Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DOSEN
Suzanna Fabella Putri, S.ST, M.Kes
Disusun Oleh :
Ajeng Mutiara Nadika
Amanda Rhesy Hestiani Trisunu
Aulia Maulidiani
Balkis Safira
Dina Fenty Feroza Putri
Eri Nurjanah
Ersty Enggelista Effendi
Umatun Khasanah
2) Involusi Uterus
Segera setelah plasenta lahir, uterus mengalami
kontraksi dan retraksi ototnya akan menjadi keras sehingga
dapat menutup/menjepit pembuluh darah besar yang bermuara
pada bekas inplantasi plasenta. Proses involusi uterus terjadi
secara progressive dan teratur yaitu 1-2 cm setiap hari dari 24
jam pertama postpartum sampai akhir minggu pertama saat
tinggi fundus sejajar dengan tulang pubis. Pada minggu keenam
uterus kembali normal seperti keadaan sebelum hamil kurang
lebih 50-60 gram. Pada seksio sesarea fundus uterus dapat
diraba pada pinggir perut. Rasa tidak nyaman karena kontraksi
uterus bertambah dengan rasa nyeri akibat luka sayat pada
uterus terjadi setelah klien sadar dari narkose dari 24 jam post
operasi.
3) Endometrium
Dalam dua hari postpartum desidua yang tertinggal dan
berdiferensiasi menjadi 2 lapisan, lapisan superficial menjadi
nekrotik dan terkelupas bersama lochea. Sedangkan lapisan
basah yang bersebelahan dengan miometrium yang berisi
kelenjar tetap utuh dan merupakan sumber pembentukan
endometrium baru. Proses regenerasi endometrium berlangsung
cepat. Seluruhnya endometrium pulih kembali dalam minggu
kedua dan ketiga.
4) Cerviks, Vagina, Vulva, Perineum
Pada persalinan dengan seksio sesarea tidak terdapat
peregangan pada serviks dan vagina kecuali bila sebelumnya
dilakukan partus percobaan serviks akan mengalami
peregangan dan kembali normal sama seperti postpartum
normal. Pada klien dengan seksio sesarea keadaan perineum
utuh tanpa luka.
5) Lochea
Lochea adalah secret yang berasal dari dalam rahim
terutama luka bekas inplantasi plasenta yang keluar melalui
vagina. Lochea merupakan pembersihan uterus setelah
melahirkan yang secara mikroskopik terdiri dari eritrosit,
kelupasan desidua, sel-sel epitel dan bakteri yang dikeluarkan
pada awal masa nifas. Lochea dibagi berdasarkan warna dan
kandungannya yaitu :
a) Lochea Rubra
Keluar pada hari pertama sampai hari ketiga
postpartum. Warna merah terdiri dari darah, sel-sel desidua,
vernik caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa-sisa
selaput ketuban.
b) Lochea Serosa
Mengandung sel darah tua, serum, leukosit dan sisa-sisa
jaringan dengan warna kuning kecoklatan, berlangsung hari
keempat dan kesembilan postpartum. c) Lochea Alba
5. Faktor Predisposisi
a. Faktor predisposisi infeksi postpartum
1) Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh,
seperti perdarahan, dan kurang gizi atau malnutrisi
2) Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama.
3) Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan
lahir.
4) Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan dara
5) Anemia, higiene, kelelahan
6) Proses persalinan bermasalah :
7) Partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik,
kurang baiknya proses pencegahan infeksi, manipulasi yang
berlebihan, dapat berlanjut ke infeksi dalam masa nifas.
b. Cara Terjadinya infeksi
1) Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan
pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang
sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain
ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke
dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
2) Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena
kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan
dokter atau petugas kesehatan lainnya. Oleh karena itu, hidung
dan mulut petugas yang bekerja di kamar bersalin harus ditutup
dengan masker dan penderita infeksi saluran pernafasan
dilarang memasuki kamar bersalin.
3) Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen,
berasal dari penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi.
Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mana
termasuk kain-kain, alat-alat yang suci hama, dan yang
digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada
waktu nifas.
4) Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi
penting, kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
5) Infeksi Intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala
pada waktu berlangsungnya persalinan. Infeksi intraparum
biasanya terjadi pada waktu partus lama, apalagi jika ketuban
sudah lam pecah dan beberapakali dilakukan pemeriksaan
dalam. Gejal-gejala ialah kenaikan suhu, biasanya disertai
dengan leukositosis dan takikardia; denyut jantung janin dapat
meningkat pula. Air ketuban biasanya menjadi keruh dan
berbau. Pada infeksi intra partum kuman-kuman memasuki
dinding uterus pada waktu persalinan, dan dengan melewati
amnion dapat menimbulkan infeksi pula pada janin.
6. Patofisiologi
Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi reaksi
umum. Pada infeksi dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf dan
metabolik pada saat itu terjadi reaksi ringan limporetikularis diseluruh
tubuh, berupa proliferasi sel fagosit dan sel pembuat antibodi (limfosit B).
Kemudian reaksi lokal yang disebut inflamasi akut, reaksi ini terus
berlangsung selama menjadi proses pengrusakan jaringan oleh trauma.
Bila penyebab pengrusakan jaringan bisa diberantas, maka sisa jaringan
yang rusak disebut debris akan difagositosis dan dibuang oleh tubuh
sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reksi sel
fagosit kadang berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul
dalam suatu rongga membentuk abses atau bekumpul dijaringan tubuh
yang lain membentuk flegman (peradangan yang luas dijaringan ikat).
(Sjamsuhidajat, R, 1997 ).
.
7. Pathway infeksi postpartum.
Trauma persalinan,infeksi nosokomial
Peningkatan
Merangsang
suhu tubuh pegeluaran
mediator kimia
Demam tinggi
Merangsang sel-
sel disekitar luka
Takikardi anoreksia
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
8. Manifestasi Klinis
a. Peningkatan suhu
b. Takikardie.
c. Nyeri pada pelvis
d. Demam tinggi
e. Nyeri tekan pada uterus
f. Lokhea berbau busuk/ menyengat
g. Penurunan uterus yang lambat
h. Nyeri dan bengkak pada luka episiotomy
b) Tromboflebitis Femoralis
Definisi
Yaitu infeksi nifas yang mengenai vena – vena pada
tungkai, misalnya vena femoralis, vena poplitea dan vena
safvena.
Penilaian Klinik
1. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris
selama 7 -10 hari, kemudian suhu mendadak naik kira –
kira pada hari ke 10 – 20, yang disertai dengan
menggigil dan nyeri sekali.
2. Pada salah satu kaki yang terkena biasanya kaki kiri,
akan meberikan tanda – tanda sebagai berikut :
a. Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi ke
luar serta sukar bergerak, lebih panas dibanding
dengan kaki lainnya.
b. Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki
terasa tegang dank eras pada paha bagian atas.
c. Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.
d. Reflektorik akan terjadi spasus arteria sehingga
kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri dan
dingin, pulsasi menurun.
e. Edema kadang – kadang terjadi sebelum atau
setelah atau setelah nyeri dan pada uumnya
terdapat pada paha bagian atas, tetapi lebih sering
dimulai dari jari – jari kaki dan pergelangan kaki,
kemudian meluas dari bawah ke atas.
f. Nyeri pada betis, yang akan terjadi spontan atau
dengan memijit betis atau dengan meregangkan
tendo akhiles ( tanda Homan ).
Penanganan
1. Perawatan.
Kaki ditinggikan untuk mengurangi edema, lakukan
kompres pada kaki. Setelah mobilisasi kaki hendaknya
tetap dibalut elastik atau memakai kaos kaki panjang
yang elastic selama mungkin.
2. Mengingat kondisi ibu yang sangat jelek, sebaiknya
jangan menyusui.
3. Terapi medik : pemberian antibiotika dan analgetik.
12. Komplikasi
a. Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)
b. Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan
resiko terjadinya emboli pulmoner.
c. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri
di dalam darah. Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang
berat dan bahkan kematian.
13. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
1) Masa Persalinan
a) Hindari pemeriksaan dalam berulang, lakukan bila ada
indikasi dengan sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah
pecah.
b) Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
c) Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat
harus suci hama.
d) Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik
pervaginam maupun perabdominal dibersihkan, dijahit sebaik-
baiknya dan menjaga sterilitas.
e) Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan
dengan penderita harus terjaga kesuci-hamaannya.
f) Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang
hilang harus segera diganti dengan transfusi darah.
g) Masa Nifas
h) Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi,
begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan
dengan alat kndung kencing harus steril.
i) Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam
ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat.
j) Tamu yang berkunjung harus dibatasi.
http://webforum.plasa.com/archive/index.php/t-39873.html
http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/01/askep-nifas-pada-ibu-dengan-infeksi.html
http://www.scribd.com/doc/6502571/Infeksi-nifas
http://195.154.243.168./sd.php/sc/1556260INjl2ODQyMWM/infeksi-post-partum.pdf