Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

A. PENGERTIAN
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas
140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic 90
mmHg ( Smeltzer, 2001).
Menurut Price (2005) Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi
medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu
lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah
yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah
tinggi.
Hipertensi berasal dari dua kata yaitu hiper yang berarti tinggi dan tensi yang
artinya tekanan darah. Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian
hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif,
sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah secara kronis dan persisten dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg
dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI


1. Anatomi
a. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas
kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima
kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
Atas : pembuluh darah besar
Bawah : diafragma
Setiap sisi : paru-paru
Belakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis-
b. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ.
Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan
elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri
dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil
memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu
organ).
c. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot
dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter
pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ
berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat.
d. Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan
langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang
membuka pembuluh darah utama.
e. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga
sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel
sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak
langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan.
f. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh
gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna
satu sama lain.(Gibson, John. Edisi 2 tahun 2002, hal 110)
C. ETIOLOGI
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara
mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan
penyebab medisnya. Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab
tertentu (hipertensi sekunder). ( Smeltzer, 2001).
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya
penyakit lain. ( Smeltzer, 2001).
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab, seperti; beberapa
perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama
menyebabkan meningkatnya tekanan darah. (Price, 2005)
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-
10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%,
penyebabnya adalah kelainan hormonalatau pemakaian obat tertentu (misalnya
pil KB). ( Smeltzer, 2001)
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor
pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau
norepinefrin (noradrenalin). (Price, 2005)
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder :
1. Penyakit pembuluh darah
2. Keturunan
3. Lingkungan yang penuh stress
4. Banyak makan garam
5. Penyakit Ginjal
a. Stenosis arteri renalis
b. Pielonefritis
c. Glomerulonefritis
d. Tumor-tumor ginjal
e. Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
f. Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
g. Terapi penyinaran yang mengenai ginjal.
6. Kelainan Hormonal
a. Hiperaldosteronism
b. Sindroma Cushing
c. Feokromositoma
7. Obat-obatan
a. Pil KB
b. Kortikosteroid
c. Siklosporin
d. Eritropoietin
e. Kokain
f. Penyalahgunaan alkohol
g. Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
8. Penyebab Lainnya
a. Koartasio aorta
b. Preeklamsi pada kehamilan
c. Porfiria intermiten akut
d. Keracunan timbal akut
Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :
a. Peningkatan kecepatan denyut jantung
b. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
c. Peningkatan TPR yang berlangsung lama
D. MANEFESTASI KLINIS
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang
dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan
kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada
seseorang dengan tekanan darah yang normal. (Price, 2005)
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut:
1. Sakit kepala
2. Jantung berdebar-debar
3. Sukar tidur
4. Kelelahan
5. Mual
6. Muntah
7. Sesak nafas
8. Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal. (Price, 2005)
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera. (Price,2005)

E. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi
sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi. (Smeltzer, 2001).
Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi. (Price, 2005)
F. Klasifikasi
The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu :
Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *
Kategori Sistolik (mmhg) Diastolik (mmhg)
Normal < 130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110

Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan sistolik
dan diastolik turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih adalah kategori
yang lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua kali pembacaan atau lebih yang
dilakukan pada setiap dua kali kunjungan atau lebih setelah skrining awal. (Smeltzer,
2001).
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih
tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80
mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi
kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan
darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka
beberapa minggu. (Price, 2005)
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau
lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih
dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan
dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah;
tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus
meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan
menurun drastis. (Price, 2005)
Disamping itu juga terdapat hipertensi pada kehamilan (pregnancy-induced
hypertension/PIH) PIH adalah jenis hipertensi sekunder karena hipertensinya
reversible setelah bayi lahir. PIH tampaknya terjadi akibat dari kombinasi
peningkatan curah jantung dan TPR. Selama kehamilan normal volume darah
meningkat secara drastis. Pada wanita sehat, peningkatan volume darah
diakomodasikan oleh penurunan responsifitas vascular terhadap hormon-hormon
vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal ini menyebabkan TPR berkurang pada
kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada wanita dengan PIH, tidak terjadi
penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga
peningkatan besar volume darah secara langsung meningkatkan curah jantung dan
tekanan darah. PIH dapat timbul sebagai akibat dari gangguan imunologik yang
mengganggu perkembangan plasenta. PIH sangat berbahaya bagi wanita dan dapat
menyebabkan kejang, koma, dan kematian. (Smeltzer, 2001).

G. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM
POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah
diantaranya :
1. Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic
attack (TIA).
2. Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA).
3. Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
4. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.
H. CARA PENCEGAHAN HIPERTENSI
1. Memeriksakan tekanan darah secara teratur
2. Menghindari kegemukan
3. Menghindari merokok
4. Menghindari stress
5. Mengatur keseimbangan antara kerja, istirahat dan rekreasi.
6. Olahraga secara teratur

I. CARA DIET HIPERTENSI


Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi :
a. Sumber karbohidrat seperti biscuit, singkong, roti, tepung, mie, tapioca, nasi
b. Sumber protein nabati seperti tahu, temped an kacang-kacangan
c. Sumber vitamin (buah dan sayuran) seperti buah jeruk, pisang, melon, tomat, dll
2. Makanan yang dibatasi
a. Garam dapur
b. Makanan yang diawetkan dengan garam seperti ikan asin, asinan
c. Makanan yang tinggi lemak dan kolesterol

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas


kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi :
1. Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan
menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab
hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah
(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL
2. Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat
mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan pemerisaan lain,
seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH dan ekordiografi.
3. Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM)
kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium serum
(peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi
pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa
protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi).
4. Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan

K. PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
Menurut Dalimartha (2008) penatalaksaan hipertensi dilandasi oleh beberapa
prinsip sebagai berikut :
a. Pengobatan hipertensi skunder yang lebih mendahulukan pengobatan penyebab
hipertensi
b. Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dan
mengurangi timbulnya komplikasi
c. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti-
hipertensi
d. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan kemungkinan
seumur hidup.
Ada berbagai macam pengobatan untuk pasien hipertensi, yaitu :
a. Pengobatan farmakologis
ada pengobatan medis, penderita hipertensi diberikan obat. Beberapa macam
obat, antara lain sebagai berikut :
1) Diuretik
Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (melalui
kencing). Dengan demikian, volume cairan dalam tubuh berkurang sehingga
daya pompa jantung lebih ringan.
Obat diuretik dikenal dengan nama pil air. Akibat pemberian diuretik
adalah tidak hanya garam saja yang dikeluarkan dari tubuh, tetapi zat lain yang
berguna bagi tubuh seperti kalium ikut dikeluarkan juga. Untuk mengatasi
kondisi itu, dokter sering meresepkan obat diuretik dengan mempertahankan
kalium tetap di dalam tubuh. Manfaat obat diuretik tersebut dapat bertambah jika
ditunjang dengan pola makan dengan menu rendah kadar garam.
2) Alpha, Beta dan alpha-beta adrenergik blocker
Obat-obatan ini bekerja dengan menghalangi pengaruh bahan-bahan
kimia tertentu dalam tubuh. Obat-obatan itu memicu penurunan aktivitas daya
pompa jantung.
Jenis obat tersebut tidak dianjurkan bagi penderita hipertensi dengan
gangguan pernafasan, seperti asma bronkhial. Contoh golongan obat itu yaitu
metoprolol, propanolol, dan atenolol.
Khusus bagi penderita diabetes mellitus, obat tersebut merupakan
kontraindikasi karena menambah kadar gula darah. Pemberian obat itu juga
jangan diberikan untuk orang usia lanjut yang mempunyai gejala gangguan
bronkospasme (penyempitan saluran pernafasan) atau denyut jantung lambat.
3) Vasodilator
Kerja obat ini berlangsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos pembuluh darah. Contoh yang termasuk obat jenis ini yaitu prasosin dan
hidralasin. Kemungkinan yang akan terjadi akibat pemberian obat ini adalah sakit
kepala dan pusing.
4) Penghambat enzim konversi angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat
angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh
obat yang termasuk golongan ini yaitu captopril. Efek samping yang mungkin
timbul adalah batuk kering, pusing, sakit kepala, dan lemas.
5) Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini
yaitu nifedipin, dilitasem, dan verapamil. Efek samping yang mungkin timbul
adalah sembelit, pusing, sakit kepala, dan muntah.
6) Penghambat reseptor angiotensin II
Obat ini bekerja dengan cara menghalangi penempelan zat angiotensin II
pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-
obatan yang termasuk golongan ini adalah velsartan (diovan). Kemungkinan efek
samping yang timbul adalah sakit kepala, pusing, lemes, dan mual.
b. Pengobatan non-farmakologis
Pengobatan non-farmakologis hipertensi menurut Maryam
(2010), diantaranya dengan melakukan hal-hal berikut :
1) Mengurangi berat atau menurunkan kelebihan berat badan
2) Hindari merokok
3) Hindari minum kopi
4) Hindari minum alcohol
5) Kurangi konsumsi garam berlebih
6) Hindari makanan berlemak tinggi (gajih, usus, kulit ayam)
7) Melakukan senam secara teratur
8) Melakukan terapi relaksasi
Berbagai cara relaksasi, seperti :
a. Meditasi
Meditasi adalah upaya untuk mencapai ketenangan dengan memusatkan pikiran
pada satu titik. Meditasi disertai dengan pegaturan nafas secara halus dan teratur
(Widiato, 2011). Terapi meditasi ini ditujukan pada diri untuk merealisasikan
tubuh dan menenangkan pikiran dengan menggunakan ritme pernafasan yang
memiliki fokus (Solehati dan Cecep, 2015)
b. Yoga
Yoga adalah sebuah aktivitas dimana seseorang memusatkan pikiran untuk
mengontrol panca indranya (Triyato, 2014). Teknik dalam yoga berfokus pada
susunan otot, mekanisme pernafasan, postur, dan kesadaran tubuh. Yoga
bertujuan untuk memperoleh kesejahteran fisik dan mental melalui pencapaian
kesempurnaan tubuh dengan olehraga pernafasan yang benar, mempertahankan
postur tubuh, dan meditasi (Solehati dan Cecep, 2015)
c. Hypnosis
Upaya bagaimana membuat seseorang untuk berada dalam kondisi tidur dan atau
tidak sadarkan diri (Iswantoro, 2007). Hypnosis merupakan terapi komplementer
yang menggunakan modifikasi alam bawah sadar pasiennya. Pasien dibimbing
untuk melakukan relaksasi dengan teknik-teknik tertentu secra alamiah akan
membuka gerbang pikiran bawah sadarnya. Kondisi seperti ini akan lebih
memudahkan pasien untuk menerima sugesti penyembuhan yang diberikan oleh
pemberi intervensi hypnosis (Solehati dan Cecep, 2015).
d. Terapi Musik
Terapi musik merupakan suatu keterampilan dalam menggunakan musik dan
elemen-elemen musik oleh seseorang yang ahli dibidang musik untuk
meningkatkan, memelihara, memeperbaiki kesehatan mental, fisik, dan emosi
(Triyanto, 2014). Terapi ini memperbaiki gerakan dan komunikasi fisik,
memperbaiki ingatan, mengembangkan ekspresi emosional, dan mengalihkan
perasaan nyeri (Solehati dan Cecep, 2015).
Menurut Tuner (2010), musik dapat memberikan rangsangan pada syaraf
simaptis dan parasimpatis untuk menghasilkan respons relaksasi berupa
penurunan frekuensi nadi, relaksasi otot, dan menyebabkan tidur.
e. Terapi Relaksasi Benson
Relaksasi benson merupakan pengembangan metode respon relaksasi pernafasan
dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, yang dapat menciptakan suatu
lingkungan internal sehingga dapat membantu pasien mencapai suatu kondisi
kesehatan dan kesejahteraan yang lebih tinggi (Benson & Proctor 2000, dalam
Purwanto, 2006).
Relaksasi Benson merupakan gabungan antara relaksasi dengan keyakinan
agama yang dianut. Respon relaksasi ini melibatkan keyakinan yang dianut akan
mempercepat terjadinya keadaan rileks dengan kata lain, kombinasi respon relaksasi
dengan melibatkan keyakinan akan melipatgandakan manfaat yang didapat dari
respon relaksasi (Purwanto 2005 dalam Datak, 2008)
Pengobatan hipertensi harus dilakukan sesuai petunjuk dokter. Keluhan-
keluhan yang dirasakan sebaiknya dikonsultasikan kepada dokter. Sebab hal itu
berkaitan dengan pemberian jenis dan dosis obat secara tepat. Konsultasi dengan
dokter juga diharapkan dapat memaksimalkan upaya pengobatan dan menekan efek
samping sekecil mungkin. Pengobatan non-farmakologis yang dijalani juga sebaiknya
dikonsultasikan. Hal itu dilakukan supaya pengobatan farmakologis menjadi lebih
efektif (Dalimartha, 2008).
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Aktivitas dan Istirahat
Gejala : kelemahan, keletihan, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan
penyakit serebrovaskular. Episode palpitasi, perspirasi.
Tanda : kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan
untuk menegakan diagnosis). Hipotensi postural (mungkin berhubungna
dengan regimen obat ). Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis
; perbedaan denyut seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi
denyutan radialis atau brakialis; denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis
tidak teraba atau lemah. Frekuensi/irama : takikardia berbagai disritmia.
Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar ; S3 (CHF dini); S4 (pergeseran
ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri). Murmur stenosis valvular.
Ekstremitas ; perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer) ;
pengisian kapiler mungkin melambat /tertunda (vasokonstriksi)
3. Integritas ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah
kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor stress
multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda : letupan suara hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang
meledak. Gerak tangan empati, otot muka tegang (khusus sekitar mata),
gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal dimasa lalu).
5. Makanan dan Cairan
Gejala : makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur);
kandungan tinggi kalori. Mual, muntah. Perubahan berat badan akhir-akhir
ini (meningkat/menurun).
Tanda : berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau
tertentu); kongesti vena; glukosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah
diabetik)
6. Neurosensori
Gejala : keluhan pening/pusing. Berdenyut. Sakit kepala suboksipital (terjadi saat
bangun dan menghilang secara spontan stelah beberapa jam ). Episode
kebas/kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan (diplopia,
penglihatan kabur).
Tanda :
 status mental
perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses pikir, atau
memori (ingatan).
 Respon motorik
penurunan kekuatan genggaman tangan dan /atau reflex tendon dalam.
 Perubahan-perubahan retinal optik
dari sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik
dengan edema atau papiledema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada
berat/lamanya hipertensi.
7. Nyeri dan ketidaknyamanan
Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul
pada tungkai/klaudasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas
bawah). Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
Nyeri abdomen/massa (feokromositoma)
8. Pernafasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takipnea, ortopnea, dispnea
nokturnal paroksismal. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat
merokok.
Tanda : distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan. Bunyi napas
tambahan (krekles/mengi). Sianosis.
9. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia unilateral transien.
Hipotensi posturnal.
10. Pembelajaran dan Penyuluhan
Gejala : faktor-faktor risiko keluarga :hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
DM, penyakit serebrovaskular/ginjal.

C. Diagnosa dan Rencana Keperawatan


No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Pola nafas tidak Setelah diberikan 1. Kaji frekwensi 1. Kedalaman dan
efektif asuhan keperawatan kedalamam kecepatan
berhubungan diharapkan pola pernafasan dan pernafasan
dengan penurunan nafas pasien kembali ekspansi dada. bervariasi
ekspansi paru efektif, dengan tergantung
akibat oedem paru kriteria hasil : derajat gagal
1. RR 16-20 x/mnt nafas.
2. Tidak ada 2. Catat upaya 2. Ekspansi dada
pernafasan pernafasan yang terbatas
cuping hidung, termasuk berhubungan
dan retraksi dada penggunaan otot- dengan
3. Bunyi nafas otot bantu atelektasis / nyeri
norma (vesikuler) dada pleuritik.
tidak ada bunyi 3. Askultasi bunyi 3. Penurunan bunyi
nafas tambahan nafas dan catat nafas akibat
spt : krakels, adanya bunyi nafas obstruksi
ronchi adventisius, spt sekunder
4. Ekspansi dada :krekels,mengi, terhadap
sime gesekan pleural perdarahan,
5. Secara verbal kolaps jalan nafas
tidak ada keluhan serta kegagalan
sesak jalan nafas
4. Berikan posisi 4. Memperbaiki
semi fowler bila jalan dan saturasi
tidak ada kontra pernafasan
indikasi
5. Kolaborasi 5. Memaksimalkan
pemberian oksigen pernafasan dan
menurunkan
kerja otot
pernafasan
2 Gangguan perfusi Setelah diberikan 1. Pantau TD, catat 1. Normalnya
serebral asuhan keperawatan adanya hipertensi autoregulasi
berhubungan diharapkan Perfusi sistolik secara terus mempertahankan
dengan penurunan jaringan serebral menerus dan aliran darah otak
suplai oksigen otak pasien kembali tekanan nadi yang yang konstan
efektif, dengan semakin berat pada saat ada
kriteria hasil : fluktuasi TD
1. GCS normal (15) sistemik
2. Nilai TIK dalam
batas normal ( 0- 2. Pantau frekuensi 2. Kehilangan
15 mmHg ) jantung, catat autoregulasi
3. TTV normal ( RR adanya Bradikardi, dapat mengikuti
16-20 ) Tacikardia atau kerusakan
bentuk Disritmia kerusakan
lainnya. vaskularisasi
serebral
lokal/menyebar.
3. Pantau pernapasan 3. Perubahan pada
meliputi pola dan ritme (paling
iramanya sering
Bradikardi) dan
Disritmia dapat
timbul yang
mencerminkan
adanya
depresi/trauma
pada batang otak
pada pasien yang
tidak memiliki
kelainan jantung
sebelumnya.
4. Catat status 4. Napas yang tidak
neurologis dengan teratur dapat
teratur dan menunjukkan
bandingkan dengan lokasi adanya
keadaan normalnya gangguan
serebral dan
memerlukan
intervensi yang
lebih lanjut..
5. Berikan obat anti 5. Efektif dalam
hipertensi menurunkan
tekanan
3 Penurunan curah Setelah diberikan 1. Pantau TD. Ukur 1. Perbandingan
jantung asuhan keperawatan pada kedua tangan dari tekanan
berhubungan diharapkan curah untuk evaluasi awal. memberikan
dengan jantung pasien mulai gambaran yang
Peningkatan normal dengan lebih lengkap
afterload, criteria hasil : tentang
vasokontriksi 1. tidak adanya keterlibatan/
pembuluh darah. sianosis bidang masalah
2. CRT < 2 dtk vaskular.
3. Akral hangat 2. Gunakan ukuran 2. Denyutan karotis
4. RR Normal ( 16- manset yang tepat ,jugularis,radialis
20 x/mnt) dan teknik yang dan femoralis
5. Tidak ada bunyi akurat. mungkin
jantung tambahan terpalpasi.
6. GCS normal 3. Catat keberadaan, 3. Denyut pada
(E,V,M = 15) kualitas denyutan tungkai mungkin
7. Haluaran urine sentral dan perifer menurun,
dalam batas mencerminkan
normal (400 ml / efek dari
24 jam) warna vasokontriksi
kuning jernih. (peningkatan
SVR ) dan
kongesti vena
4. Auskultasi tonus 4. S4 umum
jantung dan bunyi terdengar pada
nafas pasien hipertensi
berat karena
adanya hipertrofi
atrium. Adanya
krakel, mengi
dapat
mengindikasikan
kongesti paru
sekunder
terhadap
terjadinya atau
gagal jantung
kronik
5. Amati warna kulit, 5. Adanya pucat,
kelembaban, suhu dingin, kulit
dan masa pengisian lembab dan masa
kapiler pengisian kapiler
lambat mungkin
berkaitan dengan
vasokontriksi
atau
mencerminkan
dekompensasi/pe
nurunan curah
jantung.
6. Pertahankan 6. Menurunkan stres
pembatasan aktivitas dan ketegangan
seperti istirahat di yang
tempat tidur/ kursi, mempengaruhi
jadwal periode tekanan darah
istirahat tanpa dan perjalanan
gangguan, bantu penyakit
pasien melakukan hipertensi
aktivitas perawatan
diri sesuai
kebutuhan
7. Berikan lingkungan 7. Membantu untuk
tenang, nyaman, menurunkan
kurangi aktivitas / rangsang
keributan simpatis;
lingkungan. Batasi meningkatkan
jumlah pengunjung relaksasi.
dan lamanya tinggal.
4 Nyeri akut / kronis Setelah diberikan 1. Kaji derajat nyeri 1. Mengetahui
berhubungan asuhan keperawatan derajat nyeri yang
dengan diharapkan Nyeri dirasakan pasien
peningkatan pasien berkurang dan
tekanan vascular dengan kriteria hasil mempermudah
serebral dan : intervensi
iskemia miokard 1. Mengungkapkan 2. Pertahankan tirah 2. Meminimalkan
metode yang baring selama fase stimulasi/mening
memberikan akut katkan relaksasi
pengurangan 3. Berikan tindakan 3. Tindakan yang
2. Mengikuti nonfarmakologi menurunkan
regimen untuk tekanan vaskular
farmakologi yang menghilangkan sakit serebral dan yang
diresepkan kepala atau nyeri memperlambat/
3. Skala nyeri 0 dada misal, kompres memblok respon
4. Wajah tidak dingin pada dahi, simpatis efektif
meringis / pijat punggung dan dalam
wajah nampak leher, teknik menghilangkan
rileks relaksasi (panduan sakit kepala dan
5. Menyatakan imajinasi, distraksi) komplikasinya.
nyeri berkurang dan aktivitas waktu
senggang.
4. Minimalkan 4. Aktivitas yang
aktivitas meningkatkan
vasokontriksi yang vasokontriksi
dapat meningkatkan menyebabkan
sakit kepala sakit kepala pada
misalnya, mengejan adanya
saat BAB, batuk penigkatan
panjang, tekanan vaskular
membungkuk. serebral.
5. Kaji tanda-tanda 5. Mengetahui
vital keadaan umum
pasien.
Peningkatan
tanda-tanda vital
mengindikasikan
nyeri belum dapat
terkontrol.
6. Kolaborasi : 6. Menurunkan/men
Analgesik,Antiansi gontrol nyeri dan
etas mis, menurunkan
lorazepam, rangsang sistem
diazepam saraf simpatis.
5 Kelebihan volume Setelah diberikan 1. Awasi denyut 1. Tacikardi dan
cairan berhubungan asuhan keperawatan jantung, TD, CVP hipertensi terjadi
dengan edema diharapkan pasien karena kegagalan
menunjukkan ginjal untuk
keseimbangan mengeluarkan
volume cairan urine,
dengan kriteria : pembatasan
1. Masukan dan cairan berlebih
haluaran selama
seimbang mengobati
2. BB stabil hipovolemia/hipo
3. Tanda vital dalam tensi atau
rentang normal perubahan fase
(N : 70 – 80 x oliguri gagal
mnt, R : 16 – 20 ginjal dan
x /mnt, S : 36 – perubahan pada
37,2, T : 120 / 80 renin-
mmHg) angiotensin.
4. Oedema tidak ada
2. Catat pemasukan 2. Perlu untuk
dan pengeluaran menentukan
secara akurat.
fungsi gnjal,
kebutuhan
penggantian
cairan
3. Awasi berat jenis 3. Mengukur
urine kemampuan
ginjal untuk
mengkonsentrasi
kan urine
4. Timbang tiap hari 4. Penimbangan
dengan alat dan
berat badan
pakaian yang sama
harian adalah
pengawasan
status cairan
terbaru.

5. Kaji kulit, wajah 5. Peningkatan berat


area tergantung badan lebih dari
untuk edema 0,5 kg per hari
diduga ada
retensi cairan.
6. Berikan obat sesuai 6. Edema terjadi
indikasi (diuretik) terutama pada
jaringan yang
tergantung pada
tubuh contoh :
tangan, kaki, area
lumbosakral
6 Intoleransi aktivitas Setelah diberikan 1. Kaji respon pasien 1. Menyebutkan
berhubungan asuhan keperawatan terhadap aktivitas, parameter
dengan Kelemahan diharapkan pasien perhatikan frekuensi membantu dalam
umum dan dapat berpartisipasi nadi lebih dari 20 mengkaji respons
ketidakseimbangan dalam aktivitas yang kali per menit di atas fisiologi terhadap
antara suplai dan diinginkan/diperuka frekuensi istirahat, stres aktivitas dan
kebutuhan oksigen n dengan kriteria peningkatan tekanan bila ada,
hasil : darah yang nyata merupakan
1. Melaporkan selama /sesudah indikator dari
peningkatan aktivitas, dpsnea kelebihan kerja
dalam toleransi atau nyeri dada, yang berkaitan
aktivitas yang keletihan dan dengan tingkat
dapat diukur kelemahan yang aktivitas.
2. Menunjukkan berlebihan,
penurunan dalam diaforesis, pusing
tanda-tanda atau pingsan
intoleransi 2. Instruksikan pasien 2. Teknik
fisiologi tentang teknik menghemat
penghematan energi energi
, misalnya mengurangi
menggunakan kursi penggunaan
saat mandi, duduk energi, juga
saat menyisir rambut membantu
atau menggosok keseimbangan
gigi, melakukan antara suplai dan
aktivitas dengan kebutuhan
perlahan oksigen.
3. Kaji sejauh mana 3. Mengidentifikasi
aktivitas yang dapat sejauh mana
ditoleransi kemampuan
pasien dalam
melakukan
aktivitas dan prwt
diri.
4. Mendorong 4. Kemajuan
kemandirian dalam aktivitas bertahap
melakukan aktivitas mencegah
peningkatan kerja
jantung tiba-tiba.
7 Gangguan persepsi Setelah diberikan 1. Kaji kemampuan 1. Untuk
sensori : tindakan melihat pasien mengidentifikasi
penglihatan keperawatan, kemampuan
berhubungan diharapkan melihat dan
dengan penekanan pengelihatan pasien menyusun
saraf optikus semakin membaik, rencana tindakan.
dengan criteria : 2. Berikan kompres 2. Meningkatkan
1. Menyatakan hangat pada mata vaskularisasi
pengelihatan pada area mata
semakin 3. Bantu kebutuhan 3. Menghindari
membaik pasien dalam resiko cidera dan
2. Visus normal ( rentang pasien kesalahan
6/6 ) mengalami intepretasi yang
3. Refraksi mata penurunan dapat
baik pengelihatan mengancam jiwa
4. Tidak ada pasien
disorientasi 4. Kolaborasi dalam 4. Menghindari
waktu, orang dan pemeriksaan disorientasi
tempat. mata dan waktu, orang dan
penggunaan alat tempat
bantu pengelihatan
8 Risiko cedera Setelah diberikan 1. Jauhkan dari benda- 1. Meminimalkan
berhubungan asuhan keperawatan benda tajam risiko
dengan penurunan diharapkan pasien cedera
kesadaran , tidak mengalami 2. Berikan penerangan 2. Meminimalkan
penglihatan cidera yg cukup terjadinya
ganda dengan kriteria hasil benturan
( diplopia ) : 3. Usahakan lantai 3. Meminimalkan
1. Pasien tidak tidak licin dan basah klien jatuh
mengalami 4. Pasang side rail 4. Menghindari
cedera. klien terjatuh
pada saat istirahat
5. Anjurkan pada 5. Untuk
keluarga klien untuk meningkatkan m
selalu menemani enjaga keamanan
klien dalam
beraktivitas
9 PK : Gagal Jantung Setelah diberikan 1. Pantau adanya tanda 1. Pemantauan,
tindakan – tanda gagal penanganan
keperawatan, jantung sedini mungkin
diharapkan pasien dan mencegah
tidak mengalami kerusakan lebih
gagal jantung lanjut
1. Nadi 70 – 80 x/mnt 2. Kolaborasi dengan 2. Pemberian
2. Nyeri tidak ada dokter bagian dalam therapi sedini
3. Sianosis tidak ada ( jantung) mungkin dengan
pertimbangan
therapi yang tepat
akan mampu
menyelamatkan
jiwa pasien
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta :
EGC
Chung, E.K. 1995. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III,
diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta : EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

DISUSUN OLEH
NAMA : RISKAYANTI
NIM : 18180000060

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU


(STIKIM)

2019

Anda mungkin juga menyukai