HIPERTENSI
A. PENGERTIAN
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas
140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic 90
mmHg ( Smeltzer, 2001).
Menurut Price (2005) Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi
medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu
lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah
yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah
tinggi.
Hipertensi berasal dari dua kata yaitu hiper yang berarti tinggi dan tensi yang
artinya tekanan darah. Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian
hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif,
sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah secara kronis dan persisten dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg
dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg.
E. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi
sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi. (Smeltzer, 2001).
Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi. (Price, 2005)
F. Klasifikasi
The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu :
Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *
Kategori Sistolik (mmhg) Diastolik (mmhg)
Normal < 130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110
Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan sistolik
dan diastolik turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih adalah kategori
yang lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua kali pembacaan atau lebih yang
dilakukan pada setiap dua kali kunjungan atau lebih setelah skrining awal. (Smeltzer,
2001).
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih
tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80
mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi
kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan
darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka
beberapa minggu. (Price, 2005)
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau
lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih
dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan
dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah;
tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus
meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan
menurun drastis. (Price, 2005)
Disamping itu juga terdapat hipertensi pada kehamilan (pregnancy-induced
hypertension/PIH) PIH adalah jenis hipertensi sekunder karena hipertensinya
reversible setelah bayi lahir. PIH tampaknya terjadi akibat dari kombinasi
peningkatan curah jantung dan TPR. Selama kehamilan normal volume darah
meningkat secara drastis. Pada wanita sehat, peningkatan volume darah
diakomodasikan oleh penurunan responsifitas vascular terhadap hormon-hormon
vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal ini menyebabkan TPR berkurang pada
kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada wanita dengan PIH, tidak terjadi
penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga
peningkatan besar volume darah secara langsung meningkatkan curah jantung dan
tekanan darah. PIH dapat timbul sebagai akibat dari gangguan imunologik yang
mengganggu perkembangan plasenta. PIH sangat berbahaya bagi wanita dan dapat
menyebabkan kejang, koma, dan kematian. (Smeltzer, 2001).
G. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM
POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah
diantaranya :
1. Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic
attack (TIA).
2. Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA).
3. Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
4. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.
H. CARA PENCEGAHAN HIPERTENSI
1. Memeriksakan tekanan darah secara teratur
2. Menghindari kegemukan
3. Menghindari merokok
4. Menghindari stress
5. Mengatur keseimbangan antara kerja, istirahat dan rekreasi.
6. Olahraga secara teratur
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
K. PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
Menurut Dalimartha (2008) penatalaksaan hipertensi dilandasi oleh beberapa
prinsip sebagai berikut :
a. Pengobatan hipertensi skunder yang lebih mendahulukan pengobatan penyebab
hipertensi
b. Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dan
mengurangi timbulnya komplikasi
c. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti-
hipertensi
d. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan kemungkinan
seumur hidup.
Ada berbagai macam pengobatan untuk pasien hipertensi, yaitu :
a. Pengobatan farmakologis
ada pengobatan medis, penderita hipertensi diberikan obat. Beberapa macam
obat, antara lain sebagai berikut :
1) Diuretik
Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (melalui
kencing). Dengan demikian, volume cairan dalam tubuh berkurang sehingga
daya pompa jantung lebih ringan.
Obat diuretik dikenal dengan nama pil air. Akibat pemberian diuretik
adalah tidak hanya garam saja yang dikeluarkan dari tubuh, tetapi zat lain yang
berguna bagi tubuh seperti kalium ikut dikeluarkan juga. Untuk mengatasi
kondisi itu, dokter sering meresepkan obat diuretik dengan mempertahankan
kalium tetap di dalam tubuh. Manfaat obat diuretik tersebut dapat bertambah jika
ditunjang dengan pola makan dengan menu rendah kadar garam.
2) Alpha, Beta dan alpha-beta adrenergik blocker
Obat-obatan ini bekerja dengan menghalangi pengaruh bahan-bahan
kimia tertentu dalam tubuh. Obat-obatan itu memicu penurunan aktivitas daya
pompa jantung.
Jenis obat tersebut tidak dianjurkan bagi penderita hipertensi dengan
gangguan pernafasan, seperti asma bronkhial. Contoh golongan obat itu yaitu
metoprolol, propanolol, dan atenolol.
Khusus bagi penderita diabetes mellitus, obat tersebut merupakan
kontraindikasi karena menambah kadar gula darah. Pemberian obat itu juga
jangan diberikan untuk orang usia lanjut yang mempunyai gejala gangguan
bronkospasme (penyempitan saluran pernafasan) atau denyut jantung lambat.
3) Vasodilator
Kerja obat ini berlangsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos pembuluh darah. Contoh yang termasuk obat jenis ini yaitu prasosin dan
hidralasin. Kemungkinan yang akan terjadi akibat pemberian obat ini adalah sakit
kepala dan pusing.
4) Penghambat enzim konversi angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat
angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh
obat yang termasuk golongan ini yaitu captopril. Efek samping yang mungkin
timbul adalah batuk kering, pusing, sakit kepala, dan lemas.
5) Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini
yaitu nifedipin, dilitasem, dan verapamil. Efek samping yang mungkin timbul
adalah sembelit, pusing, sakit kepala, dan muntah.
6) Penghambat reseptor angiotensin II
Obat ini bekerja dengan cara menghalangi penempelan zat angiotensin II
pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-
obatan yang termasuk golongan ini adalah velsartan (diovan). Kemungkinan efek
samping yang timbul adalah sakit kepala, pusing, lemes, dan mual.
b. Pengobatan non-farmakologis
Pengobatan non-farmakologis hipertensi menurut Maryam
(2010), diantaranya dengan melakukan hal-hal berikut :
1) Mengurangi berat atau menurunkan kelebihan berat badan
2) Hindari merokok
3) Hindari minum kopi
4) Hindari minum alcohol
5) Kurangi konsumsi garam berlebih
6) Hindari makanan berlemak tinggi (gajih, usus, kulit ayam)
7) Melakukan senam secara teratur
8) Melakukan terapi relaksasi
Berbagai cara relaksasi, seperti :
a. Meditasi
Meditasi adalah upaya untuk mencapai ketenangan dengan memusatkan pikiran
pada satu titik. Meditasi disertai dengan pegaturan nafas secara halus dan teratur
(Widiato, 2011). Terapi meditasi ini ditujukan pada diri untuk merealisasikan
tubuh dan menenangkan pikiran dengan menggunakan ritme pernafasan yang
memiliki fokus (Solehati dan Cecep, 2015)
b. Yoga
Yoga adalah sebuah aktivitas dimana seseorang memusatkan pikiran untuk
mengontrol panca indranya (Triyato, 2014). Teknik dalam yoga berfokus pada
susunan otot, mekanisme pernafasan, postur, dan kesadaran tubuh. Yoga
bertujuan untuk memperoleh kesejahteran fisik dan mental melalui pencapaian
kesempurnaan tubuh dengan olehraga pernafasan yang benar, mempertahankan
postur tubuh, dan meditasi (Solehati dan Cecep, 2015)
c. Hypnosis
Upaya bagaimana membuat seseorang untuk berada dalam kondisi tidur dan atau
tidak sadarkan diri (Iswantoro, 2007). Hypnosis merupakan terapi komplementer
yang menggunakan modifikasi alam bawah sadar pasiennya. Pasien dibimbing
untuk melakukan relaksasi dengan teknik-teknik tertentu secra alamiah akan
membuka gerbang pikiran bawah sadarnya. Kondisi seperti ini akan lebih
memudahkan pasien untuk menerima sugesti penyembuhan yang diberikan oleh
pemberi intervensi hypnosis (Solehati dan Cecep, 2015).
d. Terapi Musik
Terapi musik merupakan suatu keterampilan dalam menggunakan musik dan
elemen-elemen musik oleh seseorang yang ahli dibidang musik untuk
meningkatkan, memelihara, memeperbaiki kesehatan mental, fisik, dan emosi
(Triyanto, 2014). Terapi ini memperbaiki gerakan dan komunikasi fisik,
memperbaiki ingatan, mengembangkan ekspresi emosional, dan mengalihkan
perasaan nyeri (Solehati dan Cecep, 2015).
Menurut Tuner (2010), musik dapat memberikan rangsangan pada syaraf
simaptis dan parasimpatis untuk menghasilkan respons relaksasi berupa
penurunan frekuensi nadi, relaksasi otot, dan menyebabkan tidur.
e. Terapi Relaksasi Benson
Relaksasi benson merupakan pengembangan metode respon relaksasi pernafasan
dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, yang dapat menciptakan suatu
lingkungan internal sehingga dapat membantu pasien mencapai suatu kondisi
kesehatan dan kesejahteraan yang lebih tinggi (Benson & Proctor 2000, dalam
Purwanto, 2006).
Relaksasi Benson merupakan gabungan antara relaksasi dengan keyakinan
agama yang dianut. Respon relaksasi ini melibatkan keyakinan yang dianut akan
mempercepat terjadinya keadaan rileks dengan kata lain, kombinasi respon relaksasi
dengan melibatkan keyakinan akan melipatgandakan manfaat yang didapat dari
respon relaksasi (Purwanto 2005 dalam Datak, 2008)
Pengobatan hipertensi harus dilakukan sesuai petunjuk dokter. Keluhan-
keluhan yang dirasakan sebaiknya dikonsultasikan kepada dokter. Sebab hal itu
berkaitan dengan pemberian jenis dan dosis obat secara tepat. Konsultasi dengan
dokter juga diharapkan dapat memaksimalkan upaya pengobatan dan menekan efek
samping sekecil mungkin. Pengobatan non-farmakologis yang dijalani juga sebaiknya
dikonsultasikan. Hal itu dilakukan supaya pengobatan farmakologis menjadi lebih
efektif (Dalimartha, 2008).
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas dan Istirahat
Gejala : kelemahan, keletihan, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan
penyakit serebrovaskular. Episode palpitasi, perspirasi.
Tanda : kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan
untuk menegakan diagnosis). Hipotensi postural (mungkin berhubungna
dengan regimen obat ). Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis
; perbedaan denyut seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi
denyutan radialis atau brakialis; denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis
tidak teraba atau lemah. Frekuensi/irama : takikardia berbagai disritmia.
Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar ; S3 (CHF dini); S4 (pergeseran
ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri). Murmur stenosis valvular.
Ekstremitas ; perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer) ;
pengisian kapiler mungkin melambat /tertunda (vasokonstriksi)
3. Integritas ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah
kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor stress
multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda : letupan suara hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang
meledak. Gerak tangan empati, otot muka tegang (khusus sekitar mata),
gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal dimasa lalu).
5. Makanan dan Cairan
Gejala : makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur);
kandungan tinggi kalori. Mual, muntah. Perubahan berat badan akhir-akhir
ini (meningkat/menurun).
Tanda : berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau
tertentu); kongesti vena; glukosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah
diabetik)
6. Neurosensori
Gejala : keluhan pening/pusing. Berdenyut. Sakit kepala suboksipital (terjadi saat
bangun dan menghilang secara spontan stelah beberapa jam ). Episode
kebas/kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan (diplopia,
penglihatan kabur).
Tanda :
status mental
perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses pikir, atau
memori (ingatan).
Respon motorik
penurunan kekuatan genggaman tangan dan /atau reflex tendon dalam.
Perubahan-perubahan retinal optik
dari sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik
dengan edema atau papiledema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada
berat/lamanya hipertensi.
7. Nyeri dan ketidaknyamanan
Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul
pada tungkai/klaudasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas
bawah). Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
Nyeri abdomen/massa (feokromositoma)
8. Pernafasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takipnea, ortopnea, dispnea
nokturnal paroksismal. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat
merokok.
Tanda : distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan. Bunyi napas
tambahan (krekles/mengi). Sianosis.
9. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia unilateral transien.
Hipotensi posturnal.
10. Pembelajaran dan Penyuluhan
Gejala : faktor-faktor risiko keluarga :hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
DM, penyakit serebrovaskular/ginjal.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta :
EGC
Chung, E.K. 1995. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III,
diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta : EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI
DISUSUN OLEH
NAMA : RISKAYANTI
NIM : 18180000060
2019