Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan

fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai

peninggian volume diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang

sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan (Mansjoer, 2001).

Gagal jantung adalah ketidak mampuan jantung untuk mempertahankan curah jantung

(Caridiac Output = CO) dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Apabila

tekanan pengisian ini meningkat sehingga mengakibatkan edema paru dan bendungan di

system vena, maka keadaan ini disebut gagal jantung kongestif (Kabo & Karim, 2002).

Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang

adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Smeltzer & Bare,

2001), Waren & Stead dalam Sodeman, 1991), Renardi, 1992).

Kejadian gagal jantung di Amerika Serikat mempunyai insidensi yang besar dan

tetap stabil selama beberapa dekade terakhir, yaitu >650.000 kasus baru didiagnosis

setiap tahunnya (Yancy dkk., 2013). Angka kejadian gagal jantung pada populasi orang

dewasa di negara-negara maju rata-rata adalah 2%. Angka kejadian gagal jantung

meningkat seiring dengan usia, dan mempunyai nilai lebih besar 6-10% pada usia lebih

dari 65 tahun. Angka kejadian gagal jantung lebih rendah pada wanita dibandingkan
dengan pria, tetapi angka kejadian gagal jantung pada wanita paling tidak setengah dari

kasus gagal jantung karena memiliki harapan hidup lebih lama (Mann, 2010). Orang kulit

hitam memiliki risiko tertinggi untuk gagal jantung.

Dalam studi Atherosclerosis Risk In Communities (ARIC), tingkat kejadian per

1.000 orang dalam setahun yaitu terendah pada wanita kulit putih dan tertinggi pada pria

kulit hitam, dengan orang kulit hitam memiliki angka kematian dalam 5 tahun lebih besar

dibandingkan dengan orang kulit putih. Prevalensi gagal jantung pada pria dan wanita

kulit hitam non-Hispanik memiliki prevalensi masing-masing sebesar 4,5% dan 3,8%,

sedangkan pada pria dan wanita kulit putih non-Hispanik masingmasing sebesar 2,7%

dan 1,8 (Yancy dkk., 2013).

Di Indonesia, prevalensi penyakit sistem sirkulasi darah, termasuk penyakit

jantung terus meningkat dan menjadi peringkat pertama penyebab kematian pada 2 tahun

2000. Prevalensi penyakit jantung di Indonesia yaitu sebesar 9,2% yang meningkat

seiring dengan peningkatan umur dan mempunyai angka yang lebih tinggi pada wanita,

status ekonomi yang lebih rendah, perilaku merokok, pasien dengan diabetes mellitus,

hipertensi, dan obesitas (Delima dkk., 2009). Namun, gambaran angka kejadian gagal

jantung di Indonesia masih terbatas. Tetapi sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dewi

(2007) di RSUD Dr. Kariadi Semarang selama 1 Januari-31 Desember 2006 diperoleh

304 kasus pasien gagal jantung dengan jumlah penderita usia dewasa lebih banyak

daripada usia lanjut dan penderita laki-laki lebih banyak daripada penderita perempuan.

Anda mungkin juga menyukai