Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah masa anak ingin tahu banyak hal tentang perubahan fisik,
emosional, dan lainya, sehingga merasa ada yang berbeda terhadap diri mereka, dan
Masa remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa anak dan
dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial. Secara biologis
suara, perubahan hormonal dan lain sebagainya. Perubahan kognitif yang terjadi pada
remaja yaitu mampu bernalar secara abstrak dan logis serta pikiran menjadi lebih
idealistik.
Penyimpangan seksual merupakan berita yang lazim pada zaman modern ini.
Tidak jarang media sosial baik media elektronik maupun media cetak membeberkan
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan sebanyak 32% remaja usia
jawab terhadap anak-anak, perlu adanya kesadaran yang tinggi bahwa anak-anak
harus mendapatkan pendidikan seks yang benar. Orang tua harus menyadari bahwa
menjadi orang tua adalah sebuah anugerah yang sangat berharga, oleh sebab itu
mereka memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengasuh, membesarkan serta
mendidik, agar kelak anak memiliki pola pikir yang benar dan terarah sehingga kelak
Orang tua pun harus menjadi seorang pembimbing yang handal, yang
kepada pengertian yang benar, mampu menjadi teman yang setia bagi anak, dan
terlebih seorang guru profesional yang harus menjelaskan hal-hal yang dahulu
Remaja perlu mengetahui hal tersebut, karena masa r\emaja merupakan masa
kesempatan emas bagi orang tua untuk menjawab dan menjelaskan dengan terarah
tentang pendidikan seks. Pendidikan seks sangat penting dalam proses kehidupan
manusia terutama para remaja, dan pendidikan seks sebaiknya diberikan ketika
menjelang masa remaja, agar mereka memiliki bekal untuk menghindari perilaku seks
yang tidak sehat dan menyimpang terhadap diri remaja (Puspitosari, 2002).
Berdasarkan pemaparan di atas, membicarakan seks kepada anak sangat
penting. Namun masih ada orang tua yang belum menyadarinya dan mungkin juga
menyadari akan hal ini namun enggan untuk membicarakannya. Dalam bukunya Seks
seks yang anda berikan akan melindungi kehidupan masa depan mereka dari
komplikasi dan kelainan seks. Untuk menyelamatkan generasi masa depan, orang tua
perlu menjelaskan dan memberikan pemahaman yang benar tentang pendidikan seks
dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan apakah adanya hubungan peran orang
Dalam penulisan ini ada beberapa hal penting yang perlu di perhatikan dan
remaja.
3. Mengetahui untuk menemukan faktor-faktor penyebab terjadianya penyimpangan
Sebagai bahan acuan untuk menolong orang tua dalam memberikan pendidikan
2. Bagi Remaja
Sebagai informasi dan membuka wawasan bagi para remaja bahwa pendidikan
seks yang diberikan oleh orang tua memengaruhi perilaku seks remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum peranan adalah perilaku yang dilakukan oleh seseorang terkait
oleh kedudukannya dalam struktur sosial atau kelompok sosial di masyarakat, artinya
miliki. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Peran berarti perangkat tingkah
atau karakter yang diharapkan atau dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam
2. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu
perangkat tingkah laku yang diharapkan atau dimiliki oleh orang yang berkecukupan
di masyarakat, peran terutama ditentukan oleh ciri-ciri individual yang bersifat khas
atau istimewa”.
Selanjutnya, menurut Gross Mason dan Mc Eachern dalam buku David Berry
dalam menjalankan hak dan kewajibannya sebagai pemegang kedudukan dan posisi
tertentu.
Menurut Miami dalam Zaldy Munir (2010:2) dikemukakan bahwa Orang tua
adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul
tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya. Sedangkan
menurut Widianingsih dalam Indah Pertiwi (2010:15) menyatakan bahwa orang tua
merupakan seorang atau dua orang ayah-ibu yang bertanggung jawab pada
keturunannya semenjak terbentuknya hasil pembuahan atau zigot baik berupa tubuh
Orang tua berperan dalam Pendidikan anak untuk menjadikan Generasi muda
berkedudukan. Menurut Abu Ahmadi dalam Hendi Suhendi dan Ramdani Wahtu
(2001:4), penjelasan tentang orang tua dalam pendidikan sebagai berikut, Setelah
sebuah keluarga terbentuk, anggota keluarga yang ada didalamnya memiliki tugas
inilah yang disebut fungsi. Jadi fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan atau tugas
yang harus dilakukan didalam atau diluar keluarga. Fungsi disini mengacu pada
peranan individu dalam mengetahui, yang pada akhirnya mewujudkan hak dan
kewajiban.
suatu keluarga atau rumah tangga, dan sudah layaknya apabila orang tua
mencurahkan perhatian dan bimbingan untuk mendidik anak agar supaya anak
tersebut memperoleh dasar-dasar dan pola pergaulan hidup pendidikan yang baik dan
yakni “orang tua dan anak hendaklah selalu damai dengan demikian akan dapat
tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk
memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya”.
“orang tua merupakan seorang atau dua orang ayah-ibu yang bertanggung jawab pada
keturunannya semenjak terbentuknya hasil pembuahan atau zigot baik berupa tubuh
mempunyai tanggung jawab yang berat dalam memberikan bimbingan kepada anak-
anaknya, tokoh ayah dan ibu sebagai pengisi hati nurani yang pertama harus
melakukan tugas yang pertama adalah membentuk kepribadian anak dengan penuh
tanggung jawab dalam suasana kasih saying antara orang tua dengan anak.
dirinya. Sebagai makhluk sosial ia menyesuaikan diri dengan kehidupan bersama, dan
yang memperkenalkan semua itu adalah orang tua, sehingga perkembangan anak
ditentukan oleh situasi dan kondisi yang ada serta pengalaman-pengalaman yang
Menurut Maulani dkk dalam Indah Pratiwi (2010:15) Peran orang tua adalah
seperangkat tingkah laku dua orang ayah- ibu dalam bekerja sama dan bertanggung
jawab berdasarkan keturunannya sebagai tokoh panutan anak semenjak terbentuknya
pembuahan atau zigot secara konsisten terhadap stimulus tertentu baik berupa bentuk
tubuh maupun sikap moral dan spiritual serta emosional anak yang mandiri.
Orang tua perlu menanamkan kepada anak-anak arti penting dari pendidikan dan
ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan dari sekolah. Selain itu nilai-nilai agama
dan moral, terutama nilai kejujuran perlu ditanamkan kepada anaknya sejak dini
dorongan orang tua untuk menumbuhkan keberanian dan rasa percaya diri dalam
menghadapi masalah.
Orang tua perlu memberikan contoh dan teladan bagi anak, baik dalam berkata
bermasyarakat.
d. Peran sebagai teman.
Menghadapi anak yang sedang menghadapi masa peralihan. Orang tua perlu lebih
sabar dan mengerti tentang perubahan anak. Orang tua dapat menjadi informasi,
teman bicara atau teman bertukar pikiran tentang kesulitan atau masalah anak,
Kewajiban orang tua adalah melihat dan mengawasi sikap dan perilaku anak agar
tidak keluar jauh dari jati dirinya, terutama dari pengaruh lingkungan baik dari
Orang tua dapat memberikan gambaran dan pertimbangan nilai positif dan negatif
antara lain :
dilingkungan keluarga.
4. Orang tua hendaknya tahu bahwa titik berat pendidikan tata cara bertanggung
Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud peranan orang tua adalah
pola tingkah laku dari ayah dan ibu berupa tanggung jawab untuk mendidik,
Menurut Suryo Subroto (dalam Ilyas: 2004) komunikasi orang tua dengan
orang tua berpengaruh baik kepada anaknya maka hal akan menyebabkan anak
berkembang baik pula. Suasana komunikasi orang tua di rumah mempunyai peranan
penting dalam menentukan kehidupan anak di sekolah. Orang tua harus menjadikan
orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal yang sama dan masing-masing
saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. Komunikasi orang tua adalah
bila kedua belah pihak saling dekat, saling menyukai dan komunikasi diantara
tumbuh rasa percaya diri. Komunikasi yang efektif dilandasi adanya keterbukaan dan
dukungan yang positif pada anak agar anak dapat menerima dengan baik apa yang
Dari paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi orang tua itu
berpengaruh baik pada anaknya. Komunikasi pada orang tua adalah proses
perhatian dan efek tertentu. Adapun tanda-tanda komunikasi yang efektif adalah 16
dikatakan efektif.
Pengawasan orang tua adalah sikap dari orang tua dalam mengamati dan
mengontrol apa yang dilakukan anaknya.Dengan adanya pengawasan orang tua, maka
diharapkan agar terciptanya lingkungan yang kondusif bagi remaja sehingga tidak
Orang tua dapat menanyakan perilaku anak kepada temannya, guru di sekolah, dan
masyarakat sekitar untuk mengetahui apa saja yang dilakukan anak di luar rumah
agar perilakunya dapat selalu terkontrol orang tua, Poltekes Depkes Jakarta I
(2012:61)
perilaku anak kepada temannya, guru di sekolah, dan masyarakat sekitar untuk
mengetahui apa saja yang dilakukan anak di luar rumah agar perilakunya dapat selalu
2.2.Tinjauan Remaja
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa
ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa
Disebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada
usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatmodjo, 2007).
masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11
atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda.
remaja yaitu:
1. Pada umumnya remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun
mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikahan mempunyai tempat tinggal.
remaja apabila cukup matang, yaitu umur 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun
5. Menurut dinas kesehatan anak dianggap sudah remaja apabila anak sudah
6. Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun.
(Soetjiningsih, 2004).
bahwa remaja merupakan suatu periode perkembangan dari transisi antara masa
anakanak dan dewasa, yang diikuti oleh perubahan biologis, kognitif, dan
sosioemosional.
2.3.TINJAUAN PERILAKU SEKSUAL
tentang pemberian informasi alat kelamin dan berbagai macam posisi dalam
berhubungan kelamin. Hal ini tentunya akan membuat orang tua merasa khawatir,
Pendidikan seks berusaha menempatkan seks pada persefektif yang tepat dan
mengubah anggapan negatif tentang seks. Dengan pendidikan seks pada persefektif
yang tepat dan mengubah anggapan negatif tentang seks. Dengan pendidikan seks
kita dapat memberitahu remaja bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah dan wajar
menjadi dua:
Dalam arti sempit seks berarti kelamin, yaitu: alat kelamin itu sendiri;
anggota-anggota tubuh dan ciri-ciri badaniah yang membedakan antara laki laki dan
Dalam pengertian ini, seks adalah sesuatu yang terjadi akibat dari adanya
perbedaan jenis kelamin, antara lain: perbedaan tingkah laku, lembut, kasar, genit,
dan lain-lain. Perbedaan atribut: pakaian, nama, dan lain-lain. Perbedaan peran dan
pekerjaan: hubungan antara pria dan wanita: tata krama pergaulan, percintaan,
Menurut Larose (1987: 11), seks bukanlah urusan kelenjar saja adakalanya
seks diartikan sebagai pantulan rasa cinta. Oleh karena itu, hubungan seks sering
terjadi antara dua orang yang saling mencintai. Lambat laun akan disadari bahwa
seksualitas dalam arti luas adalah sesuatu yang luas dan amatlah kompleks. Seks
tidak hanya menyangkut masalah alat kelamin saja, melainkan berhubungan masalah
psikis manusia yang timbul akibat adanya perbedaan jenis kelamin, yaitu antara laki-
laki dan perempuan yang keduanya merupakan suatu sistem yang memungkinkan
terjadinya kehamilan.
premarital intercourse adalah segala bentuk perilaku atau aktivitas seksual yang
seksual antara dua individu tanpa ikatan perkawinan. Bungin (2001) memberikan
batasan perilaku seksual bebas remaja yakni aktivitas seksual di kalangan remaja
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), yaitu aktivitas seksual yang dilakukan
sebelum pernikahan. Perilaku seksual dimaksud adalah perilaku seks yang dilakukan
bersamaan dengan orang lain, seperti: pegangan tangan dengan lawan jenis,
bebas yang biasa dilakukan adalah kissing, atau perilaku berciuman, mulai dari
ciuman ringan sampai deep kissing, necking atau perilaku mencium daerah sekitar
leher pasangan, petting atau segala bentuk kontak fisik seksual berat tapi tidak
termasuk intercourse, baik itu light petting (meraba payudara dan alat kelamin
lainnya) atau hard petting (menggosok-gosokkan alat kelamin sendiri ke alat kelamin
pasangan, baik dengan berbusana ataupun tanpa busana), hingga intercourse atau
Aspek-aspek perilaku seksual bebas menurut Sarwono & Samsidar (2004) ini
utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala hal
reproduksi (1994:48)
menyebutkan kesehatan reproduksi sebagai keadaan sehat secara fisik, mental, dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan perempuan.
Pasal 73 menjelaskan lebih lanjut tentang hak-hak terkait kesehatan reproduksi. Hak
reproduksi dan seksual yang sehat, aman, serta, bebas dari paksaan dan/atau
bersifat kooperatif dari berbagai aspek seperti diri sendiri, pihak orang tua, sekolah
dan lingkungan masyarakat yang harus diimbangi oleh norma agama dan sosial,
dan kepribadian
mempunyai kegiatan positif; orang tua berperan sebagai teman berbagi cerita bagi
anak; orang tua berperan sebagai contoh peran bagi anak dalam melakukan
interaksi sosial yang baik; memberikan lingkungan yang nyaman bagi anak dalam
reproduksi itu sangat luas, tidak hanya berkisar masalah jenis kelamin dan
tentang kesehatan reproduksi sejak dini. Gunakan istilah yang tepat sesuai dengan
usianya, misalnya anak yang beranjak remaja, maka gunkanlah bahasa yang biasa
METODE PENELITIAN