, autolisis, dan biokemis. Cara paling
efektif adalah dengan metode autolysis debridement. Autolysis debridement adalah cara
peluruhan jaringan nekrotik oleh tubuh sendiri dengan syarat utama lingkungan luka harus
lembap. Pada keadaan lembap, enzim proteolitik secara selektif akan melepas jaringan
nekrosis, sehingga mudah lepas dengan sendirinya atau dibantu secara surgikal atau
mekanikal. Pilihan lain dengan menggunakan maggot. Saat ini terdapat banyak macam
dressing (pembalut) yang dapat dimanfaatkan sesuai keadaan luka dan letak luka. Dressing
mengandung komponen zat penyerap, seperti carbonated dressing, alginate dressing akan
bermanfaat pada luka yang masih produktif. Hydrophilic fiber dressing atau silver
impregnated dressing bermanfaat untuk luka produktif dan terinfeksi Berbagai terapi topikal
dapat dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba pada luka, cairan normal saline sebagai
pembersih luka, senyawa silver sebagai bagian dari dressing. Berbagai cara debridement non-
nekrotik.12,13 Jika luka sudah lebih baik dan tidak terinfeksi lagi, dressing seperti
hydrocolloid dressing dapat dipertahankan beberapa hari. Untuk kesembuhan luka kronik
seperti luka kaki diabetes, suasana kondusif sekitar luka harus dipertahankan. Selama proses
inflamasi masih ada, proses penyembuhan luka tidak akan beranjak ke proses selanjutnya.
Untuk menjaga suasana kondusif dapat dipakai kasa yang dibasahi dengan normal saline.
Berbagai sarana dan penemuan baru dapat dimanfaatkan untuk wound control, seperti:
dermagrafi, apligraft, growth factor, protease inhibitor, dan sebagainya, untuk mempercepat
Microbiological Control
Data pola kuman perlu diperbaiki secara berkala, umumnya didapatkan infeksi bakteri
multipel, anaerob, dan aerob. Antibiotik harus selalu sesuai dengan hasil biakan kuman dan
resistensinya. Lini pertama antibiotik spektrum luas, mencakup kuman gram negatif dan
positif (misalnya sefalosporin), dikombinasi dengan obat terhadap kuman anaerob (misalnya
metronidazole).
Pressure Control
Jika tetap dipakai untuk berjalan (menahan berat badan/weight bearing), luka selalu
mendapat tekanan, sehingga tidak akan sempat menyembuh, apalagi bila terletak di plantar
seperti pada kaki Charcot. Berbagai cara surgikal dapat dipakai untuk mengurangi tekanan
b. Prosedur koreksi bedah seperti operasi untuk hammer toe, metatarsal head resection,
1.9 PROGNOSIS
Prognosis kaki diabetik bergantung pada berbagai faktor yang terlibat dalam patofisiologi,
komplikasi, dan penyakit yang menyertai. Penatalaksanaan holistik harus ditekankan untuk
SIMPULAN
Ulkus diabetes merupakan salah satu komplikasi penyakit diabetes yang sering. Ulkus
diabetes menjadi masalah di bidang sosial dan ekonomi yang mempengaruhI kualitas hidup
penderitanya. Neuropati perifer, penyakit vaskular perifer, deformitas struktur kaki menjadi
faktor utama penyebab ulkus diabetes. Perawatan ulkus diabetes pada dasarnya terdiri dari 3
komponen utama, yaitu debridement, pengurangan beban tekanan pada kaki, dan penanganan
infeksi. Balutan yang efektif dan tepat membantu penanganan optimal. Keadaan sekitar luka
harus dijaga kebersihan dan kelembapannya. Diagnosis dini dan penanganan tepat merupakan
hal yang penting untuk mencegah amputasi dan menjaga kualitas hidup penderita.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kruse I, Edelman S. Evaluation dan Treatmen of Diabetic Foot Ulcer. Clinical Diabetes
Vol24, Number 2, 2006. p 91-93
2. Frykberg RG. Diabetic Foot Ulcer : Pathogenesis and Management. Am Fam Physician,
Vol 66, Number 9. 2002. p 1655-62
3. Stillman, RM. Diabetic Ulcers. Cited Jun 2008. Available at : URL http
://www.emedicine.com
4. California Podiatric Medical Association Diabetic Wound Care. Cited September 2008.
Availabel at : URL http : // www.Podiatrist.org
5. Mathes. Plastic Surgery. Trunk and Lower Extremity Vol 6, Second Edition. P 1443 –
1450
6. Jones R. Exploring The Complex Care of The Diabetic Foot Ulcer. JAAPA. 2007
8. H.Thorne, Charles . Grab's and Smith Plastic Surgery. 6th Edition. p 704-706.
10. McCarthy JG, editor. Plastic Surgery. Philadelphia : W.B Saunders Company. ;
1990.p.4079 -92
11. Schwartz SI, Shires GT, Spencer FC, Daly JM; Fischer JE, Galloway AC, editors.
Principles of Surgery. 7th ed. New York: Mc Graw Hill; 1999.p.931-1004.
12. Amstrong DG, Lavery LA. Diabetic Foot Ulcer : Prevention, Diagnosis and
Classification. Am Fam Physician. 2008
13. Boulton JM, Kirsner RS, Vileykite L. Neuropathic Diabetic Foot Ulcers. NEJM
2004;351:48-55
14. Caputo GM, Cavanagh PR, Ulbrecht JS, Gibbons GW, Karchmer AW. Assessment and
Management of Foot Disease in Patients with Diabetes. NEJM 1994;331:854-60
15. Singh N, Amstrong DG, Lipsky BA. Preventing Foot Ulcers in Patients with Diabetes. J
Am Med Ass 2005;293,217-28
16. Beiser IH. Diabetic Foot. Cited Dec 1998. Available at: URL http:// Dr.Ian H Beiser
Podiatric Page
17. Parmet S, Glass TJ, Glass RM. Diabetic Foot Ulcers. JAMA' 2005;293(2):260
18. Bloomgarden ZT.The Diabetic Foot. Diabetes care. 2008;3l:372-376
19. Doupis J, Veves A. Classification, Diagnosis, and Treatment of Diabetic Foot Ulcers.
Wound. May 2008; 20:117-126
20. Brem H, Sheehan p, Boulton AJ. Protocol for Treatment of Diabetic Foot Ulcers. Am J
Surg. 2004;187(5A):15-105
21. Sibbald RG, Amstrong DG, Orsted HL. Pain in Diabetic Foot Ulcers. Ostomy Wound
Management. Apr 2003;49 :24-29
22. Beckman JA, Creager MA, Libby P. Diabetes and Atherosclerosis: Epidemiology,
Pathophysiology, and Management. JAMA' 2002; 287 ;19 :2570-2581