OLEH :
KELAS 3A
D4 KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN MASALAH
HIPERTENSI
OLEH :
KELAS 3A
D4 KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI
Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin, Beban kerja jantung Aliran darah makin cepat
merokok, stress, kurang olahraga, genetic, keseluruh tubuh
alcohol, konsentrasi garam, obesitas sedangkan nutrisi dalam
sel mencukupi kebutuhan
Kerusakan vaskuler Hipertensi Tekanan iskemik darah
pembuluh darah
Merangsang Fatigue
Aldosteron Kelebihan volume
cairan
Intoleransi aktivitas
Retensi Na
Edema
4 Hipertensi
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah
Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau
disebabkan oleh hipertensi.
2. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
4. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
5. Hemoglobin/Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor
risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
6. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus
hipertensi) Dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin
(meningkatkan hipertensi).
8. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.
9. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
10. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya
pembentukan plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
11. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
12. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
13. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau
adanya diabetes.
14. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko
terjadinya hipertensi.
15. Foto dada
Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit
pada dan atau takik aorta, pembesaran jantung.
16. CT Scan
Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama
(Sodoyo, 2006).
7. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi tanpa obat
a. Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan
dianjurkan untuk menurunkan berat badannya sampai batas
normal.
b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)
mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram
natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai
dengan asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup).
c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi
karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah
keberbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.
e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau
kadar kolesterol darah tinggi.
f. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya
selama tekanan darahnya terkendali.
g. Teknik - teknik mengurangi stress
Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR
dengan cara menghambat respon stress saraf simpatis.
h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar
dari yang kita duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang
selama ini bekerja secara otomatis seperti; suhu badan, detak
jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur gerakannya.
2. Terapi dengan obat
a. Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf
simpatis sehingga mencegah naiknya tekanan darah, contohnya:
Metildopa 250 mg (medopa, dopamet), klonidin 0,075 & 0,15
mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg (serpasil, Resapin).
b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada
gilirannya menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10
mg (inderal, farmadral), atenolol 50, 100 mg (tenormin,
farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor).
c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot
pembuluh darah.
d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor
Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II
(zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).
Contoh: Captopril 12,5, 25, 50 mg (capoten, captensin,
tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase).
e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya:
nifedipin 5 & 10 mg (adalat, codalat, farmalat, nifedin),
diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes).
f. Antagonis Reseptor Angiotensin II
Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin
II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa
jantung. Contoh : valsartan (diovan).
g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat
urin) sehingga volume cairan tubuh berkurang, sehingga
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib, 2009;
Muttaqin, 2009).
8. Komplikasi
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya
gejala pada hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial
berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah komplikasi pada
organ sasaran seperti pada ginjal, mata,otak, dan jantung. Gejala-gejala
seperti sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai
gejala klinis hipertensi essensial. Pada survei hipertensi di Indonesia
tercatat gejala-gejala sebagai berikut: pusing, mudah marah, telinga
berdengung, mimisan(jarangan), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di
tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai
adalah: gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung,gangguan
fungsi ginjal, gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan
pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan,
gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah parah dan terjadi
komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan
pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup
dan pola makan. beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya
hidup tidak sehat. seperti kurang olah raga, stress, minum-minuman,
beralkohol, merokok, dan kurang istirahat. kebiasaan makan juga perlu
diqwaspadai. pembatasan asupan natrium (komponen utama garam),
sangat disarankan karena terbukti baik untuk kesehatan penderita
hipertensi.
Dalam perjalannya penyakit ini termasuk penyakit kronis yang
dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain :
a. Stroke
b. Gagal jantung
c. Gagal Ginjal
d. Gangguan pada Mata
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian secara Umum
1. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain:
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status
Mental, Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokontriksi, hifertrofi/ rigiditas ventrikuler, iskemia
miokard
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral dan iskemia
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema, peningkatan
cairan intravaskular
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
5. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan mekanisme
koping tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak
realistik.
6. Defisiensi pengetahuan mengenai konndisi penyakitnya
berhubungan dengan kurangnya informasi
7. Resiko ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak berhubungan dengan
turunya suplai O2 ke otak
8. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran/
penglihatan ganda (diplopia)
3. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
curah Setelah
1. dilakukan asuhan NIC
Penurunan
jantung berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Monitor tekanan darah,nadi,
diharapkan tidak terjadi
dengan lima fungsi suhu, dan status pernafasan
penurunan curah jantung dengan
keluarga dengan tepat
criteria hasil:
2. Monitor irama dan dan
NOC tekanan jantung
3. Pertahankan aturan dan
1. Keefektifan pompa
prosedur yang sesuai dengan
jantung
keakuratan dan keamanan
2. Tekanan darah sistol dan
pemberian obat-obatan
diastole dalam rentang
4. Beritahukan klien mengenai
normal
jenis obat, alas an pemberian
3. Suara jantung normal
obat,hasil yang diharapkan
4. Kelelahan berkurang
dan efek lanjutan yang akan
5. Tanda-tanda vital dalam
terjadi sebelum pemberian
rentang normal
obat
5. Bantu klien dalam pemberian
obat
2. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan NIC
volume Setelah
3. diberikan asuhan NIC
Kelebihan
cairan berhubungan keperawatan diharapkan pasien 1. Awasi denyut jantung, TD,
enunjukkan keseimbangan
dengan lima fungsi CVP.
volume cairan dengan kriteria
keluarga 2. Catat pemasukan dan
hasil :
pengeluaran secara akurat.
NOC 3. Awasi berat jenis urine.
1. Masukan dan haluaran 4. Timbang tiap hari dengan alat
seimbang. dan pakaian yang sama.
2. BB stabil. 5. Kaji kulit, wajah area
3. Tanda vital dalam rentang tergntung untuk edema.
normal (N:70-80x/menit, 6. Berikan obat sesuai indikasi
R:16-20x/menit, S:36- (diuretik).
37,2°C, T:120/80 mmHg)
4. Oedema tidak ada.
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan NIC
cedera Setelah
8. diberikan asuhan NIC
Risiko
berhubungan dengan keperawatan di harapkan pasien 1. Jauhkan dari benda-benda
tidak mengalamin cidera dengan
lima fungsi keluarga tajam
kriteria hasil:
2. Berikan penerangan yang
NOC
cukup
1. Pasien tidak mengalami
3. Usahakan lantai tidak licin
cidera
dan basah
4. Pasang side rail
5. Anjurkan pada keluarga
pasien untuk selalu menemani
pasien dalam beraktivitas
(NANDA, 2015., Bulechek, GM. Butcher, HK. Dochterman, JM. Wagner, CM.
2016., Moorhead,S. Johnson, L. Maas, ML. Swanson, E. 2016.)
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dilakukan berdasarkan intervensi yang sudah ditetapkan.
5. EVALUASI
Menurut Poer. (2012), proses evaluasi dibagi menjadi 2 tahap yaitu:
a. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
b. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsis analisis mengenai
status kesehatan klien terhadap waktu)
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung
dan Stroke. Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka
Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights