DISUSUN OLEH :
NAMA :
1. IRDA : 400217007
2018
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang mana atas karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini.
Dalam kesempatan ini, kami juga ingin mengucapkan terima kasih dengan hati
yang tulus kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak guna perbaiki dan kelengkapan penyusunan makalah ini. Harapan kami semoga
Bandung, Juli
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
nasional, yaitu untuk tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar
sehat bagi setiap orang agar mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. (Depkes
RI, 2016)
bahwa masih terdapat 8,8 juta kasus tubsserkulosis paru baru di seluruh dunia dengan
angka kematian 1,1 juta orang. Penderita tuberkulosis paru 59% berada di asia, di
(Depkes RI) tahun 2016, Indonesia berhasil menaikan posisi menjadi menjadi negara
menunjukan kasus tuberkulosis paru BTA positif sebanyak 156.723 kasus. Dari 33
provinsi di Indonesia, Jawa Barat menempati urutan pertama dengan kasus terbanyak
52.328 dan yang terendah Gorontalo dengan 1.151 kasus . (Kementrian Kesehatan
tuberkulosis paru yaitu sebesar 87,56%. (Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah tahun
2016).
dilihat dari posisi geografis dari kabupaten sangat potensial menjadi tempat
dikarenakan kabupaten ini berada dijalur lintas Sulawesi yang tinggi jumlah
penduduknya. Sehingga masuk dan keluarnya penyakit tidak terdeteksi dengan baik.
Jumlah penduduk kabupaten tahun 2015 sekitar 225.875 orang (www.BPS, 2016)
yang lebih besar jika tidak di tanggulangi sejak dini. Penyakit ini dapat ditanggulangi
ke organ lain seperti usus, tulang dan otak. Komplikasi lanjut seperti obstruksi jalan
napas, kerusakan parenkim berat, amiloidosis, kanker paru dan sindrom gagal napas
dewasa.
Angka cese detection rate (CDR) atau penemuan kasus BTA + di kabupaten
Dalam dua tahun terakhir angka kejadian TB paru selalau ada, hal ini
kerja merupakan salah satu kecamatan dikabupaten tolitoli. Menurut keterangan dari
petugas pengelola TB paru pada tahun 2015 jumlah pasien penyakit TB Paru
diketahui karena para pasien ini tidak dapat melakukan pemeriksaan sputum pada
tahap akhir sedangkan suspek TB Paru yang ada pada tahun tersebut mencapai 41
orang.
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk memilih judul penelitian
B. Rumusan Masalah
1. Pernyataan Masalah
Insiden Tuberkulosis paru yang terus meningkat, menjadi masalah
kesehatan. Penyakit tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit infeksi yang
organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi
infeksi primer dan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan individu
dan masyarakat akibat sanitasi lingkungan yang buruk pada saat ini adalah
tuberkulosis paru.
2. Pertanyaan Masalah
Tolitoli ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Tujuan umum dari penelitian ini adalah agar peneliti dapat mengetahui hubungan
2. Tujuan Khusus :
Tolitoli
D. Manfaat Penelitian
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahauan dan wawasan bagi peneliti.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. TUBERKULOSIS
1. Definisi
lainnya(depkes, 2008).
Tubercolosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh microbacterium
tubercolosis yang dapat menyerang pada bagian organ tubuh mulai dari paru dan
organ diluar paru seperti kulit,tulang,persendian, selapaut otaka, usus serta ginjal
menyerang paru tetapi juga dapat menyerang tubuh lainnya. Dengan gejla batuk
Tuberkulosis paru adalah penyakit paru menular yang diseabkan olaeh basil
tuberkel dan menyebar saat droplet aerosol yang mengandung bakteri aktif
2. Etiologi
kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um.
Sebagian besar dinding kuman terdiri dari asam lemak (lipid), kemudian
tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA).
Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin
(dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman
berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali
banyak mengandung lipid (Amin & Bahar, 2009).gandung lipid (Amin & Bahar,
2009).
3. Cara Penularan
paling sering dibandingkan dengan organ lain. Penularan penyakit ini sebagian
besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei, khususnya yang
didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang
4. Patogenesis Penyakit
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar. Partikel infeksi
ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada
lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila
partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran napas
atau jaringan paru. Partikel ini dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang
makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag
dan disebut sarang primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang ini bisa terdapat di
seluruh bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah
masuk ke dalam vena dan menajalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal,
bagian paru menjadi TB milier. Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer
malnutrisi, alkohol, penyakit maligna, gagal ginjal (Amin & Bahar, 2009)
biakan positif.
a. Kasus baru Dikatakan kasus baru bila penderita yang belum pernah mendapat
pengobatan dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu
dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif. 10 Bila hanya
c. Kasus pindahan (Transfer In) Dikatakan kasus pindahan bila penderita yang
rujukan/pindah
d. Kasus lalai obat Dikatakan kasus lalai berobat bila penderita yang sudah
berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 minggu atau lebih, kemudian
6. Diagnosis TB paru
Gejala respiratorik: batuk lebih dari 3 minggu, batuk berdarah, sesak nafas,
nyeri dada.Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala
sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita
terdiagnosis pada saat medical check up. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi
bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar. Gejala
tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada
limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari
kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis,
sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas & kadang nyeri
dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan. Gejala sistemik: malaise,
Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur
sekali menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus
superior terutama daerah apex dan segmen posterior ,serta daerah apex lobus
inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas
bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru,
berikut:
a. Pemeriksaan Bakteriologik
bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal,
halus/BJH).
b. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral.
TB aktif : Bayangan berawan atau nodular di segmen apikal dan posterior lobus
atas paru dan segmen superior lobus bawah,kaviti, terutama lebih dari satu,
Kompleks ranke 13
c. Pemeriksaan cairan pleura Pemeriksaan analisis cairan pleura & uji Rivalta
tuberkulosis adalah uji Rivalta positif dan kesan cairan eksudat, serta pada
analisis cairan pleura terdapat sel limfosit dominan dan glukosa darah.
indikator yang spesifik untuk tuberkulosis. Laju endap darah (LED) jam
pertama dan kedua sangat dibutuhkan. Data ini sangat penting sebagai
indikator tingkat kestabilan keadaan nilai keseimbangan biologik penderita,
tahan tubuh penderida , yaitu dalam keadaan supresi / tidak. LED sering
meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap darah yang normal tidak
e. Uji tuberkulin Pemeriksaan ini sangat berarti dalam usaha mendeteksi infeksi
bantudiagnostik kurang berarti, apalagi pada orang dewasa. Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi dari uji yang dilakukan satu bulan
sebelumnya atau apabila kepositifan dari uji yang didapat besar sekali atau bula
(PDPI, 2006)
7. Pengobatan TB paru
beberapa jenis obat, dalam jumlah yang cukup dan dosis yang tetap sesuai
1. Tahap awal (intensif) Pada tahap ini penderita mendapatkan obat setiap hari
2. Tahap lanjutan Pada tahap ini penderita mendapat jenis obatlebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk
Menurut WHO dalam konferensi bulan juni tahun 2001 menyebutkan bahwa
medikasi yang dianjurkan (Gough, 2011). Kepatuhan minum obat sendiri kembali
berhubungan dengan waktu, dosis, dan frekuensi pengobatan untuk jangka waktu
pengobatan yang dianjurkan (Petorson, 2012).La Greca dan Stone (1985) dalam Bart
Smet (1997) menyatakan bahwa perilaku kepatuhan lebih rendah untuk penyakit
kronis, saran untuk gaya hidup umum dan kebiasaan lama, pengobatan yang
kompleks, dan pengobatan dengan efek samping.Menurut Depkes tahun 2000 dalam
Wihartini (2009), penderita TB paru yang patuh berobat adalah yang menyesuaikan
memuntahkan obat atau mengkonsumsi obat dengan dosis yang salah sehingga
patuh dan tidak patuh belum ada, sehingga banyak peneliti yang mendefinisikan
patuh sebagai berhasil tidaknya suatu pengobatan dengan melihat hasil, serta melihat
proses dari pengobatan itu sendiri. Hal- 20 hal yang dapat meningkatkan faktor
ketidakpatuhan bisa karena sebab yang disengaja dan yang tidak disengaja.
Ketidakpatuhan yang tidak disengaja terlihat pada penderita yang gagal mengingat
atau dalam beberapa kasus yang membutuhkan pengaturan fisik untuk meminum
keyakinan tentang pengobatan antara manfaat dan efek samping yang dihasilkan
(Chambers, 2010).
a. Merupakan suatu tekanan psikologis bagi penderita tanpa keluhan atau gejala
penyakit saat dinyatakan sakit dan harus menjalani pengobatan sekian lama.
pengobatan 1-2 bulan atau lebih, keluhan akan segera berkurang atau hilang
sama sekali sehingga pasien akan merasa sembuh dan malas untuk meneruskan
pengobatan kembali.
c. Datang ke tempat pengobatan selain waktu yang tersisa juga menurunkan
d. Pengobatan yang lama merupakan beban yang dilihat dari segi biaya yang harus
dikeluarkan.
e. Efek samping obat walaupun ringan tetap akan memberikan rasa tidak enak
terhadap penderita.
f. Sukar untuk menyadarkan pasien untuk terus menerus minum obat selama
ekonomi dan budaya, sikap, dan perilaku yang sangat mempengaruhi keberhasilan
a. Faktor Sarana: Tersedianya obat yang cukup dan kontinu, dedikasi petugas
paru, cara pengobatan dan bahaya akibat berobat tidak adekuat, cara menajaga
kondisi tubuh yang baik dengan makanan bergizi, cukup istirahat, hidup teratur
dan tidak minum alkohol atau merorok, cara menjaga kebersihan diri dan
mulut dengan sapu tangan, jendela cukup besar untuk mendapat lebih banyak
sinar matahari, sikap tidak perlu merasa rendah diri atau hina karena TB paru
adalah penyakit infeksi biasa dan dapat disembuhkan bila berobat dengan benar,
agar minun obat, pengertian yang dalam terhadap penderita yang sedang sakit
panduan WHO tahun 2003 mengenai pengobatan jangka lama. Meskipun oleh
bersangkutan mengatur dirinya agar selalu patuh, namun tidak bisa dihilangkan faktor-
rendah membuat penderita untuk menentukan hal yang lebih prioritas daripada
bentuk, yaitu;
1) Dukungan Penilaian
depresi dengan baik dan strategi koping yang dapat digunakan dalam
perasaan seseorang dengan orang lain, misalnya orang yang kurang mampu.
2) Dukungan Instrumental
Support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu memecahkan
3) Dukungan Informasi
pengarahan, saran atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh
4) Dukungan Emosional
stress, bantu dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya perhatian sehingga
a. Faktor Penderita
Motivasi pasien untuk patuh dalam pengobatan dipengaruhi oleh nilai dan
penderita.
penyakit kronik, jam kerja yang berlebihan, imbalan biaya yang tidak
b. Pendidikan
(pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani). Pendididkan juga berarti lembaga yang
dari generasi satu ke genari yang lain. Sebagai proses pembentukan pribadi,
pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah
berlangsung di sekolah.
terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (Ikhsan,
2005).
a. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
maupun untuk masyarakat. Karena itu, bagi setiap warga negara harus disediakan
Sekolah Dasar.
b. Pendidikan Menengah
hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar, serta
c. Pendidikan Tinggi
C. MOTIVASI KESEMBUHAN
Motivasi adalah suatu dorongan terhadap diri kita agar kita melakukan sesuatu
hal. Dorongan yang kita dapat itu bisa bersumber dari mana saja, entah itu dari diri
kita sendiri atu pun dari hal atau orang lain. Dorongan yang kita sebut motivasi itu
juga yang menjadi suatu sumber tenaga dalam kita mengerjakan suatu hal agar kita
mencapai suatu tujuan yang kita inginkan. Dalam hal ini kegiatan yang kita lakukan
dapat berbentuk negatif ataupun positif meskipun motivasi kita semua awalnya
“baik”.
Motivasi ada banyak jenisnya antara lain motivasi belajar, motivasi berprestasi,
motivasi agresi, motivasi berafiliasi, dll.Hal itu dikarenakan motivasi inilah yang
penularan kuman pada orang lain meningkat, dan terjadinya resistensi kuman
karena motivasi masih merupakan suatu konsep yang masih kontroversial. Kadang-
kadang motif dan motivasi itu digunakan secara bersamaan dan dalam makna yang
sama, hal ini disebabkan karena pengertian motif dan motivasi keduanya sukar
dibedakan. Beberapa pakar psikologi ada yang membedakan istilah motif dan
motivasi, antara lain bahwa motif adalah sesuatu yang ada dalam diri seseorang, yang
mendorong orang tersebut untuk bersikap dan bertindak guna mencapai tujuan
tertentu. Motivasi dapat berupa kebutuhan dan cita-cita. Motif merupakan tahap awal
dari proses motivasi, sehingga motif baru merupakan suatu kondisi interen. Sebab
motif tidak selamanya aktif. Motif aktif pada saat tertentu saja, yaitu apabila
kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat mendesak (Shaleh & Wahab, 2004: 131).
Apabila suatu kebutuhan dirasakan mendesak untuk dipenuhi, maka motif dan daya
penggerak menjadi aktif. Motif yang telah aktif inilah yang disebut motivasi. Hal
senada diungkapkan Azhari (2004: 65) bahwa motif adalah dorongan atau daya
kekuatan dari dalam diri seseorang yang mendorong sesuatu untuk berbuat atau
bertingkah laku dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi, dapat
disimpulkan motif merupakan kekuatan yang 16 mendorong individu dari dalam diri
Adapun motivasi adalah sesuatu daya yang menjadi pendorong seseorang untuk
bertindak (Azhari, 2004: 65). Pengertian lain dari motivasi diungkapkan Najati
aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya
menuju tujuan tertentu (Rahman & Wahab, 2004: 132). Hal senada diungkapkan
Purwanto (1990: 73) bahwa motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk
terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan
motivasi adalah suatu dorongan seseorang untuk bertindak atau bertingkah laku
Kesembuhan berasal dari kata sembuh. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata
Suatu perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotif atau motifnya sangat rendah,
besar tidak akan membawa hasil. Sebaliknya apabila motivasinya besar atau kuat,
sehingga kemungkinan akan berhasil lebih besar. Oleh karena itu motivasi dibagi
karena takut. Pada tingkatan ini, mereka melakukan sesuatu bukan karena
kesadaran dan ingin mencapai tujuan tertentu tapi lebih disebabkan karena
keterpaksaan.
mendapatkan hadiah, bonus, piagam, tanda jasa, kenaikan gaji, dan kenaikan
pangkat
c. Self motivation yaitu motivasi muncul dari dalam diri individu yaitu karena
didasarkan oleh misi atau tujuan hidupnya. Seseorang yang mempunyai sikap
positif terhadap sesuatu akan menunjukkan motivasi yang besar terhadap hal
tersebut. Motivasi ini datang dari dirinya sendiri karena adanya rasa senang atau
(1) Motivasi tingkat tinggi, yaitu motivasi muncul dari diri individu karena adanya
(2) Motivasi tingkat sedang, yakni motivasi muncul karena ingin mendapatkan
sesuatu
(3) Motivasi tingkat rendah yaitu individu melakukan sesuatu bukan karena
Menurut Shaleh (2004: 132) bahwa motivasi mempunyai tiga aspek, yaitu:
Conger (dalam Ardhani, 2009: 20) aspek-aspek motivasi adalah sebagai berikut:
a. Memiliki sikap yang positif, yaitu memiliki kepercayaan diri dan perencanaan
yang tinggi serta selalu optimis. Bersikap positif maksudnya itu melakukan sikap
yang sifatnya positif. Sikap positif tidak hanya kepada pelayanan bimbingan
rohani Islam, akan tetapi bersikap positif kepada Allah itu sangat penting, karena
Allah yang memberikan kesembuhan kepada individu sedang diberi cobaan sakit
(pasien).
b. Berorientasi pada suatu tujuan, yaitu orientasi tingkah laku diarahkan pada
tujuan yang hendak dicapai. Pasien mengarahkan tujuan tertentu yaitu tujuan
individu, dari lingkungan dan keyakinan adanya kekuatan yang akan mendorong
tingkah laku seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Pasien mendapat dorongan
dari luar kemudian dari dorongan dalam individu dapat mendorong individu
mengubah tingkah lakunya. Seperti pasien awal mulanya acuh tak acuh kepada
kekuatan yang mendorong individu untuk keinginan ingin sembuh maka pasien
bahwa aspek-aspek motivasi yang diungkapkan Conger (dalam Ardhani, 2009: 20)
adalah yang paling lengkap atau komprehensip dan dapat digunakan untuk
mencakup semua dari teori yang lainnya dan sudah dianggap sesuai dengan motivasi
kesembuhan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek dari motivasi
kesembuhan meliputi: Memiliki sikap yang positif, berorientasi pada suatu tujuan
Selain yang diterangkan di atas ada juga faktor yang mempengaruhi motivasi.
Menurut Mc. Gie (Ardhani, 2009: 19) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kehidupannya
selanjutnya.
D. HASIL PENELITIAN
NO JUDUL NAMA TAHUN METODE HASIL
hanya 2% dari
penderita TB provinsi
lampung. TB paru
penderita berjenis
kelamin laki-laki
sisi ekonomi.
Juni 2013.
Tingkat pengetahuan
baik memiliki
kemungkinan 16,81
terhadap pengobatan
TB daripada yang
tidak baik.Hubungan
tersebut signifikan(p=
248, 574).
5 Gambaran Fajar 2014 Penelitian ini bersifat Hasil penelitian
perempuan (51,6%)
(61%), TB
paru(88,8%) dan TB
bening (68,7%),
diperlukan penelitian
lanjutan dengan
melihat karateristik
lain,populasi lebih
karakteristik pasien
TB
E. KERANGKA TEORI
Menurut faktor-faktor kepatuhan dari teori yang dikemukakan oleh WHO
Motivasi suatu dorongan terhadap diri kita agar kita melakukan suatru hal, dorongan yang
kita dapat itu bisa bersumber dari mana saja ,entah itu dari diri kita atau pun dari hal atau
Faktor Kepatuhan
1. sarana
Kepatuhan minum obat TB
2. penderita
3. kelurga
4. lingkungan masyarakat
5. sosial ekonomi
Meningkatnya kepatuhan minum
obat pada pasien TB
Faktor Motivasi
- pengetahuan
- sikap
- Persepsi
FAKTOR PENDUKUNG
Hubungan motivasi
- ekonomi kesembuhan dan
- Pelayanan kesehatan
kepatuhan minum obat
Commented [U1]:
FAKTOR PENDORONG
- Keluaraga
- Keinginan
3. 2 VARIABEL PENELITIAN
Variabel pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang
sesuatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan,
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.
dalam penelitian ini adalah kesembuhan dan kepatuhan minum obat pada
1. Pendidikan
2. Pengetahuan
3. Sikap
merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian (Bambang dan Lina
pernyataan tentang sesuatu yang diduga atau hubungan yang diharapkan antara dua
variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris, biasanya hipotesis terdiri dari
pertanyaan terhadap adanya atau tidak adanya hubungan antara dua variabel yaitu
Tidak adanya hubungan motivasi kepatuhan dan kesembuhan minum obat pada
pasien TB paru
Adanaya hubungan motivasi kepatuhan dan kesembuhan minum obat pada pasuen
TB paru
Operasional Ukur
kesembuhan kesembuhan
minum obat
2.manfaat
kepatuahn
minum obat
3. akibat yg di
timbulkan
TB paru Tb paru:
terahadap
1.pandangan
motivasi
pasien TB
kepatuhan dan
paru terhadap
kesembuhan
kepatuhan
minum obat
dan
kesembuhan
2.kesadaran
dalam
kepatuhan
minum obat
3. sikap
dalam
menerapakan
kepatuahan
minum obat
motivasi kepatuahn
kesembuhan kesembuhan
minum obat 2.
pandanagan
pasien TB
paru terhadap
terhadap
kepatuahan
dan
kesembuahan
paru nilai-
2. pengaruh
mempengaruhi dalam
dalam minum
obat pada
sesuai dengan pasien TB
tujuan paru
individu.
Penelitiann deskritif adalah Menurut Nazir (1988: 63) dalam Buku Contoh
status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
1. Data Primer
sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini
suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode
yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu : (1) metode survei
2. Data Sekunder
dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang
berikut:
. 1Wawancara
Tehnik pengumpulan data denagan cara melakukan wawancara langsung
2. Studi Kepustakaan
kabar yang berhubungan dengan permasalahan yang ada serta berguan bagai
3. Kuesioner Angket
a. Populasi
Populasi adalah wilaya generaliasis yang terdiri atas objek atau subjek yang
b. Sampel
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasalnya
lebih baik, dalam arti arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-
insrumen dikatakan valid apa bila mampu mengukur apa yang hendak
diukur. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana
yang dumaksud.
2006)
Rumus validitas :
N ∑ XY – ( ∑ X) ( ∑Y)
Гxy=
Keterangan :
N = Jumlah responden
dengan korelasi Гxy lebih besar atau sama dengan regresi tabel, maka butir
2010 : 168). Instrumen yang baik tidak akan bersifat terdensius mengarahkan
dapat dipercaya yang realibel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya
dengan teknik tertentu. Uji reliabilitas instrumen untuk pertanyaan yang valid
diuji dengan rumus alpha dengan bantuan komputer program SPSS windows
12,00, karena skornya bukan 0 atau 1, tetapi menggunakan rintangan 1-5 apabila
r alpha > r tabel maka soal tersebut adalah valid (Suharsimi Arikunto, 2006).
Rumus :
r 11 = k ∑ σ²ь
1-
k-1 σ²t
Keterangan :
r 11 = Reliabilitas instrumen
1. Editing
2. coding
3.Entri
Memasukkan data dari kusioner kedalam program komputer dengan
enggunakan SPSS
4. Cleaning
Mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau
2. codenfidentiality (kerahasiaan)
nama,alamat maupun asal subyek dari kusioner dan alat ukur apapun untuk
identitas inforamasi.
3. justice (Adil)
KUSIONER
NO Pertanyaan ya tidak
penyembuhan ?
7 Apakah anda orang yang mengikuti aturan dalam minum obat yang
peyembuhan ?
9 Apakah anda bertanya kepada pelayanan kesehatan setempat