Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN


HIPERTENSI

OLEH :

NI MADE ANASARI (P07120216008)

KELAS 3A

TINGKAT III / SEMESTER V

D4 KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2018
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN MASALAH
HIPERTENSI

OLEH :

NI MADE ANASARI (P07120216008)

KELAS 3A

TINGKAT III / SEMESTER V

D4 KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2018
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka morbiditas dan angka kematian ( mortalitas ) (Adib, 2009).
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan
sistolik yang intermiten atau menetap.Pengukuran tekanan darah serial
150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun
memastikan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya
usia (Stockslager , 2008).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO
(World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal
adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia
dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90
mmHg.Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Rohaendi, 2008).

2. Penyebab / Faktor Predisposisi


Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi
essensial (primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%).
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya
penyakit lain. Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola
makan yang kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah
kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok
dan minum alkohol.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain
yang mendorong terjadinya hipertensi antara lain stress, kegemukan
(obesitas), pola makan, merokok (M.Adib,2009).
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti


penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah:
a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
d. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah :
a. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b. Kegemukan atau makan berlebihan
c. Stress
d. Merokok
e. Minum alcohol
f. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit


seperti Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut,
Tumor, Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma,
Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme,
Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan
karena Obat–obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid.
3. Pohon Masalah

Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin, Beban kerja jantung Aliran darah makin cepat
merokok, stress, kurang olahraga, genetic, keseluruh tubuh
alcohol, konsentrasi garam, obesitas sedangkan nutrisi dalam
sel mencukupi kebutuhan
Kerusakan vaskuler Hipertensi Tekanan iskemik darah
pembuluh darah

Metode koping tidak


Perubahan struktur Perubahan situasi Krisis situasional efektif

Penyumbatan Informasi yang Defisiensi Pengetahuan Ketidakefektifan


pembuluh darah minim koping

vasokontriksi Resistensi Nyeri kepala


pembuluh darah
otak
Resiko ketidakefektifan
Gangguan sirkulasi Otak Suplai O2 ke otak perfusi jaringan otak

ginjal Retina Pembuluh darah

Vasokontriksi pemb. Spasme arteriol


Darah ginjal sistemik Koroner

Blood flow darah Risiko Cedera Vasokontriksi Iskemia miokard

Respon RAA Penurunan curah Afterload Nyeri


jantung

Merangsang Fatigue
Aldosteron Kelebihan volume
cairan
Intoleransi aktivitas
Retensi Na
Edema

(Pohon Masalah Hipertensi)


(Amin Huda Nurarif, 2015)
4. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999):
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari
160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Sedangkan klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat
dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit
lain
Menurut Nurarif (2015) secara klinis derajat hipertensi dapat
dikelompokkan menjadi:
No. Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik
(mmHg)

1 Optimal < 120 < 80

2 Normal 120-129 80-84

3 High normal 130-139 85-89

4 Hipertensi

5 Grade 1 (ringan) 140-159 90-99

6 Grade 2 ( sedang) 160-179 100-109

7 Grade 3 ( berat) 180-209 110-119

8 Grade 4 ( sangat berat) >210 > 120

(Tabel 1. Derajat Hipertensi)


5. Gejala Klinis
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita
hipertensi yaitu: Sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas
setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat, mudah lelah,
penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air
kecil terutama di malam hari, telinga berdenging (tinnitus), vertigo,
mual, muntah, gelisah (Ruhyanudin, 2007).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak
memiliki gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang
mudah diamati antara lain yaitu : gejala ringan seperti, pusing atau sakit
kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah
marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat
ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar
darah dari hidung).

6. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah
Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau
disebabkan oleh hipertensi.
2. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
4. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
5. Hemoglobin/Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor
risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
6. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus
hipertensi) Dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin
(meningkatkan hipertensi).
8. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.
9. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
10. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya
pembentukan plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
11. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
12. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
13. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau
adanya diabetes.
14. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko
terjadinya hipertensi.
15. Foto dada
Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit
pada dan atau takik aorta, pembesaran jantung.
16. CT Scan
Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama
(Sodoyo, 2006).
7. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi tanpa obat
a. Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan
dianjurkan untuk menurunkan berat badannya sampai batas
normal.
b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)
mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram
natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai
dengan asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup).
c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi
karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah
keberbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.
e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau
kadar kolesterol darah tinggi.
f. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya
selama tekanan darahnya terkendali.
g. Teknik - teknik mengurangi stress
Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR
dengan cara menghambat respon stress saraf simpatis.
h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar
dari yang kita duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang
selama ini bekerja secara otomatis seperti; suhu badan, detak
jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur gerakannya.
2. Terapi dengan obat
a. Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf
simpatis sehingga mencegah naiknya tekanan darah, contohnya:
Metildopa 250 mg (medopa, dopamet), klonidin 0,075 & 0,15
mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg (serpasil, Resapin).
b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada
gilirannya menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10
mg (inderal, farmadral), atenolol 50, 100 mg (tenormin,
farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor).
c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot
pembuluh darah.
d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor
Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II
(zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).
Contoh: Captopril 12,5, 25, 50 mg (capoten, captensin,
tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase).
e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya:
nifedipin 5 & 10 mg (adalat, codalat, farmalat, nifedin),
diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes).
f. Antagonis Reseptor Angiotensin II
Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin
II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa
jantung. Contoh : valsartan (diovan).
g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat
urin) sehingga volume cairan tubuh berkurang, sehingga
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib, 2009;
Muttaqin, 2009).
8. Komplikasi
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya
gejala pada hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial
berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah komplikasi pada
organ sasaran seperti pada ginjal, mata,otak, dan jantung. Gejala-gejala
seperti sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai
gejala klinis hipertensi essensial. Pada survei hipertensi di Indonesia
tercatat gejala-gejala sebagai berikut: pusing, mudah marah, telinga
berdengung, mimisan(jarangan), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di
tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai
adalah: gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung,gangguan
fungsi ginjal, gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan
pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan,
gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah parah dan terjadi
komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan
pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup
dan pola makan. beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya
hidup tidak sehat. seperti kurang olah raga, stress, minum-minuman,
beralkohol, merokok, dan kurang istirahat. kebiasaan makan juga perlu
diqwaspadai. pembatasan asupan natrium (komponen utama garam),
sangat disarankan karena terbukti baik untuk kesehatan penderita
hipertensi.
Dalam perjalannya penyakit ini termasuk penyakit kronis yang
dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain :
a. Stroke
b. Gagal jantung
c. Gagal Ginjal
d. Gangguan pada Mata
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian secara Umum
1. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain:
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status
Mental, Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.

2. Riwayat atau adanya factor resiko


a. Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
b. Penggunaan obat yang memicu hipertensi
3. Aktivitas / istirahat
a. Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
b. Frekuensi jantung meningkat
c. Perubahan irama jantung
d. Takipnea
4. Integritas ego
a. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau
marah kronik.
b. Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang
berkaitan dengan pekerjaan).
5. Makanan dan cairan
a. Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam, kandungan
tinggi kalori.
b. Mual, muntah.
c. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau
menurun).
6. Nyeri atau ketidak nyamanan
a. Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
b. Nyeri hilang timbul pada tungkai.
c. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya.
d. Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem
1. Sirkulasi
a. Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner
atau katup dan penyakit cerebro vaskuler.
b. Episode palpitasi,perspirasi.
2. Eleminasi
a. Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau
obtruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.
3. Neurosensori
a. Keluhan pusing.
b. Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
4. Pernapasan
a. Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
b. Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
c. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
d. Riwayat merokok

2. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokontriksi, hifertrofi/ rigiditas ventrikuler, iskemia
miokard
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral dan iskemia
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema, peningkatan
cairan intravaskular
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
5. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan mekanisme
koping tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak
realistik.
6. Defisiensi pengetahuan mengenai konndisi penyakitnya
berhubungan dengan kurangnya informasi
7. Resiko ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak berhubungan dengan
turunya suplai O2 ke otak
8. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran/
penglihatan ganda (diplopia)

3. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan

curah Setelah
1. dilakukan asuhan NIC
Penurunan
jantung berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Monitor tekanan darah,nadi,
diharapkan tidak terjadi
dengan lima fungsi suhu, dan status pernafasan
penurunan curah jantung dengan
keluarga dengan tepat
criteria hasil:
2. Monitor irama dan dan
NOC tekanan jantung
3. Pertahankan aturan dan
1. Keefektifan pompa
prosedur yang sesuai dengan
jantung
keakuratan dan keamanan
2. Tekanan darah sistol dan
pemberian obat-obatan
diastole dalam rentang
4. Beritahukan klien mengenai
normal
jenis obat, alas an pemberian
3. Suara jantung normal
obat,hasil yang diharapkan
4. Kelelahan berkurang
dan efek lanjutan yang akan
5. Tanda-tanda vital dalam
terjadi sebelum pemberian
rentang normal
obat
5. Bantu klien dalam pemberian
obat
2. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan NIC

berhubungan dengan keperawatan selama 3x 24 jam 1. Observasi adanya petunjuk


diharapkan nyeri berkurang
lima fungsi keluarga nonverbal mengenai
dengan criteria hasil:
ketidaknyamanan
NOC 2. Gali pengetahuan dan
kepercayaan pasien
1. Beristirahat dengan
mengenai nyeri
nyaman/tidak gelisah
3. Bantu keluarga dalam
2. Tidak tampak ekspresi
mencari dan memberikan
wajah kesakitan
dukungan terkait nyeri
3. Frekuensi pernafasan
4. Berikan informasi mengenai
dalam batas normal
nyeri,seperti penyebab
(dewasa : 16-24 x/menit)
nyeri,berapa lama nyeri yang
4. Tekanan darah normal
dirasakan,dan antisipasi dari
(dewasa : 120/80mmHg)
ketidaknyamanan akibat
prosedur
5. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
6. Kolaborasi dengan
pasien,orang terdekat dan tim
kesehatan lainnya untuk
memilih dan
mengimplementasikan
tindakan penurun nyeri
nonfarmakologi sesuai
kebutuhan

volume Setelah
3. diberikan asuhan NIC
Kelebihan
cairan berhubungan keperawatan diharapkan pasien 1. Awasi denyut jantung, TD,
enunjukkan keseimbangan
dengan lima fungsi CVP.
volume cairan dengan kriteria
keluarga 2. Catat pemasukan dan
hasil :
pengeluaran secara akurat.
NOC 3. Awasi berat jenis urine.
1. Masukan dan haluaran 4. Timbang tiap hari dengan alat
seimbang. dan pakaian yang sama.
2. BB stabil. 5. Kaji kulit, wajah area
3. Tanda vital dalam rentang tergntung untuk edema.
normal (N:70-80x/menit, 6. Berikan obat sesuai indikasi
R:16-20x/menit, S:36- (diuretik).
37,2°C, T:120/80 mmHg)
4. Oedema tidak ada.
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan NIC

berhubungan dengan keperawatan selama 3x 24 jam 1. Pertimbangkan kemampuan


diharapkan tidak terjadi
lima fungsi keluarga klien dalam berpartisipasi
intoleransi aktivitas dengan
melalui aktivitas spesifik
criteria hasil:
2. Berkolaborasi dengan ahli
NOC terapis fisik, okupasi dan
terapis rekreasional dalam
1. Frekuensi nadi ketika
perencanaan dan pemantauan
beraktivitas tidak
program aktivitas, jika
terganggu
memang diperlukan
2. Frekuensi pernapasan
3. Bantu klien untuk memilih
ketika beraktivitas tidk
aktivitas dan pencapaian
terganggu
tujuan melalui aktivitas yang
3. Tekanan darah sistolik
konsisten dengan
ketika beraktivitas tidak
kemampuan fisik, fisiologis
terganggu
dan social
4. Tekanan diastolik ketika
4. Instrusikan pasien dan
beraktivitas tidak
keluarga untuk
terganggu
melaksanakan aktivitas yang
5. Menunjukkan kemampuan
diinginkan maupun yang
untuk menyelesaikan tugas
telah diresepkan
sehari-hari
5. Fasilitasi aktivitas pengganti
pada saat klien memiliki
keterbatasan waktu, energi,
maupun pergerakan dengan
cara berkonsultasi kepada
terapis fisik, okupasi dan
terapis rekreasi
6. Bantu dengan aktivitas fisik
teratur
7. Ciptakan lingkungan yang
aman untuk dapat melakukan
pergerakan otot secara
berkala sesuai dengan
indikasi
5. Setelah dilakukan asuhan NIC
Ketidakefektifan
koping individu keperawatan selama 3x 24 jam 1. Bantu pasien dalam
berhubungan dengan diharapkan tidak terjadi mengidentifikasi tujuan
ketidakefektifan koping dengan
lima fungsi keluarga jangka panjang dan jangka
criteria hasil:
pendek yang tepat
NOC 2. Bantu pasien untuk
menyelesaikan masalah
1. Mampu mengidentifikasi
dengan cara yang konstruktif
pola koping yang efektif
3. Dukung pasien untuk
2. Mencari informasi
mengidentifikasi deskripsi
terpercaya tentang
yang realistic terhadap
diagnosis
adanya perubahan dalam
3. Menghindari situasi
peran
stress yang terlalu
4. Dukung verbalisasi
banyak
perasaaan,persepsi dan rasa
4. Mencari informasi
takut
terpercaya tentang
pengobatan
5. Dukung keterlibatan
keluarga secara tepat
6. Instruksikan pasien untuk
menggunakan teknik
relaksasi sesuai dengan
kebutuhan
6. Setelah dilakukan asuhan NIC
Defisiensi
keperawatan selama 3x 24 jam
pengetahuan
mengenai konndisi diharapkan tidak terjadi 1. Targetkan sasaran dalam
defisiensi pengetahuan dengan
penyakitnya kelompok beresiko tinggi
berhubungan dengan criteria hasil: dan rentang usia yang akan
lima fungsi keluarga NOC mendapat manfaat besar dari
pendidikan kesehatan
1. Kisaran normal untuk
2. Berikan ceramah untuk
tekanan darah sistolik
menyampaikan informasi
2. Kisaran normal untuk
terkait hipertensi
tekanan darah diastolic
3. Tekankan pentingnya pola
3. Mengetahui komplikasi
makan yang
potensial hipertensi
sehat,tidur,olahraga dan lain-
4. Penggunaan yang benar
lain bagi individu dan
dari obat yang diberikan
keluarga
4. Sediakan materi informasi
kesehatan tertulis yang
mudah dipahami
5. Evaluasi pemahaman pasien
dengan meminta pasien
mengulangi kembali
menggunakan kata-kata
sendiri atau memperagakan
keterampilan
7. Setelah dilakukan asuhan NIC
Resiko
keperawatan selama 3x 24 jam
ketidakefektifan 1. Monitor tanda-tanda vital
Perfusi Jaringan Otak diharapkan tidak terjadi 2. Evaluasi perubahan tekanan
berhubungan dengan penurunan curah jantung dengan darah
criteria hasil:
lima fungsi keluarga 3. Identifikasi metode pasien
NOC dalam menangani stress
4. Lakukan terapi relaksasi
1. Keefektifan pompa
5. Bangun hubungan saling
jantung
mendukung antara pasien
2. Tekanan darah sistolik
dan keluarga
dan diastolic dalam
rentang normal
3. Nilai rata-rata tekanan
darah normal
4. Tidak terdapat tanda-
tanda kelesuan

cedera Setelah
8. diberikan asuhan NIC
Risiko
berhubungan dengan keperawatan di harapkan pasien 1. Jauhkan dari benda-benda
tidak mengalamin cidera dengan
lima fungsi keluarga tajam
kriteria hasil:
2. Berikan penerangan yang
NOC
cukup
1. Pasien tidak mengalami
3. Usahakan lantai tidak licin
cidera
dan basah
4. Pasang side rail
5. Anjurkan pada keluarga
pasien untuk selalu menemani
pasien dalam beraktivitas

(NANDA, 2015., Bulechek, GM. Butcher, HK. Dochterman, JM. Wagner, CM.
2016., Moorhead,S. Johnson, L. Maas, ML. Swanson, E. 2016.)
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dilakukan berdasarkan intervensi yang sudah ditetapkan.

5. EVALUASI
Menurut Poer. (2012), proses evaluasi dibagi menjadi 2 tahap yaitu:
a. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
b. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsis analisis mengenai
status kesehatan klien terhadap waktu)
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung
dan Stroke. Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka

Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights

Herdman, T.H. 2015-2017. NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan:


definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC

Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L. Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes


Classification (NOC). Singapore: Elsevier Global Rights

Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

Nurarif, Amin H. Dan Hardhi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC Jilid II. Yogyakarta:
Mediaction
Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai