PENDAHULUAN
tuberculosis.1 Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta
kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, 3,9 juta adalah kasus BTA positif.
regional WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari
seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182
Sebagian besar dari kasus TB ini (95%) dan kematiannya (98%) terjadi di
produktif yaitu 20-49 tahun. Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga 1985 dan
sel lipoid sehingga tahan asam, oleh karena itu kuman ini disebut pula sebagai
Basil Tahan Asam (BTA). Karena pada umumnya Mycobacterium tahan asam,
secara teoritis BTA belum tentu identik dengan basil TB. Namun, karena dalam
1
keadaan normal penyakit paru yang disebabkan oleh Mycobacterium lain jarang
sekali dalam praktik, sehingga BTA dianggap identik dengan basil TB.1,2
menit saja akan mati. Basil TB juga sangat rentan terhadap panas, sehingga dalam
waktu 2 menit saja basil TB yang berada dalam lingkungan basah sudah akan mati
bila terkena air bersuhu 100°C. Selain itu, kuman ini akan terbunuh dalam
organ lainnya. Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang
mengandung droplet nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan
batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam (BTA). Apabila
yang berukuran kurang dari 5 mikron dan akan melayang-layang di udara. Ada
jumlah basil dan virulensinya. Dapatlah dimengerti bahwa semakin banyak basil
Faktor lain ialah cahaya matahari dan ventilasi. Karena basil TB tidak tahan
kecil. Dengan ventilasi yang baik, membuat adanya pertukaran udara dari dalam
rumah dengan udara segar dari luar, dan dapat juga mengurangi bahaya penularan
2
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI PASIEN
MR : 10.33.57
Umur : 69 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : petani
Pendidikan : SD
II. ANAMNESIS
Keluhan utama
Batuk berdahak yang memberat sejak ½ bulan sebelum masuk rumah sakit
Keluhan Tambahan
3
Lemas, hanya mau tidur saja, keringat dingin, sakit kepala berdenyut, demam naik
turun terutama pada malam hari, nyeri ulu hati, tidak mau makan sejak 1 hari
batuk secara tiba-tiba, batuk tiap hari dirasakan semakin sering. batuk awalnya
kering tetapi semakin lama batuk menjadi berdahak, dahak yang pernah
dikeluarkan berwarna putih kental. Batuk semakin memberat ketika malam hari
menjelang subuh atau pada saat cuaca dingin. Batuk membuat pasien terganggu
obat herbal yang dibeli di apotik tetapi pasien lupa nama obatnya. Os juga
mengeluh berkeringat malam hari sampai membuat bajunya basah, padahal pasien
badannya semakin menurun tanpa alasan yang jelas, nafsu makannya pun semakin
menurun. Pasien tidak ingat kapan terakhir kali ditimbang berat badannya tetapi
berat badan sekarang jauh lebih kecil dari berat badan sebelumnya. Pasien juga
mengeluhkan demam yang naik turun terutama ketika pada malam hari. Berubah
suara ketika berbicara disangkal oleh pasien. Mengorok atau berbunyi ketika
mau tiduran saja sampai tidak bisa beraktivitas dan diikuti dengan perasaan mual,
4
sakit kepala berdenyut, nyeri ulu hati, tidak nafsu makan sejak 3 hari sehingga
Pada bulan Oktober tahun 2017 os pernah dirawat inap di RS Medika selama
5 hari dengan keluhan batuk darah secara tiba-tiba. Sedangkan pada tanggal 28
januari 2018 os diantar keluarganya ke terapi Jona diurut-urut namun tidak dikasih
obat apa-apa.
Batu ginjal/saluran
- Cacar air - Malaria -
kemih
Penyakit Jantung
- Kholera - Hipertensi -
Koroner
5
- Tuberkulosis - Batu empedu - Thypoid
Keadaan
Hubungan Diagnosa Penyebab Meninggal
Kesehatan
Kakek - - -
Nenek - - -
Ayah Dispepsia - -
Ibu - - -
Saudara - - -
Anak-anak - - -
RIWAYAT MAKANAN
6
RIWAYAT KEBIASAAN
-Riwayat merokok : diakui
-Riwayat konsumsi alkohol : disangkal
Pasien adalah seorang kepala rumah tangga. Bekerja sebagai tukang bengkel bikin
pintu dengan penghasilan tidak menentu. Lingkungan pasien berada pada daerah
dengan padat penduduk. Kondisi rumah permanen dengan lubang ventilasi udara
Pemeriksaan Umum
Suhu : 38,3⁰C
7
Pernapasan : 22 x/menit, regular, ekspirasi memanjang
Aspek Kejiwaan
Pemeriksaan Spesifik
Status Generalisata
Kulit
Kepala
Rambut : Normal
Mata
8
Konjungtiva : Normal Visus : Normal
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
9
Submandibula : Tidak teraba Leher : Tidak teraba
Thorax
Bentuk : Simetris
Depan Belakang
Inspeksi Kanan
Palpasi Kanan
Kiri Rh (+/+)
Wh(-/-)
Jantung
10
Batas jantung kiri : ICS IV linea midklavikula sinistra
Abdomen
Inspeksi : Bentuk Normal, venektasi (-), caput medusa (-), ikterik (-)
Perkusi : Normal
Ekstremitas
Ekstremitas inferior dextra dan sinistra: pitting oedem (-) Ptekie (-)
HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
11
Lk: 14-18 gr%
Hemoglobin 9,6
Wn: 12-16 gr%
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0 1-3%
Batang 1 2-6 %
Segmen 75 50-70 %
Limposit 20 20-40 %
Monosit 4 2-8 %
Lk: 50-54
Hematokrit 30
Wn: 38-47
MCV 78 80-96
MCH 24 27-31 pg
SGOT 55 0-37 ul
SGPT 74 0-42 ul
Lk: 0,6-1,1
Creatinin 1,1
Wn: 0,5-0,9
12
Pemeriksaan Ro. Thorax PA
Kesan :
TB Duplex Aktif
13
Irama : Sinus
HR : 100x/menit
Axis : Normal
Pembesaran : Tidak ada
Tanda Iskemik : Tidak Ada
V. RESUME
Seorang laki-laki berusia 69 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan batuk
berdahak sejak 2 minggu memberat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien juga mengeluhkan mual, nyeri ulu hati dan badan sangat lemas sehingga
Selain itu dari anamnesis didapatkan riwayat batuk berdarah sejak 3 bulan yang
lalu. pasien juga mengeluhkan sering berkeringat malam tanpa sebab yang jelas,
nafsu makan juga menurun disertai dengan penurunan berat badan. Didapatkan
juga bahwa demam, sakit kepala berdenyut dan nyeri ulu hati
auskultasi paru didapatkan ronkhi pada kedua lapang paru, vokal fremitus
meningkat kedua lapang paru, perkusi redup dikedua lapang paru. Pemeriksaan
fisik lain juga didapatkan suara stridor pada saat inspirasi dan suara ronkhi pada
saat ekspirasi (+/+). Hasil foto thoraks didapatkan gambaran TB Duplex aktif.
14
1. Batuk berdahak
3. Badan Lemas
5. Penurunan BB
8. Keringat dingin
9. Demam
TB Paru
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
Bronkhopneumoni
TB Paru Aktif
VIII. PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi
Edukasi
15
Pasien perlu diingatkan bahwa pengobatan TB paru ini berlangsung lama
yakni minimal 6 bulan. Obat harus diminum secara teratur dan tidak boleh
putus. Pasien juga diberitahu tentang efek samping obat seperti rifampisin
- Pola hidup sehat yakni menjaga kebersihan lingkungan dan tempat tinggal.
Diet biasa.
Farmakologi
Rifampicin 1x450mg
INH 1x300 mg
Ethambutol 1x750 mg
Pirazinamide 2x500mg
- Ranitidin 1amp/12jam
- PCT 3x500mg
16
- Curcuma 3x1 tab
- Pemeriksaan Laringoskop
X. PROGNOSIS
17
XI. FOLLOW UP
S Demam menggigil, lemas, tidak BAB 2 hari, batuk berdahak, keringet dingin
O Keadaan umum:
Nadi : 86 x/m
Suhu : 38,4OC
Pernapasan : 22 x/m
Widal +
Kepala:
Wajah oedem (-), oedem palpebra (-), konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik -/-, pupil
isokor, reflek cahaya -/-
Leher:
Paru:
A: Vesikuler pada paru kanan dan kiri, Ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
Jantung:
18
P: Iktus kordis tidak teraba
Abdomen:
P: tympani pada semua regio abdomen epigastrium dan, Tes undulasi (-), shifting
Extremitas:
Pemeriksaan Penunjang : -
A demam tipoid
P - IVFD RL XX gtt/mnt
- (+) ceftriaxon
O Keadaan umum:
19
Nadi : 68 x/mnt
Suhu : 38,5OC
Pernapasan : 22 x/m
GDS: 288
Kepala:
Wajah oedem (-), oedem palpebra (-), konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik -/-, pupil
isokor, reflek cahaya -/-
Leher:
Paru:
A: Vesikuler pada paru kanan dan kiri, Ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
Jantung:
Abdomen:
20
I: Dinding perut Normal, asites -
P: tympani pada semua regio abdomen epigastrium dan, Tes undulasi (-), shifting
Extremitas:
Pemeriksaan Penunjang : -
A Demam tifoid
P - IVFD RL XX gtt/mnt
- (+) tiamfenikol
- Novorapid 10-10-10
- Rontgen thorak
Nadi : 78 x/m
Suhu : 36,8OC
Pernapasan : 22 x/m
GDS: 333
21
Kepala:
Wajah oedem (-), oedem palpebra (-), konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik -/-, pupil
isokor, reflek cahaya -/-
Leher:
Paru:
A:Vesikuler pada paru kanan dan kiri, Ronkhi (+/+), wheezing (-/-),Ekspirasi
memanjang
Jantung:
Abdomen:
22
P: tympani pada semua regio abdomen epigastrium dan, Tes undulasi (-), shifting
Extremitas:
Pemeriksaan Penunjang : -
P - IVFD RL XX gtt/mnt
- Rifampicin 1x450 mg
- Dexametason 2x1
23
BAB III
ANALISA KASUS
1. Anamnesis
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan batuk berdahak memberat sejak
1 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk berdahak pertama kali dirasakan pasien
2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Selain itu dari anamnesis didapatkan
riwayat batuk berdarah sejak 3 bulan yang lalu. pasien juga mengeluhkan sering
berkeringat malam tanpa sebab yang jelas, nafsu makan juga menurun disertai
dengan penurunan berat badan. Berdasarkan dari keluhan pasien, gejala-gejala
yang ada merupakan gejala pada infeksi TB paru sehingga dapat didiagnosis
pasien ini mengalami infeksi TB paru.
Hal ini sesuai teori yang menyebutkan Gejala-gejala yang sering menyertai
pada pasien dengan infeksi TB dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal
dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah
gejala respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat) (1-6)
1. Gejala respiratorik
a. batuk > 2 minggu
b. batuk darah dapat terjadi akibat banyak hal yaitu: tuberculosis,
brokkiektasis, abses paru, Ca paru, dan bronchitis kronik. Namun diantara
banyak penyebab, yang paling sering adalah tuberculosis. Adanya infeksi
pada paru dapat menyebabkan nekrosis pada parenkim paru yang akan
menimbulkan proses perkejuan. Apabila dibatukkan, bahan cair dari
perkejuan tersebut akan keluar dan meninggalkan lubang yang disebut
kavitas. Kavitas ini lama-lama akan menebal karena infiltrasi jaringan
fibroblas dalam jumlah besar dan terjadilah sklerotik. Jika terjadi
24
peradangan arteri di dinding kavarne akan mengakibatkan pecahnya vasa
darah. Jika vasa darah pecah maka darah akan dibatukkan keluar dan
terjadilah hemoptisis. (1-6)
c. Sesak napas
Pada pasien ini terdapat sesak yang berdasarkan teori merupakan late
symptom dari proses lajut tuberculosis paru akibat adanya restriksi dan
obstruksi saluran napas serta loss of vascular bed/vascular thrombosis
batuk berlendir. Berdasarkan dengan teori batuk berlendir terjadi karena
iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak
ke luar.1
d. Nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala
sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien
terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat
dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk
yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk
diperlukan untuk membuang dahak ke luar. (1-6)
2. Gejala sistemik
a. Demam merupakan salah satu tanda inflamasi. Demam pada penyakit
tuberculosis biasanya hilang timbul, biasanya muncul pada sore hari.
Mekanisme demam sendiri yaitu mikroorganisme yang masuk ke dalam
jaringan atau darah akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag, dan
sel mast. Setelah memfagositosis, sel ini akan mengeluarkan IL-1 ke
dalam cairan tubuh disebut sebagai pirogen endogen. IL-1 menginduksi
pembentukan prostaglandin akan menstimulus hipotalamus sebagai pusat
termoregulator untuk meningkatkan temperatur tubuh dan terjadi demam
atau panas. (1-6)
b. Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan
berat badan menurun(1-6)
c. Keringat malam ini kemungkinan disebabkan oleh karena kuman yang
menginfeksi penderita, misalnya kuman Mycobacterium Tuberculosis,
25
mengadakan metabolisme seperti pembelahan didalam tubuh penderita
sehingga terjadilah manifestasi keringat. Sebenarnya, keringat yang
disebut disini tidak hanya terjadi pada malam hari saja tetapi juga terjadi
setiap saat. Namun, pada pagi dan siang hari umumnya penderita
melakukan aktivitas fisik jadi keringat akibat metabolisme kuman tersebut
menjadi samar.
3. Gejala tuberkulosis ekstraparu
Gejala tuberkulosis ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat,
misalnya pada limfadenitis tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang lambat
dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan
terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosis terdapat gejala
sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat
cairan. (1-6)
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan Keadaan umum tampak sakit sedang,
Tekanan darah 150/90 mmHg, Nadi 86 x/menit reguler volume cukup, Suhu
36,8 ⁰C, Pernapasan 24 x/menit, regular, ekspirasi memanjang, IMT 19,230
(berat badan normal). Pada auskultasi paru didapatkan ronkhi pada kedua
lapang paru, vokal fremitus meningkat kedua lapang paru, perkusi redup
dikedua lapang paru. Hal ini sesuai dengan kriteria diagnosis pada
pemeriksaan fisik pasien dengan TB paru yaitu keadaan umum pasien
mungkin ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia,
suhu demam (subfebris), badan kurus atau berat badan menurun. Pada
pemeriksaan fisis pasien sering tidak menunjukan suatu kelainan pun terutama
pada kasus-kasus dini, sementara gambaran radiologis dan pemeriksaan
sputum sudah menunjukkan adanya penyakit TB.1,4
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks
(puncak) paru. Pada auskultasi, hanya akan ditemukan ronki basah halus
sebagai satu-satunya kelainan pemeriksaan fisik. Bila dicurigai adanya infiltrat
26
yang agak luas, maka didapatkan perkusi yang redup, fremitus yang
menguat dan auskultasi suara nafas bronkial.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini adalah hasil
rontgen thoraks yang memberikan kesan adanya TB paru duplex aktif.
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi:
foto lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan.
27
c. Fibrosis parenkim paru dan atau penebalan pleura
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan
fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat
a. Rifampisin
b. INH
c. Pirazinamid
d. Streptomisin
e. Etambutol
28
Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari :
b. Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,
a. Kanamisin
b. Kuinolon
klavulanat
Dosis OAT
BB > 60 kg : 600 mg
BB 40-60 kg : 450 mg
BB < 40 kg : 300 mg
BB > 60 kg : 1500 mg
29
BB 40-60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
4. Etambutol : fase intensif 20mg /kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg BB,
BB >60kg : 1500 mg
BB 40 -60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
5. Streptomisin:15mg/kgBB atau
BB >60kg : 1000mg
BB 40 - 60 kg : 750 mg
BB < 40 kg : sesuai BB
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati
• Pasien kambuh
30
• Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1 sebelumnya
31
Pada TB paru kasus kambuh minimal menggunakan 4 macam OAT
pada fase intensif selama 3 bulan (bila ada hasil uji resistensi dapat
diberikan obat sesuai hasil uji resistensi). Lama pengobatan fase lanjutan 6
bulan atau lebih lama dari pengobatan sebelumnya, sehingga paduan obat
yang diberikan : 3 RHZE / 6 RH Bila tidak ada / tidak dilakukan uji
resistensi, maka alternatif diberikan paduan obat : 2 RHZES/1 RHZE/5
R3H3E3 (Program P2TB)
didapatkan bahwa pasien mengalami batuk darah, dan dari riwayat pernah
32
DAFTAR PUSTAKA
33