Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ALIRAN – ALIRAN FILSAFAT


(FILSAFAT UMUM)
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Umum
Dosen Pengampu : Moh. Hori M.Ag

Disusun Oleh :
Kelompok I / B Semester II
Hj. Yuliantini (2103 0802 16 1001)
Tiara Kirana (2103 0802 16 1027)

Program Studi Pendidikan Agama Islam


Fakultas Agama Islam
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pembahasan aliran – aliran filsafat merupakan penelahan salah satu


aspek sekaligus menyangkut dengan faham dan pandangan para ahli pikir dan
filosuf. Dari kajian ini para ahli melihat sesuatu atau menyeluruh, mendalam
dan sistematis. Para filsus menggunakan sudut pandang yang berbeda sehingga
menghasilkan filsafat yang berbeda pula. Antara aliran atau paham satu dengan
yang lainnya, ada yang saling bertentangan dan ada pula yang memiliki konsep
dasar yang sama. Akan tetapi meskipun bertentangan, bukanlah untuk saling
dipertentangkan. Justru dengan banyak aliran atau paham yang sudah
diperkenalkan oleh tokoh – tokoh filsafat, kita dapat memilih cara yang pas
dengan persoalan yang sedang kita hadapi.
Memahami sistem filsafat sesungguhnya menelusuri dan mengkaji
suatu pemikiran mendasar dan tertua yang mengawali kebudayaan manusia.
Suatu sistim, filsafat berkembang berdasarkan ajaran seorang atau beberapa
orang tokoh pemikir filsafat. Sistem filsafat sebagai suatu masyarakat atau
bangsa. Sistem filsafat amat ditentukan oleh potensi dan kondisi masyarakat
atau bangsa itu, tegasnya oleh kerjasama faktor dalam dan faktor luar. Faktor-
faktor ini diantaranya yang utama ialah sikap dan pandangan hidup, citakarsa
dan kondisi alam lingkungan. Apabila cita karsanya tinggi dan kuat tetapi
kondisi alamnya tidak menunjang, maka bangsa itu tumbuhnya tidak subur
(tidak jaya).Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri, selain memenuhi
kewajiban membuat tugas, adalah untuk memenuhi rasa ingin tahu dan
keterkaitan penulis terhadap bab aliran filsafat idealisme, materialisme,
eksistensialisme, monisme, dualisme, dan pluralisme.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat kami rumuskan masalah
sebagai berikut :
a. Bagaimanakah pengertian dari aliran empirisme, rasionalisme,
positivisme dan idealisme?
b. Siapa saja yang berperan dan paling berperan dalam aliran – aliran
filsafat tersebut?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

a. Untuk mengetahui pengertian dari aliran- aliran filsafat


b. Untuk mengetahui tokoh – tokoh yang berperan dalam aliran – aliran
tersebut
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

A. Empirisme

Kata ini berasal dari bahasa Yunani emoeiria, empeiros (berarti


berpengalaman dalam, berkenalaan dengan, terampil untuk).1 Empirisme
adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan
berasal dari pengalaman manusia. Berbeda dengan anggapan rasionalis yang
mengatakan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio. Paham ini berpendapat
bahwa indera atau pengalaman adalah sumber satu-satunya atau paling tidak
sumber primer dari pengetahuan manusia, sehingga pengenalan inderawi
merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna. Sumber ilmu
pengetahuan dalam teori empirisme adalah pengalaman dan penginderaan
inderawi.
Dalam sejarah filsafat, klaim empiris ialah tidak ada sesuatu dalam
pikiran yang mulanya tidak ada dalam indera. Hal tersebut mengandung makna
bahwa:
1. Sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam pengalaman
2. Semua ide (gagasan) merupakan abstraksi yang dibentuk lewat
menggabungkan apa yang dialami
3. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan
4. Akal budi tidak dapat memberikan tentang realitas tanpa acuan dari
pengalaman inderawi.2
Empirisme berpendirian bahwa pengetahuan dapat di peroleh melalui
indera. Indera memperoleh kesan-kesan dari alam nyata. Untuk kemudian

1
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta : Gramedia, 1997), cet. I, 197-198
2
Lorens bagus, Kamus Filsafat, opcit,
kesan-kesan tersebut berkumpul dalam diri manusia sehingga menjadi
pengalaman. Pengetahuan yang berupa pengalaman terdiri dari penyusunan dan
pengaturan kesan-kesan yang bermacam- macam.3
Kelemahan aliran ini cukup banyak, diantaranya yang pertama ialah
indera terbatas. Benda yang jauh kelihatan kecil. Apakah benda itu kecil?
Tidak. Ketebatasan kemampuan indera ini melaporkan bahwa tidak
sebagaimana adanya; dari sini akan membentuk pengetahuan yang salah.
Kemudian yang kedua ialah indera menipu. Pada orang sakit malaria, gula
rasanya pahit, udara panas dirasakan dingin. Ini juga akan menimbulkan
pengetahuan yang empiris. Yang ketiga ialah objek yang menipu, contohnya
ilusi. Kelemahan yang keempat ialah berasal dari indera atau objek sekaligus.
Yang mana mata (indera penglihatan) tidak dapat melihat keseluruhan seekor
kerbau tersebut, dan seekor kerbau tersebut juga tidak dapat memperlihatkan
seluruh anggota badannya. Andaikan saja ketika kita melihatnya dari depan,
kita hanya dapat melihat kepalanya saja yang mana kita tidak akan melihat
ekornya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa aliran ini lemah karena
keterbatasan indera atau objek tersebut. Maka dari itu aliran empirisme
sangatlah bertentangan dengan aliran rasionalisme.

B. Rasionalisme.

Rasionalisme adalah paham filsafat yang menyatakan akal (reason)


adalalah terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran
rasionalisme, sesuatu pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir.4 Rasio
adalah sumber kebenaran. Hanya pada rasio sajalah yang dapat membawa
orang kepada kebenaran.

3
Abd. Gafur, Filsafat Ilmu, (Malang: Kantor Jaminan Mutu (KJM) UIN Malang: 2007), 59
4
Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum dari Metodologi sampai Teofilosofi,
(Bandung, Pustaka Setia,2008), 247
Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh
pengetahuan, pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal yang dapat
memberikan bahan – bahan yang menyebabkan akal tersebut bekerja. Akan
tetapi untuk sampainya manusia kepada kebenaran adalah semata – mata
dengan akal. Laporan indera menurut rasionalisme merupakan bahan yang
belum jelas. Bahan ini kemudian dipertimbangkan oleh akal dalam pengalaman
berpikir. Akal membentuk bahan tersebut sehingga terbentuk pengetahuan yang
benar. Jadi akal bekerja karena bahan dari indera. Akan tetapi akal juga dapat
menghasilkan pengetahuan yang tidak berdasarkan bahan inderawi sama sekali,
jadi akal juga dapat menghasilkan pengetahuan tentang objek yang betul – betul
abstrak. 5
Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason)
adalah alat tepenting untuk memperoleh pengetahuan dan mengetes
pengetahuan. Jika empirisme mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh
dengan alam mengalami objek empiris. Maka rasionalisme mengajarkan bahwa
pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir. Alat dalam berpikir itu kaidah –
kaidah logis aau kaidah- kaidah logika.6
Ada dua macam rasionalisme yaitu dalam bidang agama dan bidang
filsafat. Dijelaskan bahwa bidang agama dalam rasionalisme ialah lawannya
autoritas, sedangkan dalam bidang filsafat lawannya ialah empirisme. Jelas
sekali perbedaanya karena di dalam agama rasionalisme mengkritik ajaran
agama dan bidang filsafat rasionalisme menjelaskan teori pengetahuan.
Meskipun antara rasionalisme dan empirisme bertetantangan namun kedua
aliran ini mampu bekerja sama yang mana menghasilkan scientific method dan
dari hasil metode ini timbulah scientific knowledge. Mengapa? Singkatnya
pengetahuan sains hanyalah pengetahuan yang logis – empiris saja.

5
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, (Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2013), 25
6
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra,127
Lanjutan dari pada rasionalisme dalam pengetahuan ialah aliran
positivisme.

C. Positivisme

Positivisme berasal dari kata “positif”. Kata positif sama artinya dengan
kata faktual, yaitu apa yang berdasarkan fakta – fakta. Menurut positivisme,
pengetahuan kita tidak pernah boleh melebihi fakta – fakta. Dalam filsafat
positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta positif yang diluar
fakta atau kenyataan yang dikesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan
ilmu pengetahuan.7 Positivisme adalah aliran yang beranggakpan bahwa
pengetahuan itu semata – mata berdasarkan pengalaman dan ilmu yang pasti.
Perbedaan pengalaman manusia akan menjadi perbedaan dalam menentukan
kebenaran, yang mana pada metafisik kebenaran bersifat abstrak.
Ajaran positivisme timbul pada abad ke 19 dan termasuk jenis filsafat abad
modern. Kelahirannya hamper bersamaan dengan empirisme. Kesamaan
diantara keduanya antara lain bahwa keduanya mengutamakan pengalaman.
Perbedaanya hanyalah positivisme membatasi diri pada pengalaman yang
objektif, sedangkan empirisme menerima juga pengalaman batiniah atau
pengalaman yang subjektif.8
Jadi pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang khas berdiri
sendiri. Ia hanya menyempurnakan empirisme dan rasionalisme yang bekerja
sama. Dengan kata lain, ia menyempurnakan metode ilmiah (scientific method)
dengan memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran – ukuran. Jadi pada
dasarnya positivisme itu sama dengan rasionalisme dan empirisme.9

7
Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2010),182
8
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, (Yogyakarta, Kanisius, 1980), 110
9
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, 26
D. Idealisme

Idealisme berasal dari kata idea yang berarti sesuatu yang hadir dalam jiwa
dan isme yang berarti paham atau pemikiran. Sehingga idealisme adalah
doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dan fisik hanya dapat dipahami
danlam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan spirit (roh). Keyakinan ini
ada pada Plato.10
Idealisme mempunyai nama lain serba cita yang merupakan salah satu
aliran filsafat tradisional yang paling tua dan merupakan aliran ilmu filsafat
yang mengagungkan jiwa. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu
angan – angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap
bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap dan tidak mengalami
perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.
Alasan terpenting dari aliran ini adalah manusia menganggap roh atau sukma
lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari materi dari kehidupan manusia. Roh
itu dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya. Sehingga materi hanyalah
badannya, bayangan atau penjelmaannya saja.
Idealisme dapat di kelompokkan menjadi beberapa jenisnya. Yang mana
idealisme subjektif, idealisme objektif, idealisme personalisme, rasional, etis,
estetis, religious.

2.2 Tokoh – Tokoh Aliran Filsafat

A. Tokoh Empirisme ( John Locke – David Hume)

1. John Locke (1632-1704)


Ia lahir tahun 1632 di Bristol Inggris dan wafat tahun 1704 di Oates Inggris.
Ia juga ahli politik, ilmu alam, dan kedokteran. Pemikiran John termuat dalam
tiga buku pentingnya yaitu essay concerning human understanding, terbit tahun

10
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum,144
1600; letters on tolerantion terbit tahun 1689-1692; dan two treatises on
government, terbit tahun 1690. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap aliran
rasionalisme. Bila rasionalisme mengatakan bahwa kebenaran adalah rasio,
maka menurut empiris, dasarnya ialah pengalaman manusia yang diperoleh
melalui panca indera. Dengan ungkapan singkat Locke :
Segala sesuatu berasal dari pengalaman inderawi, bukan budi (otak). Otak
tak lebih dari sehelai kertas yang masih putih, baru melalui pengalamanlah
kertas itu terisi. Dengan demikian dia menyamakan pengalaman batiniah (yang
bersumber dari akal budi) dengan pengalaman lahiriah (yang bersumber dari
empiri)

2. David Hume (1711-1776)


Hume adalah pelopor para empiris, yang percaya bahwa seluruh
pengetahuan tentang dunia berasal dari indera. Menurut Hume, ada batasan-
batasan yang tegas tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui
persepsi indra kita. Namun terlepas dari berbagai kritik yang muncul,
pemikiran Hume umumnya merupakan wujud ekspresi dan sikap naturalism
dan skeptismenya. Dia sesungguhnya telah berupaya memberikan penjelasan
tentang sifat dasar alamiah manusia, yang tidak dapat diabsahkan oleh nalar.

B. Tokoh Rasionalisme

1. Descartes (1596-1650)
Descartes dianggap sebagai bapak aliran filsafat modern. Ia merupakan
filosof yang ajaran filsafatnya sangat populer, karena pandangannya yang
tidak pernah goyah, tentang kebenaran tertinggi berada pada akal atau rasio
manusia. Descartes menjelaskan kebenaran melalui metode keragu-raguan.
Dalam karyanya Anaxemens Discourse on Methode ada 4 hal yang harus
diperhatikan sebagai berikut :
1. Kebenaran baru dinyatakan sahih jika benar-benar indrawi dan
realitasnya telah jelas dan tegas (clearly and distincictly), sehingga tidak
ada keraguan apapun yang mampu merobohkannya.
2. Pecahkanlah setiap kesulitan atau masalah sampai sebanyak mungkin
sehingga tidak ada keraguan apapun yang mampu merobohkannya.
3. Bimbinglah pikiran dengan teratur (mulai dari yang sederhana atau
mudah diketahui sampai hal yang paling sulit atau kompleks).
4. Pencarian dan pemeriksaan harus dibuat dengan perhitungan yang
sempurna serta mempertimbangkan secara menyeluruh sehingga diperoleh
keyakinan bahwa tidak ada satupun yang terabaikan atau terlewatkan.

2. Spinoza (1632-1677)
Spinoza memiliki pemikiran bahwa kebenaran itu berpusat pada
pemikiran dan keluasan. Pemikiran adalah jiwa, sedangkan keluasan adalah
tubuh, yang ekstensinya berbarengan antara jiwa dan tubuh pada setiap
individu.11
Baruch Spinoza atau Benedictus de Spinoza merupakan salah satu
pengikut pemikiran Descartes yang menjadikan substansi sebagai tema pokok
dalam metafisika yang sampai saat ini dikenal dengan mazhab rasionalisme.
Spinoza menjawab pertanyaan-pertannyaan kebenaran dengan tentang sesuatu,
menggunakan metode deduksi matematis yang meletakkan definisi aksioma,
proposisi, kemudian berulang membuat pembuktian atau menyimpulkan.
Seperti Descartes, Spinoza juga mengatakan bahwa kebenaran itu
terpusat pada pemikiran dan keluasaan. Pemikiran adalah jiwa, sedangkan
keluasaan adalah tubuh yang eksistensinya berbarengan.

C. Tokoh Positivisme

11
Simon Petrus, L.Thahjadi, Petualang Intelektual, (Yogyakarta, Kanisius, 2004), 212
1. Auguste Comte (1798-1857)
Filsafat Positivisme diperkenalkan oleh Auguste Comte. Ia penganut
empirisme. Ia berpendapat bahwa indera itu amat penting dalm memperoleh
pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan
eksperimen.
Menurut Auguste Comte bahwa perkembangan pikiran manusia
terdapat tiga tahapan yaitu tahap teologis, tahap metafisis, dan tahap ilmiah atau
positif.

D. Tokoh Idealisme

1. Fichte ( 1762-1814)
Johann Gottlieb Fichte adalah filosof Jerman. Menurut Fichte, dasar
realitas adalah kemauan; kemauan inilah thing in itself-nya manusia.
Penampakan, menurut pendapatnya adalah sesuatu yang ditanam oleh Roh
Absolut sebagai penampakan kemauannya.Roh Absolut adalah sesuatu yang
berada di belakang kita; itu adalah Tuhan pada Spinoza. 12
2. Hegel (1770-1831)
Pusat filsafat Hegel adalah konsep Geist (roh atau spirit). Idealisme
Jerman memuncak pada George Wilhelm Friedrich Hegel. Walaupun usianya
lebih tua dibandingnkan Schelling sudah menjadi folosif terkenal. Konsep
filsafat Hegel seluruhnya adalah historis dan relative. Karena juga dipengaruhi
oleh pandangan – pandangan antropologi dan sosial modern. Ia mengatakan
bahwa yang benar adlah perubahan. Kunci filsafat Hegel terletak pada
pandanganya tentang sejarah.13
.

12
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, 147
13
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, 151-153
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a. Berdasarkan penjelasan diatas bahwa aliran filsafat ini berhubungan dengan


ilmu pengetahuan. Terutama aliran empirisme, rasionalisme, positivisme dan
idealisme. Aliran empirisme memandang bahwa pengetahuan ini bukanlah ada
pada kita, akan tetapi ada diluar pada diri kita. Aliran rasionalisme memandang
bahwa akal pikiran atau rasio adalah sebagai dasar pengetahuan manusia.
Aliran positivisme memandang bahwa pengetahuan ini lebih memberi tekanan
pada fakta, kepada bukti – bukti yang kongkrit ke sesuatu yang diverifikasi.
Sedangkan aliran idealisme memandang bahwa dunia ide dan gagasan
merupakan hakikat dari realitas yang mana pengetahuan dibentuk berdasarkan
ide – ide yang abstrak dan mengedepankan akal pikiran dan moral.
b. Tokoh – tokoh dalam aliran filsafat berbeda – beda. Pada aliran empirisme
tokohnya adalah John Locke dan David Hume yang mana mereka mempunyai
pemikiran untuk mendapat kebenaran maka harus diperoleh dari pengalaman.
Tokoh Rasionalisme adalah Descartes dan Spinoza yang mana pemikiran dari
tokoh ini adalah rasionalisme dapat diimplikasikan menggunakan kaidah –
kaidah logika yang bersifat pasti. Tokoh positivisme adalah Auguste Comte,
menurutnya positivisme kebenaran berdasarkan pengalaman aktualfisikal.
Terakhir, tokoh idealisme adalah Fitche dan Hegel, menurut mereka bahwa
aliran idealisme ini bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dengan
kaitan roh dan jiwa.

3.2 Saran

Kami dari kelompok pertama memberikan saran untuk kita semua bahwa untuk
tetap belajar demi menghidupkan khasanah pemikiran dari kalangan non muslim
dan muslim itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hakim, Atang, Beni Ahmad Saeban. 2008. Filsafat Umum dari Metodologi
sampai Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia

Bagus, Lorens. 1997. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia.

Ghafur, Abd. 2007. Filsafat Ilmu. Malang: Kantor Jaminan Mutu KJM UIN Malang.

Hadiwijono, Harun. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius.

Ihsan, Fuad. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Petrus, Simon, L.Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius.

Tafsir, Ahmad. 2010. Filsafat Umum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai