Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

SEKILAS TENTANG BADAN LAYANAN UMUM

Disusun oleh:

KELOMPOK 11

Catrin Tamba / 170423849


Bella Chandra Safira / 170423348
Albert Kristanto. S / 170423249
Pius Anugra / 170423253

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA
UNIVERSITAS ATMA JAYA
YOGYAKARTA
2019
A. Pengertian

Badan layanan Umum (BLU) dibentuk dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisien dan produktivitas seperti
disebutkan dalam Pasal 1 ayat 23 UU Nomor.1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan negara.
Selanjutnya, pada pasal 68 ayat (1) menyatakan tujuan pembentukan BLU yaitu meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa. Dengan kata lain, Pemerintah ingin menjadikan BLU sebagai organisasi yang
customer oriented, not for profit oriented dan outcome oriented.

Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas.

Badan Layanan Umum diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (“PP 23/2005”) sebagaimana diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (“PP 74/2012”).

B. Tujuan BLU

BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam
pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis
yang sehat.

C. Asas BLU

BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah untuk tujuan
pemberian layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh
instansi induk yang bersangkutan. BLU merupakan bagian perangkat pencapaian tujuan kementerian
negara/lembaga/pemerintah daerah dan karenanya status hukum BLU tidakterpisah dari kementerian
negara/lembaga/pemerintah daerah sebagai instansi induk.
Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota bertanggung jawab atas pelaksanaan
kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum yang didelegasikannya kepada BLU dari segi manfaat
layanan yang dihasilkan. Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan
kegiatan pemberian layanan umum yang didelegasikan kepadanya oleh menteri/pimpinan
lembaga/gubernur/bupati/walikota.

Perlu diketahui bahwa BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian


keuntungan. Meskipun demikian, BLU dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas
barang/jasa layanan yang diberikan. Imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan ditetapkan dalam
bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per investasi dana.

Tarif layanan harus mempertimbangkan aspek-aspek:


a. kontinuitas dan pengembangan layanan;
b. daya beli masyarakat;
c. asas keadilan dan kepatutan; dan
d. kompetisi yang sehat.

D. Karakteristik BLU

Berdasarkan uraian pengertian dan asas BLU di atas dapat dilihat bahwa ciri karakteristik dari BLU
adalah:
a. Berkedudukan sebagai instansi di lingkungan pemerintah;
b. Menyediakan barang dan/atau jasa yang dijual kepada masyarakat;
c. Tidak mengutamakan mencari keuntungan;
d. Didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas;
e. Pejabat pengelola BLU dan pegawai BLU dapat terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (“PNS”) dan/atau
tenaga profesional non-PNS sesuai dengan kebutuhan BLU.

E. Syarat BLU

Suatu satuan kerja instansi pemerintah dapat diizinkan mengelola keuangan dengan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (“PPK-BLU”) apabila memenuhi persyaratan
substantif, teknis, dan administratif.
Persyaratan Substantif
Instansi pemerintah yang bersangkutan menyelenggarakan layanan umum yang berhubungan
dengan:
a. Penyediaan barang atau jasa layanan umum.
Contoh: pelayanan bidang kesehatan seperti rumah sakit pusat atau daerah, penyelenggaraan
pendidikan, serta pelayanan jasa penelitian dan pengujian.
b. Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat atau
layanan umum.
Contoh: otorita dan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet).
c. Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada
masyarakat.
Contoh: pengelola dana bergulir untuk usaha kecil dan menengah, pengelola penerusan pinjaman,
dan pengelola tabungan perumahan.

Persyaratan Teknis
a. Kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan
pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan oleh menteri/pimpinan
lembaga/kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sesuai dengan kewenangannya; dan
b. Kinerja keuangan satker instansi yang bersangkutan sehat sebagaimana ditunjukan dalam dokumen
usulan penetapan BLU.

Persyaratan Administratif
Persyaratan administratif terpenuhi apabila instansi pemerintah yang bersangkutan dapat
menyajikan seluruh dokumen berikut:
a. Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi
masyarakat;
b. Pola tata kelola;
c. Rencana strategis bisnis;
d. Laporan keuangan pokok;
e. Standar pelayanan minimal; dan
f. Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen.
F. Fungsi Akuntansi Badan Layanan Umum

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 217 /PMK.05/ 2015 tentang Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 13tentangPenyajian Laporan Keuangan Badan
Layanan Umum, BLU menyusun laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).
Dengan PSAP tersebut,SAP menjadi satu-satunya standar bagi BLU dalam penyusunan laporan
keuangannya, sehingga BLU tidak perlu lagi menyusun laporan keuangan berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) seperti yang
dilakukan sejak tahun 2005.
Dalam rangka penerapan SAP tersebut, Menteri Keuangan menerbitkan PMK Nomor 220 /PMK.05/
2016 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum. Dalam PMK tersebut
dilengkapi dengan lampiran yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam rangka penyusunan dan
penyampaian laporan keuangan BLU tahun 2016. PMK tersebut sekaligus mencabut PMK Nomor
76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum yang
sebelumnya digunakan sebagai pedoman penyusunan laporan keuangan oleh BLU. Perubahan yang
cepat di level aturan ternyata tidak diikuti oleh kesiapan dalam level implementasinya.
Amanat PMK 220 Tahun 2016 tidak dapat dilaksanakan di tahun 2016. Berdasarkan kondisi
tersebut, pada awal 2017 diterbitkanlah PMK Nomor 42/PMK.05/2017 tentang perubahan atas PMK
Nomor 220/PMK.05/2016. PMK tersebut intinya menunda penyusunan dan penyampaian laporan
keuangan berdasarkan SAP menjadi paling lambat tahun 2018.
Penyusunan laporan keuangan BLU tahun 2017 diberikan dua opsi ; pertama, dalam hal sistem
aplikasi untuk penyusunan Laporan Keuangan BLU sudah dapat digunakan, penyusunan Laporan
Keuangan BLU dilaksanakan sesuai PMK Nomor 220/PMK.05/2016. Kedua, Dalam hal sistem aplikasi
untuk penyusunan Laporan Keuangan BLU belum dapat digunakan, penyusunan Laporan Keuangan
BLU dilaksanakan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005.

G. Proses Bisnis Sistem Akuntansi Badan Layanan Umum

Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan BLU adalah serangkaian prosedur manual maupun yang
terkomputerisasi mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan
keuangan BLU. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan BLU merupakan bagian dari SAI.

Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi, yang selanjutnya disingkat SAI, adalah
serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada kementerian
negara/lembaga. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan BLU sebagaimana dimaksud di atas,
dilaksanakan oleh Satker BLU selaku UAKPA. Unit Akuntansi dan pelaporan Keuangan Kuasa
Pengguna Anggaran, yang selanjutnya disebut UAKPA, adalah unit akuntansi yang melakukan kegiatan
akuntansi dan pelaporan tingkat satuan kerja.

Dalam rangka mendukung penyelenggaraan SAI sebagaimana dimaksud, Satker BLU


menyelenggarakan dan mengembangkan subsistem akuntansi secara mandiri untuk
dapat menghasilkan pencatatan transaksional sesuai dengan karakteristik BLU. Subsistem akuntansi
sebagaimana dimaksud, dikembangkan sesuai dengan praktik bisnis yang sehat untuk dapat mencatat
transaksi dan kejadian keuangan dan akuntansi berdasarkan dokumen sumbernya yang menjadi
pengakuan hak dan kewajiban BLU secara transaksional. Penyelenggaraan dan pengembangan
subsistem akuntansi sebagaimana dimaksud, termasuk prosedur dan sub sistem akuntansi transaksional,
bagan akun standar, dan dokumen sumber yang mendukung kebutuhan penyajian data dan informasi
yang lengkap dan selaras dalam penyusunan Laporan Keuangan BLU sesuai dengan SAP dan kebijakan
akuntansi yang ditetapkan Kementerian Keuangan.
Dalam rangka menyusun Laporan Keuangan BLU, Satker BLU sebagaimana dimaksud
melakukan:
a. pengumpulan;
b. pencatatan; dan
c, pengikhtisaran, data transaksi dan informasi kejadian keuangan.

Pengumpulan, pencatatan, dan pengikhtisaran sebagaimana dimaksud termasuk data yang


berasal dari subsistem akuntansi transaksional.

Pelaporan keuangan
Sebagaimana dimaksud merupakan bentuk pertanggungjawaban BLU yang disajikan dalam
bentuk Laporan Keuangan terdiri atas:
a. Laporan Realisasi Anggaran;
b. laporan Perubahan Saldo anggaran Lebih;
c. Neraca;
d. Laporan Operasional;
e. Laporan Arus Kas;
f. Laporan Perubahan Ekuitas; dan
g. Catatan atas Laporan Keuangan.
Penyusunan Laporan Keuangan BLU sebagaimana dimaksud dilakukan berdasarkan kebijakan
akuntansi Badan Layanan Umum sesuai dengan SAP berbasis akrual. Kebijakan akuntansi BLU
sebagaimana dimaksud meliputi pengakuan, pengukuran, pencatatan, penyajian serta jurnal transaksi
yang digunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan BLU mengikuti ketentuan dalam Modul Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan BLU.

Dalam rangka menjaga validitas dan keandalan data pada Laporan Keuangan BLU, Satker BLU
melakukan rekonsiliasi data dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara. Rekonsiliasi data
sebagaimana dimaksud dilakukan dengan berpedoman pada peraturan Menteri Keuangan mengenai
rekonsiliasi.
Laporan Keuangan BLU sebagaimana dimaksud digunakan untuk:

a. dalam rangka pengintegrasian Laporan Keuangan BLU ke dalam Laporan Keuangan


konsolidasian tingkat eselon I; dan
b. sebagai lampiran Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga.

Dalam rangka pembinaan keuangan Satker BLU, Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud
disampaikan oleh Satker BLU kepada unit eselon II pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang
memiliki fungsi pembinaan keuangan BLU. Satker BLU membuat Pernyataan Tanggung Jawab atas
Laporan Keuangan BLU. Pernyataan Tanggung Jawab atas Laporan Keuangan BLU
sebagaimana dimaksud ditandatangani oleh pimpinan BLU dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dari Laporan Keuangan BLU semesteran dan tahunan.

Anda mungkin juga menyukai