BAB IV
BENDUNGAN UTAMA
4.1 UMUM
Berdasarkan pertimbangan ketersediaan material timbunan di sekitar lokasi
rencana bendungan, maka Bendungan Kuwil Kawangkoan direncanakan bertipe
urugan zonal dengan inti tegak. Bendungan pengelak hulu yang direncanakan
bertipe urugan zonal dengan inti miring, nantinya akan menjadi satu kesatuan
dengan tubuh bendungan utama.
Tinggi Jagaan
Tinggi jagaan yang diperhitungkan untuk bendungan utama terdiri dari :
Hw = tinggi gelombang karena angin.
Hs = peningkatan tinggi muka air karena angin.
dimana :
Hw = tinggi gelombang (ft)
V = kecepatan angin
= 100 mile/jam (untuk keadaan muka air normal)
= 50 mile/jam (untuk keadaan muka air banjir Q1000th)
F = jarak tiup angin (fetch) effektif (mile)
θ = +45
F .Cos.θ
i i
F= θ = −45
θ = +45
Cos.θ
θ = −45
i
= 7.925,16 m
= 16,90
F = 7.925,16 / 16,90
= 468,87 m
= 0,2913 mile
Hw = 2,6829 feet
= 0,818 m
- Untuk keadaan muka air banjir Q1000th
Hw = 2,4142 feet
= 0,736 m
V 2F
Hs = x cosA
1400 x D
dimana :
V = kecepatan angin
= 100 mile/jam (untuk keadaan muka air normal)
= 50 mile/jam (untuk keadaan muka air banjir Q1000th)
F = jarak tiup angin/ fetch (=0,2913 mile)
D = kedalaman air rata-rata sepanjang fetch effektif (ft)
= (46 + 15)/2 = 30,5 m
= 100,07 ft
A = sudut antara bidang tegak lurus sumbu bendungan dengan arah
gelombang (derajad)
= 30 ͦ (dari gambar)
1002 x 0,2913
Hs = x cos30 = 0,0180 feet = 0,0055 m
1400 x 100,07
50 2 x 0,2913
Hs = x cos30 = 0,0043 ft = 0,0013 m
1400 x 104,58
Vg2
Hr =
2g
dimana :
Vg = kecepatan gelombang (ft/det)
Vg = 5 + 2 Hd (Rumus Galard)
Hd = tinggi gelombang desain (ft)
= 1,3 x Hw
g = gravitasi
= 32,15 ft/det2
11,982
Hr = = 2,2304 feet = 0,680 m
2 x 32,15
11,282
Hr = = 1.9788 feet = 0,603 m
2 x 32,15
= 9,8 m/det2
0161x 1
He = 9,80 x 54 = 0,590 m
2 x 3,140
~ 2,900 m
Elevasi muka air HWL = El. 100,000 m
Elevasi puncak bendungan = El. 100,000 + 2,900
= El. 102.900 m
b =
5
x 65
3
b = 13,44 m
Dimana :
FRtot = faktor risiko total
FRk = faktor risiko pengaruh kapasitas waduk
Berdasarkan besarnya faktor risiko total, maka kelas risiko untuk desain
bendungan dapat ditentukan menurut Tabel IV-2, dan dengan kelas
risiko maka kriteria beban gempa untuk desain bendungan dapat
ditentukan berdasarkan pada Tabel IV-3 di bawah.
Sumber: Pedoman Konstruksi dan Bangunan Sipil, Analisis Dinamik Bendungan Urugan, SK
DirJen SDA No. 27/KPTS/D/2008, 31 Januari 2008
Sumber: Pedoman Konstruksi dan Bangunan Sipil, Analisis Dinamik Bendungan Urugan, SK
DirJen SDA No. 27/KPTS/D/2008, 31 Januari 2008
dimana:
ks = koefisien gempa pada kedalaman y m dari puncak bendungan
ko = koefisien gempa desain terkoreksi di permukaan tanah
y = kedalaman dari puncak bendungan (m)
H = tinggi bendungan (m)
Tabel IV-5 Nilai Percepatan Puncak Gempa di Permukaan Tanah Untuk Berbagai Periode Ulang
Lokasi : Bendungan Kuwil Kawangkoan Kawangkoan
(LU : 001 26' 31” ; BT : 124 55' 49”)
Periode Ulang
50 Tahun 100 Tahun 200 Tahun 500 Tahun 1000 Tahun 2500 Tahun 10000 Tahun
A. Jenis Tanah PBA FPGA PSA PBA FPGA PSA PBA FPGA PSA PBA FPGA PSA PBA FPGA PSA PBA FPGA PSA PBA FPGA PSA
B. Batuan 0,12 1 0,12 0,161 1 0,161 0,208 1 0,208 0,271 1 0,271 0,338 1 0,338 0,444 1 0,444 0,608 1 0,608
Tanah Sangat
C. 0,12 1,2 0,144 0,161 1,2 0,193 0,208 1,192 0,248 0,271 1,129 0,306 0,338 1,062 0,359 0,444 1 0,444 0,608 1 0,608
Padat
D. Tanah Sedang 0,12 1,56 0,187 0,161 1,479 0,238 0,208 1,385 0,287 0,271 1,258 0,341 0,338 1,162 0,393 0,444 1,056 0,469 0,608 1 0,608
E. Tanah Lunak 0,12 2,341 0,281 0,161 2,014 0,324 0,208 1,662 0,345 0,271 1,346 0,364 0,338 1,085 0,367 0,444 0,9 0,399 0,608 0,9 0,547
Sumber: Hasil hitungan berdasarkan ‘Online PGA Calculator ‘ dari Pusair (www.pusair-pu.go.id)
Keterangan:
PBA = Percepatan puncak di batuan dasar
PSA = Percepatan puncak di permukaan tanah
FPGA = Faktor amplifikasi tanah
Gambar 4.1 Peta Percepatan di Batuan dasar (SB) Untuk Periode Ulang 100 Tahun (Peta Zona
Gempa Indonesia 2010)
Gambar 4.2 Peta Percepatan di Batuan dasar (SB) Untuk Periode Ulang 10.000 Tahun (Peta Zona
Gempa Indonesia 2010)
(ii) Studi gempa yang dilakukan pada tahun 1984 oleh Konsultan Motor
Columbus dalam Studi Kelayakan PLTA Tanggari II.
Hasil studi:
• Menentukan percepatan gempa horisontal sebesar 0,27 g atau
setara dengan gempa MCE untuk perencanaan PLTA Tanggari II.
Nilai di atas lebih kecil dari gempa MDE (periode ulang 10000
tahun) yang dihitung berdasarkan Peta Hazard Gempa 2010),
yaitu sebesar 0,608 g.
• Metode ini dianggap berlebihan untuk PLTA run-off-river dengan
menggunakan gempa MCE.
(iii) Studi gempa tahun 1992 oleh Konsultan Indra Karya bekerjasama
dengan Sir William Halcrow dan Nippon Koei untuk desain PLTA
Tanggari II.
Hasil studi:
• Percepatan gempa horisotal untuk periode ulang 500 tahun
dengan teori Gumbel diperoleh sebesar 0,1 g. Nilai ini lebih kecil
bila menggunakan Peraturan Beban Gempa dari Dep.PU yaitu
sebesar 0,15 g.
• Menetapkan percepatan gempa horisontal sebesar 0,15 g dipakai
untuk perencanaan tanpa disertai komponen gempa vertikal.
Material lempung
Contoh tanah lempung diambil 10 (sepuluh) sumur uji ( test pit) dari rencana
borrow area yang diperkirakan dapat dipakai sebagai material kedap air. Ada 4
lokasi borrow area, yaitu borrow area A, B dan C yang terletak di desa Kuwil di
sisi kiri Sungai Tondano, dan borrow area D di desa Kawangkoan di sisi kanan
Sungai Tondano. Jarak ke empat borow area tersebut sekitar 0,5 km sampai 1,5
km dari lokasi rencana bendungan.
Material pasir
Contoh material pasir sebagai filter halus diambil sebanyak 5 contoh pasir, dari 2
(dua) lokasi quarry, yaitu di Desa Sagerat dan di Desa Kawalat. Jarak tempat
pengambilan pasir ini sekitar 20 km dari lokasi rencana bendungan.
Material kerikil
Material kerikil sebagai filter kasar rencananya akan diambilkan dari dataran
aluvial Sungai Tondano di rencana daerah genangan. Apabila tidak mencukupi,
agregat kasar dapat diproduksi dari crushing batuan dari quarry Tateli,
Malalayang.
Material Batu
Material batu sebagai bahan pelindung terluar atau riprap direncanakan diambil
dari boulder sungai Tondano, dan apabila tidak mencukupi akan diambil dari
quarry di desa Tateli, Malayangan yang bejarak sekitar 35 km dari rencana lokasi
bendungan. 5 (lima) contoh batuan andesit dan basalt diambil untuk pengujian
laboratorium.
Material
1 2 3 4 5 6
No Parameter Simbol Unit
Inti Filter Random Filter Rip- Pondasi
Halus Batu Kasar Rap Batuan
Tuff
1 Berat isi kering d t/m3 1,32 1,18 1,85 1,70 1,90 1,21
(*) (*) (*) (**) (**) (*)
2 Berat isi basah t t/m3 1,78 1,26 1,91 1,85 2,00 1,58
(*) (*) (*) (**) (**) (*)
3 Sudut geser dlm
− Efektif ' 17 29 38,5 35 40 21,6
(*) (**) (*) (**) (**) (*)
− Total 14
(*)
4 Kohesi
− Efektif C’ t/m2 2,9 0 0,65 0 0 23,36
(*) (**) (*) (**) (**) (*)
− Total C t/m2 3,1
(*)
5 Koef.permeabilitas K cm/det 1x10-6 5x10-2 5x10-3 1x10-1 1x10-1 1x10-4
(*) (*) (**) (**) (**) (**)
Catatan:
Persentase
material lebih kecil
dari ayakan No.200
Katagori (0,075 mm),
Diskripsi tanah
tanah setelah Kriteria Filter
dasar
dasar disesuaikan
menjadi 100%
melewati saringan
No.4 (4,75 mm)
Utk tanah non-dispersif:
− D15F ≤ 9 D85B
Lanau halus − D15F 0,2 mm
1 85 dan lempung Utk tanah dispersif:
− D15F ≤ 6,5 D85B
− D15F 0,2 mm
Lanau, Utk tanah non-dispersif:
lempung, pasir − D15F ≤ 0,7 mm
2 40 - 85
lanauan, pasir Utk tanah dispersif:
lempungan − D15F 0,5 mm
• Utk tanah non-dispersif:
− D15F
40 − A
≤ x (4x D85 B) − 0,7mm
25
Lanau dan pasir + 0,7 mm
3 15 - 39 lempungan dan Dimana:
kerikil A = persentase lolos ayakan
No.200.
Bila 4 x D85B < 0,7 mm, di-
gunakan 0,7 mm.
• Utk tanah dispersif:
Gunakan 0,5 mm
D15F ≤ 4 x D85B setelah disesuaikan
4 < 15 Pasir dan kerikil menjadi 100% melewati saringan
No.4
(b) Persyaratan permeabilitas:
− D15F ≥ 5 x D15B
− D15F > 0,1 mm
Klasifikasi Tingkat
Test Pit Keterangan
Dispersifitas
TP-2 ND1 Non dispersive
TP-9 ND2 Non-dispersive
Gambar 4.4 Gradasi Tanah Dasar (Materia Inti Lempung) Setelah Disesuaikan Menjadi 100 %
Melewati Saringan No. 4 (Dia 4,75 mm).
arah horisontal (kh) dan arah vertikal (kv) tidak sama. Untuk tanah yang
dipadatkan cukup baik, biasanya kh = 5 kv atau kv = 0,2 kh.
Perkiraan garis preatik beserta kontur tekanan air pori Bendungan Kuwil
Kawangkoan untuk keadaan muka air tinggi normal (pada HWL El.
100,00 m) dan muka air banjir Q1000 th (pada FWL El. 102.20 m), masing-
masing dapat dilihat pada Gambar 4.7 dan Gambar 4.8.
b
y
e
h
SFm =
SFf =
dimana:
c = kohesi
ϕ = sudut geser dalam
u = tekanan air pori
W = berat bidang irisan/ pias dengan lebar b dan tinggi h
N = gaya normal pada dasar bidang irisan/ pias
D = beban luar
kW = beban gempa horisontal yang bekerja pada titik berat bidang
irisan
R = jari-jari lingkaran gelincir atau lengan momen gaya geser pada
dasar bidang irisan terhadap pusat lingkaran gelincir
f = jarak tegak lurus gaya normal pada dasar bidang irisan
terhadap titik pusat lingkaran gelincir
x = jarak mendatar titik pusat bidang irisan terhadap titik pusat
bidang gelincir
e = jarak vertikal titik pusat bidang irisan terhadap titik pusat
bidang gelincir
d = jarak tegak lurus gaya luar D terhadap titik pusat didang
gelincir
a = jarak tegak lurus resultante tekanan air luar terhadap titik pusat
bidang gelincir
A = resultante tekanan air luar
ω = sudut arah gaya luar terhadap bidang horisontal, diukur
berlawanan arah jarum jam dari sumbu x positif
α = sudut tangensial titik tengah dasar bidang irisan terhadap
bidang horisontal
Angka
FK Keamanan Keterangan
No. Kondisi y/H ks kv (FK)
syarat
Hulu Hilir Hulu Hilir
1. Sesaat setelah selesai
pembangunan, kondisi
tidak ada gempa,
1,30 - - 2,045 1,485 Aman Aman
tekanan air pori di inti
lempung 50% berat
tanah
2. Sesaat setelah selesai 0.25 0,098 -0,049 1,482 1,317 Aman Aman
pembangunan, kondisi
ada gempa (koef. 0.50 0,082 -0,041 1,573 1,224 Aman Aman
gempa 50% OBE), 1.20
0.75 0,075 -0,038 1,653 1,220 Aman Aman
tekanan air pori di inti
lempung 50% berat
tanah 1.00 0,068 -0,034 2,316 1,403 Aman Aman
3. Aliran langgeng
(steady flow) muka air
1.50 - - 2,970 2,312 Aman Aman
normal HWL El. 100.00
m, tidak ada gempa
4. Aliran langgeng 0.25 0,197 -0,098 1,210 1,525 Aman Aman
(steady flow) muka air
normal HWL El. 100.00 0.50 0,163 -0,081 1,287 1,558 Aman Aman
1,20
m, ada gempa 0.75 0,150 -0,075 1,343 1,602 Aman Aman
1.00 0,135 -0,068 2,087 1,569 Aman Aman
5. Pengoperasian waduk
surut cepat dari muka
air normal HWL El.
100,00 m ke muka air 1,30 - - 2,107 2,312 Aman Aman
minimum LWL El.
87.10 m, tidak ada
gempa
Angka
FK Keamanan Keterangan
No. Kondisi y/H ks kv (FK)
syarat
Hulu Hilir Hulu Hilir
1 Sesaat setelah selesai Tidak Tidak
0.25 0,310 -0,155 0,849 0,783
pembangunan, kondisi Aman Aman
ada gempa (koef.
gempa 50% MDE), Tidak Tidak
0.50 0,258 -0,129 0,929 0,781
tekanan air pori di inti Aman Aman
1.00
lempung 50%. Tidak
0.75 0,236 -0,118 1,013 0,805 Aman
Aman
Tidak
1.00 0,213 -0,106 1,513 0,982 Aman
Aman
2. Aliran langgeng Tidak Tidak
0.25 0,619 -0,310 0,301 0,616
(steady flow) muka air Aman Aman
normal HWL El. 100.00
m, ada gempa MDE Tidak Tidak
0.50 0,517 -0,258 0,306 0,616
Aman Aman
1,00
Tidak Tidak
0.75 0,471 -0,236 0,349 0,702
Aman Aman
Tidak Tidak
1.00 0,426 -0,213 0,793 0,648
Aman Aman
3. Pengoperasian waduk Tidak Tidak
1,00 0,25 0,619 -0,310 0,454 0,616
surut cepat dari muka Aman Aman
Vs = 103,5 m/det.
Vs / Vs maks = 103,5 / 139,2 = 0,74
G / Gmaks = (Vs / Vs maks)
2
= 0,742 = 0,55
c = 0,029 %(regangan geser, dari grafik hubungan antara G/Gmaks dan c)
D = 9,475 % (rasio redaman, dari grafik hubungan antara c dan D)
Cn = 0,803(faktor koreksi pengaruh rasio redamani, dari grafik hubungan D & Cn)
1 = 2,404 Vs / H (frekwensi alamiah utk. ragam ke-1)
= 2,404 x 103,5 / 77
= 3,23
T1 = 2 / 1 = 2 x / 3,83 (periode predominan ke-1)
= 1,94 deti
(Sa/ad)1 = 0,35 (dari grafik hubungan. T & Sa/ad utk pondasi
dilivium)
Sa1 = Cn x ad x (Sa/ad)1 (spektrum percepatan gempa ke-1)
= 0,803 x 0,608 x 0,35
= 0,17
2 = 5,520 Vs / H (frekwensi alamiah utk. ragam ke-2)
= 5,520 x 103,5 / 77
= 7,42
T2 = 2 / 2 = 2 x / 7,42 (periode predominan ke-2)
= 0,85 detik
(Sa/ad)2 = 1,25 (dari grafik hubungan. T & Sa/ad utk pondasi
dilivium)
Sa2 = Cn x ad x (Sa/ad)2 (spektrum percepatan gempa ke-2)
= 0,803 x 0,608 x 1,25
= 0,61
3 = 8,654 Vs / H (frekwensi alamiah utk. ragam ke-3)
= 8,654 x 103,5 / 77
= 11,63
T3 = 2 / 3 = 2 x / 11,63 (periode predominan ke-3)
= 0,54 detik
(Sa/ad)3 = 1,70 (dari grafik hubungan. T & Sa/ad utk pondasi
dilivium)
Sa3 = Cn x ad x (Sa/ad)3 (spektrum percepatan gempa ke-3)
= 0,803 x 0,608 x 1,70
= 0,83
(rata)ek = 0,195 x (H / Vs2) x Sa1 (regangan geser)
= 0,195 x (77 / 103,5 ) x 0,17
2
= 0,024 %
G/Gmaks = 0,592 (dari grafik hubungan antara G/Gmaks dan c)
Gb = 0,592 x Gmaks
= 0,592 x 3.516.820
= 2.081.254
Vsb = (Gb / )0,5 = (2.081.254 / 181,4)0,5
= 107,10 m/det.
((Vs-Vsb) / Vs)x100% = ((103,5 – 107,10) / 103,5 x 100%
= -3,48 % < 5 % Ok.
Ümaks = amaks = (2,56 Sa12 + 1,12 Sa22 + 0,74 Sa32)0,5
= (2,56 x 0,172 + 1,12 x 0,612 + 0,74 x 0,832)0,5
= 0,999 g
½
Kmaks/
Maknitudo FK amaks U Tinggi
Lereng y/H amaks Kmaks Ky Ky/Kmaks Ket.
Mw (FKsyarat=1) (g) (m) Jagaan
(*)
(m) (**)
0,25 0,301 0,999 0,950 0,949 0,252 0,266 0,392 3,000 Aman
0.50 0,312 0,999 0,750 0,749 0,220 0,294 0,333 3,000 Aman
6,5
0,75 0,352 0,999 0,585 0,584 0,214 0,366 0,232 3,000 Aman
1,00 0,788 0,999 0,475 0,474 0,343 0,723 0,031 3,000 Aman
Hulu
0,25 0,301 0,999 0,950 0,949 0,252 0,266 0,915 3,000 Aman
0.50 0,312 0,999 0,750 0,749 0,220 0,294 0,773 3,000 Aman
7,5
0,75 0,352 0,999 0,585 0,584 0,214 0,366 0,513 3,000 Aman
1,00 0,788 0,999 0,475 0,474 0,343 0,723 0,040 3,000 Aman
Kmaks/
½
Maknitudo FK amaks U Tinggi
Lereng
Mw
y/H
(FKsyarat=1) (g)
amaks Kmaks Ky Ky/Kmaks
(m)
Ket
(*)
Jagaan
(m) (**)
0,25 0,648 0,999 0,950 0,949 0,387 0,408 0,194 3,000 Aman
0,50 0,702 0,999 0,750 0,749 0,341 0,455 0,150 3,000 Aman
6,5
0,75 0,616 0,999 0,585 0,584 0,341 0,584 0,077 3,000 Aman
1,00 0,616 0,999 0,475 0,474 0,274 0,578 0,079 3,000 Aman
Hilir
0,25 0,648 0,999 0,950 0,949 0,387 0,408 0,398 3,000 Aman
0.50 0,702 0,999 0,750 0,749 0,341 0,455 0,302 3,000 Aman
7,5
0,75 0,616 0,999 0,585 0,584 0,341 0,584 0,135 3,000 Aman
1,00 0,616 0,999 0,475 0,474 0,274 0,578 0,141 3,000 Aman
Keterangan:
FK = Angka keamanan terhadap gelincir/longsor
amaks = Percepatan gempa maks.di puncak bendungan
(*) = Kmaks/amaks diperoleh dari grafik hubungan antara y/H dengan Kmaks/amaks
Kmaks = Percepatan gempa maksimum yang bekerja di pusat bidang gelincir.
Ky = Percepatan gempa kritis pada Faktor Keamanan (FK) = 1.
U = Alihan tetap, yang diperoleh dari grafik hubungan antara Ky/Kmaks dengan U
100 0
-400
80 200
-200
60 400
1.4973e-005 m³/sec
40 600
200
NOTA PERHITUNGAN TEKNIS
20 800
Elevasi (m)
0
-20
-40
-80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400 420 440 460
Jarak (m)
Catatan: Angka-angka di atas menunjukkan besarnya tekanan air pori dalam kPa
Sertifikasi Bendungan Kuwil Kawangkoan (Kabupaten Minahasa Utara)
Gambar 4.7 Garis Preatik dan Kontur Tekanan Air Pori Bendungan Kuwil-Kawangkoan
Kondisi Aliran Langgeng (Steady Seepage), Pada HWL El. 100,00 m
Halaman IV - 39
120
100
80
60
20
Elevasi (m)
0
-20
-40
-80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400 420 440 460
Jarak (m)
Catatan: Angka-angka di atas menunjukkan besarnya tekanan air pori dalam kPa
Sertifikasi Bendungan Kuwil Kawangkoan (Kabupaten Minahasa Utara)
Gambar 4.8 Garis Preatik dan Kontur Tekanan Air Pori Bendungan Kuwil-Kawangkoan,
Kondisi Muka Air Banjir 1000 Tahun, Pada FWL El. 102,20 m
Halaman IV - 40
NOTA PERHITUNGAN TEKNIS
Sertifikasi Bendungan Kuwil Kawangkoan (Kabupaten Minahasa Utara)
Kh
0.3 0.859 0.3
0.4 0.630 0.2
0.5 0.455 0.1
Ky = 0.252 1.000 0
0 1 0 0.5 1 1.5 2
0.252 1 Fk
0.252 0
y/H = 0,50
kh Fk 0.6
0.1 1.736 0.5
0.2 1.093 0.4
Kh
y/H = 0,75
kh Fk 0.6
0.1 1.735 0.5
0.2 1.065 0.4
Kh
y/H = 1,00
0.6
kh Fk
0.5
0.1 2.455
0.2 1.602 0.4
Kh
y/H = 0,25
0.6
kh Fk
0.1 1.940 0.5
0.2 1.514 0.4
Kh
0.3 1.207 0.3
0.4 0.971
0.2
0.5 0.787
0.1
Ky = 0.387 1.000
0 1 0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
0.387 1
0.387 0 Fk
y/H = 0,50
0.6
kh Fk
0.1 1.828 0.5
0.2 1.424 0.4
Kh
y/H = 0,75
0.6
kh Fk
0.1 1.825 0.5
0.2 1.422 0.4
Kh
Sumber: Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia 2010, Juli 2010.
Halaman IV - 43
Gambar 4.11 Magnitudo Maksimum dan Slip-Rate Sumber-Sumber Gempa
NOTA PERHITUNGAN TEKNIS
Sertifikasi Bendungan Kuwil Kawangkoan (Kabupaten Minahasa Utara)
FK = 4 Tanpa filter
2 Dengan filter
Ic =
dimana
FK = faktor keamanan
Ic = gradien keluar kritis
Iy = gradien keluaran dari hasil analisis rembesan
Gs = berat spesifik material zona inti
e = angka pori material zona inti
Dari hasil uji laboratorium untuk zona inti lempung, diperoleh:
Gs = 2,603
e = 0,978
2,603 − 1
Ic =
1 + 0,978
= 0,8104
Iy = 0,36284, sehingga:
0,8104
FK =
0,36284
= 2,23 Aman.
Gambar 4.12 Analisis Rembesan Bendungan Kuwil-Kawangkoan, Kondisi Aliran Langgeng HWL El. 100,00
m
S = 0,001 x H3/2
dimana:
S = penurunan total (m)
H = tinggi bendungan (=77 m)
S = 0,001 x 773/2
= 0,001 x 675,67
= 0,676 m
ΔH = x γ x H2 x T
dimana:
ΔH = penurunan pada puncak bendungan (m)
H = tinggi bendungan (=77 m)
γ = berat isi timbunan bendungan
T = koefisien penurunan (antara 0,3 ~ 0,5, diambil = 0,3)
ED = modulus deformation (ton/m2)
γ = 1,78 t/m2
Es = 300 kg/cm2 (modulus elastisitas zona inti lempung)
ΔH = x γ x H2 x T
1
ΔH = x 1,78 x 772 x 0,30
2x1500
= 1,05 m
Materi
al
No Parameter Simbol Unit
Filte Filter Random Toe Pondasi
Inti Rip-Rap
Halus Kasar Batu Drain Tuf
1 Berat isi basah t t/m3 1,78 1,26 1,85 1,91 1,85 2,000 1,79
2 Modulus
Es kg/cm3 300 390 600 800 700 2350 1910
elastisitas
3 Poisson ratio 0,37 0,34 0,33 0,33 0,32 0,30 0,37
105
100
95
Elevasi (El. m)
120 85
-0.69 -0.68 -0.67
100 -0.695 -0.685 -0.675
Vertkal Displacement (m)
80
60
40
20
Elevasi (m)
Sertifikasi Bendungan Kuwil Kawangkoan (Kabupaten Minahasa Utara)
-20
-40
-80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400 420 440 460
Jarak (m)
Gambar 4.13 Analisis Deformasi Bendungan Kuwil Kawangkoan Kondisi Aliran Langgeng HWL El.
Halaman IV - 50
100.000 m
NOTA PERHITUNGAN TEKNIS
Sertifikasi Bendungan Kuwil Kawangkoan (Kabupaten Minahasa Utara)
Dari hasil uji kelulusan air menunjukkan batuan tuf lapili dan tuf secara
umum mempunyai nilai permeabilitas antara 10-4 cm/det sampai 10-5
cm/det. Sedangkan nilai lugeon berkisar antara 0 sampai 10 dan hanya
pada lapisan atas yang berupa batuan lapuk kuat yang mempunyai nilai
lugeon lebih besar dari 10.
Untuk pondasi di bawah zona batu yang tidak memerlukan lapisan yang
kedap air, akan digali sampai lapisan aluvial endapan sungai namun
mempunyai daya dukung yang cukup tinggi.