Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium

tuberculosis.1 Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta

kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, 3,9 juta adalah kasus BTA positif.

Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberculosis dan menurut

regional WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari

seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182

kasus per 100.000 penduduk.1

Sebagian besar dari kasus TB ini (95%) dan kematiannya (98%) terjadi di

negara-negara yang sedang berkembang. Di antara mereka 75 % berada pada usia

produktif yaitu 20-49 tahun. Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga 1985 dan

survei kesehatan nasional 2001, TB menempati ranking nomor 3 sebagai

penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Indonesia adalah negeri dengan

prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah China dan India.1

Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman

berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-

0,6/um.Mycobacterium tuberculosis termasuk famili Mycobacteriaceae yang

mempunyai berbagai genus, diantaranya adalah Mycobacterium, dan salah satu

speciesnya adalah Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini mempunyai dinding

sel lipoid sehingga tahan asam, oleh karena itu kuman ini disebut pula sebagai

Basil Tahan Asam (BTA). Karena pada umumnya Mycobacterium tahan asam,

secara teoritis BTA belum tentu identik dengan basil TB. Namun, karena dalam

1
keadaan normal penyakit paru yang disebabkan oleh Mycobacterium lain jarang

sekali dalam praktik, sehingga BTA dianggap identik dengan basil TB.1,2

Basil TB sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga dalam beberapa

menit saja akan mati. Basil TB juga sangat rentan terhadap panas, sehingga dalam

waktu 2 menit saja basil TB yang berada dalam lingkungan basah sudah akan mati

bila terkena air bersuhu 100°C. Selain itu, kuman ini akan terbunuh dalam

beberapa menit bila terkena alcohol 70%, atau lisol 5%.2

Proses terjadinya infeksi oleh M.Tuberculosis biasanya secara inhalasi,

sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis yang paling sering dibanding

organ lainnya. Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang

mengandung droplet nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan

batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam (BTA). Apabila

pasien mengadakan ekspirasi paksa berupa batuk-batuk, bersin, tertawa keras,

akan menyebabkan keluarnya percikan-percikan dahak halus (droplet nuclei),

yang berukuran kurang dari 5 mikron dan akan melayang-layang di udara. Ada

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi transmisi ini.Pertama-tama ialah

jumlah basil dan virulensinya. Dapatlah dimengerti bahwa semakin banyak basil

dalam dahak seorang penderita, makin besarlah bahaya penularan.2

Faktor lain ialah cahaya matahari dan ventilasi. Karena basil TB tidak tahan

cahaya matahari, kemungkinan penularan dibawah terik cahaya matahari sangat

kecil. Dengan ventilasi yang baik, membuat adanya pertukaran udara dari dalam

rumah dengan udara segar dari luar, dan dapat juga mengurangi bahaya penularan

bagi penghuni-penghuni lain yang serumah.

2
BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTIFIKASI PASIEN

MR : 10.33.57

Nama lengkap : Tn. R

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir : 16 Juni 1948

Umur : 69 tahun

Status perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pekerjaan : petani

Pendidikan : SD

Alamat : Tanjung Sari Rt008/Rw004 Natar Lampung Selatan

Masuk IGD RSPBA : Sabtu, 3 Februari 2018, pukul : 15:12 WIB

Masuk Rawat Inap : Sabtu, 3 Februari 2018, pukul : 18:15 WIB

II. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis

Keluhan utama

Batuk berdahak yang memberat sejak ½ bulan sebelum masuk rumah sakit

Keluhan Tambahan

3
Lemas, hanya mau tidur saja, keringat dingin, sakit kepala berdenyut, demam naik

turun terutama pada malam hari, nyeri ulu hati, tidak mau makan sejak 1 hari

sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat perjalanan penyakit

Sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit os mengeluhkan sering batuk-

batuk secara tiba-tiba, batuk tiap hari dirasakan semakin sering. batuk awalnya

kering tetapi semakin lama batuk menjadi berdahak, dahak yang pernah

dikeluarkan berwarna putih kental. Batuk semakin memberat ketika malam hari

menjelang subuh atau pada saat cuaca dingin. Batuk membuat pasien terganggu

dalam melakukan aktivitas terutama ketika di malam hari saat pasien

melaksanakan ibadah sholat. Untuk mengurangi gejalanya pasien mengkonsumsi

obat herbal yang dibeli di apotik tetapi pasien lupa nama obatnya. Os juga

mengeluh berkeringat malam hari sampai membuat bajunya basah, padahal pasien

belum pernah mengalami berkeringat sampai sebasah ini. Pasien mengeluhkan

badannya semakin menurun tanpa alasan yang jelas, nafsu makannya pun semakin

menurun. Pasien tidak ingat kapan terakhir kali ditimbang berat badannya tetapi

berat badan sekarang jauh lebih kecil dari berat badan sebelumnya. Pasien juga

mengeluhkan demam yang naik turun terutama ketika pada malam hari. Berubah

suara ketika berbicara disangkal oleh pasien. Mengorok atau berbunyi ketika

napas disangkal oleh pasien.

1 hari sebelum os masuk rumah sakit os mengeluh sangat lemas hanya

mau tiduran saja sampai tidak bisa beraktivitas dan diikuti dengan perasaan mual,

4
sakit kepala berdenyut, nyeri ulu hati, tidak nafsu makan sejak 3 hari sehingga

besok sore nya keluarga os memutuskan untuk membawa os ke IGD RSPBA.

Pada bulan Oktober tahun 2017 os pernah dirawat inap di RS Medika selama

5 hari dengan keluhan batuk darah secara tiba-tiba. Sedangkan pada tanggal 28

januari 2018 os diantar keluarganya ke terapi Jona diurut-urut namun tidak dikasih

obat apa-apa.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Batu ginjal/saluran
- Cacar air - Malaria -
kemih

- Faringitis - Disentri - Burut (hernia)

- Difteri - Hepatitis - Penyakit prostat

- Batuk rejan - Tifus abdomen - Wasir

- Campak - Hipotensi - Diabetes

- Influenza - Sifilis - Alergi

- Tonsilitis - Gonore - Tumor

Penyakit Jantung
- Kholera - Hipertensi -
Koroner

Demam rematik Ulkus


- - - Asma Bronkhial
akut ventrikulus

- Pneumonia - Ulkus duodeni - Gagal Ginjal Kronik

- Pleuritis - Gastritis - Serosis Hepatis

5
- Tuberkulosis - Batu empedu - Thypoid

Os pernah batuk berdarah.

Os menyangkal pernah mengkonsumsi obat selama 6 bulan

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Keadaan
Hubungan Diagnosa Penyebab Meninggal
Kesehatan

Kakek - - -

Nenek - - -

Ayah Dispepsia - -

Ibu - - -

Saudara - - -

Anak-anak - - -

RIWAYAT MAKANAN

Frekuensi/ hari : 3 x/ hari

Jumlah/ hari : satu porsi

Variasi/ hari : bervariasi (terkadang ayam,ikan,tahu,tempe, konsumsi

sayur dan buah kurang

Nafsu makan : Menurun 1 bulan terakhir.

6
RIWAYAT KEBIASAAN
-Riwayat merokok : diakui
-Riwayat konsumsi alkohol : disangkal

-Riwayat olahraga : disangkal

-Riwayat kontak langsung dengan penderita TB : diakui (Ada teman kerja

yang terkena TB juga)

-Riwayat menggunakan barang rumah secara bersama : diakui (Handuk, piring,

sendok,gelas, sikat gigi)

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

Pasien adalah seorang kepala rumah tangga. Bekerja sebagai tukang bengkel bikin

pintu dengan penghasilan tidak menentu. Lingkungan pasien berada pada daerah

dengan padat penduduk. Kondisi rumah permanen dengan lubang ventilasi udara

dan pencahayaan minim. Biaya kesehatan ditanggung BPJS(KIS).

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Nadi : 86 x/menit, reguler, volume cukup

Suhu : 38,3⁰C

7
Pernapasan : 22 x/menit, regular, ekspirasi memanjang

Sianosis : Tidak sianosis

Berat Badan sebelum : 54

Berat Badan sekarang : 45

Tinggi badan (cm) : 158

Aspek Kejiwaan

Tingkah laku : wajar/gelisah/tenang/hipoaktif/hiperaktif

Alam perasaan : Biasa/sedih/gembira/cemas/takut/marah

Proses pikir : wajar/cepat/gangguan waham/fobia/obsesi

Pemeriksaan Spesifik

Status Generalisata

 Kulit

Warna : Sawo matang Efloresensi : Tidak ada

Jaringan parut : Tidak ada Pigmentasi : Tidak ada

Pertumbuhan rambut : Normal Pembuluh darah : Normal

Suhu raba : Normal Lembab/kering : Kering

Keringat, umum : Normal Turgor : Normal

 Kepala

Ekspresi wajah : Normal Simetris muka : Simetris

Rambut : Normal

 Mata

Eksolftalmus : Tidak ada Enoftalmus : Tidak ada

Kelopak : Normal Lensa : Normal

8
Konjungtiva : Normal Visus : Normal

Sklera : Normal Gerakan mata : Normal

Lap.penglihatan : Normal Tekanan bola mata : Normal

Deviatio konjungtiva : Tidak ada Nistagmus : Tidak ada

 Telinga

Tuli : Tidak tuli Selaput pendengaran : Normal

Lubang : Normal Penyumbatan : Tidak ada

Serumen : Tidak ada Perdarahan : Tidak ada

 Hidung

Trauma : Tidak ada

Nyeri : Tidak ada

Sekret : Tidak ada

Pernafasan cuping hidung : Tidak ada

 Mulut

Bibir : Tidak sianonis Tonsil : Normal

Langit-langit : Normal Bau nafas : Tidak berbau

Trismus : Normal Lidah : Normal

Faring : Tidak hiperemis

 Leher

Tekanan vena jugularis : JVP 5+3 cm H2O (ada peningkatan)

Kelenjar tiroid : Normal, tidak ada pembesaran

Kelenjar limfe : Normal, tidak ada pembesaran

 Kelenjar getah bening

9
Submandibula : Tidak teraba Leher : Tidak teraba

Supraklavikula : Tidak teraba Ketiak : Tidak teraba

Lipat paha : Tidak teraba

 Thorax

Bentuk : Simetris

Sela iga : Normal

 Paru Depan Belakang

Depan Belakang

Inspeksi Kanan

Kiri Simetris dalam statis dan dinamis

Palpasi Kanan

Kiri Vocal fremitus meningkat kanan dan kiri

Perkusi Kanan Sonor Sonor

Kiri Sonor Sonor

Auskultasi Kanan Stridor Inspirasi

Kiri Rh (+/+)

Wh(-/-)

 Jantung

- Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak

- Palpasi : Iktus cordis tidak teraba

- Perkusi : Batas jantung atas : ICS II linea parasternalis sinistra

10
Batas jantung kiri : ICS IV linea midklavikula sinistra

Batas jantung kanan : ICS IV linea parasternalis dextra

- Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 normal, Heart Rate 86 x/menit,

reguler. Murmur (-), Gallop (-)

 Abdomen

Inspeksi : Bentuk Normal, venektasi (-), caput medusa (-), ikterik (-)

Palpasi : Ada nyeri tekan regio abdomen bagian epigastrium, Hati

dan Limpa tidak teraba, Nyeri ketok CVA tidak ada,

Ballotement ginjal (-)

Perkusi : Normal

Auskultasi : Bising usus (+) normal

 Ekstremitas

Ekstremitas superior dextra dan sinistra: Oedem (-) Deformitas (-)

Bengkak (-) Sianosis (-)

Nyeri sendi (-) Ptekie (-)

Ekstremitas inferior dextra dan sinistra: pitting oedem (-) Ptekie (-)

Deformitas (-) Sianosis (-)

Nyeri sendi (-) Bengkak (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium, Tanggal 03-02-2018

HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL

11
Lk: 14-18 gr%
Hemoglobin 9,6
Wn: 12-16 gr%

Leukosit 6.000 4500-10.700 ul

Hitung jenis leukosit

 Basofil 0 0-1 %

 Eosinofil 0 1-3%

 Batang 1 2-6 %

 Segmen 75 50-70 %

 Limposit 20 20-40 %

 Monosit 4 2-8 %

Lk: 4.6- 6.2 ul


Eritrosit 3,9
Wn: 4.2- 6,4 ul

Lk: 50-54
Hematokrit 30
Wn: 38-47

Trombosit 331.000 159-400 u/l

MCV 78 80-96

MCH 24 27-31 pg

MCHC 31 32-36 g/dl

SGOT 55 0-37 ul

SGPT 74 0-42 ul

GDS 133 <120 mg/dl

Urea 31 10-50 mg/dl

Lk: 0,6-1,1
Creatinin 1,1
Wn: 0,5-0,9

12
Pemeriksaan Ro. Thorax PA

Kesan :

 Tidak tampak kardiomegali

 TB Duplex Aktif

13
Irama : Sinus
HR : 100x/menit
Axis : Normal
Pembesaran : Tidak ada
Tanda Iskemik : Tidak Ada

V. RESUME
Seorang laki-laki berusia 69 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan batuk

berdahak sejak 2 minggu memberat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.

Pasien juga mengeluhkan mual, nyeri ulu hati dan badan sangat lemas sehingga

besok sorenya keluarga os memutuskan untuk membawa os ke IGD RSPBA.

Selain itu dari anamnesis didapatkan riwayat batuk berdarah sejak 3 bulan yang

lalu. pasien juga mengeluhkan sering berkeringat malam tanpa sebab yang jelas,

nafsu makan juga menurun disertai dengan penurunan berat badan. Didapatkan

juga bahwa demam, sakit kepala berdenyut dan nyeri ulu hati

Pada pemeriksaan fisik ditemukan TD: 100/70, Nadi 82x/menit,

Pernapasan 22 x/menit, regular, ekspirasi memanjang, Suhu: 38,3C. Pada

auskultasi paru didapatkan ronkhi pada kedua lapang paru, vokal fremitus

meningkat kedua lapang paru, perkusi redup dikedua lapang paru. Pemeriksaan

fisik lain juga didapatkan suara stridor pada saat inspirasi dan suara ronkhi pada

saat ekspirasi (+/+). Hasil foto thoraks didapatkan gambaran TB Duplex aktif.

VI. DAFTAR MASALAH

14
1. Batuk berdahak

2. Riwayat batuk darah

3. Badan Lemas

4. Penurunan nafsu makan

5. Penurunan BB

6. Sakit kepala berdenyut

7. Nyeri ulu hati

8. Keringat dingin

9. Demam

10. Hasil Ro TB duplex Aktif

11. Stridor inspirasi

12. Suara ronkhi

VII. DIAGNOSIS KERJA

TB Paru

DIAGNOSIS DIFERENSIAL

Bronkhopneumoni

TB Paru Aktif

VIII. PENATALAKSANAAN

Non Farmakologi

Edukasi

15
Pasien perlu diingatkan bahwa pengobatan TB paru ini berlangsung lama

yakni minimal 6 bulan. Obat harus diminum secara teratur dan tidak boleh

putus. Pasien juga diberitahu tentang efek samping obat seperti rifampisin

yang dapat mengakibatkan air seni berwarna merah, sehingga jika

ditemukan kondisi tersebut pasien tidak menghentikan minum obat.

- Tidak membuang dahak sembarangan.

- Anjuran untuk menutup mulut jika batuk

- Makan makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan protein.

Konsul ke bagian gizi.

- Pola hidup sehat yakni menjaga kebersihan lingkungan dan tempat tinggal.

Pemberian O2 nasal kanul 3 L

Diet biasa.

Farmakologi

- Guyur IVFD RL 1 kolv dilanjutkan

- IVFD RL XX GTT/mnt + neurobion 1 amp

- Rencana Menunggu hasil BTA :

Rifampicin 1x450mg

INH 1x300 mg

Ethambutol 1x750 mg

Pirazinamide 2x500mg

- Ranitidin 1amp/12jam

- PCT 3x500mg

- Asam folat 3x1 tab

16
- Curcuma 3x1 tab

IX. ANJURAN PEMERIKSAAN

- Pemeriksaan Sputum SPS

- Pemeriksaan Kultur Dahak

- Pemeriksaan DNA Mycobacterium TB

- Uji kepekaan Obat Anti Tuberkulosis

- Pemeriksaan Serologi Mycobacterium TB

- Pemeriksaan Laringoskop

X. PROGNOSIS

- Quo ad vitam : dubia

- Quo ad functionam : dubia

- Quo ad sanationam : dubia

17
XI. FOLLOW UP

Minggu, 4 Februari 2018

S Demam menggigil, lemas, tidak BAB 2 hari, batuk berdahak, keringet dingin

O Keadaan umum:

Kesadaran : tampak sakit sedang

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Nadi : 86 x/m

Suhu : 38,4OC

Pernapasan : 22 x/m

Widal +

Kepala:

Wajah oedem (-), oedem palpebra (-), konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik -/-, pupil
isokor, reflek cahaya -/-
Leher:

JVP (5+3) cm H2O, pembesaran KGB –

Paru:

I: Bentuk dada simetris statis dan dinamis

P: Vokal fremitus paru kanan dan kiri

P: Redup pada ICS V paru kanan dan ICS IV - V kiri

A: Vesikuler pada paru kanan dan kiri, Ronkhi (+/+), wheezing (-/-)

Jantung:

I: Iktus kordis tidak terlihat

18
P: Iktus kordis tidak teraba

P: Batas jantung kanan atas : ICS II linea parasternaslis dextra

Batas jantung kanan bawah : ICS V linea parasternalis dextra

Batas jantung kiri atas : ICS II linea parasternalis sinistra

Batas jantung kiri bawah : ICS VI linea midclavikularis sinistra

A: BJ I-II intensitas normal, reguler, murmur - gallop –

Abdomen:

I: Dinding perut Normal, asites -

A: Bising usus + normal

P: ada nyeri tekan bagian epigastrium, hepar lien tidak teraba

P: tympani pada semua regio abdomen epigastrium dan, Tes undulasi (-), shifting

dullness (-), knee chest position (-)

Extremitas:

Extremitas inferior: oedem -/-

Pemeriksaan Penunjang : -

A demam tipoid

P - IVFD RL XX gtt/mnt

- (+) ceftriaxon

Senin, 5 februari 2018

S Keringetan, kembung, ngantuk terus

O Keadaan umum:

Kesadaran : tampak sakit sedang

Tekanan darah : 100/70 mmHg

19
Nadi : 68 x/mnt

Suhu : 38,5OC

Pernapasan : 22 x/m

GDS: 288

Kepala:

Wajah oedem (-), oedem palpebra (-), konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik -/-, pupil
isokor, reflek cahaya -/-
Leher:

JVP (5+3) cm H2O, pembesaran KGB (–)

Paru:

I: Bentuk dada simetris statis dan dinamis

P: Vokal fremitus paru kanan dan kiri

P: Redup pada ICS V paru kanan dan ICS IV - V kiri

A: Vesikuler pada paru kanan dan kiri, Ronkhi (+/+), wheezing (-/-)

Jantung:

I: Iktus kordis tidak terlihat

P: Iktus kordis tidak teraba

P: Batas jantung kanan atas : ICS II linea parasternaslis dextra

Batas jantung kanan bawah : ICS V linea parasternalis dextra

Batas jantung kiri atas : ICS II linea parasternalis sinistra

Batas jantung kiri bawah : ICS VI linea midclavikularis sinistra

A: BJ I-II intensitas normal, reguler, murmur - gallop –

Abdomen:

20
I: Dinding perut Normal, asites -

A: Bising usus + normal

P: ada nyeri tekan epigastrium, hepar lien tidak teraba

P: tympani pada semua regio abdomen epigastrium dan, Tes undulasi (-), shifting

dullness (-), knee chest position (-)

Extremitas:

Extremitas inferior: oedem -/-

Pemeriksaan Penunjang : -

A Demam tifoid

P - IVFD RL XX gtt/mnt

- (+) tiamfenikol

- Novorapid 10-10-10

- Rontgen thorak

Selasa, 6 februari 2018

S Perut sakit, lemas

O Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 78 x/m

Suhu : 36,8OC

Pernapasan : 22 x/m

GDS: 333

21
Kepala:

Wajah oedem (-), oedem palpebra (-), konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik -/-, pupil
isokor, reflek cahaya -/-
Leher:

JVP (5+3) cm H2O, pembesaran KGB –

Paru:

I: Bentuk dada simetris statis dan dinamis

P: Vokal fremitus meningkat paru kanan dan kiri

P: Redup pada ICS V paru kanan dan ICS IV - V kiri

A:Vesikuler pada paru kanan dan kiri, Ronkhi (+/+), wheezing (-/-),Ekspirasi

memanjang

Jantung:

I: Iktus kordis tidak terlihat

P: Iktus kordis tidak teraba

P: Batas jantung kanan atas : ICS II linea parasternaslis dextra

Batas jantung kanan bawah : ICS V linea parasternalis dextra

Batas jantung kiri atas : ICS II linea parasternalis sinistra

Batas jantung kiri bawah : ICS VI linea midclavikularis sinistra

A: BJ I-II intensitas normal, reguler, murmur - gallop –

Abdomen:

I: Dinding perut Normal, asites -

A: Bising usus + normal

P: ada nyeri tekan pada epigastrium, hepar lien tidak teraba

22
P: tympani pada semua regio abdomen epigastrium dan, Tes undulasi (-), shifting

dullness (-), knee chest position (-)

Extremitas:

Extremitas inferior: oedem -/-

Pemeriksaan Penunjang : -

A Rhontgen thorax: TB Paru

P - IVFD RL XX gtt/mnt

- Rifampicin 1x450 mg

- Dexametason 2x1

23
BAB III

ANALISA KASUS

Pada kasus ini seorang laki-laki berusia 69 tahun di diagnosa dengan TB

paru, berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan batuk berdahak memberat sejak
1 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk berdahak pertama kali dirasakan pasien
2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Selain itu dari anamnesis didapatkan
riwayat batuk berdarah sejak 3 bulan yang lalu. pasien juga mengeluhkan sering
berkeringat malam tanpa sebab yang jelas, nafsu makan juga menurun disertai
dengan penurunan berat badan. Berdasarkan dari keluhan pasien, gejala-gejala
yang ada merupakan gejala pada infeksi TB paru sehingga dapat didiagnosis
pasien ini mengalami infeksi TB paru.

Hal ini sesuai teori yang menyebutkan Gejala-gejala yang sering menyertai
pada pasien dengan infeksi TB dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal
dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah
gejala respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat) (1-6)

1. Gejala respiratorik
a. batuk > 2 minggu
b. batuk darah dapat terjadi akibat banyak hal yaitu: tuberculosis,
brokkiektasis, abses paru, Ca paru, dan bronchitis kronik. Namun diantara
banyak penyebab, yang paling sering adalah tuberculosis. Adanya infeksi
pada paru dapat menyebabkan nekrosis pada parenkim paru yang akan
menimbulkan proses perkejuan. Apabila dibatukkan, bahan cair dari
perkejuan tersebut akan keluar dan meninggalkan lubang yang disebut
kavitas. Kavitas ini lama-lama akan menebal karena infiltrasi jaringan
fibroblas dalam jumlah besar dan terjadilah sklerotik. Jika terjadi

24
peradangan arteri di dinding kavarne akan mengakibatkan pecahnya vasa
darah. Jika vasa darah pecah maka darah akan dibatukkan keluar dan
terjadilah hemoptisis. (1-6)
c. Sesak napas
Pada pasien ini terdapat sesak yang berdasarkan teori merupakan late
symptom dari proses lajut tuberculosis paru akibat adanya restriksi dan
obstruksi saluran napas serta loss of vascular bed/vascular thrombosis
batuk berlendir. Berdasarkan dengan teori batuk berlendir terjadi karena
iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak
ke luar.1
d. Nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala
sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien
terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat
dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk
yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk
diperlukan untuk membuang dahak ke luar. (1-6)
2. Gejala sistemik
a. Demam merupakan salah satu tanda inflamasi. Demam pada penyakit
tuberculosis biasanya hilang timbul, biasanya muncul pada sore hari.
Mekanisme demam sendiri yaitu mikroorganisme yang masuk ke dalam
jaringan atau darah akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag, dan
sel mast. Setelah memfagositosis, sel ini akan mengeluarkan IL-1 ke
dalam cairan tubuh disebut sebagai pirogen endogen. IL-1 menginduksi
pembentukan prostaglandin akan menstimulus hipotalamus sebagai pusat
termoregulator untuk meningkatkan temperatur tubuh dan terjadi demam
atau panas. (1-6)
b. Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan
berat badan menurun(1-6)
c. Keringat malam ini kemungkinan disebabkan oleh karena kuman yang
menginfeksi penderita, misalnya kuman Mycobacterium Tuberculosis,

25
mengadakan metabolisme seperti pembelahan didalam tubuh penderita
sehingga terjadilah manifestasi keringat. Sebenarnya, keringat yang
disebut disini tidak hanya terjadi pada malam hari saja tetapi juga terjadi
setiap saat. Namun, pada pagi dan siang hari umumnya penderita
melakukan aktivitas fisik jadi keringat akibat metabolisme kuman tersebut
menjadi samar.
3. Gejala tuberkulosis ekstraparu
Gejala tuberkulosis ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat,
misalnya pada limfadenitis tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang lambat
dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan
terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosis terdapat gejala
sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat
cairan. (1-6)

2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan Keadaan umum tampak sakit sedang,
Tekanan darah 150/90 mmHg, Nadi 86 x/menit reguler volume cukup, Suhu
36,8 ⁰C, Pernapasan 24 x/menit, regular, ekspirasi memanjang, IMT 19,230
(berat badan normal). Pada auskultasi paru didapatkan ronkhi pada kedua
lapang paru, vokal fremitus meningkat kedua lapang paru, perkusi redup
dikedua lapang paru. Hal ini sesuai dengan kriteria diagnosis pada
pemeriksaan fisik pasien dengan TB paru yaitu keadaan umum pasien
mungkin ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia,
suhu demam (subfebris), badan kurus atau berat badan menurun. Pada
pemeriksaan fisis pasien sering tidak menunjukan suatu kelainan pun terutama
pada kasus-kasus dini, sementara gambaran radiologis dan pemeriksaan
sputum sudah menunjukkan adanya penyakit TB.1,4

Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks
(puncak) paru. Pada auskultasi, hanya akan ditemukan ronki basah halus
sebagai satu-satunya kelainan pemeriksaan fisik. Bila dicurigai adanya infiltrat

26
yang agak luas, maka didapatkan perkusi yang redup, fremitus yang
menguat dan auskultasi suara nafas bronkial.

Bila sudah terjadi kavitas, akan ditemukan gejala-gejala kavitas, berupa


suara timpani pada perkusi yang disertai suara napas amforis. Sebaliknya bila
terjadi atelektasis, misalnya pada “destroyed lung”, suara nafas setempat akan
melemah sampai hilang sama sekali.

Pada umumnya, selalu akan didapatkan ronkhi basah mengingat


bahwa selalu pula terbentuk sekret dan jaringan nekrotik. Makin banyak sekret
dan makin besar bronkus tempat sekret itu berada, makin kasarlah ronki yang
didengar. Melihat ini semua, makin nyatalah bahwa kelainan-kelainan yang
ditemukan pada TB sangat variabel, baik jenis, intensitas, jumlah maupun
tempat ditemukannya (pleiomorfi)1,2

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini adalah hasil
rontgen thoraks yang memberikan kesan adanya TB paru duplex aktif.

Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi:
foto lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan.

Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :

a. Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas


paru dan segmen superiorlobus bawah.
b. Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan
atau nodular.
c. Bayangan bercak milier
d. Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif

a. Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas.


b. Kalsifikasi atau fibrotik

27
c. Fibrosis parenkim paru dan atau penebalan pleura

Luluh Paru (Destroyed Lung ) :

a. Gambaran radiologik yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang


berat, biasanya secara klinis disebut luluh paru . Gambaran radiologik
luluh paru terdiri dari atelektasis, multikaviti dan fibrosis parenkim paru.
Sulit untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit hanya berdasarkan
gambaran radiologik tersebut.
b. Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologik untuk memastikan aktiviti
proses penyakit

Dari penjelasan diatas diagnosis TB pada pasien berdasarkan gejala klinik,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologis atau pasien TB terdiagnosis secara
klinis karena pemeriksaan bakteriologis (sputum) tidak dilakukan. Pasien
termasuk klasifikasi kasus baru TB paru.

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan

fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat

utama dan tambahan.

Obat yang dipakai:

1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:

a. Rifampisin

b. INH

c. Pirazinamid

d. Streptomisin

e. Etambutol

2. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination)

28
Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari :

a. Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150

mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg dan

b. Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,

isoniazid 75 mg dan pirazinamid. 400 mg

3. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)

a. Kanamisin

b. Kuinolon

c. Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid, amoksilin + asam

klavulanat

d. Derivat rifampisin dan INH

Dosis OAT

1. Rifampisin . 10 mg/ kg BB, maksimal 600mg 2-3X/ minggu

BB > 60 kg : 600 mg

BB 40-60 kg : 450 mg

BB < 40 kg : 300 mg

Dosis intermiten 600 mg / kali

2. INH 5 mg/kg BB, maksimal 300mg, 10 mg /kg BB 3 X seminggu, 15

mg/kg BB 2 X semingggu atau 300 mg/hari untuk dewasa.

lntermiten : 600 mg / kali

3. Pirazinamid : fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 X semingggu,

50 mg /kg BB 2 X semingggu atau :

BB > 60 kg : 1500 mg

29
BB 40-60 kg : 1000 mg

BB < 40 kg : 750 mg

4. Etambutol : fase intensif 20mg /kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg BB,

30mg/kg BB 3X seminggu, 45 mg/kg BB 2 Xseminggu atau :

BB >60kg : 1500 mg

BB 40 -60 kg : 1000 mg

BB < 40 kg : 750 mg

Dosis intermiten 40 mg/ kgBB/ kali

5. Streptomisin:15mg/kgBB atau

BB >60kg : 1000mg

BB 40 - 60 kg : 750 mg

BB < 40 kg : sesuai BB

6. Kombinasi dosis tetap

Paduan OAT KDT Lini Pertama dan Peruntukannya.

a. Kategori 1 : 2(HRZE) / 4(HR)3

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:

• Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.

• Pasien TB paru terdiagnosis klinis

• Pasien TB ekstra paru

b. Kategori 2: 2(HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati

sebelumnya (pengobatan ulang):

• Pasien kambuh

30
• Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1 sebelumnya

• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)

Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi:

1. TB paru (kasus baru), BTA positif atau lesi luas


Paduan obat yang diberikan : 2 RHZE / 4 RH
Alternatif : 2 RHZE / 4R3H3 atau (program P2TB) 2 RHZE/ 6HE
Paduan ini dianjurkan untuk
a. TB paru BTA (+), kasus baru
b. TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologik lesi luas (termasuk
luluh paru)
c. TB di luar paru kasus berat.

Pengobatan fase lanjutan, bila diperlukan dapat diberikan selama 7 bulan,


dengan paduan 2RHZE / 7 RH, dan alternatif 2RHZE/ 7R3H3, seperti pada
keadaan:

a. TB dengan lesi luas


b. Disertai penyakit komorbid (Diabetes Melitus, Pemakaian obat
imunosupresi / kortikosteroid)
c. TB kasus berat (milier, dll) Bila ada fasiliti biakan dan uji resistensi,
pengobatan disesuaikan dengan hasil uji resistensi

2. TB Paru (kasus baru), BTA negatif


Paduan obat yang diberikan : 2 RHZ / 4 RH
Alternatif : 2 RHZ/ 4R3H3 atau 6 RHE
Paduan ini dianjurkan untuk :
a. TB paru BTA negatif dengan gambaran radiologik lesi minimal
b. TB di luar paru kasus ringan

3. TB paru kasus kambuh

31
Pada TB paru kasus kambuh minimal menggunakan 4 macam OAT
pada fase intensif selama 3 bulan (bila ada hasil uji resistensi dapat
diberikan obat sesuai hasil uji resistensi). Lama pengobatan fase lanjutan 6
bulan atau lebih lama dari pengobatan sebelumnya, sehingga paduan obat
yang diberikan : 3 RHZE / 6 RH Bila tidak ada / tidak dilakukan uji
resistensi, maka alternatif diberikan paduan obat : 2 RHZES/1 RHZE/5
R3H3E3 (Program P2TB)

4. TB Paru kasus gagal pengobatan


Pengobatan sebaiknya berdasarkan hasil uji resistensi, dengan minimal
menggunakan 4 -5 OAT dengan minimal 2 OAT yang masih sensitif (
seandainya H resisten, tetap diberikan). Dengan lama pengobatan minimal
selama 1 - 2 tahun . Menunggu hasil uji resistensi dapat diberikan dahulu 2
RHZES , untuk kemudian dilanjutkan sesuai uji resistensi - Bila tidak ada /
tidak dilakukan uji resistensi, maka alternatif diberikan paduan obat : 2
RHZES/1 RHZE/5 H3R3E3 (Program P2TB)
a. Dapat pula dipertimbangkan tindakan bedah untuk mendapatkan hasil
yang optimal
b. Sebaiknya kasus gagal pengobatan dirujuk ke ahli paru

Penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat pasien diberikan INH

1x300mg, rifampicin 1x450, pirazinamide 2x1, dan etambutol 1x750mg berfungsi

untuk menghambat dan membunuh pertumbuhan mycobacterium tuberculosis.

Pasien juga diduga mengalami hemoptisis e.c TB karena pada anamnesis

didapatkan bahwa pasien mengalami batuk darah, dan dari riwayat pernah

mengalami radang tenggorokan 2 minggu sebelum masuk rumah sakit dengan

gejala seperti nyeri tenggorokan, sulit menelan, demam dan batuk.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Zulkifli A, Asril B. Tuberkulosis paru. Dalam: Ilmu penyakit dalam. Jilid


III. Edisi V.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran
Universitas Indonesia; 2009.
2. Herchline TE, Bronze MS. Tuberculosis [Updated on December 14 2014,
Available at http://www.emedicine.medscape.comAccessed on August 25,
2015]
3. Danusantoso H. Buku saku ilmu penyakit paru. 2nd Ed. Jakarta: EGC
2012, p 70-80.
4. Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis. Edisi 9. Jakarta:
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia; 2005.
5. Rani AA. Tuberkulosis paru. Jakarta: Panduan Pelayanan Medik PB
Papdi, 2009.
6. Aditama TY, dkk. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan tuberkulosis di
Indonesia.
Jakarta: Indah Offset Citra Grafika; 2006.
7. Bayupurnama P. Hepatotoksisitas imbas obat. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Penyakit
Dalam Universitas Indonesia. Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI;
2006.
8. Mitchell RN, Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Buku saku dasar patologis
penyakit. Jakarta: EGC 2008, p 429-34.

33

Anda mungkin juga menyukai