Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan
dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik.
Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut. Berdasarkan daya hantar listriknya
(daya ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua macam, yaitu larutan
elektrolit dan larutan non elektrolit.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa saja tipe-tipe larutan?
1.2.2 Bagaimana sifat koligatif suatu larutan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Menjelaskan tipe-tipe larutan
1.3.2 Menjelaskan sifat kologatif suatu larutan

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil oleh penulis maupun pembaca makalah
ini ialah bagi penulis dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang
sifat fisik larutan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tipe Larutan


Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang terlarut. Misal : terdispersi secara molekular dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur. Karena molekul-molekul dalam pelarut
terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan,
umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang
baik jika larutan diencerkan atau dicampur. Bila zat A dilarutkan dalam air atau
pelarut lain akan menjadi tipe larutan sebagai berikut:
 Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang
terlarut.
 Larutan pekat, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang
terlarut.
 Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A
yang dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
 Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang
terlarut melebihi batas kelarutannya didalam air pada temperature tertentu.
Zat pelarut disebut juga solvent, sedangkan zat yang terlarut disebut solute.
Solvent yang biasa dipakai :
1) Air, untuk macam-macam garam.
2) Spirtus, misalnya untuk kamfer, iodium, menthol.
3) Gliserin, misalnya untuk tanin, zat samak, borax dan fenol.
4) Eter, misalnya untuk kamfer, fosfor dan sublimat.
5) Minyak, misalnya untuk kamfer dan menthol.
6) Parafin, liquidum, untuk cera, cetaceum, minyak-minyak, kamfer, menthol
dan klorbutanol.
7) Eter minyak tanah, untuk minyak-minyak lemak.

2.2 Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

2
Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua
atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat)
terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat
lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut
dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses
pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau
solvasi.
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut
dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam
perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau
dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa
satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million,
ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai
encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi).
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada
macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat
terlarut (konsentrasi zat terlarut). Hukum Roult merupakan dasar dari sifat
koligatif larutan. Keempat sifat itu ialah :
1. Penurunan tekanan uap relatif terhadap tekanan uap pelarut murni
2. Peningkatan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Gejala tekanan osmotik.
Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat
larutan nonelektrolit dan elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan
elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat
terlarut pada larutan nonelektrolit jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi
ion-ion, sesuai dengan hal-hal tersebut maka sifat koligatif larutan nonelektrolit
lebih rendah daripada sifat koligatif larutan elektrolit. Larutan merupakan suatu
campuran yang homogen dan dapat berwujud padatan, maupun cairan. Akan
tetapi larutan yang paling umum dijumpai adalah larutan cair, dimana suatu zat
tertentu dilarutkan dalam pelarut berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi
tertentu.

3
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan
sifat larutan itu sendiri. Namun sebelum itu kita harus mengetahui hal- hal berikut
:
 Molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan
gr 1000
M .
mr v(ml )

 Molal,yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg larutan


gr 1000
m .
mr p

 Fraksi mol, yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol zat
pelarut dan zat terlarut.
nt
Xt 
nt  np

a. Penurunan Teknan Uap


Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat dari cair menjadi
gas. Ada kecenderungan bahwa suatu zat cair akan mengalami penguapan.
Kecepatan penguapan dari setiap zat cair tidak sama, tetapi pada umumnya cairan
akan semakin mudah menguap jika suhunya semakin tinggi.
Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul cairan
untuk melepaskan diri dari molekul-molekul cairan di sekitarnya dan menjadi uap.
Jika ke dalam cairan dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar menguap dan
membentuk suatu larutan, maka hanya sebagian pelarut saja yang menguap,
karene sebagian yang lain penguapannya dihalangi oleh zat terlarut. Besarnya
penurunan ini di selidiki oleh Raoult lalu dirumuskan sebagai berikut.
Banyak sedikitnya uap diatas permukaan cairan diukur berdasarkan
tekanan uap cairan tersebut. Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap yang
berada diatas permukaan cairan dan berarti tekanan uapnya semakin tinggi.
Jumlah uap diatas permukaan akan mencapai suatu kejenuhan pada tekanan
tertentu, sebab bila tekanan uap sudah jenuh akan terjadi pengembunan, tekanan
uap ini disebut tekanan uap jenuh.

4
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi
penurunan tekanan uap. Pada suhu 20o C tekanan uap air jenuh diatas permukaan
air adalah 17,53 mmHg. Besarnya penurunan tekanan uap air akibat adanya zat
terlarut disebut penurunan tekanan uap larutan.
Sejak tahun 1887 – 1888 Francois Mario Roult telah mempelajari
hubungan antara tekanan uap dan konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan suatu
kesimpulan bahwa besarnya tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol
pelarut dan tekanan uap dari pelarut murninya. Penurunan tekanan uap menurut
hukum Roult, tekanan uap salah satu cairan dalam ruang di atas larutan ideal
bergantung pada fraksi mol cairan tersebut dalam larutan P A = XA . PAo. Dari
hukum Roult ternyata tekanan uap pelarut murni lebih besar daripada tekanan uap
pelarut dalam larutan. Jadi penurunan tekanan uap pelarut berbanding lurus
dengan fraksi mol zat terlarut.

P = Po . X pelarut

P = tekanan uap larutan


X = fraksi mol
Po = tekanan uap pelarut murni
Terjadinya penurunan tekanan uap larutan disebabkan oleh adanya zat
terlarut. Untuk menentukan seberapa besar pengaruh jumlah partikel zat terlarut
terhadap penurunan tekanan uap dapat dituliskan :

P = Po – P

Karena X1 = 1-X2 untuk larutan yang terdiri atas dua komponen, maka hukum
Roult dapat ditulis :

P larutan = X pelarut . P pelarut

Jadi, perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol
zat terlarut. Tanda negatif menyiratkan penurunan tekanan uap. Tekanan uap
selalu lebih rendah diatas larutan encer dibandingkan diatas pelarut murninya.

5
b. Peningkatan Titik Didih
Sifat yang berikutnya adalah kenaikan titik didih dan penurunan titik
beku. Titik didih larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut. hal
sebaliknya berlaku pada titik beku larutan yang lebih rendah dibandingkan
pelarut. Sifat ini dirumuskan sebagai berikut :
Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair
yang menguap. Pada suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair akan
menimbulkan tekanan uap yang sama dengan tekanan udara luar. Keadaan saat
tekanan uap zat cair diatas permukaan zat cair tersebut sama dengan tekanan
udara disekitarnya disebut mendidih dan suhu ketika tekanan uap diatas pemukaan
cairan sama dengan tekanan uap luar disebut titik didih. Pada saat zat konvalatil
ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi kenaikan titik didih dari larutan
tersebut.
Titik didih air murni pada tekanan 1 atm adalah 100oC. Hal itu berarti
tekanan uap air murni akan mencapai 1 atm ( sama dengan tekanan udara luar)
pada saat air dipanaskan sampai 100oC. Dengan demikian bila tekanan udara luar
kurang dari 1 atm (misalnya dipuncak gunung) maka titik didih air kurang dari
100oC.
Bila kedalam air murni dilarutkan suatu zat yang sukar menguap, maka
pada suhu 100oC tekanan uap air belum mencapai 1 atm dan berarti air itu belum
mendidih. Untuk dapat mendidih ( tekanan uap air mencapai 1 atm) maka
diperlukan suhu yang lebih tinggi. Besarnya kenaikan suhu itulah yang disebut
kenaikan titik didih.
Menurut hukum Roult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding
dengan hasil kali molalitas larutan (m) dan kenaikan titik didih molalnya (Kb).
Dapat dirumuskan sebagai :

Δ Tb = Kb . m

Jika :
M = n x 1000

6
P

Maka rumus diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:

Tb = Kb ( n x 1000 )
P

Tb = besar penurunan titik didih


Kb = konstanta kenaikan titik didih
m = molalitas dari zat terlarut
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut

Harga Kb bervariasi untuk masing-masing pelarut. Kb diperoleh dengan


mengukur kenaikan titik didih dari larutan encer yang molalitasnya diketahui
(artinya, mengandung zat terlarut yang diketahui jumlah dan massa molalnya).
Titik didih larutan merupakan titik didih pelarut murni ditambah dengan kenaikan
titik didihnya atau Tb = Tb + Tb .

c. Penurunan Titik Beku


Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan sehingga
jarak antar partikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya
tarik menarik antar molekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat
terlarut akan menghasilkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang,
akibatnya untuk mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu yang lebih
rendah. Perbedaan suhu adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan
titik beku. Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan
terjadi penurunan titik beku larutan tersebut.
Seperti halnya kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan
sebanding dengan hasil kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku
pelarut (Kf) dinyatakan dengan persamaan :

7
ΔTf = Kf . m
Tf = Kf ( n x 1000 )
p
Tf = penurunan titik beku
Kf = tetapan ttitik beku molal
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut

Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan
penurunan titik bekunya. Pengukuran penurunan titik beku, seperti halnya
peningkatan titik didih, dapat digunakan untuk menentukan massa molar zat yang
tidak diketahui.
Gejala penurunan titik beku analog dengan peningkatan titik didih. Di
sini kita hanya mempertimbangan kasus jika padatan pertama yang
mengkristalkan dari larutan adalah pelarut murni. Jika zat terlarut mengkristal
bersama pelarut, maka situasinya akan lebih rumit. Pelarut padat murni berada
dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut, sebagimana
ditentukan oleh suhunya. Pelarut dalam larutan demikian pula, berada dalam
kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut. Jika pelarut padat dan
pelarut dalam larutan berada bersama-sama, mereka harus memiliki tekanan uap
yang sama. Ini berarti bahwa suhu beku larutan dapat diidentifikasi sebagi suhu
ketika kurva tekanan uap pelarut padat murninya berpotongan dengan kurva
larutan. Jika zat terlarut ditambahkan ke dalam larutan, tekanan uap pelarut turun
dan titik beku, yaitu suhu ketika kristal pertama pelarut murni mulai muncul,
turun. Selisih dengan demikian bertanda negatif dan penurunan titik beku dapat
diamati.

d. Tekanan Osmotik
Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi sel, sebab
peranannya penting dalam trasfor molekul melalui membran sel. Membran ini
disebut semipermiabel, yang membiarkan molekul kecil lewat tetapi menahan
molekul besar seperti protein dan karbohidrat. Membran semi permiabel dapat

8
memisahkan molekul pelarut kecil dari molekul zat terlarut yang besar. Peristiwa
bergeraknya partikel (molekul atau ion) melalui dinding semipermeabel disebut
osmotik. Tekanan yang ditimbulkan akibat dari tekanan osmotik disebut tekanan
osmotik. Besar tekanan osmotik diukur dengan alat osmometer, dengan
memberikan beban pada kenaikan permukaan larutan menjadi sejajar pada
permukaan sebelumnya.
Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya zat cair dari
larutan hipotonis ke larutan hipertonis melalui membran semipermiabel. Osmosis
dapat dihentikan jika diberi tekanan, tekanan yang diberikan inilah yang disebut
tekanan osmotik. Tekanan osmotik dirumuskan, berdasarkan persamaan gas ideal
:

PV = mRT
Maka tekanannya :
P = mRT
V

Jika tekanan osmotik larutan dilambangkan dengan π, dari persamaan diatas dapat
diperoleh :

π = mRT
V
Atau

π=MRT

Untuk larutan elektrolit ditemukan penyimpangan oleh Vanit Hoff.


Penyimpangan ini terjadi karena larutan elektrolit terdisosiasi di dalam air
menjadi ion, sehingga zat terlarut jumlahnya menjadi berlipat. Dari sini
dibutuhkan faktor pengali atau lumrah disebut faktor Vanit Hoff.

Tabel 2.1 Rangkuman Rumus Koligatif Larutan

9
Sifat koligatif Rumus non-elektrolit Rumus elektrolit
Kenaikan titik didih DT b = Kb x m DTb = Kb x m x i
(DTb) Tb = 100 + DTb
Penurunan titik beku DTf = Kf x m DTf = Kf x m x i
(DTf) Tf = 0 - DTf
Penurunan tekanan uap DP = P0 x X DP = P0 x X x i
(DP) P = P0 - DP
Tekanan osmotik p=MxRxT p=MxRxTxi
(p) R = 0,082 ; T = 0C + 273
Factor van’t Hoff à i = 1 + (n+1)α
n = jumlah ion, α = derajat ionisasi, untuk elektrolit kuat besar I = n

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
 Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang terlarut. Bila zat A dilarutkan dalam air atau pelarut lain akan
menjadi tipe larutan sebagai berikut:
- Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A
yang terlarut.
- Larutan, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang
terlarut.
- Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat
A yang dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
- Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A
yang terlarut melebihi batas kelarutannya didalam air pada temperature
tertentu.
 Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada
macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh
banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut). Hukum Roult merupakan
dasar dari sifat koligatif larutan. Keempat sifat itu ialah :
- Penurunan tekanan uap relatif terhadap tekanan uap pelarut murni
- Peningkatan titik didih
- Penurunan titik beku
- Gejala tekanan osmotik

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca mengetahui
lebih jauh tentang sifat fisik larutan kemudian mengilhami teori tersebut
dalam mendidik para siswa di sekolah

11
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2010. Chemistry-10th ed. USA: McGrow-Hill Companies, Inc


Dewitasari, Theresia. Materi Kimia XII IPA Sesester 1. Tersedia pada:
http://theresiadewitasari.blogspot.com/2013/07/materi-kimia-xii-ipa-
semester-1.html. Diunduh pada tanggal 6 April 2015
Sunardi. 2008. KIMIA BILINGUAL. Bandung: CV. Yrama Widya
Sundus, maria. Kenaikan Titik Didih dan Penurunan. Tersedia pada: http://kimia-
asyik.blogspot.com/2011/02/kenaikan-titik-didih-tb-dan-penurunan.html.
Diunduh pada tanggal 6 April 2015

12

Anda mungkin juga menyukai