Anda di halaman 1dari 17

PAPER ANALISIS SWOT DAN IE

STUDI KASUS PADA WARUNG MAKAN BU TIK PATEMON

(Paper Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Manajemen Strategik)

Disusun Oleh :

1. Lativa Ulisanti 7211416124


2. Farida Budiarti 7211416199
3. Rachmadi Prayoga 7211416133

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2018
PROFIL WARUNG MAKAN BU TIK

Warung makan Bu Tik berdiri sejak tahun 2000, seiring dengan berdirinya kampus
UNNES di Gunungpati. Warung makan ini berlokasi di Jalan Patemon RT 01 / RW 03,
Gunungpati, Semarang. Sesuai dengan nama warungnya, pemilik warung makan Bu Tik ini
bernama Ibu Tik, yang merupakan penduduk asli dari Patemon. Dalam menjalankan bisnisnya,
Bu Tik dibantu dengan anaknya yang bertugas sebagai pramusaji dan beliau sendiri memegang
peranan sebagai juru masak.

Pada awal mula beroperasi, omset pendapatan yang didapat hanya berkisar Rp. 700.000
untuk perhari pendapatan. Kini, omset atau laba kotor dari rumah makan ini bervarian setiap
harinya mengikuti intensitas banyaknya pengunjung yang datang dengan sumber modal yang
berasal dari modal sendiri. Omset perharinya mecapai Rp. 3.000.000 – Rp. 3.500.000, dengan
modal sebesar Rp. 1.500.000. Laba bersih yang didapatkan sekitar 80-90% dari laba kotor.
Menurut keterangan dari Bu Tik, yang menjadikan dilema dalam modal adalah jika terjadi
peningkatan harga bahan baku, yang menyebabkan peningkatan pada modal juga harus
dilakukan.

Warung makan ini buka dari pagi-malam, berlokasi di lokasi yang strategis karena di
pinggir jalan raya,, mempunyai area yang relatif besar, dan tempat parkir yang luas, Disamping
itu, desain dari bangunan ini sederhana yaitu hanya bangunan yang di cat sedemikian biasa.
Warung ini menyediakan meja dan kursi untuk pelanggan, namun kadangkala jumlahnya yang
tak mumpuni dengan jumlah pelanggan yang membludak, sehingga menyebabkan jika kondisi
sedang banyak pembeli maka ada yang harus dengan lesehan. Sebenarnya masih dapat diperluas
dengan membangun area lahan kosong disebelah warung, yang mengingat area tersebut
merupakan area lahan milik Bu Tik juga, namun tentunya memerlukan biaya yang tidak sedikit
untuk mewujudkan hal tersebut. Selain itu belum disediakan fasilitas semacam televisi, kipas
angin maupun full music untuk menambah kenyamanan yang lebih bagi pelanggan. Mekanisme
warung ini berbentuk prasmanan dengan mekanisme pelanggan mengambil sendiri makanan dan
membayarnya setelah selesai makan. Namun sayangnya, tidak ada meja kasir untuk membayar
saat usai makan, sehingga pelanggan langsung embayar kepada pemiik warug yang
menyebabkan kadang berebutan saat akan membayar. Selain itu, kurang ada promosi juga dari
Warung Bu Tik ini, sehingga mungkin kurang dapat untuk menjangkau pembeli lebih luas lagi.
Pada tahun-tahun belakangan, dalam perkembangannya banyak usaha-usaha sejenis yang
berdiri dengan menu yang sama di sekitar warung makan ini yang menjadi tantangan, misalnya
Warung Mbak Jum yang juga tak kalah pembeli dengan Warung Bu Tik. Disamping itu jarak
antar warung tersebut juga berdekatan dan inovasinya juga lumayan cepat. Namun dengan tetap
menjaga pelayanan dan cita rasa masakan yang khas untuk memenuhi tingkat kepuasan yang
baik terhadap konsumen, maka warung makan ini dapat bertahan sudah hampir 18 tahun dan
mengalami pertumbuhan sedikit demi sedikit karena membutuhkan modal yang besar untuk
dapat merealisasi pengembangan usaha. Walaupun terkadang juga terjadi penurunan di hari hari
tertentu yang dikarenakan sedikitnya pengunjung yang datang ke warung makan Bu Tik ini.
Penurunan ini biasanya terjadi ketika hari libur semesteran, yang menyebabkan banyak
mahasiswa pulang kampung. Tetapi walaupun begitu, warung makan ini juga sudah mempunyai
pelanggan tetap dari TB Tri Jaya yang setiap hari memesan nasi rames dengan jumlah puluhan

Warung makan ini menjual berbagai variasi makanan seperti olahan menu rumahan
seperti soto, sop, pecel, rames, ayam coklat, dan lain sebagainya dengan harga yang terjangkau
dengan harga yang pas dengan kantong mahasiswa. Dari sekian banyak varian menu, yang
paling banyak diminati pelanggan adalah menu “ayam coklat” pemilihan kata yang menarik
membuat perhatian konsumen merupakan menjadi strategi rumah makan ini. Ayam coklat ini
adalah makanan berbahan baku dasar dari ayam yang di masak menyerupai semur, bercitarasa
pedas manis yang dapat membuat lidah menjadi ketagihan untuk terus membelinya. Tidak hanya
makanan saja, warung makan Bu Tik ini juga menyediakan minuman sebagai pelengkap
makanan, jadi tidak perlu pusing mencari minuman.

Berikut adalah daftar menu makanan yang disajikan dalam warung makan Bu Tik :

 Nasi
 Kering tempe
 Ati
 Ayam coklat
 Pindang
 Mangut
 Mie
 Telur balado
 Sayur kacang
 Sayur kangkung
 Soto ayam
 Sop ayam
 Berbagai macam gorengan (tempe, tahu bakso, bakwan)
 Terong balado
 Gudangan
 Pecel

Berikut adalah daftar menu makanan yang disajikan dalam warung makan Bu Tik:

 Es teh manis dan tawar


 Es jeruk
 Susu
 Kopi susu
 Kopi hitam
 Nutrisari
 Goodday
 Air mineral
ANALISIS LINGKUNGAN

1. Analisis Matrix IFE

Kekuatan (Strengths) Bobot Peringkat Skor


Harga yang murah dan bersahabat dengan
0,15 4 0,60
kantong mahasiswa
Letak yang strategis (dipinggir jalan utama) 0,10 4 0,40
Tempat makan yang relatif besar 0,05 3 0,15
Tempat parkir yang luas 0,05 3 0,15
Menu makanan yang bervariasi 0,10 4 0,40
Buka dari pagi-malam 0,05 3 0,15
Tidak memerlukan karyawan yang banyak
karena merupakan usaha keluarga yang 0,03 3 0,09
dikembangkan secara swadaya
Makanan yang halal yang dapat menjangkau
0,03 3 0,09
semua kalangan.
Kelemahan (Weakness)
Kurangnya jumlah meja dan kursi, sehingga
pada jam makan siang sering penuh sesak
0,10 4 0,40
menyebabkan beberapa pelanggan makan
dengan lesehan
Tidak ada meja kasir sehingga pelanggan
kerap berebut saat membayar 0,05 4 0,20
Tidak ada fasilitas kipas, televisi, dan full
0,05 3 0,15
music
Dekorasi yang kurang menarik karena hanya
dicat sepeti biasa 0,03 3 0,09
Kurang ada promosi 0,05 3 0,15
Memerlukan modal yang lebih besar untuk
mengembangkan usaha 0,05 3 0,15
Intensitas pengujung yang naik turun,
sehingga keuntungan rata-rata tidak bisa di 0,05 3 0,15
prediksikan.
Banyaknya pilihan warung makan disebelah
counter yang memiliki menu yang sama. 0,06 4 0,24
Total 1 3,56
Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) adalah alat yang digunakan untuk
mengevaluasi lingkungan internal perusahaan dan untuk mengungkapkan kekuatan serta
kelemahannya.
Total skor matrix IFE secara keseluruhan berjumlah 3,56 yang berarti diatas rata-rata
dan mengindikasikan bahwa warung Bu Tik dapat memaksimalkan kekuatan yang ada untuk
meminimalisir kelemahan yang ada.

Skor matrix IFE pada warung Bu Tik ini pada kategori kekuatan, skor tertinggi ada
pada indikator dengan skor 0,60 yaitu pada indikator “harga yang murah dan bersahabat
dengan kantong mahasiswa”. Indikator ini mendapatkan skor yang sedemikian karena
dianggap berkontribusi signifikan dalam kekuatan. Harga terjangkau tentu saja menjadi
incaran mahasiswa. Apabila harga terjangkau tersebut dapat menjangkau sesuai target seperti
mahasiswa, tentunya akan mejadikan kekuatan yang paling menonjol dalam hal ini.

Skor matrix IFE pada warung Bu Tik ini pada kategori kelemahan, skor tertinggi ada
pada indikator dengan skor 0,40 yaitu pada indikator “kurangnya jumlah meja dan kursi,
sehingga pada jam makan siang sering penuh sesak menyebabkan beberapa pelanggan makan
dengan lesehan”. Dalam hal ini, indikator tersebut memperoleh skor yang sedemikian karena
kelemahan yang terkait dianggap menjadi hal yang harus menjadikan perhatian lebih dan
harus segera diatasi agar pelanggan tetap mendapatkan kenyamanan yang seharusnya dapat
dinikmati.
2. Analisis Matriks EFE

Peluang (Oppurtunities) Bobot Peringkat Skor


Meningkatnya jumlah penduduk dan
mahasiswa yang terus meningkat 0,15 4 0,60
mempengaruhi pertumbuhan usaha
Usaha ini terus berjalan seiring sebagian besar
konsumen merupakan mahasiswa 0,15 4 0,60
Rasa makanan yang enak dan memiliki citarasa
yang berbeda dengan yang lain 0,10 4 0,40
Masih tersedia lahan tempat kosong
disebelahnya memungkinkan untuk 0,05 3 0,15
melebarkan tempat agar lebih luas
Selama warung ini buka pelanggan akan terus
0,05 3 0,15
berdatangan
Semua kalangan masyarakat menyukai menu
masakan andalan “ayam coklat” 0,10 4 0,40
Ancaman (Threats)
Berdirinya warung makan yang sejenis
(pesaing) dan meniru masakan dengan 0,10 4 0,40
mematok harga yang lebih murah.
Jarak warung makan yang berdekatan di daerah
0,05 3 0,15
Patemon
Peningkatan harga bahan baku 0,10 4 0,40
Kehilangan pelanggan karena berpindah
0,04 3 0,12
kepada pesaing lain.
Inovasi rumah makan dari pesaing lebih cepat 0,08 3 0,24
Adanya perubahan selera konsumen 0,03 3 0,09
Total 1 3,70
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) adalah alat yang digunakan untuk menguji
lingkungan eksternal perusahaan dan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman
yang ada.

Total skor matrix EFE secara keseluruhan berjumlah 3,70 yang berarti diatas rata-rata
dan mengindikasikan bahwa warung Bu Tik dapat memanfaatkan peluang-peluang yang ada
dengan sebaik dan semaksimal mungkin untuk mengatasi ancaman-ancaman yang ada.

Skor matrix EFE pada warung Bu Tik ini pada kategori peluang, skor tertinggi ada
pada 2 indikator dengan skor 0,60 yaitu pada indikator “peningkatan jumlah penduduk dan
mahasiswa yang terus meningkat yang mempengaruhi pertumbuhan usaha” dan “usaha ini
terus berjalan seiring sebagian besar konsumen merupakan mahasiswa”. Kedua indikator ini
mendapatkan skor yang sedemikian karena dianggap berkontribusi signifikan dalam peluang.
Indikator ini pun memiliki kesinambungan jika dikaitkan. Jadi, mahasiswa yang diianggap
sebagai pelanggan terbesar dalam hal ini tentunya akan mempegaruhi tingkat penjualan serta
pertumbuhan usaha warung ini. Oleh sebab itu, dapat dikategorikan sebagai peluang yang
baik dan paling dominan.

Skor matrix EFE pada warung Bu Tik ini pada kategori ancaman, skor tertinggi juga
ada pada 2 indikator dengan skor 0,40 yaitu pada indikator “berdirinya warung makan yang
sejenis (pesaing) dan meniru masakan dengan mematok harga yang lebih murah” dan
“peningkatan harga bahan baku”. Dalam hal ini, kedua indikator tersebut memperoleh skor
yang sedemikian karena ancaman yang terkait dianggap cukup krusial dan menjadi sorotan
yang harus dapat dihadapi dan diatasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Ancaman akan pesaing baru dengan menu yang sama dan mematok harga yang lebih murah
tentu saja mengancam dan membahayakan eksistensi serta menimbulkan persaingan yang
sangat ketat. Disamping pesaing, dalam aspek bahan baku apabila terjadi peningkatan,
tentunya juga menjadikan kedilemaan Bu Tik yang mengharapkan agar dapat selalu menjual
makanan dengan harga kantong mahasiswa. Hal ini tentu saja membuat penjual memutar
otak agar tetap memberikan yang terbaik, sesuai yang diinginkan walaupun ada hal-hal yang
cukup signifikan mengganggu biaya produksi.
3. Analisis Matriks CPM

Faktor Bobot Warung Makan Warung Makan


Keberhasilan Bu Tik Mbak Jum
Peringkat Skor Peringkat Skor
Ciri Khas Makanan 0,17 4 0,68 3 0,51
Harga 0,16 4 0,64 3 0,48
Cita Rasa Makanan 0,15 4 0,60 4 0,60
Kualitas Makanan 0,13 4 0,42 3 0,39
Lokasi 0,14 4 0,56 4 0,64
Modal Usaha 0,10 3 0,30 3 0,30
Promosi 0,15 3 0,45 3 0,45
Total 1 3,63 3,37
Matriks CPM adalah matriks yang bertujuan untuk mengidentifikasi pesaing utama serta
kekuatan dan kelemahannya

Dari evaluasi matriks CPM diatas dapat diketahui bahwa, Warung Bu Tik
memiliki skor 3,63 yang lebih tinggi dibandingkan dengan Warung Makan Mbak Jum
yang memiliki skor 3,37. Skor tersebut juga menunjukkan kinerja tidak langsunng oleh
faktor-faktor yang telah disebutkan.
Skor yang memiliki kontribusi paling tinggi adalah faktor pada ciri khas makanan,
harga, cita rasa dan lokasi. Faktor ciri khas makanan menjadikan ikon suatu warung
tersebut digemari pelanggan. Faktor harga sudah pada umumnya memang menjadi
pertimbangan utama para pelanggan dalam membeli. Harga yang murah dengan citarasa
yang baik merupakan idaman para pelanggan. Selain itu, faktor lokasi yang strategis
tentunya akan lebih mudah diakses sehingga memudahkan untuk dijangkau pelanggan.
4. Analisis IE

Matriks IE didasarkan pada dua dimensi yaitu total nilai IFE yang diberi bobot
pada sumbu X dan total nilai EFE yang diberi bobot pada sumbu Y. Matriks IE bertujuan
untuk mengetahui posisi perusahaan. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari matriks IFE
dan EFE dapat disusun dalam matriks IE. Total nilai faktor-faktor strategis internal
Warung Bu Tik adalah 3,56; sedangkan total nilai atas faktor-faktor strategis eksternal
adalah 3,7. Hal ini dapat diartikan bahwa faktor strategis internal memiliki pengaruh yang
lebih besar dibandingkan dengan faktor strategis eksternal.

EFE

4,0 3,0 2,0 1,0

3,0
IFE

2,0

1,0

Berdasarkan matriks IE diatas, dapat dilihat bahwa Warung Bu Tik berada pada
sel I. Hal ini menunjukkan bahwa strategi yang paling baik dijalankan oleh Rumah
Makan Bu Tik adalah strategi grow and built. Strategi-strategi yang umumnya digunakan
adalah strategi intensif seperti market penetration, market development dan produk
development.

Strategi penetrasi pasar berhubungan erat dengan usaha pemasaran yang gencar
dapat dicapai dengan cara menambah promosi, iklan dan publisitas. Sedangkan
pengembangan pasar berhubungan erat dengan memperluas jangkauan pasar dan
pengembangan produk berhubungan dengan perbaikan dan modifikasi produk atau jasa.
5. Analisis SWOT

Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weakness)

Mempertahankan harga
Menggencarkan kegiatan
Peluang (Oppurtunities) yang terjangkau dan
promosi
bersahabat di kantong
Melakukan inovasi pada Memaksimalkan fasilitas
Ancaman (Threats)
variasi menu masakan warung makan

SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi


kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman
(threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang
membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats).

Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek
dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam
mencapai tujuan tersebut.

Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal
yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik
SWOT, di mana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil
keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi
kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang
(opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi
ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan
(weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan
sebuah ancaman baru.
IMPLEMENTASI STRATEGI SWOT

1. Implementasi Strategi S-O

Strength (kekuatan) dan opportunities (peluang) yang dimiliki menciptakan strategi SO


(strength opportunities) yang dikenal juga dengan istilah strategi pertumbuhan agresif
(growth oriented strategy).

Dengan mengandalkan harga yang terjangkau, tentu saja akan membuat pembeli tetap
setia menjadi pelanggan di warung makan ini, khususnya bagi para mahasiswa yang menjadi
pelanggan dominan dalam konteks ini. Bagi para mahasiswa, prinsip makan enak dengan
harga yang terjangkau merupakan prinsip yang melekat dan suatu hal yang secara umum
diinginkan. Oleh sebab itu, memberikan harga yang bersahabat di kantong merupakan hal
yang sangat baik karena disamping mengandalkan kekuatan, juga memanfaatkan peluang
yang ada yang tentunya sama-sama menguntungkan. (Strategi Penetrasi Pasar)

2. Implementasi Strategi S-T

Strengths (kekuatan) dan threats (ancaman) yang dimiliki menciptakan strategi ST


(strengths threats) yang merupakan strategi diversifikasi (produk/pasar).

Inovasi merupakan strategi yang diandalkan dalam usaha untuk mempertahankan


keeksisan. Inovasi dapat dilakukan warung ini dengan membuat variasi masakan agar
pelanggan merasakan sesuatu yang baru sehingga tidak merasakan bosan akan hal-hal yang
sudah biasa, seperti menu yang itu-itu saja. Hal ini juga dapat meningkatkan tingkat kualitas
sehingga dapat bersaing dengan pesaing-pesaing lain dan mampu menghadapi kompetisi
yang terjadi. (strategi pengembangan produk)

3. Implementasi Strategi W-O

Weakness (kelemahan) dan opportunities (peluang) yang dimiliki menciptakan strategi


WO (weakness opportunities) yang dikenal dengan strategi turn – around.

Kegiatan promosi sekiranya perlu dilakukan untuk merambah lebih luas akan
pengetahuan pembeli (yang ditargetkan mayoritas mahasiswa) tentang keberadaan warung
ini dan meningkatan jumlah pembeli. Ini dikarenakan mungkin masih banyak juga yang
belum mengetahui akan keberadaan warung ini, sehingga apabila sudah banyak dikenal maka
dapat meningkatkan intensitas pembelian dari biasanya dan dapat meningkatkan pendapatan.
Promosi seperti iklan sederhana dapat dilakukan dengan cara memasang pamflet di titik
strategis, atau melakukan kegiatan promo penjualan yang mungkin dapat dilakukan
seminggu sekali sehingga dapat menjadikan buah bibir bagi para pelanggan yang sudah
menjadi langganan dan menarik pembeli baru. (strategi pengembangan pasar)

4. Implementasi Strategi W-T

Weakness (kelemahan) dan threats (ancaman) merupakan strategi WT (weakness threats)


merupakan strategi defensive (bertahan).

Fasilitas merupakan hak yang harusnya dapat dinikmati pembeli dengan sebaik mungkin.
Memaksimalkan fasilitas warung ini utamanya yang sangat disorot adalah perlunya
menambah jumlah kursi dan meja sehingga mampu meminimalisir pelanggan yang lesehan
saat warung sedang ramai. Selain itu, perlu didakan meja kasir agar pembayaran dapat
dilakukan secara tertib dan baik. Dengan penambahan fasilitas lain seperti kipas angin,
televisi atau bahkan full music mungkin direkomendasikan untuk menambah tingkat
kenyamanan pelanggan saat berada di warung. Ini dimaksudkan agar pelanggan dapat merasa
puas kan fasilitas yang disediakan sehingga enggan untuk berpindah ke lain tempat karena
faktor fasilitas. (strategi penetrasi pasar).
ANALISIS QSPM

Prenetrasi Pengembanga Pengembangan


Faktor Internal Kunci
Pasar n Produk Pasar
Kekuatan (Strengths) Bobot NDT TNDT NDT TNDT NDT TNDT
Harga yang murah dan
bersahabat dengan kantong 0,15 3 0,45 2 0,3 4 0,6
S1 mahasiswa
Letak yang strategis
0,1 3 0,3 2 0,2 4 0,4
S2 (dipinggir jalan utama)
Tempat makan yang relatif
0,05 2 0,1 2 0,1 2 0,1
S3 besar
S4 Tempat parkir yang luas 0,05 3 0,15 2 0,1 2 0,1
Menu makanan yang
0,1 3 0,3 4 0,4 2 0,2
S5 bervariasi
S6 Buka dari pagi-sore 0,05 0 0 0
Tidak memerlukan karyawan
yang banyak karena
merupakan usaha keluarga 0,03 2 0,06 3 0,09 3 0,09
yang dikembangkan secara
S7 swadaya
Makanan yang halal yang
dapat menjangkau semua 0,03 3 0,09 4 0,12 3 0,09
S8 kalangan.
Kelemahan (Weakness)
Kurangnya jumlah meja dan
kursi, sehingga pada jam
makan siang sering penuh
0,1 1 0,1 2 0,2 4 0,4
sesak menyebabkan beberapa
pelanggan makan dengan
W1 lesehan
Tidak ada meja kasir
sehingga pelanggan kerap 0,05 2 0,1 2 0,1 3 0,15
W2 berebut saat membayar
Tidak ada fasilitas kipas,
0,05 2 0,1 2 0,1 3 0,15
W3 televisi, dan full music
Dekorasi yang kurang
menarik karena hanya dicat 0,03 4 0,12 2 0,06 2 0,06
W4 sepeti biasa
W5 Kurang ada promosi 0,05 4 0,2 3 0,15 3 0,15
Memerlukan modal yang
lebih besar untuk 0,05 2 0,1 3 0,15 4 0,2
W6 mengembangkan usaha
Intensitas pengujung yang
naik turun, sehingga
0,05 3 0,15 2 0,1 4 0,2
keuntungan rata-rata tidak
W7 bisa di prediksikan.
Banyaknya pilihan warung
makan disebelah counter
0,06 4 0,24 2 0,12 4 0,24
yang memiliki menu yang
W8 sama.
Keterangan Tabel: NDT=Nilai Daya Tarik; TNDT=Total Nilai Daya Tarik

Prenetrasi Pengembanga Pengembanga


Faktor Eksternal Kunci Pasar n Produk n Pasar
Peluang (Oppurtunities) Bobot NDT TNDT NDT TNDT NDT TNDT
Meningkatnya jumlah
penduduk dan mahasiswa
yang terus meningkat 0,15 3 0,45 4 0,6 3 0,45
mempengaruhi pertumbuhan
O1 usaha
Usaha ini terus berjalan
seiring sebagian besar
0,15 3 0,45 2 0,3 3 0,45
konsumen merupakan
O2 mahasiswa
Rasa makanan yang enak dan
memiliki citarasa yang 0,1 4 0,4 4 0,4 2 0,2
O3 berbeda dengan yang lain
Masih tersedia lahan tempat
kosong disebelahnya
memungkinkan untuk 0,05 2 0,1 2 0,1 4 0,2
melebarkan tempat agar lebih
O4 luas
Selama warung ini buka
pelanggan akan terus 0,05 2 0,1 2 0,1 3 0,15
O5 berdatangan
Semua kalangan masyarakat
menyukai menu masakan 0,1 4 0,4 2 0,2 3 0,3
O6 andalan “ayam coklat”
Ancaman (Threats)
Berdirinya warung makan
yang sejenis (pesaing) dan
meniru masakan dengan 0,1 4 0,4 4 0,4 3 0,3
mematok harga yang lebih
T1 murah.
Jarak warung makan yang
0,05 4 0,2 4 0,2 4 0,2
T2 berdekatan di daerah Patemon
Peningkatan harga bahan
0,1 1 0,1 4 0,4 2 0,2
T3 baku
Kehilangan pelanggan karena
berpindah kepada pesaing 0,04 4 0,16 3 0,12 3 0,12
T4 lain.
Inovasi rumah makan dari
0,08 4 0,32 4 0,32 4 0,32
T5 pesaing lebih cepat
Adanya perubahan selera
0,03 3 0,09 4 0,12 2 0,06
T6 konsumen
Keterangan Tabel: NDT=Nilai Daya Tarik; TNDT=Total Nilai Daya Tarik

Pengembangan Pengembangan
Prenetrasi Pasar
Produk Pasar
QSPM Faktor Internal 2,56 2,29 3,13
QSPM Faktor Eksternal 3,17 3,26 2,95
TOTAL 5,73 5,55 6,08

Dari Tabel di atas terlihat bahwa dari empat alternatif strategi, jika diurutkan dari total
nilai daya tarik terbesar, maka strategi pengembangan pasar adalah urutan teratas dengan total
nilai daya tarik 6,08, lalu strategi penetrasi pasar dengan total nilai daya tarik 5,73, dan urutan
terakhir strategi pengembangan produk dengan total nilai daya tarik 5,55.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai