Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia yang kini memasuki era industrilisasi tentunya

telah menghadapi masalah pencemaran lingkungan yang kemungkinan

pada masa-masa mendatang akan lebih besar. Hal ini merupakan

salah satu resiko yang tidak dapat dihindarkan. Ini disebabkan karena

peningkatan industri sehingga pencemaran meningkat. (Wardana,

2001)

Pada saat ini banyak kosmetik dijual di pasar bebas, kosmetik

tersebut adalah produk pabrik kosmetik didalam dan diluar negeri,

sehingga dengan banyaknya pemakaian kosmetik tersebut

menyebabkan timbulnya barbagai efek samping terhadap kosmetik.

Apabila kosmetik tersebut mengandung logam berat seperti merkuri,

maka logam berat tersebut dapat diabsorbsi dan masuk kedalam

sistem peredaran darah berikatan dengan protein plasma maupun

eritrosit. Dalam peredarannya darah sampai di ginjal dan selanjutnya

diekskresi oleh tubuh.

Produk kosmetik yang beredar di pasaran saat ini sangat

banyak, baik produk lokal maupun produk impor. Daya tarik tersebut
tergolong tinggi bagi banyak perempuan khususnya yang mempunyai

kulit sawo matang karena menganggap bahwa cantik itu identik dengan

kulit putih. Berbagai cara telah dilakukan untuk memutihkan kulit mulai

dari luluran, mandi susu sampai pemakaian krim pemutih.

(http://www.kompas.com)

Merkuri dilarang digunakan dalam krim pemutih karena

termasuk logam berat yang berbahaya, dalam keadaan kecilpun

bersifat racun. pemakaian merkuri dalam krim pemutih dapat

berdampak mulai dari perubahan warna kulit sampai pada timbulnya

flek-flek hitam pada kulit,alergi atau iritasi kulit. pemakaian dengan

dosis tinggi juga dapat menyebabkan kerusakan permanen pada

otak,ginjal dan gangguan perkembangan janin dan paparan jangka

pendek dalam dosis tinggi dapat menyebabkan muntah-muntah,

kerusakan paru-paru dan dapat menyebabkan kanker kulit.

Pasar Senggol merupakan salah satu pasar tradisional yang

berada di jln laiya,dimana pada pasar tersebut banyak terdapat penjual

kosmetik dan dari hasil observasi di lapangan ternyata masih ada

kosmetik yang tidak memenuhi syarat dalam hal ini tidak memiliki

nomor registrasi dari Balai Besar Pengawasan Obat Dan Makanan

(BPOM) dan dimana penjual tidak mengetahui dampaknya serta hanya

ingin menarik keuntungan dimana kosmetik yang di perdagangkan

akan memberikan dampak negatif pada konsumen.


Sehubungan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul Analisis Kandungan Merkuri pada

Krim Pemutih Wajah yang Beredar di pasar Senggol Kota Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas

maka rumusan masalahnya adalah : “Berapakah kadar merkuri pada

krim pemutih wajah yang beredar di pasar Senggol Kota Makassar?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui ada tidaknya merkuri dalam krim pemutih wajah

yang beredar di pasar Senggol Kota Makassar.

2. Tujuan Khusus

Untuk menentukan kadar merkuri dalam krim pemutih wajah yang

beredar di pasar Senggol Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi

Untuk memberikan informasi pada instansi terkait sebagai bahan

masukan dan pertimbangan tentang penggunaan bahan kimia

merkuri pada kosmetik krim pemutih wajah.

2. Bagi Masyarakat
Untuk memberikan informasi pada masyarakat tentang

penggunaan bahan kimia merkuri pada kosmetik krim pemutih

wajah yang dapat membahayakan kulit.

3. Bagi Peneliti

Untuk menambah ilmu pengetahuan peneliti pada khususnya, dan

tenaga laboratorium pada umumnya mengenai penggunaan bahan

kimia merkuri pada kosmetik krim pemutih wajah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1.Uraian Umum tentang Kosmetika

a. Kosmetika (Depkes RI, 1979)

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang

berarti “berhias”. Sejak semula kosmetik merupakan salah satu

segi ilmu pengobatan atau ilmu kesehatan, sedangkan kosmetik

dalam prakteknya mempunyai arti yang luas yaitu ilmu dan seni

untuk memperbaiki penampilan dengan jalan memelihara dan

merawat kulit, kuku dan rambut.

Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk

digosokkan, diletakkan, dituangkan, dipercikkan atau

disemprotkan, dipergunakan pada badan atau bagian badan

dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah

daya tarik, dan tidak termasuk golongan obat.

Produk yang dapat digolongkan kosmetik hanya boleh

bekerja pada lapisan epidermis dan tidak sampai

mempengaruhi metabolisme tubuh. Jadi, bila kosmetika dapat

mempengaruhi kulit bagian dalam lapisan epidermis, mengobati


atau menyembuhkan, mempengaruhi fisiologi tubuh, maka

kosmetik tersebut telah menyalahi peraturan produk kosmetik.

b. Krim (Depkes RI, 1979)

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat

mengandung satu atau lebih bahan terlarut atau dalam bahan

yang sesuai. Istilah ini secara luas telah digunakan untuk sediaan

setengah padat yang memiliki konsistensi relatif air. Sekarang

batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri atas

emulasi minyak dalam air atau dispresi mikrokristal asam-asam

lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci

dalam air dan lebih ditujukan untuk digunakan sebagai kosmetik.

Zat pengemulsi yang dipakai harus disesuaikan dengan

jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Sebagai zat pengemulsi

dapat digunakan emulgid, setaseum, setil alkohol, trietanolamin

stearat, golongan sorbiton dan polissorbat.

c. Kosmetika Pemutih

Sediaan pemutih adalah sediaan kosmetik yang

digunakan dengan maksud untuk memutihkan atau mengurangi

pigmentasi kulit dalam jangka waktu tertentu. Sediaan ini dapat

dijumpai dalam bentuk cairan yang mengandung bahan aktif

bersifat oksidator.
Ekstrak lemon dicampurkan ke dalam cairan pemutih

yang dibuat untuk menghilangkan adanya efek memutihkan,

bahan yang paling sering digunakan adalah garam merkuri dan

pemutih hidroquinon. Pencerahan kulit yang umum dapat

diinduksi oleh penggunaan cairan kosmetik yang mengnadung

sedikitnya 1% dari merkuri beramonia. Monobenzil eter dari

hidroquinon telah disarankan sebagai bahan aktif dalam sediaan

kosmetik pemutih. Bahan ini tidak hanya menekan pembentukan

melanin baru tapi juga menghancurkan melanin yang sudah ada

sehingga efektif sebagai pemutih. (Faizah Fauzan, 2002)

d. Jenis Kosmetika Pemutih

Sesuai dengan kegunaannya, produk pemutih terbagi

dua, berupa skin lightening yang berfungsi untuk mencerahkan

warna kulit dan skin bleaching yang berfungsi untuk

memudarkan noda-noda hitam. Umumnya skin lightening

mengandung asam alfa / beta / polihidroksi yang berfungsi

untuk mencerahkan kulit. Pada konsentrasi lebih dari 2% bahan

ini bisa mengelupaskan kulit dan merangsang pertumbuhan sel-

sel kulit yang lebih mudah dan berwarna lebih cerah. Cara

penggunaannya cukup dioleskan tipis secara merata keseluruh

tubuh.
Skin bleaching umumnya terbuat dari bahan-bahan yang

bisa menghambat aktifitas enzim tirosinase dalam membentuk

noda-noda hitam pada kulit seperti hidroquinon, asam kojik,

arbutin dan derivate vitamin C. skin bleaching sebaiknya

digunakan pada malam hari dengan cara di oleskan tipis di

permukaan kulit yang terkena noda hitam. (Faizah Fauzan, 2002)

e. Cara Kerja Garam Merkuri dalam Kosmetika Pemutih

Kerja garam merkuri adalah mengganggu enzim dopa

yang merupakan bahan utama dalam pembentukan pigmen

sehingga tahap awal dari reaksi berantai yang menuju

pembentukan melanin tidak terjadi dan kulit tampak lebih cerah

atau putih. Sehingga dapat dikatakan juga bahwa efek garam

merkuri tergantung pada inhibisi enzim yang bertanggung jawab

terhadap tahap pertama oksidasi tirosin menjadi melamin. (Harry,

R, G., 1962)

f.Efek Kosmetik Terhadap Kulit

Ada dua efek atau pengaruh kosmetik terhadap kulit,

yaitu efek positifnya memang diharapkan terjadi pada kulit, yaitu

membersihkan, menyehatkan dan memperindah kulit sedangkan

efek negatifnya tidak diinginkan karena akan menimbulkan

kelainan-kelainan pada kulit misalnya, kemerahan, gatal-gatal,

bengkak atau noda-noda hitam. (Harry, R, G., 1962)


Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi efek kosmetik

terhadap kulit, yaitu :

a) Faktor Manusia

Perbedaan warna dan tipe kulit dapat menyebabkan

perbedaan reaksi kulit terhadap kosmetik. Efek negatif

kosmetik dapat juga terjadi bila kulit seseorang memang

peka atau kurangnya pengetahuan seseorang akan cara

pemakaian kosmetik yang tetap.

b) Faktor Lingkungan

Setiap lingkungan memberikan pengaruh tersendiri

terhadap kulit seperti, kosmetik untuk iklim panas atau tropis,

misalnya di Indonesia harus berbeda dengan kosmetik untuk

iklim dingin atau subtropis. Panas dan lembabnya udara akan

menyebabkan kulit menjadi aktif mengeluarkan keringat dan

minyak, sehingga kulit mudah ditempeli berbagai kotoran,

debu, polusi, kuman-kuman yang menyebabkan kulit menjadi

kotor dan mudah terkena penyakit kulit.

c) Faktor Kosmetik

Kosmetik jika dibuat dari bahan-bahan yang berkualitas

rendah atau bahan-bahan yang berbahaya bagi kulit,

pengolahannya kurang baik sehingga dapat menimbulkan

kerusakan pada kulit.


2. Uraian Umum Tentang Merkuri

a. Logam Berat

Logam berat termasuk golongan logam dengan kriteria

yang sama dengan logam-logam yang lain. Perbedaannya

terletak pada pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini

masuk dalam tubuh manusia.

Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya

menimbulkan efek-efek khusus pada makhluk hidup. Logam

berat dapat menjadi racun yang akan meracuni tubuh makhluk

hidup.

Logam berat adalah semua jenis logam yang

mempunyai berat jenis lebih besar dari 5 gram/cm3 membentuk

garam dengan asam, pada sistem periode 3 dan 7. Logam-

logam tersebut antara lain Stanium (Sn), Timbal (Pb), Cupri

(Cu), Merkuri/Raksa (Hg), dan Cadmium (Cd).

Logam berat dalam tubuh tidak mengalami

metabolisme, tetapi berada dalam tubuh dan menyebabkan efek

toksik, seperti kelainan neurologis, kerusakan ginjal, dan

gangguan penglihatan. (Palar, H., 1994)

b. Logam Merkuri
Merkuri adalah logam cair yang putih keperakan pada

suhu biasa dan mempunyai berat molekul 200,59. Bila

dipanaskan sampai suhu 3570 C merkuri akan menguap. Bila

bergabung dengan klor, belerang atau oksigen merkuri akan

membentuk garam yang biasanya berbentuk padatan putih.

Merkuri dapat pula bersenyawa dengan karbon membentuk

senyawa organik merkuri.

Ada tiga bentuk utama merkuri, yaitu : uap

merkuri(unsur merkuri), garam merkuri dan merkuri organik.

Namun yang sering digunakan dalam sediaan krim pemutih

modern sebagai bahan aktif adalah garam merkuri. Garam

merkuri terdapat dalam bentuk garam monovalent dan

divalent. HgCI2 atau kolomel yaitu senyawa merkuri yang

paling dikenal masih terdapat dalam sejumlah krim kulit

sebagai antiseptic. Garam merkuri merupakan iritasi dan racun

yang sangat kuat dari logam tersebut. (Marlinda, l., 2002)

c. Sumber Logam Merkuri

Logam merkuri dihasilkan dari biji sinabar (HgS) yang

mengandug unsur merkuri antara 0,1 – 4%. Merkuri dan

senyawa-senyawanya tersebar luas di alam mulai dari batuan,

air, udara dan bahkan dalam tubuh organisme hidup. Berbagai


aktifitas manusia dapat meningkatkan kadarnya bagi

lingkungan. Aktifitas ini antara lain penambangan, pembakaran

bahan bakar fosil, produksi baja, semen serta phospat. (Palar,

H., 1994)

d. Kegunaan Merkuri

Dalam keseharian bahan merkuri telah berkembang

sangat luas, contoh :

a) Pada peralatan listrik, merkuri yang ditemukan pada

lampu listrik.

b) Di laboratorium, merkuri digunakan sebagai alat ukur

pada thermometer.

c) Dalam bidang pertanian, senyawa merkuri banyak

digunakan sebagai fungisida.

d) Pada industri manufaktur vinil klorida di jepang, merkuri

digunakan sebagai katalis. (Gan, S., 1987)

e. Efek Merkuri Pada Kesehatan

Efek merkuri pada kesehatan terutama berkaitan

dengan sistem saraf yang sangat sensitif pada semua bentuk

merkuri dapat merusak secara permanen otak dan ginjal.

Pengaruhnya pada fungsi otak dapat mengakibatkan tremor,

pengurangan penglihatan, pendengaran, dan pengurangan

daya ingat. Pemaparan dalam waktu singkat pada kadar


merkuri yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan paru-

paru, muntah-muntah, peningkatan tekanan darah, kerusakan

kulit dan iritasi mata. (Wardhana, W.A., 2001)

3. Uraian Tentang Spektrofotometer Serapan Atom/SSA (Khopkar,

1990)

Penggunaan Spektrofotometer Serapan Atom pertama kali

dilakukan oleh Wals pada tahun 1955, kemudian disusul oleh

Alkamade dan Milats. Metode ini sangat penting dalam analisis

karena unsur-unsur seperti arsen, timbal, dan raksa dapat

ditentukan dengan sangat peka dan selektif dengan batas kepekaan

dibawah 1 mg/ml.

Berdasarkan kemampuan itu, kini Spektrofotometer Serapan

Atom mulai dibaca untuk penetapan kadar senyawa non logam

(oragnik maupun anorganik). Walaupun masih harus diteruskan

dengan metode tidak langsung.

Spektrofotometer Serapan Atom merupakan suatu metode

spektrofotometer yang memanfaatkan serapan energi sebagai

dasar pengukuran dimana terjadi penyerapan energi oleh atom-

atom netral keadaan gas.

a. Prinsip Dasar (Van Loon, 1980)

Spektrofotometer Serapan Atom adalah sauatu alat

untuk menentukan beberapa logam dalam jumlah sangat kecil.


Alat ini didasarkan pada absorsi serapan atom pada panjang

gelombang tertentu dari suatu atom yang telah mengalami

eksitasi.

Spektrofotometer Serapan Atom mengukur konsentrasi

logam dalam larutan ke dalam lapisan api yang panas. Cahaya

dari lampu katoda yang mengandung logam yang akan

dianalisa melewati api tersebut dan masuk ke dalam

monokromator. Monokromator mengisolasi radiasi keadaan

dasar dari lampu katoda. Larutan yang disemprotkan kedalam

api akan membentuk atom-atom karena adanya panas. Jika

atom-atom yang terbentuk adalah atom yang sama dengan

elemen yang ada didalam lampu, maka cahaya tersebut akan

terabsorbsi. Tingkat absorbsi tergangtung pada jumlah yang

terdapat dalam larutan. Hasil yang diperoleh dibandingkan

dengan larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya.

Elektron dalam keadaan dasar ini dapat tereksitasi ke

tingkat energi elektron yang lebih tinggi oleh kalor nyala api.

Keadaan tereksitasi ini terjadi amat singkat dan akan kembali ke

keadaan dasar. Pada waktu kembali inilah akan dipancarkan

oleh atom tersebut, suatu kuantum energi sinar yang sesuai

dengan nilai panjang gelombang. Penyerapan sinar oleh atom


sebanding dengan konsentrasi atom dalam nyala, maka

konsentrasi unsur logam dalam contoh dapat ditentukan.

b. Bagian-bagian Spektrofotometer Serapan Atom

Spektrometer Serapan Atom secara garis besar terdiri

atas: sumber cahaya, nyala pangatoman, monokromator,

detector, amplifer, dan sistem pembacaan.

1) Sumber Cahaya

Sumber cahaya berfungsi untuk memancarkan

cahaya yang dipakai untuk mengeksitasikan atom-atom dan

unsur yang akan dianalisa. Sumber cahaya ini harus

memancarkan radiasi yang tajam dan intensitasnya stabil.

Sumber cahaya yang paling banyak digunakan dalam

spektrofotometer serapan atom adalah lampu katoda

berongga (Hallow cathode lamp). Lampu ini terdiri pelindung

dari gelas yang mengandung katoda dan anoda. Katoda

adalah cawan atau silinder logam yang terbuat dari bahan

kimia yang akan dianalisis. Misalnya untuk analisis

tembaga, lampu yang akan digunakan memiliki katoda dari

tembaga murni.
2) Pembakar

Ada dua tipe pembakar yang digunakan yaitu total

konsuption burner dan premix columb burner. Pada tipe

total konsuption burner bahan bakar dan gas pengoksidasi

dicampur dan dibakar pada bagian atas pembakar.

Sampel dialirkan kedalam nyala oleh gas penyokong. Gas

ini menyebabkan volume di atas kapiler sehingga sampel

melewati kapiler, sampel kemudian keluar dalam bentuk

semprotan, dimana gas secara terbuka dicampur dan

dibakar. Proses ini disebut nubulasi (pengabutan). Tipe

kedua yang merupakan instrument yang lebih komersial,

yaitu premix colum burner yang bisa disebut pembakaran

beraliran laminar. Bahan bakar dan gas penyokong

dicampur dalam chamber sebelum masuk ke dalam kepala

pembakar. Larutan sampel diaspirasikan melalui kapiler

dengan menggunakan gas penyokong tetesan besar

larutan mengkondensasi pada bagian luar chamber, sisa

tetesan yang halus (90%) bercampur dengan gas melewati

cahaya meskipun banyak sampel yang diaspirasikan

hilang tetapi efisiensi pengatoman yang sampai ke cahaya

tetap besar karena tetesannya lebih halus sehingga

sensitifitas kedua alat ini sama.


3) Nyala Pengatoman

Dalam spektrofotometer serapan atom, proses

pengatoman atau atomisasi dapat dilakukan dengan nyala

maupun dengan tungku untuk mengubah metalik menjadi

uap atau hasil disosiasi.

Pengatomisasi yang umum digunakan adalah nyala

kimia yang didasarkan pada kombinasi gas (seperti

asetilen) dengan sebuah oksidan (seperti udara atau

nitrogen oksida). Larutan sampel dilewatkan pada nyala

api menggunakan alat pengabut (nebulizer).

Nyala adalah reaksi kimia dalam fase gas. Nyala

yang ideal untuk absorbsi atom harus dapat menghasilkan

energi panas yang tepat untul mendisosiasi atom-atom

dari ikatan kimianya. Nyala yang paling umum digunakan

adalah udara-asetilen dan nitrogen-asetilen. Pemilihan

oksidan tergantung pada suhu nyala sekitar 23000 C.

4) Monokromator

Monokromator berfungsi untuk memisahkan garis-

garis resonansi dari garis-garis spektro lain yang diemisi

oleh sumber radiasi. Monokromator yang paling sering

digunakan dalam spektrofotometer serapan atom adalah


difraksi granting, sebab dapat mempertahankan revolusi

yang lebih tinggi sampai jarak yang lebih panjang

gelombang.

5) Detektor

Detektor berfungsi untuk mengubah energi cahaya

yang diterima menjadi sinyal listrik atau sinyal elektrik.

Dalam spektrofotometer serapan atom banyak digunakan

fotomultiplifer atau detector fotoelektris, cukup stabil dan

dapat membandingkan garis-garis kuat.

6) Amplifer

Sinyal elektrik yang diterima oleh detektor diperkuat

oleh amplifer yang kemudian diteruskan ke alat pengukur

(meter) sehingga dapat terbaca.

7) Sistem Pembacaan

Spektrofotometer serapan atom dilengkapi pula

dengan pengaturan tekanan aliran gas dan modulator

untuk mengatur cahaya diemisikan dari lampu sebagai

sumber cahaya.

c. Keunggulan dan Kelemahan Spektrofotometer Serapan Atom

(Darmono, 1995)
1) Keunggulan Spektrofotometer Serapan Atom yaitu :

a) Sensitivitas (Kepekaan)

Cara ini sangat peka, banyak unsur dapat ditentukan

pada kadar dibawa 1 bpj, bahkan beberapa unsur dengan

tehnik tertentu dapat ditentukan dalam ppm. Dengan kata

lain, spektrofotometer serapan atom dapat mengukur

logam dalam jumlah relatif besar (bpj) dan juga dapat

mengukur logam dalam jumlah kecil (ppm).

b) Selektivitas Tinggi

Cara selektivitas ini sangat tinggi sehingga dapat

menentukan beberapa unsur sekaligus dalam suatu

larutan tanpa perlu adanya suatu pemisahan.

c) Ketelitian dan Ketetapan

Ketelitian spektrofotometer serapan atom relatif baik

karena gangguan-gangguan dalam pengukuran kurang

dibanding dengan alat-alat lain.

Ketetapan alat ini cukup baik karena sederhananya isyarat

dan telitinya hasil pengukuran yang menjadi dasar

pembuatan kurva kalibrasi.


2) Kelemahan Spektrofotometer Serapan Atom yaitu :

Kelemahan spektrofotometer serapan atom berupa

interfensi atau gangguan-gangguan yang mempengaruhi

hasil-hasil yang diperoleh. Interfensi dapat dikelompokkan

sebagai interfensi spektral, kimiawi, dan fisis.

a) Interferensi Spektral

Interferensi spektral timbul bila serapan atau emisi

zat pengganggu mempengaruhi atau dekat sekali dengan

serapan atau emisi zat yang diukur. Hal tersebut dapat

diatasi dengan menggunakan garis emisi yang lain.

b) Interferensi Kimiawi

1. Hampir sebagian besar gangguan dalam metode

analisis ini berasal dari gangguan kimia. Gangguan

kimia merupakan hasil dari berbagai proses kimia yang

terjadi selama proses atomisasi, sehingga dapat

mengubah karakteristik serapan dari zat yang akan

diukur, misalnya : fosfat yang dapat membentuk

senyawa Ca2P2O7 dalam nyala sehingga atom Ca yang

terjadi lebih kecil, akibatnya absorbsinya lebih kecil.

Pengaruh dapat dihilangkan dengan penambahan

SrCl2dan LaNO2.
2. Beberapa atom unsur tidak mudah menghasilkan uap

atom dalam keadaan dasar ketika mencapai nyala

seperti tidak terdisosiasinya senyawa stabil sehingga

menghalangi deteksi dan penetapan, misalnya:

Aluminium (AI), Silika (Si), dan Timbal (Ti).

c) Interferensi Fisis

Interferensi ini dapat disebabkan karena :

kecepatan aliran gas, kekentalan sampel, tegangan

permukaan, macam-macam pelarut, kandungan padatan

yang tinggi dan perubahan suhu nyala pembakaran. Oleh

karena itu beberapa nyala lebih tepat untuk beberapa

unsure tertentu maka bertambahnya contoh yang akan

ditentukan memerlukan tidak hanya satu penukar sumber

sinar dan pengaturan, tetapi juga penukaran terhadap

nyala, pembakar, dan sumber gas.

B. Kerangka Pikir

Merkuri bekerja dengan membendung dan menekan melanin di

lapisan dalam kulit, sehingga permukaan kulit tampak putih pucat,

Tetapi lama kelamaan ketika tumpukan melanin sudah tak tertampung

lagi,maka akan jebol bendungan melanin tersebut sehingga kulit

dipenuhi flek-flek hitam yang menumpuk dan akan menyebabkan kanker

kulit.
Adapun kerangka Berpikir dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut :

Krim Pemutih

Merkuri

Konsumen

Dampak Kesehatan

Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir

Anda mungkin juga menyukai