“Sakit Menelan”
dr. Larry, pagi ini kedatangan seorang pasien anak-anak berumur 10 tahun
yang diantar ibunya dengan keluhan sakit menelan sejak 1 minggu yang lalu.
Keluhan ini disertai dengan demam tinggi, batuk pilek dengan sekret berwarna
hijau dan suaranya serak. Menurut keterangan ibunya, pasien memiliki kebiasaan
tidur mengorok, pasien sudah sering mengalami keluhan serupa sejak usia 8 tahun
dan selalu berulang. Berat badannya tidak pernah naik dan juga sering makan
makanan yang dibeli diluar rumah serta sering minum es. Dari pemeriksaan dr.
Larry ditemukan tonsil T3-T4 dan detritus (+) dan warna dinding rino-laringo-
faringitis tampak hiperemis. Serta adanya benjolan berbentuk papil bertangkai di
dinding orofaring.
STEP I
TERMINOLOGI
3. Detritus : kumpulan leukosit, bakteri yang sudah mati, dan epitel tua.
STEP II
RUMUSAN MASALAH
1. Yang terjadi pada pasien adalah tonsilitis akut yang bertransformasi menjadi
kronik.
3. Oral – faringeal – esofageal
Penjelasan
1. Tonsilitis Akut
Etiologi :
Bakteri Streptococcus β hemoliticus group A (tersering)
Bakteri non hemolitikus atau streptococcus viridans
Patologi :
1. Peradangan biasa di daerah tonsil saja
2. Pembentukan eksudat
3. Selulitis tonsil dan daerah sekitar
4. Pembentukan abses peritonsilar
5. Nekrosis jaringan
Manifestasi Klinis :
1. Sakit tenggorokan, ada disfagia
2. Suhu tinggi
3. Nafas bau
4. Nyeri alih di telinga
5. Terkadang terdapat otitis media merupakan komplikasi peradangan
tenggorokan
6. Tonsil membesar dan meradang, terdapat bercak-bercak, dan
dibungkus eksudat
7. Terdapat eksudat berwarna kuning atau keabuan
8. Ada nekrosis jaringan lokal
Penatalaksanaan
1. antibiotik broadspektrum penisilin dan eritromisin
2. antipiretik untuk demam
3. obat kumur disinfektan
Tonsilitis Difteri
Etiologi : Coryne Bacterium Diphteriae (bakteri gram +) penularan
lewat udara atau makanan yang terkontaminasi
Manifestasi Klinis :
1. menyerang anak usia 2-5 tahun, masa inkubasi 2-7 hari
2. Gejala umum : kenaikan suhu tubuh
Nyeri kepala
Tidak nafsu makan
Nadi lemah
Nyeri saat menelan
Gejala lokal : Nyeri tenggorok
Disfagia
Mual dan muntah
Tonsil bengkak berbercak putih semakin
menyebar dan menutupi laring sehingga
serak dan sesak napas
Prognosis akan buruk bila kelenjar limfe
bengkak dan menyerupai leher sapi
(burgemeester’s hals)
Gejala karena eksotoksin : Kerusakan jaringan tubuh: jantung
miokarditis
Saraf kranial : lumpuh otot palatum dan
otot pernapasan
Ginjal : alburninuria
Diagnosis :
1. pemeriksaan preparat langsung bakteri dari tonsilitis
2. pemeriksaan tes Shick titer antitoksin >0,03/ cc darah dapat
memberikan imunitas
Penatalaksanaan :
1. Anti Difteri Serum (ADS) diberikan segera tanpa menunggu hasil
kultur.
20.000 – 100.000 unit (tergantung umur)
2. Antibiotik penisilin atau eritromisin
25-50 mg/kgBB diberikan 3x sehari selama 14 hari
3. Kortikosteroid
1,2 mg / kgBB / hari
4. Antipiretik
5. Penyakit menular sehingga harus diisolasi, istirahat 2-3 minggu
Tonsilitis Kronik
Faktor predisposisi :
1. rangsang menahun dari rokok
2. higiene mulut yang buruk
3. kelelahan fisik
4. pengobatan tonsilitis akut tidak adekuat
Patofisiologi :
Penatalaksanaan :
1. kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan apus tonsil
2. terapi lokal untuk higiene mulut dengan obat kumur atau obat
hisap
3. terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa dan
konservatif tidak berhasil
Indikasi Tonsilektomi :
1. tonsilitis lebih dari 3 kali per tahun meskipun terapi sudah adekuat
2. tonsil hipertrofi menimbulkan maloklusi gigi dan gangguan
pertumnuhan orofasial
3. sumbatan jalan napas karena hipertrofi tonsil, gangguan menelan,
berbicara, dan sleep apnea
4. rinitis dan sinusitis kronik, peritonsilitis, abses peritonsil yang
tidak hilang
5. napas bau tidak berhasil dengan pengobatan
Faringitis Akut
1. Faringitis Bakterial
Etiologi :
Infeksi Group A streptococcus β hemoliticus (dewasa 15%),
(anak 30%)
Streptococcus viridans
Streptococcus pyogenes
Patofisiologi :
Penularan lewat ludah menginfiltrasi lapisan epitel epitel
terkikis jaringan limfoid superficial bereaksi pembendungan
Patologi :
Mikroorganisme yangmenghasilkan eksudat atau menyebabkan
kataral edema/ulserasi hiperemia dan sekresi meningkat,
eksudat mula-mula serosa tapi menebal menjadi mukus mukus
folikel limfoid atau bercak bercak pada dinding faring posterior atau
lateral
Manifestasi Klinis :
1. awitan pertama merasa gatal atau rasa kering di tenggorokan
2. suhu tubuh meningkat hingga 40˚ derajat, sakit kepala
3. terdapat eksudat yang sulit dikeluarkan
4. suara parau, batuk, ada usaha mengeluarkan dahak
5. faring hiperemia, tonsil membengkak
6. terdapat detritus (tonsilitis folikularis bersatu menjadi tonsilitis
lakunaris)
7. kelenjar submandibula bengkak dan nyeri tekan
8. terdapat nyeri alih ke telinga
9. kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri tekan
Komplikasi :
OMA, abses peritonsil, toksomia, bronkitis, nefritis akut,
miokarditis, artitis
Faringitis Viral
Etiologi :
Adenovirus : menimbulkan gejala konjungtivitis pada anak
Herpes Simplex
Enterovirus
Virus Influenza (A dan B) : cox sachievirus dan cytomegalovirus
(tidak menghasilkan eksudat)
Virus Epstein Barr : faringitis dengan eksudat
Rinovirus : timbul gejala rinitis
Manifestasi Klinis :
1. demam disertai rinorea
2. mual dan muntah
3. sulit menelan dan nyeri tenggorok
4. faring dan tonsil hiperemis
Terapi :
1. Istirahat dan minum cukup
2. kumur dengan air hangat
3. analgetik dan tablet hisap bila perlu
4. pada infeksi herpes simpleks diberikan metosoprinal
Dewasa : 60-100 mg , 4-6 kali sehari
Anak : <5 tahun 50 mg, 4-6 kali sehari
Faringitis Kronik
Faktor predisposisi : rinitis kronik, sinusitis, rokok, minum alkohol,
sering bernapas melalui mulut karena hidung tersumbat
Penatalaksanaan
1.Obat rinitis atrofi
2.Obat kumur dan simtomatik
Manifestasi Klinik :
1.Rasa gatal, kering, berlendir di tenggorok
2.Batu berdahak
3.Terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring
4.Kelenjar limfa di bawah mukosa faring hiperplasia
Penatalaksanaan :
1. dicari penyebab dan diobati penyakit kronik di hidung dan sinus
paranasal
2. terapi lokal dengan zat kimia ( albotil dan nitras argenti)
3. terapi simtomatik dengan obat hisap atau obat kumur, obat batuk
(antitusif dan ekspektoran)
4. Pemeriksaan Fisik
Pasien dengan tonsillitis akut seringkali datang dengan keluhan nyeri tenggorok,
disfagia, demam, limfadenopati sevikal. Tonsil dapat membesar atau tetap dalam
ukuran normal namun tampak eritematus. Dapat pula ditemukan eksudat pada
tonsil. Dengan inspeksi yang teliti akan nampak obstruksi pada kripta tonsil.
Seringkali pasien datang ketika fase akut telah mereda hingga pemeriksaan fisik
tidak menunjukkan banyak tanda yang membantu penegakan diagnosis. Tonsil
dapat nampak normal atau tampak adanya peritonsilar eritem, pembesaran
peritonsilar, pembesaran kelanjar getah bening servikal, tonsilolith, atau
pengurangan jumlah kripta tonsilar dengan permukaan yang halus mengkilat pada
tonsillitis kronis.
Untuk melakukan pemeriksaan fisik orofaring yang baik maka pasien diminta
untuk membuka mulutnya lebar-lebar dengan lidah tidak dijulurkan melainkan
diletakkan pada dasar mulut. Gunakan tongue spatle untuk menekan lidah bagian
anterior secara gentle untuk mencegah reflex muntah. Timbulnya refleks muntah
dan pendorongan lidah akan mengakibatkan tonsil bergerak ke arah medial dan
nampak sebagai pembesaran. Pasien diminta untuk mengucapkan ‘aaaa’ hingga
visualisasi daerah inferior tonsil nampak sekaligus memberikan gambaran
integritas palatum.
Pemeriksaan Penunjang
Terapi antibiotik pada tonsilitis kronis sering gagal dalam mengurangi dan
mencegah rekurensi infeksi, baik karena kegagalan penetrasi antibiotik ke dalam
parenkim tonsil ataupun ketidaktepatan antibiotik. Oleh sebab itu, penanganan
yang efektif bergantung pada identifikasi bakteri penyebab dalam parenkim tonsil.
Pemeriksaan apus permukaan tonsil tidak dapat menunjukkan bakteri pada
parenkim tonsil, walaupun sering digunakan sebagai acuan terapi, sedangkan
pemeriksaan aspirasi jarum halus ( fine needle aspiration/FNA) merupakan tes
diagnostik yang menjanjikan.
STEP V
Learning Objective
Bahan Belajar
Adapun bahan belajar yang digunakan oleh kelompok kami dalam menyelesaikan
Learning Objective ini adalah :
1. Laringitis Akut
Etiologi :
Bakteri radang lokal
Virus radang sistemik
Manifestasi Klinis :
- Penatalaksanaan :
1. istirahat bicara dan bersuara 2-3 hari
2. menghirup udara lembap, hindari rokok, makanan pedas dan rokok
3. antibiotik penisilin
4. dapat diberikan kortikosteroid dan mengatasi edema
5. dipasang pipa endotrakea atau trakeostomi bila terdapat sumbatan
laring
Laringitis Kronik
- Etiologi :
Sinusitis kronik
Deviasi septum berat
Polip hidung
Bronkitis kronis
Berteriak teriak, biasa berbicara keras
- Manifestasi Klinis :
Suara parau menetap, hemoptisis
Rasa tersangkut di tenggorok tidak ada sekret
Nyeri menelan, keadaan buruk
- Klasifikasi :
A. Laringitis Kronik Spesifik :
Tuberkulosis, ada 4 stadium :
o Stadium infiltrasi :
- mukosa laring pucat bagian posterior bengkak dan hiperemis
- di daerah submukosa terbentuk tuberkel berwarna kebiru-
biruan bila tuberkel membesar akan pecah timbul ulkus
o stadium ulserasi :
- ulkus membesar dasarnya ditutupi oleh perkijuan
- sangat nyeri oleh pasien
o stadium perikondritis :
- ulkus makin dalam mengenai kartilago laring dan epiglotis
- Diagnosis :
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboraturium
Foto rontgen toraks
Laringoskopi langsung atau tidak langsung
Pemeriksaan PA
- Terapi :
1. antituberkulosis primer dan sekunder
2. istirahat suara
2. a. Karsinoma Nasofaring
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher
yang terbanyak ditemukan di Indonesia. Hampir 60% tumor ganas kepala
dan leher merupakan karsinoma nasofaring, kemudian diikuti oleh tumor
ganas hidung dan sinus paranasal,laring, dan tumor ganas rongga
mulut,tonsil, hipofaring.
Etiologi :
◦ virus epstein-barr
◦ Faktor Lingkungan : asap, bahan kimia, bumbu masak
◦ Faktor genetik
Gejala :
◦ Nasofaring : epistaksis ringan, sumbatan hidung
◦ Gangguang telinga : Tinitus, otalgia
◦ Gejala mata : Saraf otak III,IV,VI,V
◦ Gejala Saraf : Saraf otak IX,X,XI,XII
Diagnosis
◦ Pemeriksaan CT-Scan kepala Leher
◦ Pemeriksaan Serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA
Terapi
◦ Radioterapi
◦ Diseksi Leher
◦ Kemoterapi
◦ Seroterapi
◦ Operasi Tumor (residu) atau kambuh (residif)
Pencegahan:
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat ti nggal di daerah
dengan risiko tinggi. Memindahkan penduduk dari daerah dengan
risiko tinggi ke tempat lainnya. Penerangan akan kebiasaan hidup
salah, mengubah cara memasak makanan untuk mencegah akibat yang
timbul dari bahan-bahan berbahaya.
• Etiologi
• Patologi
• Manifestasi klinis:
-Odonofagia
-Otalgia
-Regurgitasi
-Foetor ex ore
-Hipersalivasi
-Suara gumam
-trismus
• Pemeriksaan
• Penatalaksanaan
5. Pada anak lakukan anastesi umum lalu tonsilektomi setelah 2-3 minggu
drainase
Penyakit ini biasanya ditemukan pada anak yang berusia dibawah 5 tahun.
• Etiologi
- Infeksi ISPA – > menyebabkan limfadenitis retrofaring
• Manifestasi Klinis
• Penatalaksanaan
c. Angina Ludovici
Etiologi
Manifestasi klinis
- Nyeri tenggorokan dan leher
- Pembekakan submandinbula
- Dasar mulut bengkak sehingga menimbulkan sesak
Diagnosis
Penatalaksanaan
d. Abses Parafaring
Etiologi
- Trismus
Terapi
- Antibiotika dosis tinggi secara parenteal terhadap kuman aerob dan
anaerob
- Insisi dari luar dilakukan 2 setengah jari di bawah dan sejajar mandibula.
e. Abses submandibula
Etiologi
Terapi
- Evakuasi abses dengan anestesi lokal untuk abses dangkal atau eksplorasi
dalam narkosis bila letak abses dalam.