Anda di halaman 1dari 5

Mewujudkan Pembelajaran Abad 21 dan HOTS

melalui Penguatan Keterampilan Proses Guru


dalam PBM
4 September 2018 19:51 Diperbarui: 4 September 2018 19:51

15168 1 0

Diimplementasikannya kurikulum 2013 (K-13) membawa konsekuensi guru yang harus


semakin berkualitas dalam melaksanaan kegiatan pembelajaran. Mengapa demikian? Karena
K-13 mengamanatkan penerapan pendekatan saintifik (5M) yang meliputi mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, menalar/ mengasosiasikan, dan mengomunikasikan.
Lalu optimalisasi peran guru dalam melaksanakan pembelajaran abad 21 dan HOTS (Higher
Order Thinking Skills).

Selanjutnya ada integrasi literasi dan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam proses
belajar mengajar (PBM). Pembelajaran pun perlu dilaksanakan secara kontekstual dengan
menggunakan model, strategi, metode, dan teknik sesuai dengan karakteristik Kompetensi
Dasar (KD) agar tujuan pembelajaran tercapai.

Pembelajaran abad 21 secara sederhana diartikan sebagai pembelajaran yang memberikan


kecakapan abad 21 kepada peserta didik, yaitu 4C yang meliputi: (1) Communication (2)
Collaboration, (3) Critical Thinking and problem solving, dan (4) Creative and Innovative.
Berdasarkan Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Krathwoll dan Anderson,
kemampuan yang perlu dicapai siswa bukan hanya LOTS (Lower Order Thinking Skills)
yaitu C1 (mengetahui) dan C-2 (memahami), MOTS (Middle Order Thinking Skills) yaitu
C3 (mengaplikasikan) dan C-4 (mengalisis), tetapi juga harus ada peningkatan sampai HOTS
(Higher Order Thinking Skills), yaitu C-5 (mengevaluasi), dan C-6 (mengkreasi).

Penerapan pendekatan saintifik, pembelajaran abad 21 (4C), HOTS, dan integrasi literasi dan
PPK dalam pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam rangka
menjawab tantangan, baik tantangan internal dalam rangka mencapai 8 (delapan) SNP dan
tantangan eksternal, yaitu globalisasi.

Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, maka guru sebagai ujung tombak pebelajaran harus
mampu merencanakan dan melaksanakan PBM yang berkualitas. Menurut Surya (2014:333)
proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah suatu bentuk interaksi antara pihak pengajar
dan pelajar yang berlangsung dalam situasi pengajaran dan untuk mencapai tujuan
pengajaran. Dalam interaksi itu akan terjadi proses komunikasi timbal balik antara pihak-
pihak yang terkait yaitu antara guru dan selaku pengajar dan siswa selaku pelajar.

Perilaku belajar yang terjadi pada pada diri siswa timbul sebagai akibat perilaku mengajar
pada guru yang terkait melalui melalui suatu bentuk komunikasi. Jenis komunikasi yang
terjadi dalam proses belajar mengajar disebut sebagai komunikasi instruksional yag
didalamnya terkait komunikasi dua arah antara pengajar dan pelajar. Oleh karena itu,
komunikasi jenis ini disebut sebagai komunikasi dialogis. Dengan komunikasi jenis ini,
terjadilah perilaku mengajar dan perilaku belajar yang saling terkait satu dengan yang lainnya
untuk mencapai tujuan insruksional.

Untuk mewujudkan pembelajaran abad 21 dan HOTS, guru harus memiliki keterampilan
proses yang baik dalam pembelajaran. Keterampian proses dapat diartikan sebagai
keterampilan guru dalam menyajikan pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman
belajar yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran berpusat kepada siswa
(student center), dan merangsang siswa untuk menyelesaikan masalah. Peran guru dalam
PBM bukan hanya sebagai sumber belajar, tapi juga sebagai fasilitator.

Menurut Azhar, keterampilan proses merupakan kemampuan siswa untuk mengelola


(memperoleh) yang didapat dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang memberikan
kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk mengamati, menggolongkan, menafsirkan,
meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, mengkomunikasikan hasil perolehan
tersebut.

Sedangkan menurut Conny Semiawan, pendekatan keterampilan proses adalah


pengembangan sistem belajar yang mengefektifkan siswa (CBSA) dengan cara
mengembangkan keterampilan memproses perolehan pengetahuan sehingga peserta didik
akan menemukan, mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan
nilai yang dituntut dalam tujuan pembelajaran khusus.

Menurut Mulyasa, (2006:70-92) ada 8 (delapan) keterampilan yang harus dimiliki oleh guru
untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, antara lain (1)
keterampilan bertanya, (2) memberikan penguatan, (3mengadakan variasi, (4) menjelaskan,
(5) membuka dan menutup pelajaran, (6) membimbing diskusi kelompok kecil, (7) mengelola
kelas, dan (8) mengajar kelompok kecil dan perorangan.

Keterampilan bertanya, antara lain keterampilan guru dalam menyampaikan pertanyaan


kepada siswa. Tujuannya untuk melakuan menguji pengetahuan dan pemahaman terhadap
materi tertentu, melakukan pendalaman, penelusuran, mengklarifikasi, menguji kemampuan
berpikir kritis siswa, serta kemampuan untuk menyelesaikan masalah. Pertanyaan bisa
disampaikan baik secara lisan ataupun tertulis.

Acuannya dan etikanya antara lain, pertanyaan yang disampaikan harus singkat, padat, dan
jelas, redaksinya dapat dipahami oleh siswa, dan mampu menarik perhatian siswa. Pertanyaan
harus menyebar, semua siswa diberi hak yang sama untuk menerima dan menjawab
pertanyaan guru, jangan diberikan kepada siswa-siswa tertentu saja.

Pertanyaan harus bersifat terbuka, jangan langsung ditujukan kepada siswa tertentu, pastikan
bahwa siswa siap menjawabnya, karena kalau diberikan kepada siswa yang tidak atau belum
siap, berpotensi akan mempermalukan siswa di hadapan teman-temannya. Pertanyaan juga
bukan diberikan untuk memberikan sanksi kepada siswa yang kurang memperhatikan materi
yang disampaikan oleh guru.

Keterampilan memberikan penguatan merupakan respon guru terhadap suatu perilaku yang
dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan dapat
dilakukan secara verbal atau non verbal. Secara verbal misalnya melalui kalimat "...oleh
karena itu, bapak/ibu ingin tegaskan kepada kalian bahwa...", "bapak/ibu akan ingin
menggarisbawahi bahwa...", "bapak/ibu ingin menekankan bahwa...", "tepat sekali apa yang
disampaikan oleh teman kalian tadi bahwa...", dan sebagainya.

Penguatan non verbal antara lain melaui gerakan mendekati peserta didik, acungan jempol,
raut wajah yang ikut meyakinkan penjelasan atau jawaban siswa, dan sebagainya. Penguatan
dapat dilakukan kepada individu, kelompok tertentu, atau kepada siswa secara keseluruhan.

Keterampilan melakukan variasi bertujuan agar pembelajaran berjalan menyenangkan dan


para siswa tetap memperhatikan penjelasan dari guru, dan agar tujuan pembelajaran.
Bentuknya, antara lain, variasi penggunaan model, srategi, metode dan teknik mengajar,
variasi alat raga/ media pembelajaran, variasi sumber belajar, variasi lokasi meja guru dan
siswa, variasi kelompok belajar, variasi nada suara (rendah, sedang tinggi), gerakan tubuh,
mimik wajah, tatapan mata, dan sebagainya. Untuk mengusir kebosanan, memusatkan atau
menarik perhatian siswa, guru juga sewaktu-waktu boleh melakuan ice breaker yang tetap
memiliki pesan pendidikan.

Kemampuan menjelaskan adalah kemampuan guru dalam mendeskripsikan secara lisan


tentang sebuah benda, keadaan, fakta, dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang
berlaku. Kemampuan menjelaskan sangat penting bagi guru, karena PBM biasanya
didominasi oleh penjelasan, baik menjelaskan materi pelajaran atau penjelasan instruksi kerja
yang harus dikerjaka oleh siswa.

Penjelasan guru yang baik antara lain; suaranya dapat didengar oleh siswa, nada suaranya
proporsional, tidak terlalu rendah, dan tidak terlalu tinggi, tidak berbelit-belit, menyampaian
ilustrasi dan penguatan yang tepat dan relevan dengan materi yang disampaikan.
Menggunakan alat peraga atau media pembelajaran untuk membantu memperjelas materi,
dan penggunaan bahasa tubuh yang tepat untuk membantu menegaskan sebuah penjelasan.

Kemampuan membuka dan menutup pembelajaran akan terlihat mulai dari gaya dan sikap
guru ketika mengajar. Kemampuan ini akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Porsinya biasanya 10% kegiatan awal, 80% kegiatan inti,
dan 10% kegiatan penutup. Deskripsi kegiatan pembelajaran sebelumnya sudah disusun
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan dilaksanakan pada saat tatap muka
dengan siswa di kelas.

Langkah-langkah kegiatan awal antara lain; guru mengucap salam, guru mengajak siswa
untuk berdoa, mengecek kehadiran siswa, mengecek kesiapan belajar siswa, menyampaikan
tujuan pembelajaran, dan menyampaikan apersepsi atau mengaitkan pembelajaran
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari saat itu.

Langkah-langkah kegiatan inti antara lain; guru menjelaskan materi, guru menerapkan model,
strategi, metode, dan teknik mengajar yang telah ditetapkan dalam RPP. Kegiatan inti
merupakan jantungnya pembelajaran. Disitulah pendekatan saintifik, pembelajaran abad 21,
HOTS, integrasi literasi dan PPK diterapkan. Walau skenarionya telah disusun dalam RPP,
tetapi dalam prakteknya dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi kelas. Oleh karena itu,
guru harus memiliki kepekaan dan cepat mengambil keputusan untuk menentukan strategi
pembelajaran yang akan digunakan.
Langkah-langkah kegiatan penutup antara lain; guru mengajak siswa untuk menyimpulkan
materi, melakukan refleksi, dan menyusun program tindak lanjut.

Kemampuan membimbing kelompok diskusi kelompok kecil maksudnya adalah kemampuan


guru dalam menyusun kelompok diskusi, mengatur dan mengendalikan jalannya diskusi.
Jumlah siswa dalam sebuah kelompok diskusi harus proporsional. Jangan terlalu sedikit dan
jangan terlalu banyak (antara 3-5 orang setiap kelompok), diupayakan jangan ada
penumpukan jenis kelamin siswa atau tingkat kemampuan siswa tertentu dalam sebuah
kelompok. Bentuklah kelompok secara variatif. Dipuayakan seorang siswa jangan hanya
bergabung dengan kelompok itu-itu lagi, supaya tidak terkesan ekslusif, melatih
kemampuannya berkomunikasi dan bersosialisasi dengan teman-teman yang beragam latar
belakang dan karakter.

Saat diskusi berlangsung, guru mengamati tiap kelompok, berkeliling, mendekati, dan
membimbing diskusi kelompok. Siapa tahu ada kelompok yang memerlukan bantuan atau
penjelasan dari guru. Guru pun harus cermat dalam mengatur waktu diskusi kelompok baik
ketika menyusun kelompok, mengerjakan tugas, dan presentasi kelompok.

Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru dalam menciptakan dan


mengendalikan suasana pembelajaran yang kondusif, baik pada aspek psikologis maupun
pada aspek lingkungan fisik. Pada aspek psikologis seperti mengecek kesiapan belajar siswa,
dan berkomunikasi serta berinteraksi dengan siswa, mengendalikan emosi, dan sebagainya.
Sedangkan pada aspek lingkungan, seperti menata ruang kelas, menata tempat duduk siswa,
dan memperhatikan kebersihan ruang kelas.

Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan maksudnya adalah harus mampu
mengajar siswa baik secara kelompok atau pun perseorangan serta menentukan strategi yang
tepat untuk melakukannya agar tujuan pembelajaran tercapai. Dalam hal menyampaikan
materi pelajaran, guru memperhatikan tingkat kemampuan berpikir siswa, dan memiliki
kepekaan terhadap kebutuhan dan keinginan siswa, karena pada dasarnya guru adalah
pelayanan dan fasilitator bagi siswa untuk menguasai sejumlah kompetensi yang telah
ditetapkan sebelumnya.

Melalui berbagai pelatihan atau bimbingan teknis (bimtek) K-13 yang telah dilakukan selama
ini diharapkan mampu mengubah paradigma guru, juga meningkatkan kompetensi guru
dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik, pembelajaran abad 21 (4C), HOTS, integrasi
literasi dan PPK, dan pembelajaran kontekstual sebenarnya bukan hal yang baru bagi guru.
Secara sadar ataupun tidak sebenarnya sudah hal tersebut dilakukan, hanya dalam K-13 lebih
ditegaskan lagi untuk dilaksanakan pada PBM, dan hasilnya dilakukan melalui penilaian
otentik yang mampu mengukur ketercapaian kompetensi siswa. Wallaahu a'lam.

https://www.kompasiana.com/idrisapandi/5b8e7fcd12ae9436241aabf5/mewujudkam-
pembelajaran-abad-21-dan-hots-melalui-penguatan-keterampilan-proses-guru-dalam-pbm?page=1

Anda mungkin juga menyukai