Anda di halaman 1dari 64

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan

pengetahuan, keterampilan dan kecakapan. Aktivitas belajar akan menghasilkan

perubahan dalam diri seseorang. Tujuan akhirnya adalah agar seseorang mampu

menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mampu mewujudkan apa yang dicita-

citakannya. Siswa melakukan aktivitas belajar yang utama adalah di sekolah

sebagai pusat pendidikan secara formal. Selain di sekolah, tugas belajar siswa harus

dilanjutkan di luar sekolah baik di rumah maupun di dalam lingkungan masyarakat.

Siswa harus mampu menjalankan tugas belajarnya tersebut dengan baik supaya

dapat memiliki hasil belajar yang baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa “hasil

belajar merupakan gambaran tentang bagaimana siswa memahami materi yang

disampaikan oleh guru. Hasil belajar merupakan output nilai yang berbentuk angka

atau huruf yang di dapat siswa setelah menerima materi pembelajaran melalui

sebuah tes atau ujian yang di sampaikan guru. Dari hasil belajar tersebut guru dapat

menerima informasi seberapa jauh siswa memahami materi yang di pelajari.

Keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar pada setiap siswa

berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam

mencapai hasil belajar di kelompokan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal adalah segala faktor yang berasal dari dalam diri siswa,

diantaranya tingkat intelegensi, kecerdasan emosional dan sebagainya. Sedangkan


2

faktor eksternal adalah segala faktor dari luar diri siswa, diantaranya, lingkungan

keluarga, masyarakat, pergaulan, fasilitas belajar, kemandirian belajar, keadaan

sosial ekonomi keluarga dan sebagainya”. Dari berbagai faktor tersebut diantaranya

adalah faktor kecerdasan emosional dan kemandirian belajar merupakan faktor

yang memiliki peran penting terhadap peningkatan hasil belajar siswa di SMK

Negeri 2 Bitung.

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk menggali dan

mengenali diri sendiri dan orang lain dengan mempergunakan keterampilan

subjektif dan non kognitifnya agar dapat mengelola dan meningkatkan hubungan

sosial dan kondisi kehidupan. Aspek-aspek kecerdasan emosional diantaranya

adalah kecakapan pribadi mencakup mengenali emosi, mengelola emosi, dan

motivasi dan kecakapan sosial mencakup empati dan membina hubungan. Selain

faktor kecerdasan emosional faktor lain yang berperan dalam meningkatkan hasil

belajar siswa adalah kemandirian belajar.

Kemandirian belajar merupakan bentuk pembelajaran yang memposisikan

pembelajar sebagai penanggung jawab, pemegang kendali, pengambil keputusan

atau pengambil inisiatif dalam memenuhi dan mencapai keberhasilan belajarnya

sendiri tanpa bantuan orang lain. Siswa dikatakan telah mampu belajar secara

mandiri apabila telah mampu melakukan tugas belajar tanpa ketergantungan

dengan orang lain.

Siswa yang memiliki kecerdasan emosional dan kemandirian belajar yang

baik akan memperoleh hasil belajar yang baik. Hasil belajar menurut Suryabrata

(2006:378), dapat pula didefinisikan sebagai berikut:“nilai merupakan perumusan


3

terakhir yang dapat diberikan oleh guru mengenai kemajuan hasil belajar siswa

selama masa tertentu”. Jadi, “hasil belajar adalah hasil usaha siswa selama masa

tertentu melakukan kegiatan. Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya

kompleks dan menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih

prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient

(IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan

memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan hasil belajar

yang optimal. Kemunculan istilah kecerdasan emosional dalam pendidikan, bagi

sebagian orang mungkin dianggap sebagai jawaban atas kejanggalan tersebut. Teori

Daniel Goleman, sesuai dengan judul bukunya, memberikan definisi baru terhadap

kata cerdas. Walaupun Emotional quotient (EQ) merupakan hal yang relatif baru

dibandingkan IQ, namun beberapa penelitian telah mengisyaratkan bahwa

kecerdasan emosional tidak kalah penting dengan IQ” (Goleman, 2009:58).

Dimyati dan Mudjiono (2009) menyatakan bahwa “hasil belajar

merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil

belajar dapat di tingkatkan melalui usaha sadar yang di lakukan secara sistematis

mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian di sebut dengan proses

belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil

belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil

belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

mengajar dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil

belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan

puncak proses belajar”. Menurut Sudjana (2010:22), “hasil belajar adalah


4

kemampuan yang di miliki siswa setelah menerima pengalaman belajar”.

Selanjutnya Warsito (dalam depdiknas, 2006:125) mengemukakan bahwa “hasil

dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif

yang relatif permanen pada diri orang yang belajar”. Sehubungan dengan pendapat

itu maka Wahidmurni, dkk (2010:18) menjelaskan bahwa “seorang dapat di

katakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukan adanya perubahan

dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan

berpikirnya, ketrampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek”.

Menurut taksonomi Bloom menyatakan “hasil belajar dapat tertuang dalam

tiga ranah (domain) yaitu domain kognitif atau kemampuan berpikir, domain

efektif atau sikap, dan domain pisikomotor atau ketrampilan”. Sehubungan dengan

itu, Gagne (dalam Sudjana, 2010:22) “mengembangkan kemampuan hasil belajar

menjadi lima macam antara lain: (1) hasil belajar intelektual merupakan hasil

belajar terpenting dari sistem lingsikolastik; (2) strategi kognitif yaitu mengatur

cara belajar dan berfikir seorang dalam arti seluas-luasnya termasuk kemampuan

memecahkan masalah; (3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas

emosional di miliki seseorang sebagaimana di simpulkan dari kecenderungan

bertingkah laku terhadap orang dan kejadian; (4) informasi ferbal, pengetahuan

dalam arti informasi dan fakta; dan (5) keterampilan motorik yaitu kecakapan yang

berfungsi untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang”.

“Adapun hasil belajar dapat di ukur, dan pengukuran memerlukan alat

sebagai pengumpul data yang di sebut dengan instrument penilaian hasil belajar.

Menurut Wahidmurni, dkk. (2010:28), instrument dibagi menjadi dua bagian besar,
5

yakni tes dan non tes. Selanjutnya, menurut Hamalik (2006:155), memberikan

gambaran bahwa hasil belajar yang di peroleh dapat diukur melalui kemajuan yang

di peroleh siswa setelah belajar dengan sungguh-sungguh. Hasil belajar tampak

terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur

melalui perubahan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat di artikan

terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik di bandingkan dengan

sebelumnya”.

Masalah penting yang sering di hadapi oleh guru dalam kegiatan

pembelajaran adalah hasil belajar yang tidak sesuai harapan dari guru yang

berharap bahwa siswanya akan mendapatkan hasil belajar yang baik. Hasil belajar

yang baik itu menggambarkan bahwa seorang siswa telah menanggapi dan

mengerti terhadap materi-materi yang sudah di berikan oleh guru saat dalam proses

pembelajaran. Adapun siswa sebagai faktor utama dalam kegiatan belajardi

sekolah. Masing-masing siswa mempunyai karakteristik yang berbeda satu dengan

lainnya, sehingga menyebabkan perbedaan dalam meningkatkan hasil

belajar.faktor-faktor tersebut mengakibatkan munculnya siswa yang memiliki hasil

belajar yang tinggi, sedang atau rendah. Demiikian pula pada siswa SMK dengan

spesifikasi jurusan tertentu masih memiliki tingkat hasil belajar yang rendah dan

akibatnya siswa-siswa tersebut tidak mengalami perubahan atau peningkatan

dalam hal pengetahuan dan bahkan dalam hal keterampilan sebagai siswa sekolah

kejuruan dan kurangnya hal-hal tersebut bisa membuat siswa tidak naik kelas

bahkan siswa-siswa tersebut tidak akan di terima di dunia industri nanti karena

terbukti mempunyai tingkat ketrampilan yang rendah.


6

Dasar-dasar kelistrikan yang di miliki siswa kelas X jurusan audio video

juga berbeda-beda hasil belajar mereka ada yang tinggi, sedang atau bahkan ada

yang memiliki hasil belajar yang rendah. Hasil belajar dasar-dasar kelistrikan

ditunjukkan dengan prestasi yang diperoleh siswa. Prestasi tersebut dalam

berbentuk nilai yang diperoleh ketika anak mengikuti proses pembelajaran di kelas.

Hasil belajar dasar-dasar kelistrikan adalah proses yang di lakukan siswa yang

menghasilkan perubahan. Perubahan-perubahan itu meliputi aspek-aspek ilmu

pengetahuan dan ketrampilan tentang dasar-dasar kelistrikan.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti mempunyai dugaan bahwa tinggi

atau rendahnya hasil belajar siswa itu berpengaruh pada proses pembelajaran siswa

yang di mana itu terjadi karena ada faktor-faktor yang tidak di miliki oleh seorang

siswa dan berdasarkan pengamatan tersebut di atas peneliti tertarik untuk meneliti

masalah ini ke dalam skripsi dengan judul “Hubungan Antara Kecerdasan

EmosionalDan Kemandirian Belajar Dengan Hasil Belajar Dasar-Dasar Kelistrikan

Siswa SMK Negeri 2 Bitung”.

A. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, dapat

diidentifikasi permasalahan yang ada, antara lain:

1. Fasilitas sumber belajar yang masih kurang

2. Kurangnya pemanfaatan kreativitas dalam lingkungan sekolah

3. Motivasi belajar yang kurang

4. Siswa kurang memiliki kecerdasan emosional


7

5. Kurangnya kemandirian belajar siswa baik itu di lingkungan keluarga maupun

lingkungan sekolah.

6. Rendahnya hasil belajar siswa

C. Pembatasan Masalah

Mengingat cukup luasnya masalah pada identifikasi masalah tersebut, maka

masalah dalam penelitian ini dibatasi pada hubungan kecerdasan emosional dan

kemandirian belajar dengan hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri

2 Bitung.

D. Rumusan Masalah

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. “Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar

dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung?

2. Apakah terdapat hubungan kemandirian belajar dengan hasil belajar dasar-dasar

kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung?

3. Apakah terdapat hubungan secara bersama-sama antara kecerdasan emosional

dan kemandirian belajar dengan hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK

Negeri 2 Bitung”?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:


8

1. “Mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar dasar-

dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung.

2. Mengetahui hubugungan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar dasar-

dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung.

3. Mengetahui hubungan secara bersama-sama antara kecerdasan emosional dan

kemandirian belajar dengan hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK

Negeri 2 Bitung”.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

“Sebagai sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan,

khususnya dalam kaitan dengan kecerdasan emosional, kemandirian belajar

dan hasil belajar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Memberikan gambaran pentingnya kecerdasan emosional dan

kemandirian belajar bagi siswa.

b. Bagi Guru

Mendorong guru untuk menciptakan proses belajar mengajar yang bisa

menumbuhkan kemandirian belajar siswa dengan menggunakan metode

pembelajaran yang tepat.


9

c. Bagi Sekolah

Memberikan informasi tentang pentingnya kecerdasan emosional dan

kemandirian belajar dalam proses pembelajaran, sehingga sekolah

diharapkan dapat memberikan dukungan dalam bentuk penyediaan

sarana dan perasaan yang dapat menunjang kecerdasan emosional dan

kemandirian belajar siswa.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai tambahan wawasan dan referensi untuk

mengembangkan penelitian yang sejenis”.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
10

A. Landasan Teori

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Pengertian hasil belajar penting untuk dipahami dengan baik. “Hasil

belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya. Setelah suatu proses belajar berakhir, maka siswa memperoleh suatu

hasil belajar. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses

pembelajaran. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran

adalah hasil belajar. Hasil belajar digunakan untuk mengetahui sebatas mana

siswa dapat memahami serta mengerti materi tersebut. Hasil belajar adalah

pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengetahuan-pengetahuan, sikap-sikap,

apresiasi, abilitas, dan keterampilan” (Hamalik, 2004:31).

Dimyati dan Mudjiono (2013:3) mengatakan bahwa: “Hasil belajar

merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari

sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari

sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses

belajar”. Menurut Hamalik (2004:49) “mendefinisikan hasil belajar sebagai

tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti proses belajar

mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan”. Sedangkan,

Winkel (2009) mengemukakan bahwa “hasil belajar merupakan bukti

keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang”. Hasil belajar merupakan

pengukuran dari penilaian kegiatan belajar atau proses belajar yang dinyatakan
11

dalam symbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah

dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Menurut “Susanto (2013: 5)

perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif,

afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari belajar”.

Pengertian tentang hasil belajar dipertegas oleh Nawawi (dalam

Susanto, 2013: 5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai

tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang

dinyatakandalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi

pelajaran tertentu. Menurut Sudjana (2009: 3) “mendefinisikan hasil belajar

siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar

dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan

psikomotor”.

Hasil belajar dipengaruhi beberapa faktor yang bersifat internal mapun

eksternal. Menurut Munadi dalam Rusman (2013:124) bahwa “faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil belajar antara lain meliputi faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.

Sementara faktor eksternal meliputi faktor lingkungan dan faktor instrumental”.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, dapat penulis simpulkan

bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah siswa

tersebut melakukan kegiatan belajar dan pembelajaran serta bukti keberhasilan

yang telah dicapai oleh seseorang dengan melibatkan aspek kognitif, afektif

maupun psikomotor, yang dinyatakan dalam symbol, huruf maupun kalimat.

Dari beberapa definisi di atas, dapat kesimpulan bahwa “hasil belajar


12

merupakan hasil usaha belajar yang dicapai siswa ditunjukkan dengan nilai tes

atau angka yang diberikan oleh pengajar”.

Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauhmana ia

telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar.

Seperti yang dikatakan oleh Winkel (2009:370) bahwa “proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan dan

pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan. Adanya perubahan

tersebut tampak dalam hasil belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap

pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru. Arikunto (2006:119)

menyatakan hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah

melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar ini merupakan hasil dari interaksi

belajar dan mengajar (Rahman, 2007:300). Tirtonegoro (2001:43) menyatakan

bahwa hasil belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang

dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode

tertentu”.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar

Menurut Slameto (2003:54), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

1) “Faktor internal
13

Faktor ini berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi faktor

fisiologis (yang bersifat jasmani) dan aspek psikologis (yang bersifat

rohani).

a) Faktor jasmani, yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh.

Faktor kelelahan, yaitu kelelahan jasmani yang terlihat dengan

lemahnya kondisi tubuh dan timbul kecenderungan untuk

membaringkan

tubuh, sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan

dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan akan berkurang.

b) Faktor psikologis, yaitu inteligensi, kecerdasan emosional, perhatian,

minat,bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal terdapat tiga macam yaitu:

a) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial mencangkup masyarakat dan lingkungan keluarga

yang termasuk di dalamnya yaitu kemandirian belajar siswa.

b) Lingkungan non sosial

Faktor yang termasuk lingkungan non sosial yaitu gedung sekolah dan

letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, alat-alat belajar,

keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan dalam belajar.

c. Faktor pendekatan belajar


14

Faktor pendekatan belajar merupakan upaya belajar yang meliputi

strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan

mempelajari materi pelajaran.

Jenis dan indikator hasil belajar pengungkapan hasil belajar meliputi

seluruh ranah psikologis yang dapat mengungkapkan hal tersebut sangatlah sulit

dikarenakan beberapa perubahan hasil belajar ada yang bersifat intangible (tidak

dapat diraba), oleh karena itu dalam penelitian ini hanya akan diambil cuplikan

perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat

mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar. Untuk mengungkap

hasil belajar pada ketiga ranah (afektif, kognitif dan psikomotor) diperlukan

patokanpatokan atau indikator-indikator sebagai penunjuk bahwa seseorang telah

berhasil meraih prestasi pada tingkat tertentu, karena pengetahuan dan pemahaman

yang mendalam mengenai indikator-indikator hasil belajar sangat diperlukan

ketika seseorang perlu untuk menggunakan alat dan kiat evaluasi. Tujuan dari

pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai jenis-jenis hasil belajar

dan indikator-indikatornya adalah agar pemilihan dan pengunaan alat evaluasi akan

menjadi lebih tepat, reliable dan valid”.

2. Dasar-Dasar Kelistrikan

Membicarakan tentang kelistrikan pada dasarnya adalah membicarakan

segala sesuatu yang menyangkut perpindahan elektron karena adanya impuls

yang menyebabkannya. Sehingga dapat disebutkan bahwa “pola berpindahnya

elektron-elektron sehingga menimbulkan energi listrik serta upaya

pengaplikasiannya di dalam berbagai penerapan adalah termasuk di dalamnya


15

teori tentang kelistrikan telah lama didefinisikan orang setelah banyaknya

percobaan-percobaan yang dilakukan orang untuk memahami prilaku

perpindahan elektron ini. Kesimpulan-kesimpulan pun telah ditetapkan dan

kini telah menjadi baku sebagai dasar didalam ilmu kelistrikan. Dalam ilmu

kelistrikan ada beberapa besaran dasar yang sangat penting dan sangat dominan,

di antaranya adalah : besaran tegangan, besaran arus dan besaran daya.

Teknik listrik (Teknik elektro) adalah salah satu bidang ilmu teknik

mengenai aplikasi listrik untuk memenuhi kebutuhan daya listrik dalam skala

besar seperti pada industri dan mesin-mesin. Teknik listrik berhadapan

langsung dengan ketersediaan sumber daya energi, transmisi energi dan dampak

dari energi terhadap sistem operasi permesinan secara keseluruhaan. Teknik

listrik bekerja sama dengan insinyur dari area lain seperti teknik kimia, teknik

mesin, dan teknik sipil untuk merancang, mengembangkan, dan membantu

produksi berbagai macam produk dan jasa seperti sistem distribusi energi,

komputer pribadi, sistem satelit, radio genggam, sistem radar, mobil listrik,

jantung buatan, dan lain-lain yang melibatkan komponen listrik dan elektronik.

Berdasarkan hukum ohm dapat disimpulkan cara mengukur tegangan

listrik adalah kuat arus × hambatan. Hambatan nilainya selalu sama karena

tegangan sebanding dengan kuat arus. tegangan memiliki satuan volt (V) dan

kuat arus adalah ampere (A) serta hambatan adalah ohm.

a. Besaran-besaran listrik :
16

Tegangan Listrik, merupakan perbedaan potensial listrik antara dua titik dalam

rangkaian listrik, dan dinyatakan dalam satuan volt.

Arus Listrik, adalah banyaknya muatan listrik yang disebabkan dari pergerakan

elektron-elektron, mengalir melalui suatu titik dalam sirkuit listrik tiap satuan

waktu.

Hambatan listrik, merupakan perbandingan antara tegangan listrik dari suatu

komponen elektronik (misalnya resistor ) dengan arus listrik yang melewatinya.

Gaya Gerak Listrik ( GGL ), merupakan besarnya energi listrik yang berubah

menjadi energi bukan listrik atau sebaliknya, jika satu satuan muatan melalui

sumber itu, atau kerja yang dilakukan sumber arus persatuan muatan.

dinyatakan dalam Volt.

Muatan Listrik, merupakan muatan dasar yang dimiliki suatu benda, yang

membuatnya mengalami gaya pada benda lain yang berdekatan dan juga

memiliki muatan listrik.

Kapasitans, merupakan jumlah muatan listrik yang disimpan (atau dipisahkan)

untuk sebuah potensial listrik yang telah ditentukan.

Induktansi, merupakan sifat dari rangkaian elektronika yang menyebabkan

timbulnya potensial listrik secara proporsional terhadap arus yang mengalir

pada rangkaian tersebut, sifat ini disebut sebagai induktasi sendiri.


17

Kuat Medan Listrik, adalah ruang di sekitar benda bermuatan listrik dimana

benda-benda bermuatan listrik lainnya dalam ruang ini akan merasakan atau

mengalami gaya listriArah Medan Listrik.

Fluks Magnet, adalah ukuran total medan magnetik yang menembus bidang”.

secara matematis fluk maknetik didefinisikan sebagi perkalian skalar antara

induksi magnetik (B) dengan luas bidang yang tegak lurus pada induksi

magnetik tersebut.

Besaran listrik satuan dan alat ukurnya :

BESARAN LISTRIK SATUAN ALAT UKUR


Tegangan Volt Voltmeter
Hamabatan Ohm Ohmmeter
Arus Ampere Amperemeter
Daya Watt Wattmeter
Energi Wattjam ( kWh ) kWhmeter
Frekuensi Hertz Frekuensimeter
Indutansi Henry Induktansimeter
Kapasitansi Farad Kapasitansimeter
Tabel 2.1 Besaran listrik satuan dan alat ukur

Besaran listrik yang menggunakan awalan untuk satuannya :

Besaran Satuan
Arus (I) μA, mA, A
Tegangan (V) mV, V, kV,
Daya (P) mW, W, kW, MW
Resistansi (R) Ω, kΩ, MΩ
Induktansi (L) mH, H
Kapasitansi (C) pF, nF, μF, mF, F, kF
Frekuensi (f) Hz, kHz, MHz, GHz, TaHz
Panjang gelombang (λ) mm, cm, m
Tabel 2.2 Besaran listrik dan awalan untuk satuannya
18

b. Hubungan Daya Arus Tegangan dan Tahanan

Daya dalam fisika adalah laju energi yang dihantarkan atau kerja yang

dilakukan per satuan waktu. Daya dilambangkan dengan P. Mengikuti definisi ini

daya dapat dirumuskan sebagai:

Variasi rumus daya (P)

di mana

P = daya (watt)

W = Usaha (Joule)

t = waktu

V = Tegangan/beda potensial (Volt)

I = Arus (Ampere)

R = Tahanan/Hambatan/Beban (Ohm)

Tegangan listrik (kadang disebut sebagai Voltase) adalah perbedaan potensial

listrik antara dua titik dalam rangkaian listrik, dan dinyatakan dalam satuan volt.

Besaran ini mengukur energi potensial dari sebuah medan listrik yang

mengakibatkan adanya aliran listrik dalam sebuah konduktor listrik. Tergantung


19

pada perbedaan potensial listriknya, suatu tegangan listrik dapat dikatakan sebagai

ekstra rendah, rendah, tinggi atau ekstra tinggi.

Variasi rumus tegangan (V)

Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir melalui suatu titik

dalam sirkuit listrik tiap satuan waktu. Arus listrik dapat diukur dalam satuan

Coulomb/detik atau Ampere. Contoh arus listrik dalam kehidupan sehari-hari

berkisar dari yang sangat lemah dalam satuan mikro Ampere (μA) seperti di dalam

jaringan tubuh hingga arus yang sangat kuat 1-200 kiloAmpere (kA) seperti yang

terjadi pada petir. Dalam kebanyakan sirkuit arus searah dapat diasumsikan

resistansi terhadap arus listrik adalah konstan sehingga besar arus yang mengalir

dalam sirkuit bergantung pada voltase dan resistansi sesuai dengan hukum Ohm.

Variasi rumus arus (I)

Tahanan/beban/resistansi adalah komponen elektronik dua saluran yang didesain

untuk menahan arus listrik dengan memproduksi penurunan tegangan diantara

kedua salurannya sesuai dengan arus yang mengalirinya, berdasarkan hukum Ohm:
20

Variasi rumus tahanan (R)

3. Kecerdasan Emosional

Manusia mempunyai dua kecerdasan yaitu rasional dan emosional.

Kedua pikiran pada umumnya bekerja saling melengkapi. Kedua kecerdasan ini

mempunyai cara-cara yang berbeda dalam mencapai pemahaman dalam

mengarahkan kehidupan. Emosional memberikan masukan dan informasi pada

proses pikiran rasional dan pikiran rasional akan memperbaiki atau mungkin

menolak masukan emosi tersebut. Definisi kecerdasan emosional yang

dikemukakan oleh Goleman (2009: 58) yaitu kecerdasan emosional merujuk

pada kemampuan mengenali diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi

diri, mengelola emosi, empati dan berhubungan dengan orang lain.

Giovanni Chandra (2010: 10) menyebutkan kecerdasan emosional

merupakan suatu bidang yang menyelidiki dan menggali cara manusia

mempergunakan keterampilan subjektif dan non kognitifnya agar dapat

mengelola dan meningkatkan hubungan sosial dan kondisi kehidupan.


21

Kecerdasan emosi mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda, tetapi

saling melengkapi, dengan kecerdasan akademik (academic intellegence), yaitu

kemampuan-kemampuan kognitif murni yang diukur dengan IQ. Banyak orang

yang cerdas, dalam arti terpelajar, tetapi tidakmempunyai kecerdasan emosi,

ternyata bekerja menjadi bawahan orang ber-IQ lebih rendah tetapi unggul

dalam keterampilan kecerdasan emosi. Berdasarkan berbagai pendapat di atas

maka dapat disimpulkan yang dimaksud dengan kecerdasan emosi adalah

kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengenali diri sendiri dan orang

lain, yang didalamnya termasuk aspek pengelolaan emosi, motivasi diri, empati

dalam berhubungan dengan orang lain.

a) Kerangka Kerja Kecerdasan Emosional

Kerangka kerja kecerdasan emosi menurut Goleman (2009:58) meliputi

lima dasar kecakapan emosi dan sosial sebagai berikut:

1) Mengenali Emosi Diri

Merupakan kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu.

Hal ini mempengaruhi kepekaan dalam pengambilan keputusan-keputusan

masalah pribadi.

2) Mengelola Emosi

Menangani perasaan agar dapat diungkapkan dengan tepat. Termasuk

didalamnya kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan

dan kemurungan sehingga dapat bangkit dari kemerosotan hidup.

3) Memotivasi Diri Sendiri


22

Menyesuiakan diri dalam arus yang memungkinkan terwujudnya

kinerja yang tinggi pada berbagai bidang. Orang yang mampu memotivasi

diri sendiri akan cenderung lebih produktif dan efektif dalam hal apapun

yang mereka kerjakan.

4) Empathy

Empathy mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi tentang

apa yang dibutuhkan dan dikehendaki orang lain.

5) Membina Hubungan

Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain

dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan

lancar, menggunakan keterampilanketerampilan ini untuk mempangaruhi

dan memimpin, musyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk

bekerja sama dan bekerja dalam tim.

Giovanni Chandra (2010:41) menyebutkan fokus dari keefektifan

emosional dan sosial mencakup:

1) Menghargai diri sendiri

Menghargai diri sendiri, kepercayaan diri dan harga diri merupakan hal

yang penting. Ketika seseorang telah mampu menumbuhkan kepercayaan

dan harga dirinya, berarti telah siap untuk meraih hal yang lebih besar dalam

hidup mereka. Kepercayaan dan harga diri yang tinggi akan menjadi modal

yang kuat untuk mengakutalisasikan diri dan meraih kesuksesan.

2) Menghargai orang lain


23

Sebagai makhluk sosial,manusia mempunyai kecenderungan untuk saling

tolong menolong dan peduli pada sesamanya. Sifat saling tolong menolong,

peduli pada sesama dan menghargai orang lain merupakan sifat alami

manusia. Sifat tersebut manusia akan bersedia untuk membantu sesamanya.

3) Kesadaran responsif

Komponen kesadaran responsif yaitu sadar atas apa yang dirasakan, paham

mengapa merasakan hal tersebut, paham bagaimana keterlibatan orang lain

dalam perasaan tersebut dan paham apa yang harus dilakukan.

4) Keberanian

Keberanian berarti tindakan yang dilakukan dalam menghadapi bahaya,

kesulitan hidup, ketidakpastian atau rasa sakit. Berani tidak hanya terbatas

pada kata-kata saja, tetapi ditunjukkan dengan tindakan.

5) Kesuksesan autentik

Semua kompetensi keefektifan emosional dan sosial tidak dapat berdiri

sendiri namun berkaitan satu dengan yang lain sehingga untuk mencapai

kesuksesan, individu harus menguasai kompetensi keefektifan emosional

dan sosial, aktualisasi diri dan orang lain, rasa bahagia dan optimis.

b) Aspek-aspek Kecerdasan Emosional

Penilaian kecerdasan emosional dapat dilakukan menggunakan kuesioner

yang mengacu pada dasar yang dikemukakan oleh ahli. Goleman (2009: 58)

menyebutkan kecerdasan emosional merupakan kecakapan emosi yang terdiri dari


24

kecakapan pribadi dan kecakapan sosial. Aspek-aspekkecerdasan emosional

menurut Goleman (2009: 58 – 59) adalah sebagai berikut:

1) Kecakapan pribadi: mengenali emosi diri, mengelola emosi, dan motivasi.

2) Kecakapan sosial: empati, dan membina hubungan

Aspek-aspek kecerdasan emosional tersebut selanjutnya akan

digunakan sebagai dasar dalam penyusunan kuesioner penelitian.

4. Kemandirian Belajar

a. Pengertian Kemandirian Belajar

“Kemandirian belajar merupakan bentuk pembelajaran yang

memposisikan pembelajar sebagai penanggung jawab, pemegang kendali,

pengambil keputusan atau pengambil inisiatif dalam memenuhi dan mencapai

keberhasilan belajarnya sendiri dengan atau tanpa bantuan orang lain.

Kemandirian belajar menurut Danim dan Kahiril (2010: 134) diartikan sebagai

belajar yang berbasis arah diri sendiri yang berfokus pada proses

mengendalikan pembelajaran mereka sendiri. Grow (1991:41) mendefinisikan

kemandirian belajar sebagai kemampuan dalam mengendalikan atau

mengarahkan belajarnya sendiri. Pada proses belajar mandiri, memposisikan

siswa sebagai subyek, pemegang kendali, pengambil keputusan atau pengambil

inisiatif atas belajarnya sendiri. Siswa dikatakan telah mampu belajar secara
25

mandiri apabila telah mampu melakukan tugas belajar tanpa ketergantungan

dengan orang lain”.

Pengertian belajar mandiri yang lebih terinci lagi disampaikan oleh

Hiemstra (1994:1) yang mendeskripsikan belajar mandiri sebagai berikut:

1) “Setiap individu siswa berusaha meningkatkan tanggung jawab untuk

mengambil berbagai keputusan dalam usaha belajarnya.

2) Belajar mandiri dipandang sebagai suatu sifat yang sudah ada pada setiap

orang dan situasi pembelajaran;

3) Belajar mandiri bukan berarti memisahkan diri dengan orang lain;

4) Dengan belajar mandiri, siswa dapat mentransfer hasil belajarnya yang

berupa pengetahuan dan keterampilan ke dalam situasi yang lain.

5) Siswa yang melakukan belajar mandiri dapat melibatkan berbagai sumber

daya dan aktivitas, seperti: membaca sendiri, belajar kelompok, latihan-

latihan, dialog elektronik, dan kegiatan korespondensi.

6) Peran efektif guru dalam belajar mandiri masih dimungkinkan, seperti

dialog dengan siswa, pencarian sumber, mengevaluasi hasil, dan memberi

gagasan-gagasan kreatif.

Berdasarkan berbagai pengertian dan definisi dari para ahli di atas, dapat

disimpulkan kemandirian belajar adalah aktivitas belajar siswa dengan

kesadaran diri dan tidak tergantung pada orang lain yang disertai dengan sikap

bertanggung jawab, percaya diri, inisiatif dalam menyelesaikan tugas dan

kewajiban belajarnya”.
26

b. Upaya Menumbuhkan Kemandirian Belajar

Kemandirian belajar bukanlah sikap yang dapat dimiliki oleh siswa secara

langsung. Kemandirian belajar terbentuk melalui proses dan berbagai faktor yang

mempengaruhinya. Walaupun demikian kemandirian belajar bukanlah hal yang

tidak dapat diwujudkan. Beberapa ahli telah melakukan riset untuk meneliti upaya-

upaya yang dapat meningkatkan kemandirian belajar.

Lowry (1951: 89) mengemukakan tentang hal-hal yang dapat dilakukan

oleh pendamping belajar atau guru dalam memfasilitasi berkembangnya

kemandirian belajar pada siswa, yaitu diantaranya:

1) “Membantu siswa mengidentifikasi titik awal untuk belajar dan

mengembangkan bentuk ujian dan laporan yang relevan.

2) Mendorong siswa untuk memandang pengetahuan dan kebenaran secara

kontekstual, memandang nilai kerangka kerja sebagai konstruk sosial, dan

memahami bahwa mereka dapat bekerja secara perorangan atau dalam

kelompok.

3) Mengembangkan pedoman belajar yang berkualitas tinggi termasuk giat

belajar terprogram”.

Hiemstra (1994:1) menyebutkan 6 langkah kegiatan untuk membantu

individu menjadi lebih mandiri dalam belajar, yaitu:

1) Pre-planining (aktivitas sebelum proses pembelajaran),

2) Menciptakan lingkungan belajar yang positif,

3) Mengembangkan rencana pembelajaran,

4) Mengidentifikasi aktivitas pembelajaran yang sesuai,


27

5) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dan monitoring, dan

6) Mengevaluasi hasil pembelajar individu.

Lipton dan Hubble (2010:19) menyebutkan upaya untuk menumbuhkan

kemandirian belajar yaitu:

1) Merancang lingkungan literasi

Penciptaan lingkungan literai yaitu dengan menciptakan suasana kelas yang

tertata, menstimulasi nyaman dan menarik siswa untuk mengikutinya.

2) Memandu interaksi siswa

Belajar merupakan tindakan menyusun pengetahuan dan proses

pendalaman yang dapat berjalan sangat efektif bila siswa mempunyai

kesempatan untuk membangun pengetahuan bersama teman-temannya.

3) Meningkatkan kefasihan

Siswa yang pintar akan memantau dan membenahi diri mereka sendiri.

Mereka paham ketika suatu makna telah hilang maka akan melakukan usaha

menggunakan strategi untuk mendapatkan kembali pemahamannya.

4) Membina pembelajaran seumur hidup

Belajar merupakan proses yang berlangsung tanpa batas waktu yang tak

terhingga. Proses belajar dilakukan secara terus-menerus seumur hidup.

5) Strategi untuk menilai perkembangan siswa

Guru yang efektif harus mampu mengidentifikasi tingkat perkembangan

siswa kemudian menyusun kegiatan kelas agar siswa terdukung dan

terhantarkan menuju tingkat pertumbuhan dan pemahaman berikutnya.


28

Berdasarkan beberapa paparan ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa upaya menumbuhlan kemandirian belajar pada awalnya membutuhkan

pendampingan belajar yang dapat dilakukan baik oleh guru atau orang tua. Hal

utama yang dilakukan yaitu membuat perencanaan belajar, menciptakan

lingkungan belajar yang kondusif, menyediakan sarana pendukung dan

melakukan evaluasi terhadap hasil belajar.

c. Aspek-aspek Kemandirian Belajar

Penilaian kemandirian belajar dapat dilakukan melalui kuesioner yang

disusun berdasarkan aspek-aspek dasar kemandirian belajar. Pada penelitian ini,

penilaian terhadap kemandirian belajar akan disusun berdasarkan pendapat dari

Danim dan Khairil (2010:134) yaitu: 1) Menetapkan tujuan belajar; 2)

Menemukan sumber daya yang tepat; 3) Menentukan metode belajar; dan 4)

Mengevaluasi kemajuan belajar.

Aspek-aspek tersebut selanjutnya akan dijadikan sebagai patokan dalam

penyusunan instrument berupa kuesioner untuk menilai kemandirian belajar

siswa.

B. Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini

diantaranya adalah sebagai berikut: Penelitian dari Asri Nur Prihatin (2004)

tentang “Hubungan Antara Kecerdasan Intelektual Dan Kecerdasan Emosional

dengan Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas 2 Semester II SMA Negeri 3 Tegal

Tahun Ajaran 2003/2004. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes


29

kecerdasan intelektual dan, angket kecerdasan emosional. Analisis data penelitian

ini menggunakan analisis regresi dua prediktor. Hasil penelitian menyimpulkan

ada hubungan yang positif dan bermakana antara kecerdasan intelektual dan

kecerdasan emosional dengan prestasi belajar kimia. Ada hubungan yang positif

dan bermakna antara kecerdasan intelektual dengan prestasi belajar kimia. Ada

hubungan yang positif dan bermakna antara kecerdasan emosional dengan

prestasi belajar kimia.

Penelitian dari Robertus Ardian Nugrahanto (2004) tentang Hubungan

Antara Kecerdasan Emosional Intra pribadi dengan Kemampuan Mengatasi

Kesulitan Mengerjakan Skripsi Pada Mahasiswa. Teknik pengumpulan data

menggunakan kuesioner kecerdasan emosional intra pribadi dan kemampuan

mengatasi kesulitan mengerjakan skiripsi. Analisis data menggunakan korelasi

product moment. Kesimpulan penelitian menunjukkan ada hubungan antara

kecerdasan emosional intra pribadi dengan kemampuan mengatasi kesulitan

mengerjakan skripsi pada mahasiswa (p < 0,05)”.

C. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Kecerdasan Emosional (X1) dengan Hasil Belajar (Y)

Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan

diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan motivasi diri sendiri, dan

kemampuan mengelola emosi serta kecakapan sosial. Kecerdasan emosional

sangat penting bagi siswa terutama keterampilan sosial dalam melaksanakan

tugasnya sebagai pelajar. Karena dengan begitu hasil belajar dasar-dasar

kelistrikan siswa tersebut akan meningkat begitu juga sebaliknya jika siswa
30

tidak memiliki kecerdasan emosional yang baik maka siswa tersebut akan sulit

meningkatkan hasil belajar.

2. Hubungan Kemandirian Belajar (X2) dengan Hasil Belajar (Y)

Kemandirian belajar merupakan kemampuan untuk mengarahkan dan

mengendalikan diri seorang siswa, kemandirian belajar sangat penting bagi

siswa untuk menguasai kompetensi pelajaran, Karena dengan begitu hasil

belajar dasar-dasar kelistrikan siswa tersebut nanti akan meningkat, begitu juga

sebaliknya jika siswa tidak memiliki kemandirian belajar maka sulit untuk

meningkatkan hasil belajar karena dari diri siswa tersebut tidak dapat

menguasai kompetensi pelajaran itu sendiri.

3. Hubungan Kecerdasan Emosional (X1) dan Kemandirian Belajar (X2)

dengan Hasil Belajar Dasar-Dasar Kelistrikan (Y)

Kecerdasan emosional dan kemandirian belajar tidak dapat dipisahkan

dari diri siswa, karena “dalam diri siswa tersebut jika hanya ada kecerdasan

emosional sementara kemandirian belajar dalam dirinya tidak ada itu akan

berpengaruh pada hasil belajar nantinya, begitu juga sebaliknya. Hal itu

diperkuat juga oleh Clark (dalam Shabri, 2005: 48) mengemukakan bahwa hasil

belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30%

dipengaruhi oleh lingkungan salah satunya adalah faktor kecerdasan emosional

dan kemandirian belajar. Oleh karena itu, dalam proses belajar kecerdasan

emosional dan kemandirian belajar menjadi poin penting untuk siswa agar dapat

menigkatkan hasil belajar. Maka di simpulkan terdapat hubungan kecerdasan


31

emosional dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar dasar-dasar

kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung”.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

1. “Terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar

dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung.

2. Terdapat hubungan kemandirian belajar dengan hasil belajar dasar-dasar

kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung.

3. Terdapat hubungan secara bersama-sama antara kecerdasan emosional dan

kemandirian belajar dengan hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK

Negeri 2 Bitung”.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Arikunto (2002: 239)

menyatakan “penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk

menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada seberapa eratnya hubungan

serta berarti atau tidak hubungan itu”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara kecerdasan emosional dan kemandirian belajar dengan hasil

belajar siswa kelas X Jurusan Elektro di SMK Negeri 2 Bitung.


32

B. Paradigma Penelitian

“Paradigma adalah pola pikir yang menunjukan hubungan antara variabel

yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah

yang perlu dijawab dalam penelitian, teori yang digunakan merupakan hipotesis,

jenis dalam jumlah hipotesis dan teknik analisis statik yang digunakan” (sugiyono,

2008). Paradigma dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

𝑋1
R 𝑟1
Y
𝑟2
𝑋2

Gabar 3.1. Paradigma Penelitian Tiga Variabel

Dimana : X1 = kecerdasan emosional

X2 = kemandirian belajar

Y = Hasil belajar

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel merupakan objek penelitian atau apa yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002: 96). Definisi operasional variabel

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. “Kecerdasan emosional (X1) didefinisikan sebagai kecakapan siswa yang

terdiri dari kecakapan diri meliputi kesadaran diri, pengaturan diri, dan
33

motivasi, serta kecakapan sosial meliputi empati dan keterampilan sosial

dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelajar.

b. Kemandirian belajar (X2) yaitu kemampuan siswa untuk mengendalikan

pembelajaran mereka sendiri yang meliputi kemampuan menetapkan tujuan

belajar, menemukan sumber daya yang tepat, menentukan metode, dan

evaluasi terhadap kemajuan belajar.

c. Hasil belajar (Y) yaitu merupakan suatu hasil yang di peroleh siswa setelah

siswa tersebut melakukan kegiatan belajar dan pembelajaran serta bukti

keberhasilan yang telah di capai oleh seseorang dengan melibatkan aspek

kongnitif, efektif maupun pisikomotor, yang dinyatakan dalam symbol, huruf

maupun kalimat”.

D. Populasi Dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Jurusan

Elektro di SMK Negeri 2 Bitung sebanyak 30 siswa.

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan jumlah populasi yakni

Berjumlah 30 siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data


34

Dalam penelitian ini, pengumpulan data penelitian yang terdiri dari

variabel kecerdasan emosional dan kemandirian belajar dilakukan dengan

menggunakan kuesioner. Sugiyono (2006: 135) menyebutkan bahwa “kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner

yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner

yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.

Pertimbangan penggunaan kuesioner sebagai alat pengumpulan data penelitian

ini adalah karena penggunaan kuesioner memiliki keuntungan sebagai berikut

(Arikunto, 2002: 129):

a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti

b. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden

c. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing

d. Responden tidak perlu mencantumkan nama sehingga responden

dapat jujur dan bebas dalam memberikan jawaban

e. Dibuat secara terstandar sehingga pertanyaan yang diberikan

kepada seluruh responden adalah sama”.

2. Instrumen Penelitian

“Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yaitu metode pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Pertanyaan atau

pernyataan kuesioner penelitian ini akan dibuat dengan menggunakan skala

likert dengan empat alternatif jawaban dengan gradasi dari sangat setuju sampai
35

sangat tidak setuju. Sistem penskoran yang digunakan untuk pernyatan positif

(favorable) yaitu:

Tabel 3.1 Skor Jawaban Angket


Jawaban Skor
SS = Sangat Setuju 4
S = Setuju 3
TS = Tidak Setuju 2
STS = Sangat Tidak Setuju 1

Sedangkan pernyataan negatif (unfavorable) adalah dengan gradasi

nilai sebaliknya. Dibuat pertanyaan positif (favorable) dan negatif

(unfavorable) adalah untuk mengetahui konsistensi jawaban responden

sehingga diperoleh data yang valid.

Kuesioner kecerdasan emosional dikembangkan berdasarkan dari teori

Daniel Goleman (2009: 58 – 59). Goleman merupakan ahli psikologi yang

mengembangkan tentang kecerdasan emosional. Komponen kecerdasan

emosional terdiri dari mengenali emosi diri, mengelola emosi, motivasi, empati

dan membina hubungan. Kisi-kisi pengembangan instrumen penelitian tentang

tingkat kecerdasan emosional adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosional Setelah Uji Coba


Instrumen (Daniel Goleman, 2009: 58 - 59)

Faktor Indikator Sub Indikator Favorable Unfavorable

Kesadaran terhadap emosi diri 1 2


Mengenali
Emosi Diri Penilaian diri secara teliti 3,4,5 6,7
Percaya diri 8,9 -
Kendali diri 10,11,12,13 14,15
Kecakapan Mengelola Sifat dapat dipercaya 16 17
36

Pribadi Emosi Kewaspadaan 18 19


Adaptabilitas 20 21
Kemampuan berinisiatif 22 23
Dorongan Prestasi 24,25 -
Motivasi Komitmen 26,27 -
Optimisme 28,29 30
Memahami kepentingan orang
lain 31,32 33,34
Empati
Orientasi pelayanan 35 36
Kemampuan mempengaruhi 37,38 -
Kecakapan Kemampuan komunikasi 39,40
Sosial Membina

Kisi-kisi pengembangan instrumen penelitian tentang kemandirian

belajar siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Kemandirian Belajar Setelah Uji Coba


Instrumen (Danim dan Khairil, 2010: 134)

Variabel Indikator Sub Indikator Favorable Unfavorable


Menetapkan Tujuan belajar 1,2,3 4,5
tujuan belajar
Penguasaan kompetensi 6,7 8
Menemukan Menentukan bahan belajar 9,10 11
sumber daya Menentukan sumber belajar 12,13 14

yang tepat
Menentukan media belajar 15,16,17 18
Kemandirian Metode sesuai dengan
37

Materi 19,20 -
Belajar Menentukan
Metode sesuai dengan
metode
Kebutuhan 21,22 23
belajar
Metode sesuai dengan
Tujuan 24,25 26
Evaluasi Evaluasi terhadap nilai 27,28 29
Evaluasi terhadap hasil
kemajuan kerja 30
belajar

F. Uji Coba Instrumen

Agar data yang diperoleh akurat maka diperlukan alat pengukur yang tepat.

Dalam penelitian sangat dibutuhkan alat ukur yang sesuai dengan apa yang hendak

diukur. Alat ukur yang digunakan harus memiliki validitas dan reliabilitas yang

baik, sehingga menghasilkan data yang akurat.

a. Perhitungan Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan instrumen tersebut

dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut

Sugiyono (2006:108), sebuah penelitian dikatakan valid bila terdapat kesamaan

antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek

yang diteliti. Pengujian validitas ini diukur dengan metode korelasi product

moment dari Pearson (Sutrisno Hadi, 1991: 23) sebagai berikut:


38

𝑛𝛴𝑥𝑦 −(𝛴𝑥 )(𝛴𝑦 )


rxy =
√{(𝑛𝛴 𝑥 2 − (𝛴𝑥 )2 }{𝑛𝛴 𝑦 2 − (𝛴𝑦 )2 }

Keterangan:

rxy = indeks korelasional

n = jumlah responden

x = adalah skor butir

y = adalah skor total

b. Perhitungan Reliabilitas

Instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut mampu

mengungkapkan data yang bisa dipercaya dan sesuai dengan kenyataan yang

sebenarnya. Reliabilitas suatu instrumen menunjukkan bahwa instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena

instrumen tersebut sudah baik” (Arikunto, 2002: 154). Perhitungan reliabilitas

menggunakan rumus Alpha Cronbach (karena datanya bertingkat) sebagai

berikut:

𝑘 2𝑏
𝑟11 = 1=
( 𝑘 1) 2𝑏

r11 : Reliabilitas instrumen


k :banyaknya instrumen

2
b : Jumlah varian
Varians instrumen (Arikunto, 2002: 171 Hasil uji reliabilitas diketahui, pada

instrumen kecerdasan emosional diperoleh koefisien alpha sebesar 0,942 dan pada

instrumen kemandirian belajar diperoleh koefisien alpha sebesar 0,928. Oleh


39

karena nilai koefisien alpha tersebut lebih besar dari 0,6, maka instrumen penelitian

ini dinyatakan relibel.

G. Teknik Analisis Data

1. Pengujian Persyaratan Analisis

a. Perhitungan Normalitas

Perhitungan normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah

variabel-variabel dalam penelitian mempunyai sebaran distribusi normal atau

tidak. Perhitungan normalitas ini menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov.

Kriteria yang digunakan jika signifikansi hasilperhitungan lebih besar dari 0,05,

pada taraf signifikansi 5%, maka sebaran datanya berdistribusi normal. Apabila

signifikansi hasil perhitungan lebih kecil dari dari 0,05, maka sebaran datanya

berdistribusi tidak normal (Gozhali, 2005: 151).

b. Perhitungan Linieritas

Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas dan variabel terikat berbentuk linier atau tidak. Perhitungan linieritas

menggunakan harga F regresi, F hitung yang diperoleh kemudian dibandingkan

dengan tabel pada taraf signifikansi 5%. Apabila F hitung < F tabel maka

hubungannya linier. Sedangkan jika F hitung > F tabel maka hubungannya tidak

linier

2. Analisis data

Analisis data yang di gunakan untuk menguji hipotesis di lakukan dengan

menggunakan analisis korelasi product moment.


40

Pengujian Hipotesis Penelitian

1) Untuk Hipotesis I dan Hipotesis II

Untuk menguji hipotesis I (terdapat hubungan signifikan antara

kecerdasan emosional dengan hasil belajar siswa kelas X Jurusan Elektro di

SMK Negeri 2 Bitung) dan hipotesis II (terdapat hubungan signifikan antara

kemandirian belajar dengan hasil belajar siswa kelas X Jurusan Elektro di SMK

Negeri 2 Bitung), yaitu dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product

Moment yang dilanjutkan dengan uji – t. Dengan rumus sebagai berikut:

n XY   X Y 
rxy 
n X 2
  X
2
n Y 2
  Y 
2

Arti unsur-unsur tersebut:
Rxy = Korelasi antara variabel X dan Y
X = Skor pada variabel X
Y = Skor pada variabel Y
 X = Jumlah skor variabel X
 Y = Jumlah skor variabel Y
X
2
= Jumlah dari kuadrat skor X
2
Y = Jumlah dari kuadrat skor Y
XY = Skor X kali skor Y
N = Jumlah subyek/sampel

Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih

dari harga (  1 thitung Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif

sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya

sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan tabel

interpretasi Nilai r sebagai berikut:

Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r


Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80 – 1, 000 Sangat Kuat
0,60 – 0,799 Kuat
41

0,40 – 0,599 Cukup Kuat


0,20 – 0,399 Rendah
0,00 – 0,199 Sangat Rendah

Selanjutnya untuk mengetahui besar kecilnya sumbangan variabel

X1 dan X2 Terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan

sebagai berikut:

KP = r2 x 100%

Di mana: KP = Nilai Koefisien Determinan

r = Nilai Koefisien Korelasi

Pengujian lanjutan yaitu uji signifikansi yang berfungsi apabila

peneliti ingin mencari makna terdapat hubungan signifikan antara hubungan

antara kecerdasan emosional dan kemandirian belajar dengan hasil belajar

siswa kelas X Jurusan Elektro di SMK Negeri 2 Bitung), maka hasil korelasi

PPM tersebut diuji dengan uji signifikansi dengan rumus:

r n2
thitung =
n r2

Di mana: t hitung = Nilai t


r = Nilai Koefisien Korelasi
n = Jumlah Sampel
Kaidah pengujian:

Jika t hitung  t tabel, maka tolak Ho artinya signifikan dan

t hitung  t tabel, maka terima Ho artinya tidak signifikan.

2) Untuk Hipotesis III

Untuk menguji hipotesa penelitian yaitu hubungan antara variabel X1

(kecerdasan emosional) dan variabel X2 (kemandirian belajar) dengan variabel Y


42

(hasil belajar siswa kelas X Jurusan Elektro di SMK Negeri 2 Bitung) yaitu dengan

menggunakan analisis korelasi ganda (Multiple Corelation), sebagai berikut :

r 2 x1 y  r 2 x 2 y  2rx1 y 
. rx 2 y 
. rx1 x 2 
Rx1.x2.y =
1  r x1 .x 2
2

Riduwan (2007:142)

Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi korelasi ganda dicari dulu Fhitung

kemudian dibandingkan dengan Ftabel yaitu sebagai berikut:

R2
k
 
Fhitung =
1 R2
n  k 1
Dimana:
Fhitung = Nilai Frekuensi yang dihitung
R = Nilai koefisien korelasi ganda
k = Jumlah variabel bebas (independent)
n = Jumlah sampel.
Riduwan (2007:142
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Deskripsi Data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) hubungan kecerdasan

emosional dengan hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung;

2) hubungan kemandirian belajar siswa dengan hasil belajar dasar-dasar kelistrikan

siswa SMK Negeri 2 Bitung; 3) hubungan secara bersama – sama kecerdasan

emosional dan kemandirian belajar dengan hasil belajar dasar-dasar kelistrikan

siswa SMK Negeri 2 Bitung. Data penelitian Kecerdasan emosional (X1) dan

kemandirian belajar (X2) diperoleh dari hasil pengukuran melalui pemberian angket
43

kepada siswa dengan menggunakan skala likert serta hasil belajar dasar-dasar

kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung yang diperoleh dari hasil evaluasi belajar.

Pada penelitian ini melibatkan 30 siswa sebagai sampel penelitian.

Hasil deskriptif data variabel kecerdasan emosional (X1) diperoleh nilai rerata

dan standar deviasi 79,83 ± 6,09 dengan skor maksimum dan minimum 90 ± 70 dan

data variabel kemandirian belajar (X2) diperoleh nilai rerata dan standar deviasi 78,83

± 6,39 dengan skor maksimum dan minimum 90 ± 70 serta data variabel hasil belajar

dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung (Y) diperoleh nilai rerata dan

standar deviasi 79,83 ± 5,80 dengan skor maksimum dan minimum 90 ± 70, lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel dan diagram berikut ini:

Tabel 4.1 Data Hasil Penelitian Kecerdasan Emosional (X1), Kemandirian Belajar
(X2) dan Hasil Belajar Dasar-Dasar Kelistrikan Siswa SMK Negeri 2 Bitung (Y)
Jenis Variabel
Kecerdasan Hasil
Statistik Kemandirian
Emosional Belajar
Belajar (X2)
(X1) (Y)
Subyek 30
Rerata 79,83 78,83 79,83
Standar deviasi 6,09 6,39 5,80
Skor Max 90 90 90
Skor Min 70 70 70
Sumber: Lampiran 7 (Pengolahan Data Melalui Program Excel)
44

Gambar 4.1 Diagram Batang Data Hasil Penelitian Kecerdasan


Emosional (X1), Kemandirian Belajar (X2) dan hasil belajar dasar-
dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung (Y)
100
90
80
70
60
Skor Max
N i l ai

50 Skor Min
40 Rerata
30 Standar Deviasi
20
10
0
Kecerdasan Kemandirian Hasil Belajar
Emosional (X1) Belajar (X2) Siswa (Y)

a. Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional (X1)

Data max = 90

Data Min = 70

Rentang = 20

Banyak Kelas Interval = 1 + 3.3 Log n = 1 + 3.3 Log 30 = 5.87

= 5 atau 6
20
Panjang Kelas Interval = = 3,33 atau 4
6

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional


Kelas Interval Batas Frekuensi
Kelas Kelas
1 70 – 73 69.5 5
2 74 – 77 73.5 5
3 78 – 81 77.5 8
4 82 – 85 81.5 10
5 86 – 89 85.5 0
6 90 – 103 89.5 2
45

Jumlah 30

12
Frekuensi 10
8
6
4
2
0
69.5 73.5 77.5 81.5 89.5
Batas Kelas

Gambar 4.2. Histogram Kecerdasan Emosional

12
10
8
Frekuensi

6
4
2
0
69.5 73.5 77.5 81.5 89.5
Batas Kelas

Gambar 4.3. Poligon Kecerdasan Emosional

b. Distribusi Frekuensi Kemandirian Belajar Siswa (X2)

Data max = 90

Data Min = 70

Rentang = 20

Banyak Kelas Interval = 1 + 3.3 Log n = 1 + 3.3 Log 30 = 5.87

= 5 atau 6
20
Panjang Kelas Interval = = 3,33 atau 4
6
46

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kemandirian Belajar Siswa


Kelas Interval Batas Frekuensi
Kelas Kelas
1 70 – 73 69.5 6
2 74 – 77 73.5 7
3 78 – 81 77.5 8
4 82 – 85 81.5 6
5 86 – 89 85.5 0
6 90 – 103 89.5 3
Jumlah 30

9
8
7
6
Frekuensi

5
4
3
2
1
0
69.5 73.5 77.5 81.5 89.5
Batas Kelas

Gambar 4.4. Histogram Kemandirian Belajar Siswa

9
8
7
6
Frekuensi

5
4
3
2
1
0
69.5 73.5 77.5 81.5 89.5
Batas Kelas

Gambar 4.5. Poligon Kemandirian Belajar Siswa


47

c. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Dasar-Dasar Kelistrikan Siswa SMK

Negeri 2 Bitung (Y)

Data max = 90

Data Min = 70

Rentang = 20

Banyak Kelas Interval = 1 + 3.3 Log n = 1 + 3.3 Log 30 = 5.87

= 5 atau 6
20
Panjang Kelas Interval = = 3,33 atau 4
6

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Dasar-Dasar Kelistrikan Siswa


SMK Negeri 2 Bitung
Kelas Interval Batas Frekuensi
Kelas Kelas
1 70 – 73 69.5 5
2 74 – 77 73.5 3
3 78 – 81 77.5 12
4 82 – 85 81.5 8
5 86 – 89 85.5 0
6 90 – 103 89.5 2
Jumlah 30

14

12

10
Frekuensi

0
69.5 73.5 77.5 81.5 89.5
Batas Kelas

Gambar 4.6. Histogram Hasil Belajar Dasar-Dasar Kelistrikan Siswa


48

SMK Negeri 2 Bitung


14

12

10
Frekuensi

0
69.5 73.5 77.5 81.5 89.5
Batas Kelas

Gambar 4.7. Poligon Hasil Belajar Dasar-Dasar Kelistrikan Siswa


SMK Negeri 2 Bitung

2. Pengujian Persyaratan Analisis

Sebelum pengujian hipotesis dalam penelitian ini maka terlebih dahulu

diawali dengan pengujian persyaratan analisis terhadap asumsi-asumsi bahwa data

variabel kecerdasan emosional (X1), variabel kemandirian belajar (X2) dan hasil

belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung (Y) harus berdistribusi

normal. Adapun hasil pengujian normalitas data variabel kecerdasan emosional (X1),

kemandirian belajar (X2) dan hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri

2 Bitung (Y) dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Hasil Analisis Uji Normalitas Data Variabel Kecerdasan Emosional
(X1), Kemandirian Belajar Siswa (X2) dan Hasil Belajar Dasar-Dasar Kelistrikan
Siswa SMK Negeri 2 Bitung (Y)
Hasil Perhitungan
Taraf
nyata Ket
Jenis Variabel LO Lt
α
Berdistribusi
Kecerdasan emosional (X1) 0.1310 0.161
Normal
0,05
Berdistribusi
Kemandirian belajar Siswa (X2) 0.1590 0.161
Normal
49

Hasil Belajar Dasar-Dasar


Berdistribusi
Kelistrikan Siswa SMK Negeri 2 0.1547 0.161
Normal
Bitung (Y)
Lo < Lt Berdistribusi
Kesimpulan
Ho Diterima Normal
Sumber: Lampiran 8 (Pengujian Normalitas Data)

Berdasarkan perhitungan uji normalitas data dengan menggunakan uji

Lilliefors menunjukkan bahwa menerima Ho yang berarti data variabel kecerdasan

emosional (X1), kemandirian belajar (X2) dan hasil belajar dasar-dasar kelistrikan

siswa SMK Negeri 2 Bitung (Y) berasal dari sampel yang berdistribusi normal. Hasil

perhitungan persyaratan analisis uji normalitas data dengan menggunakan uji

Lilliefors dapat dilihat pada lampiran 8.

Selanjutnya berdasarkan hasil pengujian linieritas regresi variabel kecerdasan

emosional (X) dan hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung

(Y) berpola linier, hal ini dibuktikan dengan nilai Fhitung < Ftabel atau – 8,33 < 2.99, maka

data kecerdasan emosional rmempunyai hubungan yang linier dengan variabel hasil

belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung. Lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini:

Tabel 4.6 Ringkasan Anova Variabel X1 dan Y untuk Uji Linieritas


Rata-rata
Derajad Jumlah
Sumber Jumlah
Kebebasan Kuadrat Fhitung Ftabel
Varian (sv) Kuadrat
(dk) (JK)
(RJK)
Total 30 192175 - -8,33 2.99
Regresi (a) 1 191200,83 191200,83
Regresi (b/a) 1 670,84 670,84 Ternyata Fhitung <
Residu 28 303,33 10,83 Ftabel atau – 8,33 <
2.99, maka data
Tuna Cocok 3 -951199,17 - 317066,39
berpola linier
Kesalahan
25 951502,5 38060,1
(Error)
Sumber: Lampiran 9
50

Berdasarkan hasil pengujian linieritas regresi variabel kemandirian belajar

(X2) dan hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung (Y) berpola

linier, hal ini dibuktikan dengan nilai Fhitung < Ftabel atau – 8,33 < 2.99, maka data

kemandirian belajar rmempunyai hubungan yang linier dengan variabel hasil belajar

dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung. Lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel 4.7 di bawah ini:

Tabel 4.7 Ringkasan Anova Variabel X2 dan Y untuk Uji Linieritas


Rata-rata
Derajad Jumlah
Sumber Jumlah
Kebebasan Kuadrat Fhitung Ftabel
Varian (sv) Kuadrat
(dk) (JK)
(RJK)
Total 30 192175 - -8,33 2.99
Regresi (a) 1 191200,83 191200,83
Regresi (b/a) 1 468,82 468,82
Ternyata Fhitung <
Residu 28 505,35 18,05
Ftabel atau – 8,33 <
- 2.99, maka data
Tuna Cocok 3 −1060370,245
353456,7484 berpola linier
Kesalahan
(Error)
25 1060875,595 42435,02381
Sumber: Lampiran 10

3. Pengujian Hipotesis Penelitian

Selanjutnya Pengujian hipotesis yang telah diajukan dapat digunakan

statistik uji correlational Products momen untuk hipotesis pertama (analisis X1

dengan Y atau hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar dasar-

dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung) dan hipotesis kedua (analisis X2

dengan Y atau hubungan antara kemandirian belajar siswa dengan hasil belajar

dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung). Sedangkan statistik uji multiple

correlation (korelasi ganda) digunakan untuk menguji hipotesis ketiga (analisis X1,

dan X2 dengan Y atau hubungan antara kecerdasan emosional dan kemandirian


51

belajar siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa

SMK Negeri 2 Bitung).

a. Pengujian Hipotesis Penelitian Hubungan Antara Kecerdasan Emosional

dengan Hasil Belajar Dasar-Dasar Kelistrikan Siswa SMK Negeri 2 Bitung

(Analisis Korelasi X1 dengan Y).

Untuk menguji apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional (X1)

dengan hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung (Y) yaitu

dilakukan dengan menghitung r (korelasi) melalui rumus:

∑N ∑X1 ∑ X2 ∑Y ∑X12 ∑X22 ∑Y2 ∑X1Y ∑X2Y ∑X1X2


30 2395 2365 2395 192275 187625 192175 192050 189550 189675
Sumber: Lampiran 7

n X1 y - (X1 )(y)



n 
rx1 y
1
2

- 1  2 ny 2  y  2 
30 192050 - (2395) (2395)
  0,830119221
30 x 192275 - (2395) 30 x 192175 - (2395) 
2 2

= 0,83

Hasil perhitungan analisis hubungan X1 dengan Y atau antara kecerdasan

emosional dengan hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung,

diperoleh besarnya koefisien korelasi (r) = 0,83, berdasarkan tabel interprestasi

koefisien korelasi nilai r hal ini menunjukkan tingkat hubungan yang sangat kuat

antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK

Negeri 2 Bitung. Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya kontribusi variabel

X1 terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai

berikut: KP = r2 x 100% = 0,832 x 100% = 68,89%. Dengan demikian besarnya


52

kontribusi variabel kecerdasan emosional terhadap hasil belajar dasar-dasar

kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung dalah sebesar 68,89% dan sisanya 31,11%

ditentukan oleh variabel lain.

Selanjutnya untuk menguji keberartian atau signifikansi variabel X1 dengan

Y atau hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar dasar-dasar

kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung, yaitu dengan menggunakan analisis statistik

uji – t dengan rumus sebagai berikut:

𝑟 √𝑛−2 0.83 √30−2 4,391947176


t hitung = = = = 14,1174773 = 14,117
√1−𝑟 2 √1−0,832 0,3111

Kriteria pengujian: jika t hitung > t tabel maka korelasi X1 dengan Y adalah

signifikan. Berdasarkan perhitungan di atas, dengan ketentuan  = 0,05 dengan dk =

n – 2 = 30 – 2 = 28, maka diperoleh t tabel = 2.048. Berdasarkan hasil pengujian

tersebut, ternyata thitung lebih besar dari ttabel atau 14,117 > 2.048 maka signifikan

artinya terdapat hubungan signifikan antara kecerdasan emosional (X1) dengan hasil

belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung (Y).

b. Pengujian Hipotesis Penelitian Hubungan Antara Kemandirian Belajar

siswa dengan Hasil Belajar Dasar-Dasar Kelistrikan Siswa SMK Negeri 2

Bitung (Analisis Korelasi X2 dengan Y)

Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara X2 dengan Y atau

kemandirian belajar siswa dengan hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa S.;’

MK Negeri 2 Bitung yaitu dilakukan dengan menghitung r (korelasi) melalui

rumus:

∑N ∑X1 ∑ X2 ∑Y ∑X12 ∑X22 ∑Y2 ∑X1Y ∑X2Y ∑X1X2


30 2395 2365 2395 192275 187625 192175 192050 189550 189675
Sumber: Lampiran 7
53

n X 2 y - (X 2 )(y)
n 
rx2y =
2
2

-  2  2 ny 2  y  2 
30 189550 - (2365) (2395)
  0,692862672
30 x 187625 - (2365) 30 x 192175 - (2395) 
2 2

= 0,69

Hasil perhitungan analisis hubungan X2 dengan Y atau antara kemandirian

belajar siswa dengan hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung,

diperoleh besarnya koefisien korelasi = 0,69, berdasarkan tabel interprestasi koefisien

korelasi nilai r hal ini menunjukkan tingkat hubungan yang kuat antara kemandirian

belajar siswa dengan hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung.

Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya kontribusi variabel X2 terhadap Y

dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut: KP = r2 x

100% = 0,69 2 x 100% = 47,61%. Dengan demikian besarnya kontribusi variabel

kemandirian belajar siswa terhadap hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK

Negeri 2 Bitung dalah sebesar 47,61% dan sisanya 52,39% ditentukan oleh variabel

lain.

Selanjutnya untuk menguji keberartian atau signifikansi variabel X2 dengan

Y atau antara kemandirian belajar siswa dengan hasil belajar dasar-dasar kelistrikan

siswa SMK Negeri 2 Bitung, yaitu dengan menggunakan analisis statistik uji – t dengan

rumus sebagai berikut:

𝑟 √𝑛−2 0.69 √30−2 3,651136809


t hitung = √1−𝑟 2
= = = 6,96914833
√1−0.692 0,5239
54

Kriteria pengujian: jika t hitung >t tabel maka korelasi X2 dengan Y adalah

signifikan. Berdasarkan perhitungan di atas, dengan ketentuan  = 0,05 dengan dk

= n – 2 = 30 – 2 = 28, maka diperoleh t tabel = 2.048. Berdasarkan hasil pengujian

tersebut, ternyata thitung lebih besar dari ttabel atau 6,969 > 2.048 maka signifikan

artinya terdapat hubungan signifikan antara kemandirian belajar siswa (X2) dengan

hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung (Y).

c. Pengujian Hipotesa Penelitian Hubungan antara Kecerdasan emosional

dengan Kemandirian belajar siswa (Analisis Korelasi X1 dengan X2)

Untuk mengetahui besarnya hubungan antara X1 dengan X2 yaitu dengan

menggunakan rumus sbb:

∑N ∑X1 ∑ X2 ∑Y ∑X12 ∑X22 ∑Y2 ∑X1Y ∑X2Y ∑X1X2


30 2395 2365 2395 192275 187625 192175 192050 189550 189675
Sumber: Lampiran 7

n X1 X 2 - (X1 )(X 2 )


n  
rX1X2 =
1
2
- 1  2 nX 2  X 2  2
2

30 192050 - (2395) (2365)


  0,770656438
30 x 192275 - (2395) 30 x 187625 - (2365) 
2 2

= 0,77

Hasil perhitungan analisis hubungan X1 dengan X2 atau antara kecerdasan

emosional dengan kemandirian belajar siswa, diperoleh besarnya koefisien korelasi

= 0,77. Berdasarkan tabel interprestasi koefisien korelasi nilai r hal ini

menunjukkan tingkat hubungan yang kuat antara kecerdasan emosional dengan

kemandirian belajar siswa. Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya kontribusi

variabel X1 terhadap X2 dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan


55

sebagai berikut: KP = r2 x 100% = 0,772 x 100% = 59,29%. Dengan demikian

besarnya sumbangan variabel kecerdasan emosional terhadap kemandirian belajar

siswa adalah sebesar 59,29% dan sisanya 40,71% ditentukan oleh variabel lain.

Selanjutnya untuk menguji keberartian atau signifikansi variabel X1 dengan

Y atau antara kecerdasan emosional dengan kemandirian belajar siswa (X2), yaitu

dengan menggunakan analisis statistik uji – t dengan rumus sebagai berikut:

𝑟 √𝑛−2 0.77 √30−2 4,074457019


t hitung = = = = 10,0084918
√1−𝑟 2 √1−0,772 0.4071

Kriteria pengujian: jika t hitung >t tabel maka korelasi X1 dengan X2 adalah

signifikan. Berdasarkan perhitungan di atas, dengan ketentuan  = 0,05 dengan dk

= n – 2 = 30 – 2 = 28, maka diperoleh t tabel = 2.048. Berdasarkan hasil pengujian

tersebut, ternyata thitung lebih besar dari ttabel atau 10,008 > 2.048 maka signifikan

artinya terdapat hubungan antara kecerdasan emosional (X1) dengan kemandirian

belajar siswa (X2).

d. Analisis Korelasi Ganda (Multiple Correlation) Untuk X1 dan X2 dengan Y

Hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini terdapat hubungan kecerdasan

emosional dan kemandirian belajar siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar

dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung. Jadi untuk menguji hipotesis

tersebut yaitu dengan menggunakan rumus multiple correlation (korelasi ganda)

yang dilanjutkan dengan menghitung signifikansi korelasi ganda dengan rumus :

R2
k
Fhitung =

1 R2 
n  k 1
56

Perhitungan pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

1) langkah pertama : menentukan hipotesa penelitian

hipotesa penelitian adalah:

Ho : Tidak terdapat hubungan kecerdasan emosional dan kemandirian belajar

siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar dasar-dasar kelistrikan

siswa SMK Negeri 2 Bitung.

Ha : Terdapat hubungan kecerdasan emosional dan kemandirian belajar siswa

secara bersama-sama dengan hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa

SMK Negeri 2 Bitung.

2) Langkah kedua : menentukan kriteria pengujian.

Kriteria pengujian adalah :

Terima Ho jika Fobservasi  Ftabel artinya tidak signifikan

Tolak Ho jika Fobservasi > Ftabel artinya signifikan.

Taraf sigfnifikasi  = 0,05 dan diketahui = n – k – 1 = 30 – 2 – 1 = 27

Ftabel = (dk = k), (dk = n – k – 1)

= (dk = 2), (dk = 30 – 2 – 1)

= 2 dan 27

Cara mencari Ftabel yaitu angka 2 sebagai angka pembilang dan angka 27 sebagai

angka penyebut. Dengan demikian ditemukan Ftabel senilai 3,35.

3) Langkah ketiga : menghitung Fhitung melalui rumus :


57

R2
k
Fhitung =
 1 R2
n  k 1

Sebelum menghitung Fhitung maka terlebih dahulu di cari Rx1x2y atau rumus

korelasi ganda (Multiple Correlation) melalui rumus.

Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Korelasi


Smbol Statistik Nilai Statistik
r x1.Y 0,83
r x2.Y 0,69
r x1. x2 0,77

Dari hasil korelasi kemudian dimasukkan pada rumus korelasi ganda (R)

dengan rumus:

r 2 x1 y  r 2 x2 y  2(rx1 y )( rx 2 y )( rx1 x2 )
Rx1x2y =
1  r 2 x1 x2

0,6889  0,4761  2(0,83)(0,69)(0,77)


=
1  0,77
2

1,165  0,881958
=
0,4071

0,283042
=
0,4071

= 0,69526406

= 0,833824959

= 0,83 (dibulatkan)
58

Hubungan secara simultan antara kecerdasan emosional dan kemandirian

belajar siswa dengan hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung

tergolong sangat kuat. Kontribusi secara bersama-sama (simultan) variabel X1 dan

X2 terhadap Y = r2 x 100% = 0,832 x 100% = 68,89% dan sisanya 31,11% ditentukan

oleh variabel lain.

Selanjutnya untuk menguji signifikansi hipotesis yang diajukan yaitu

melalui rumus:

R2
k
Fhitung =
1 R2 
n  k 1
0,832
2
=

1  0,83 2

30  2  1

0,6889
= 2
1  0,6889
27
0,34445
=
0,3111
27
0,34445
=
0,01152222

= 29,89441271

4) Langkah ke empat: menyimpulkan hasil perhitungan

Dari hasil pengujian hipotesis penelitian diperoleh Fhitung = 29,89 dengan

taraf kepercayaan  = 0,05 dan dk = n – k – 1 = 30 – 2 - 1 = 27, sehingga ditemukan

Ftabel = 3,35. Jadi Fhitung lebih besar dari Ftabel, yaitu Fhitung = 29,89 > Ftabel = 3,35.

Sesuai dengan kriteria pengujian jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, yang berarti

terima Ha atau hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan kecerdasan


59

emosional dan kemandirian belajar siswa secara bersama-sama dengan hasil

belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan pengujian persyaratan analisis diperoleh bahwa sebaran data

untuk variabel kecerdasan emosional (X1), kemandirian belajar siswa (X2) dan hasil

belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung (Y) masing-masing

berdistribusi normal. Selengkapnya pembahasan hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Terdapat Hubungan Kecerdasan Emosional (X1) dengan Hasil Belajar Dasar-

Dasar Kelistrikan Siswa SMK Negeri 2 Bitung (Y)

Berdasarkan hasil analisis kecerdasan emosional dengan hasil belajar dasar-

dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung, didapat besarnya koefisien korelasi (r)

= 0.83, berdasarkan tabel interprestasi koefisien korelasi nilai r hal ini menunjukkan

tingkat hubungan yang sangat kuat antara kecerdasan emosional dengan hasil

belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung. Kontribusi variabel X1

(kecerdasan emosional) terhadap Y (hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK

Negeri 2 Bitung) adalah sebesar 68,89% dan sisanya 31,11% ditentukan oleh

variabel lain.

Hasil ini menunjukkan bahwa 68,89% hasil belajar ditentukan oleh faktor

kecerdasan emosional. Hal ini disebabkan karena kecerdasan emosional merupakan

kemampuan untuk menggali dan mengenali diri sendiri dan orang lain dengan

mempergunakan keterampilan subjektif dan non kognitifnya agar dapat mengelola

dan meningkatkan hubungan sosial dan kondisi kehidupan. Aspek-aspek


60

kecerdasan emosional diantaranya adalah kecakapan pribadi mencakup mengenali

emosi, mengelola emosi, dan motivasi dan kecakapan sosial mencakup empati dan

membina hubungan. Apabila siswa memiliki kecerdasan emosional yang baik maka

dalam proses pembelajaran dasar-dasar kelistrikan siswa akan terlibat secara aktif

dan termotivasi serta mampu untuk menjalin hubungan sosial sesama teman

sehingga nantinya akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini

pula dibuktikan dari hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa terdapat hubungan

signifikan antara kecerdasan emosional (X1) dengan hasil belajar dasar-dasar

kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung (Y), hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung =

14,117 lebih besar dari t tabel = 2.048.

2. Terdapat Hubungan antara Kemandirian Belajar Siswa (X2) dengan Hasil

Belajar Dasar-Dasar Kelistrikan Siswa SMK Negeri 2 Bitung (Y)

Hasil analisis hubungan antara kemandirian belajar siswa dengan hasil belajar

dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung, diperoleh besarnya koefisien

korelasi = 0,69, berdasarkan tabel interprestasi koefisien korelasi nilai r hal ini

menunjukkan tingkat hubungan yang kuat antara kemandirian belajar siswa dengan hasil

belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung. Kontribusi variabel

kemandirian belajar siswa terhadap Hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK

Negeri 2 Bitung dalah sebesar 47,61% dan sisanya 52,39% ditentukan oleh variabel lain.

Hasil ini menunjukkan bahwa 47,61% hasil belajar ditentukan oleh faktor

kemandirian belajar. Hal ini disebabkan karena kemandirian belajar merupakan

bentuk pembelajaran yang memposisikan siswa sebagai penanggung jawab,

pemegang kendali, pengambil keputusan atau pengambil inisiatif dalam memenuhi


61

dan mencapai keberhasilan belajarnya sendiri tanpa bantuan orang lain. Siswa

dikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila telah mampu melakukan

tugas belajar tanpa ketergantungan dengan orang lain. Apabila siswa memiliki

kemandirian belajar yang baik maka dalam proses pembelajaran dasar-dasar

kelistrikan siswa akan terlibat secara aktif dan termotivasi dalam belajar sehingga

nantinya akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini pun dari

hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara

kemandirian belajar siswa (X2) dengan Hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa

SMK Negeri 2 Bitung (Y), hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung = 6,969 lebih besar

dari t tabel = 2.048.

3. Terdapat Hubungan Secara Simultan Antara Kecerdasan Emosional Dan

Kemandirian Belajar Siswa Secara Bersama-Sama Dengan Hasil Belajar

Dasar-Dasar Kelistrikan Siswa SMK Negeri 2 Bitung

Hubungan secara simultan antara kecerdasan emosional dan kemandirian

belajar siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa

SMK Negeri 2 Bitung tergolong sangat kuat yakni sebesar 0,83. Kontribusi secara

bersama-sama (simultan) variabel X1 (kecerdasan emosional) dan X2 (kemandirian

belajar siswa) terhadap Y (hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2

Bitung) adalah sebesar 68,89% dan sisanya 31,11% ditentukan oleh variabel lain.

Hasil ini menunjukkan bahwa 68,89% hasil belajar ditentukan oleh faktor

kecerdasan emosional dan kemandirian belajar. Hal ini disebabkan karena faktor

kecerdasan emosional dan kemandirian belajar merupakan faktor yang mempunyai


62

korelasi dan berperan dalam peningkatan hasil belajar siswa. Oleh karena itu siswa

dituntut agar memiliki kecerdasan emosional dan kemandirian belajar dalam proses

pembelajaran dasar-dasar kelistrikan sehingga hasil belajar yang diharapkan dapat

terwujud.

Hal ini pun berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian menunjukkan

bahwa hasil perhitungan analisis hubungan X1 (kecerdasan emosional) dan X2

(kemandirian belajar siswa) terhadap Y (hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa

SMK Negeri 2 Bitung), menunjukan besarnya diperoleh Fhitung = 29,89 dengan taraf

kepercayaan  = 0,05 dan dk = n – k – 1 = 30 – 2 - 1 = 27, sehingga ditemukan Ftabel

= 3,35. Jadi Fhitung lebih besar dari Ftabel, yaitu Fhitung = 29,89 > Ftabel = 3,35. Sesuai

dengan kriteria pengujian jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, yang berarti terima Ha

atau hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan kecerdasan emosional dan

kemandirian belajar siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar dasar-dasar

kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan

yang signifikan antara kecerdasan emosional dan kemandirian belajar siswa secara

bersama-sama dengan hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2

Bitung.
63

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dan hasil analisis yang dilakukan maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan hasil

belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara kemandirian belajar dengan hasil

belajar dasar-dasar kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dan

kemandirian belajar secara bersama-sama dengan hasil belajar dasar-dasar

kelistrikan siswa SMK Negeri 2 Bitung.


64

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan tersebut, maka beberapa saran yang mungkin

dibutuhkan antara lain :

1. Untuk meningkatkan hasil belajar dasar-dasar kelistrikan siswa kelas X Elektro

SMK Negeri 2 Bitung maka perlu adanya perhatian terhadap kecerdasan

emosional dan kemandirian belajar siswa.

2. Sebagai bahan masukan bagi guru dan siswa, bahwa tinggi dan rendahnya hasil

belajar dasar-dasar kelistrikan siswa kelas X Elektro SMK Negeri 2 Bitung

sangat ditentukan oleh faktor kecerdasan emosional dan kemandirian belajar

siswa.

3. Disarankan adanya penelitian lanjutan dengan melibatkan variabel-variabel

lainnya seperti motivasi belajar, metode mengajar dan lingkungan belajar.

Anda mungkin juga menyukai