Anda di halaman 1dari 19

P

PRAKTIKUM
FISIKA TEKNIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................... ..................... ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM .......................................................................... iii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iv
PENDAHULUAN : TEORI PENGUKURAN FISIKA ..................................... 1
PERCOBAAN 1 : JEMBATAN WHEATSTONE.......................................... 5
PERCOBAAN 2 : KAPASITOR ..................................................................... 7
PERCOBAAN 3 : WATT DAN ENERGIMETER ......................................... 10
PERCOBAAN 4 : TRANSFORMATOR ........................................................ 13
REFERENSI ....................................................................................................... 17

i
PENDAHULUAN

TEORI PENGUKURAN FISIKA

Di dalam ilmu fisika, eksperimen dilakukan untuk menyelidiki rahasia


alam yang dinyatakan dalam persamaan matematis. Peran eksperimen antara lain:
1. Sebagai cara untuk menguji kevalidan suatu teori
2. Sebagai piranti untuk mengawali teknologi berbasis teori yang ada.
3. Sebagai alat untuk mengembangkan teori baru.

Objek-objek yang dieksperimenkan dikenal sebagai objek fisis. Eksperimen tidak


dapat terlepas dari pengukuran. Pengukuran besaran-besaran fisis harus
dinyatakan ke dalam suatu bilangan. Suatu pengukuran selalu menimbulkan
ketidakpastian.

1. Ralat Pengukuran
Ralat adalah ketidakpastian hasil ukur yang disebabkan oleh keterbatasan
ketelitian pengukuran atau selisih antara hasil ukur dengan nilai sebenarnya.
Ketelitian hasil ukur dipengaruhi beberapa sumber ralat berikut:
a. Subyek atau pengamat, yaitu ralat yang disebabkan oleh pelaku penelitian
b. Obyek, misalnya ketika obyek yang diukur terpengaruh lingkungan luar, dan
ketika alat ukur yang digunakan terjadi kesalahan kalibrasi, serta berbagai
kesalahan lain.
c. Metode. Metode yang digunakan dalam eksperimen akan menyebabkan
kesalahan pada hasil ukur. Ralat yang disebabkan oleh metode misalnya
pemilihan asumsi yang tidak tepat, kurang tepat saat melakukan pembulatan,
dan kesalahan dalam menggunakan alat ukur.

2. Cara Menyatakan Nilai Ralat pada Pengukuran Tunggal


Pengukuran tunggal adalah pengukuran terhadap suatu objek yang hanya
dilakukan sekali (tanpa mengulang). Besarnya nilai ralat pada pengukuran
tunggal bergantung pada keprofesionalan peneliti dalam memperkirakan

1
ketidakpastian pengukuran. Ketidakpastian yang diperkirakan tergantung pada
kondisi fisis suatu sistem yang dikaji. Hasil pengukuran dinyatakan sebagai:
x ± ∆x

dimana x merupakan besarnya besaran fisis yang diukur, dan ∆x merupakan nilai
ralat pengukuran. Besarnya nilai ralat pengukuran tergantung pada keyakinan
masing-masing pengamat. Nilai ralat pengukuran seharusnya jauh lebih kecil dari
nilai besaran yang diukur.

3. Regresi Linier
Dalam eksperimen, umumnya data yang diperoleh diolah dalam bentuk
grafik. Grafik yang paling sederhana ialah grafik garis lurus. Biasanya, hasil yang
diinginkan terkandung pada gradient dan titik potongnya terhadap sumbu variabel
gayut. Sebagai contoh pada penentuan laju konstan. Hubungan antara jarak, laju,
dan waktu adalah:
s
= (1)
t
Data yang diperoleh berupa data s dan t yang kemudian hubungan keduanya dapat
dinyatakan dalam bentuk grafik

s (m)

t (s)

Gambar 1. Grafik hubungan antara jarak (s) terhadap waktu (t).


Pada grafik tersebut, titik-titik hitam merupakan data yang diperoleh
dalam eksperimen. Garis pada grafik merupakan garis terlurus yang diperoleh.
Titik-titik hitam tidak seluruhnya tepat pada garis artinya dalam eksperimen, data
yang diperoleh mengandung ketidakpastian.

2
Salah satu cara untuk menentukan gradient suatu grafik yaitu
menggunakan metode regresi linier. Data-data yang digunakan dalam metode ini
ialah data-data yang berada di sekitar garis lurus. Sedangkan data yang jauh dari
garis lurus merupakan data yang tertolak. Secara umum, persamaan garis lurus
dinyatakan
= + (2)
dengan = variabel bebas, = variabel terikat/gayut, = gradient, = titik potong
di sumbu . Nilai gradient dinyatakan
∑ ∑ −∑ ∑( . )
= , (3)
∑ − (∑ )
dan titik potong b di sumbu y adalah

∑( . )−∑ ∑
= , (4)
∑ − (∑ )
ralat untuk titik potong a dan b masing-masing


= , (5)
∑ − (∑ )

= , (6)
∑ − (∑ )

dengan ralat bagi nilai variabel gayut .


Nilai yang hendak dicari biasanya terkandung di dalam titik potong a dan
gradient b. Andaikan nilai-nilai tersebut adalah = ( ) dan = ( ), maka
pelaporannya dituliskan:
±∆ (7)
dan
±∆ (8)
Dengan

∆ = (9)

dan

3
∆ = (10)

4. Angka Penting
Ralat di dalam pengukuran fisika memberikan kisaran nilai sebenarnya
bagi sebuah objek yang diukur. Oleh sebab itu, ralat hanya dapat berpengaruh
pada angka yang masih diragukan. Fakta ini menyebabkan perlu disepakatinya
angka-angka penting dan ragu-ragu di dalam sebuah hasil pengukuran. Berikut ini
adalah aturan-aturan penulisan angka penting.
a. Semua angka bukan nol adalah angka penting. Contoh 2459 terdiri atas 4
angka penting.
b. Angka nol yang diapit angka buak nol termasuk angka penting. Sebagai
contoh 3089 terdiri atas 4 angka penting.
c. Angka nol yang letaknya di sebelah kiri angka bukan nol bukan termasuk
angka penting. Sebagai contoh 0,078 terdiri atas 2 angka penting
d. Angka nol yang terletak disebelah kanan angka bukan nol tidak termasuk
angka penting kecuali angka nol yang diberi tanda khusus. Contoh 7800 terdiri
atas 2 angka penting. 7800 terdiri atas 3 angka penting.
Dua buah angka penting jika dijumlahkan harus menghasilkan nilai dengan
dua taksiran (ragu-ragu) paling sedikit. Jika keduanya dikalikan, maka nilai
yang dihasilkan haruslah angkpai, maka pea penting yang paling sedikit. Jika
ini tidak tercapai, maka perlu dilakukan pembulatan. Aturan pembulatan bagi
angka penting adalah bilangan kurang dari 5 dibulatkan dengan pembiaran,
sedangkan lebih dari 5 dibulatkan ke atas. Jika angka terakhir adalah 5 maka
pembulatan akan menunjuk ke jenis angka sebelumnya. Jika angka
sebelumnya genap, maka dibiarkan, tapi jika ganjil, maka dibulatkan ke atas.

4
PERCOBAAN 1
JEMBATAN WHEATSTONE

1.1 Tujuan
Mengukur hambatan suatu resistor

1.2 Dasar Teori


Jembatan wheatstone adalah rangkaian jembatan yang paling sederhana dan
paling umum. Jembatan wheatstone pertama kali ditemukan oleh Samuel Hunter
Christie 1833 dan dikembangkan oleh Sir Charles Wheatstone 11 tahun
kemudian. Rangkaian ini adalah metode yang digunakan untuk mengukur
resistansi yang tidak diketahui nilainya dan juga digunakan untuk mengkalibrasi
alat ukur voltmeter, amperemeter, dan lain-lain. Rangkaian bagi jembatan
wheatstone adalah

Gambar 1.1. Rangkaian jembatan wheatstone

Prinsip dasar jembatan wheatstone adalah kesetimbangan. Saat setimbang, arus


yang mengalir pada galvanometer menjadi lenyap. Ini artinya, potensial di titik D
dan B sama. Agar terjadi kondisi ini, Maka harus
R1.Rx=R2.R3 ( 1.1 )
Dengan Rx adalah hambatan yang tidak diketahui nilainya.

5
1.3 Bahan dan Alat
Bahan & alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Dua buah resistor yang sudah diketahui nilainya
2. Sebuah hambatan variabel
3. Beberapa hambatan yang tidak diketahui nilainya
4. Galvanometer/ amperemeter

1.4 Langkah Percobaan


1. Susunlah rangkaian seperti pada gambar dengan R1 dan R2 adalah hambatan
yang diketahui nilainya. R3 adalah hambatan variabel, dan Rx adalah
hambatan yang hendak dicari nilai hambatannya!
2. Atur hambatan variabel sehingga jarum galvanometer menunjukkan tepat
angka nol!
3. Catat nilai hambatan variabel yang diperoleh!
4. Ulangi ketiga langkah di atas untuk beberapa Rx!

1.5 Pertanyaan
1. Sebutkan kegunaan dan aplikasi jembatan wheatstone!
2. Apa kelebihan jembatan Wheatstone dibandingkan dengan metode
pengukuran hambatan secara langsung atau dengan menggunakan
Ohmmeter?

6
PERCOBAAN 2
KAPASITOR

2.1 Tujuan
1. Menghitung permitivitas relative udara.
2. Menghitung dan memplot grafik kapasitansi kapasitor sebagai fungsi jarak
pisah kedua plat.

2.2 Dasar Teori


Dua buah plat konduktor yang diletakkan berhadap-hadapan akan
berperilaku seperti kapasitor, yakni dapat menyimpan muatan dalam jumlah
tertentu, tergantung pada besarnya kapasitansi kapasitor tersebut.

Gambar 2.1 Rangkaian tertutup kapasitor plat sejajar

Kapasitansi kapasitor yang dibentuk oleh kedua plat tersebut diberikan oleh:

ɛ .ɛ .
= (2.1)

dengan :

A = Luas plat

d = Jarak pisah kedua plat

ɛ = Konstanta dialektik bahan

ɛ = Permitivitas listrik di ruang vakum sebesar 8,85 x 10-12 F/m

7
Dari persamaan ini jelas bahwa kapasitansi kapasitor plat sejajar hanya
bergantung pada jarak antar plat, luas penampang plat, dan bahan dialektik yang
mengisi ruang antara kedua plat. Dalam percobaan ini bahan dialektik yang
dimaksud alah udara. Dalam rangkaian tertutup, muatan listrik yang dikandung
oleh plat kapasitor adalah :

= . (2.2)

dengan V adalah potensial yang diberikan oleh sumber tegangan. Jika


persamaan (2.2) disubstitusikan ke dalam persamaan ( 2.1 ) didapat hubungan

ɛ .ɛ . .
= (2.3)

2.3 Bahan dan Alat


1. Dua keping plat logam persegi dengan sisi 22 cm
2. Profil Track
3. Dua buah Track Rider
4. Dua buah batang penyangga
5. Kabel
6. Sumber tegangan tinggi
7. Electrometer

2.4 Langkah Percobaan

Gambar 2.2. Susunan rangkaian percobaan kapasitor plat sejajar.

8
1. Rangkailah alat-alat eksperimen seperti pada gambar 2.2!
2. Masukkan plat moveable pada alur pertama dengan jarak 10 cm!
3. Aturlah Power supply AC sebesar 3000 Volt atau 3 kV!
4. Pasanglah kabel dari Power supply dengan kabel (+) di hubungkan pada plat
kapasitor (+) dan kebal (-) dihubungkan pada plat kapasitor (-)!
5. Hubungkan kabel pada plat kapasitor (+) ke lubang Q pada electrometer dan
kabel plat kapasitor (-) ke lubang Ground!
6. Nyalakan Power Supply selama 20 detik lalu matikan. Setelah itu nyalakan
electrometer dengan set range 5 nC. Tekan tombol reset Q sampai jarum
menunjukkan posisi angka 0. Lalu lepaskan tombol reset dan perhatikan
pergerakan posisi jarum electrometer tertinggi, lalu catat hasilnya!
7. Ulangi langkah 6 dengan jarak pisah yang berbeda. Variasikan jarak pisah
dengan spasi 5 cm hingga di dapat 10 data!

2.5 Metode Pengolahan Data


1. Dengan menggunakan persamaan (2.3) tentukanlah variabel bebas dan
variabel terikatnya!
2. Buatlah grafik gerak lurus dari persamaan tersebut!
3. Dari grafik hitungkah konstanta dialektik udara!
4. Dengan menggunakan konstanta dialektik yang anda peroleh, substitusikan
ke persamaan (2.1). Hitunglah kapasitansi untuk setiap jarak. Sajikan dalam
bentuk tabel & grafik!

2.6 Pertanyaan
1. Bagaimanakah konstanta dialektik yang anda peroleh? perkirakan apakah
konstanta ini bergantung pada beda potensial yang digunakan?
2. Bagaimanakah nilai kapasitansi yang anda peroleh? apakah bergantung pada
jarak pisah kedua plat?

9
PERCOBAAN 3

WATT DAN ENERGI METER

3.1 Tujuan
1. Menentukan energi listrik yang digunakan pada calorimeter.
2. Menentukan energy yang diterima oleh calorimeter.
3. Menentukan efisiensi calorimeter.

3.2 Dasar Teori

Energi listrik pada suatu rangkaian tertutup yang dibangkitkan oleh sumber
tegangan DC sebesar V dan arus listrik yang mengalir sebesar I dalam selang
waktu t diberikan oleh

W = VIt (3.1)

Pada rangkaian tertutup ideal, energi total beban akan sama dengan energi yang
dibangkitkan oleh sumber tegangan tersebut, yakni:

Q=W (3.2)

Faktanya, pada rangkaian elektronika akan selalu ada kehilangan energi


karena berbagai factor. Oleh sebab itu, energi beban dan energi listrik memiliki
hubungan

Q = ηW (3.3)

dengan η adalah efisiensi beban atau system. Dalam persen, efisiensi ini dapat
disajikan sebagai

η= × 100% (3.4)

Untuk memanaskan air bermassa m sebesar ∆T di dalam calorimeter


diperlukan energi sebesar

Q= ∆ (3.5)

dengan cair adalah kalor jenis air sebesar 4.200 J/kg oC. Jika sumber energi yang
digunakan untuk memanaskan air di dalam calorimeter ini adalah berasal dari
energi listrik DC, maka dari persamaan (3.3) akan diperoleh hubungan

∆ = (3.6)

10
atau dari persamaan (3.4) diperoleh

= × 100% (3.7)

Gambar 3.1. Rangkaian calorimeter dengan sumber energi listrik


bertegangan DC.

3.3 Bahan dan Alat

1. Watt dan energi meter


2. Power Supply
3. Lampu bohlam
4. Termometer
5. Kabel penghubung

3.4 Langkah Percobaan

Gambar 3.2. Rangkaian watt dan energi meter.

1. Rangkailah rangkaian seperti pada gambar (3.2)!


2. Nyalakan sumber tegangan dan aturlah tegangan sebesar 6 V, kemudian
matikan kembali sumber tegangan!
3. Timbanglah calorimeter kosong dan catat hasilnya!
4. Isi calorimeter dengan air hingga bohlam tercelup dan timbanglah calorimeter
tersebut dan catat hasilnya!

11
5. Pasanglah kabel dan termometer pada calorimeter dan catat hasil pengukuran
suhunya!
6. Nyalakan sumber tegangan dan stopwatch secara serempak. Catatlah suhu
setiap 2 menit hingga diperoleh 10 data!
7. Catat juga nilai tegangan dan arus pada saat sumber tegangan dinyalakan.
8. Ulangi sekali lagi langkah 4-7 dengan massa air berbeda!

3.5 Metode Pengolahan Data

1. Tentukan variabel bebas dan variabel terikat pada percobaan Anda.


2. Buatlah table data yang memuat kedua nilai variabel tersebut. Sertakan juga
data – data lainnya.
3. Dengan menggunakan persamaan (3.6) buktikan bahwa:

= + (3.8)

dengan To adalah suhu air sebelum dipanaskan. Persamaan ini adalah


persamaan garis lurus dengan gradient adalah dan titik potong di
sumbu – y adalah To.
4. Plotlah grafik berdasarkan persamaan garis lurus (3.8).
5. Carilah nilai efisiensi berdasarkan perhitungan gradient dari grafik Anda.
Jangan lupa menjadikannya dalam persen

3.6 Pertanyaan
1. Dari efisiensi yang Anda peroleh, perkirakan menjadi apakah energi listrik
yang terbuang!
2. Bagaimanakah perbandingan kedua efisiensi yang Anda peroleh. Apakah
sama atau berbeda? Jelaskan penyebabnya!

12
PERCOBAAN 4
TRANSFORMATOR

4.1 Tujuan
1. Mempelajari asas kerja transformator
2. Menentukan efesiensi transformator

4.2 Dasar Teori


Transformator adalah sebuah piranti elektronika yang dapat digunakan
untuk menaikan atau menurunkan tegagan listrik. Komponen utama yang
diperlukan adalah dua buah kumparna yang diposisikan berdekatan satu sama lain.
Satu kumparan (kumparan primer) dihubungkan dengan sumber tegangan AC dan
kumparan yang lain (kumparan sekunder) dihubungkan dengan komponen
elektronika yang hendak digunakan.

Gambar 4.1 rangkaian transformator step down

Besar tegangan sekunder ( ) transformator adalah sebanding dengan


jumlah lilitan kumparan sekunder ( ) yakni :
~
Oleh karena itu kesebandingan tersebut, maka berlaku perbandingan :

= (4.1)

Pada trafo ideal, besar daya sekunder ( ) akan sama dengan daya primer ( ).
Oleh sebab itu berlaku persamaan :
= (4.2)

13
Oleh karena daya diberikan oleh
= (4.3)
Maka berlaku
= (4.4)
Dari persamaan (4.1) dan (4.4) diperoleh hubungan

= = (4.5)

Pada kenyataannya, sebuah trafo tidak dapat mungkin mentransfer seluruh


energi primernya menjadi energi sekunder. Akibatnya, besar daya sekunder tidak
sama lagi dengan besar daya primer. Besar perbandingan daya sekunder terhadap
daya primer selalu tetap diberikan oleh

= (4.6)

Dengan disebut sebgai efisiensi transformator. Dalam persen, efisiensi


ini diberikan oleh

= × 100% (4.7)

4.3 Alat dan bahan


1. U-core, Armature
2. Power Supply
3. Armature Massive
4. Armature Laminated
5. Satu buah coil blue (400)
6. Satu buah Coil Yellow (200)
7. Dua buah Voltmeter
8. Dua Buah Ammeter
9. Satu buah Hambatan 100Ω

14
4.4 Langkah Percobaan

Gambar 4.2. Rangkaian elektronika untuk percobaan transformator

1. Rangkailah eksperimen seperti pada gambar 4.2 dengan kumparan primer


400 lilitan dan kumparan sekunder 200 lilitan!
2. Aturlah tegangan pada power supply pada posisi paling rendah hingga nilai-
nilai pada semua voltmeter dan ammeter terbaca!
3. Catat nilai-nilai tersebut!
4. Variasikan tegangan pada power supply hingga diperoleh data yang cukup!
5. Ulangi langkah pertama dengan menukarkan jumlah lilitan primer dan
sekunder!
6. Ulangi langkah kedua dan keempat!

4.5 Metode Pengolahan Data.


1. Tentukan variable bebas dan terikat pada percobaan anda.
2. Buktikan bahwa persamaan (4.3) dan (4.6) dapat dituliskan sebagai

= (4.8)

3. Buatlah persamaan garis lurus dari persamaan (4.8) dengan


mempertimbangkan variable bebas dan terikatnya.

15
4. Plotlah grafik berdasarkan persamaan tersebut.
5. Hitunglah efisiensi gradien grafik tersebut. Jadikan pula dalam bentuk persen.

4.6 Pertanyaan
1. Jelaskan terbentuknya arus dan tegangan pada kumparan sekunder! jika arus
diganti dengan arus serarah, apakah akan terbentuk tegangan arus dan
tegangan sekunder?
2. Apa yang melibatkan daya sekunder menurun? menjadi apa sajakah energi-
energi sekundernya?

16
REFERENSI

Anwar, Waliyudin. 2015. Buku Petunjuk Praktikum Fisika. UBB: Pangkalpinang


Farchani Rosyid, Muhammad, dkk. 2014. Fisika Dasar Jilid 1: Mekanika. Periuk:
Yogyakarta
Tippler, Paul A, dkk. 2008. Physics For Scientists and Engineers. W.H. Freeman
and company: United States of America

17

Anda mungkin juga menyukai