Anda di halaman 1dari 5

Kelas : 1 M D3 Pajak

Nama : Bagas Anindito

I. 1. Kurva tersebut menunjukkan kombinasi output , dalam hal ini gandum dan komputer, yang
mungkin dihasilkan oleh perekonomian dengan faktor produksi dan teknologi produksi yang ada.
Perekonomian dapat menghasilkan berbagai kombinasi output pada atau di dalam kurva.

2. Kemiringan garis kurva PPF menunjukkan opportunity cost (Kehilangan kesempatan memproduksi
suatu barang akibat memilih memproduksi barang lain)

3. Yang bisa dilakukan untuk menggeser kurva ke arah luar adalah dengan penambahan faktor
produksi atau peningkatan sumber daya. Bisa juga dengan adanya penemuan teknologi baru yang
memungkinkan penggunaan sumber daya secara lebih efisien sehingga produk yang dihasilkan akan
lebih banyak. Seperti dijelaskan dalam gambar bahwa kurva PPF awal adalah G1 dan K1 kemudian
karena ada peningkatan sumber daya, kurva PPF menjadi G2 dan K2.

4. Karena dalam dunia nyata biaya kesempatannya meningkat atau semakin besar sehingga bentuk
kurva PPF menjadi cembung. Ketika para pekerja di produksi gandum sudah sangat ahli maka mereka
mempunyai opportunity cost yang besar apabila mereka dipaksa untuk berubah menjadi pekerja di
produksi komputer begitupun sebaliknya. Kemiringan garis kurva PPF yang berbentuk cembung
berarti juga opportunity cost disetiap titik berbeda – beda.
II. 1. Kemiringan garis budget line bernilai 2 pepsi per pizza.

2. Kemiringan garis budget line menunjukkan harga relatif kedua barang (Harga salah satu barang
dibandingkan dengan harga barang lain) . Harga sebuah pizza besarnya 2 kali harga pepsi sehingga
opportunity cost 1 pizza adalah 2 pepsi.

3. Kurva indifference menunjukkan bundel konsumsi yang membuat konsumen senang. Maksudnya
kurva indifference menunjukkan kombinasi pizza dan pepsi yang membuat konsumen sama puasnya.
Jadi di setiap titik yang berbeda pada kurva indifference menunjukkan kepuasan yang sama.

4. Kemiringan garis kurva indifference menunjukkan tingkat di mana konsumen bersedia untuk
mengganti satu barang dengan barang lainnya (Tingkat substitusi marginal) . Dalam soal ini, tingkat
substitusi marginal mengukur berapa banyak pepsi yang dibutuhkan oleh konsumen agar dapat
mengompensasi kurangnya satu unit konsumsi pizza.

5. Kurva indifference berbentuk cekung karena tingkat substitusi marginal tidak sama di semua titik.
Tingkat di mana kosnumen bersedia menukarkan satu barang dengan barang lainnya bergantung pada
jumlah barang yang telah ia konsumsi. Sehingga tingkat di mana konsumen bersedia menukar pizza
untuk pepsi bergantung pada apakah ia lebih lapar atau lebih haus, yang kemudian bergantung pada
berapa banyak pizza dan pepsi yang telah ia miliki.

6. Bila harga pizza menjadi 5 rupiah (Dengan asumsi pendapatan tetap) maka budget line mengalami
pergeseran ke dalam, karena kenaikan harga barang mempersempit/menurunkan peluang pembelian
konsumen. Jika konsumen menghabiskan seluruh pendapatannya untuk pepsi maka harga pizza tidak
relevan sehingga titik A pada gambar tetap sama. Namun, jika konsumen menghabiskan seluruh
pendapatannya untuk pizza, sekarang ia hanya dapat membeli 12 pizza (Sebelumnya 15 pizza).
Dengan demikian ujung batasan anggaran bergeser dari titik B ke titik C. Kurva menjadi lebih curam
dan membuat harga relatif pizza terhadap pepsi lebih besar dari sebelumnya yaitu 1 pizza besarnya
2,5 kali harga pepsi. Hal ini membuat konsumen bergerak dari optimum awal ke optimum baru, yang
mengubah pembelian pepsi dan pizzanya. Sehingga konsumen akan mengurangi konsumsi pizza dan
meningkatkan konsumsi pepsi (Asumsi pizza dan pepsi adalah barang normal).

Bila harga pizza menjadi 6 rupiah maka budget line juga akan mengalami pergeseran ke dalam.
Karena harga pepsi tetap maka titik A pada gambar tetap sama. Namun, harga pizza berubah menjadi
6 rupiah. Oleh karena itu, jika pendapatannya dihabiskan seluruhnya untuk membeli pizza, konsumen
hanya dapat membeli 10 pizza. Harga relatif pizza terhadap pepsi menjadi lebih besar yaitu 1 pizza
sama dengan 3 kali harga pepsi. Oleh karena itu, konsumen akan bergerak dari optimum awal ke
optimum baru, yang mengubah pembelian pepsi dan pizzanya yaitu dengan mengurangi konsumsi
pizza dan meningkatkan konsumsi pepsi (Asumsi pizza dan pepsi adalah barang normal) .

7. Membuat kurva permintaan pizza dengan menghubungkan titik-titik optimum yang terbentuk
ketika harga pizza berubah – ubah. Seperti contoh ketika harga pepsi 4 rupiah, 5 rupiah dan 6 rupiah
titik optimum berturut-turut ada di titik E1, E2 dan E3. Jika kita menghubungkan ketiga titik tersebut
maka terciptalah kurva permintaan pizza.
III. 1. Kurva permintaan bentuknya menurun ke kanan karena menunjukkan harga yang lebih tinggi
mengurangi jumlah barang yang diminta, begitupun sebaliknya, ketika harga lebih rendah maka hal
tersebut menaikan jumlah barang yang diminta. Hal ini menunjukkan jumlah barang yang diminta
dan harganya bergerak pada arah yang berlawanan (Berhubungan negatif).

2. Kurva penawaran bentuknya naik ke atas karena menunjukkan harga yang lebih tinggi
meningkatkan barang yang ditawarkan, begitupun sebaliknya, ketika harga lebih rendah maka hal
tersebut menurunkan jumlah barang yang ditawarkan. Hal ini menunjukkan jumlah barang yang
ditawarkan dan harganya bergerak dengan arah yang sama (Berhubungan positif).

3. Surplus konsumen adalah jumlah yang ingin dibayar oleh konsumen untuk sebuah barang dikurangi
dengan jumlah yang sebenarnya dibayarkan untuk barang tersebut.
Surplus produsen adalah jumlah yang dibayarkan oleh penjual untuk suatu barang dikurangi dengan
biaya produksi. Surplus produsen mengukur keuntungan kepada penjual yang berkiprah di pasar.

4. Pajak yang dikenakan pada suatu barang akan berdampak pada berkurangnya surplus produsen dan
surplus konsumen. Hal tersebut dikarenakan pajak membuat pembeli harus membayar lebih tinggi
dari harga sebelumnya dan penjual menerima keuntungan lebih sedikit dari sebelumnya. Hal ini juga
membuat turunnya surplus total yang timbul akibat pajak yang merusak pasar disebut dengan
kerugian beban baku (Deadweight Loss). Lebih jelasnya akan dijelaskan menggunakan gambar
berikut :
5. Apabila kurva permintaan sangat elastis maka produsen akan mengalami dampak pengurangan
surplus yang lebih besar daripada konsumen. Dengan kurva permintaan yang sangat elastis membuat
kerugian beban baku perpajakan menjadi semakin besar. Hal tersebut digambarkan dengan gambar
berikut:

Anda mungkin juga menyukai