Anda di halaman 1dari 38

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dasar preeklampsia

1. Pengertian

Menurut prawihardjo, (2010) Preeclampsia adalah penyakit kehamilan

yang di tandi tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih pada dua kali

pemeriksaan setelah usia kehamilan 20 minggu, pada ibu yang

sebelumnya normotensif. Preeclampsia ini di sertai dengan proteinuria

yang signifikan (. 0,3 g dalam 24 jam ).

Preeclampsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,

bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaitu proteinuria,

hipertensi, dan edema, yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai

koma, ibu yersebut tidak menunjukan tanda-tanda kelainan-kelainan

vascular atau hipertensi sebelumnya (Mochtar,2007)

Preeclampsia merupakan penyakit kehamilan yang akut dan dapat terjadi

ante,intra dan postpartum. Dari gejala klinis preeclampsia dapat menjadi

preeclampsia ringan dan berat (Sarwono,542 : 2008)

7
8

2. Jenis- Jenis Preeklampsia

a. Preeclampsia ringan

Preeklampsia ringan adalah suatu sindrom spesifik kehamilan dengan

menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme

pembuluh darah dan aktifitas endotel (Saworno Prawirohardjo, 2010).

Preeclampsia ringan adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg atau

kenaikan mmHg dengan intervalpemeriksaan 6 jam tekanan darah.

Proteinurine 0,3 g atau lebih dengan tingkat kualitatif +1 sampai +2

pada urine kateter dan gejala subjektif belum dijumpai ( Manuaba,

2010).

b. Preeklampsia Berat

Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan sistolik >160

mHg dan tekanan darah diastolik >110 mmHg di sertai proteinuria

lebih 5 g/24 jam (saworno prawihardjo, 2010)

Preeclampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang di tandai

dengan timbulnya hipertensi 160/110 atau lebih di sertai proteinuria

dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. (rukiyah, 2010)

c. Eklampsia

Eklampsia adalah tejadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai

tanda dan gejala preeclampsia. Konvulsi atau koma dapat muncul

tanpa di dahului gangguan neurologis. (bobak, 2004)


9

eklampsia adalah preeclampsia yang di sertaidengan kejang-kejang

dan atau koma (prawihardjo, 2010).

3. Etiologi

Preeclampsia hanya terjadi selama kehamilan, namun kondisi ini di

temukan pula pada kehamilan tanpan janin (kehamilan mola) dan

kehamilan di luar uterus (kehamilan abdomen ), yang menunjukan bahwa

sesungguhnya plsenta yang menstimulus gangguan tersebut. Biopsy

bantalan plasenta menunjukan bahwa, pada kasus preeclampsia, invasi

trofoblas hanya terjadi sebagian (tidak komplit) dan arteri spiralis

mempertahankan otot dinding pembuluh darahnya, hal ini yang di anggap

mencegah terjadinya sirkulasi utero-plasenta impedansi rendah beraliran

tinggi. Hingga kini, alasan mengapa invasi sel-sel trofoblas selama

kehamila kurang efektif masih belum di ketahui. Kegagalan invasi

trofoblas ini di duga menyebabkan gagguan perfusi plasenta dan ini

menyebabkan pelepasan suatu faktor kedalam sirkulasi maternal yang

sasarannya adalah endothelium vascular, karakteristik faktor ini masih

belum diidentifikasi, kendati sudah ada beberapa alternative sudah di

ajukan, termasuk berbagai faktor pertumbuhan, sitokinin (protein yang

disekresikan dalam jumlah sedikit yang memediasi dan mengatur

imunitas, inflamasi dan hepatopoiesis)dan produk metabolisme lipid yang

abnormal. (prawirohardjo, 2010)


10

Faktor predisposisi kejadian PEB dan eklampsia :

a. Usia ibu

Usia yang rentan erkena preeclampsia adalah usia <20 atau >35

tahun. Pada usia <20 tahun, keadaan alat reproduksi belum siap

untuk menerima kehamilan, sedangkan pada usia 35 tahun atau

lebih,rentan terjadinya berbagai penyakit dalam bentuk hipertensi,

dan eklampisa, hal ini di sebabkan karena terjadinya perubahan

pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi.

Selain itu, hal ini juga di sebabkan karena tekanan darah yang

meningkat sering dengan pertambahan usia.

b. Kehamilan ganda

Wanita dengan gastasi kembar, bila dibandingkan dengan

gestasinya tunggal, memperlihatkan insiden hiertensi gestasional

(13% banding 6% ) dan preeclampsia (13% banding 5%) yang

secara bermakna lebih tinggi dan wanita dengan kehamilan ganda

dan hiprtensi akibat kehamilan memperlihatkan prognosis neonates

yang lebih buruk dari pada mereka dengan janin tungga karena

kehamilan dengan distensi uterus yang berebihan dapat terjadi

rsalinan premature dan kerenggangan otot rhim yang menyebabkan

iskemia uteri dan dapat meningkatkan preeclampsia dan

eklampsia.
11

c. Riwaya preeclampsia, eklampsia pada kehamilan sebelumnya.

Riwayat preeclampsia adalah riwayat preeclampsia yang pernh di

derita pada saat hamil sebelumnya mempunyai peluang untuk

terjadi pre eklampsia pada kehamilan berikutnya.

d. Riwayat keluarga menderita pre-eklampsia atau keturunan.

Preeclampsia ada kemungkinan diturunkan, khususnya pada

kehamilan pertama karena terjadi pre-eklampsia pada anak

perempuan lebih tinggi dan telah terbukti bahwa pada ibu yang

mengalami preeclampsia, 26% anak perempuannya akan

mengaalami preeclampsia (prwirohrdjo, 2010)

4. Patofisiologi

PatofisiologI preeclampsia+eklampsia setidaknya bekaitan dengan

perubahan fisiologis kehamilan. Adaptasi fisiologis normal pada

kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi

penurunan resistensi vaskuler sistemik (systemic vascular resistance

{SVRIJ}),peningkatan curah jantung, dan enurunan tekanan osmotic

koloid.Pada preeclampsia volume plasma yang beredar menurunnya

sehingga terjadinya hemokonsentrasi dan peningkatan hematocrit

maternal. Perubahan ini membuat organ maternal menurun, termasuk

perfusi ke unit janin uteroplasentaa vasosvasme siklik lebih lanjut


12

menurnkan perfusi organ denan menghancurkan sel-sel darah merah,

sehingga kapasitas oksigen maternal menurun.

Vasospasme merupakan akibat peningkatan sensifitas terhadap tekanan

peredaran darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu ketidak

seimbangan antara prostasiklin, prostaglandin, dan tromboksan A2, selain

kerusakan endotelia vasosvasme arterial menyebabkan peningkatan

permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut

menurunkan volume intravaskuler, mempredisposisi pasien yang

mengalami preeclampsia mudah mengalami edema paru.

Hubungan sistem imun dengan preeclampsia menunjukan bahwa faktor-

faktor imunologi memainkan peran penting dalam preeclampsia.

Keberadaan protein asing, plasenta, atau janin bisa membangkitkan respon

imunologis lanjut. Teori ini di duga oleh peningkatan insiden

preeclampsia pada ibu baru dan ibu hamil dari pasangan baru (materi

genetic yang berbeda)

Predisposisi genetic dapat merupakan faktor imunologi lain. Frekuensi

preeclampsia dan eklampsia pada anak dan cucu wanita yang memiliki

riwayat eklampsia, yang menunjukan suatu gen resesif autoso mengatur

respon imun maternal. (bobak, 2004).


13
14

5. Kriteria diagnosis preeclampsia

a. Menurut Manuab (2010) preeclampsia di golongkan menjaddi :

1) Preeclampsia ringan tekanan darah (TD) tidak lebih dari

140/90mmHg, proteinuria +1 dan edema minimal (biasanya

pretibial)

2) Preeclampsia berat (PEB) : bila memenuhi kriteri-kriteria di

bawah ini :

a) TD >160 mmHg sistolik atau >110 mmHg diastolic,

meskipun telah menjalani tirah baing atau perawatan di

rumah sakit, TD ini tetap tidak turun.

b) Protein +3 atau +4 (kualitatif ) atau 5g/hari (kuantitatif)

c) Oliguria, dimana produksi urine <500 cc/24 jam, disertai

kenaikan plasma.

d) Edema terutama tungkai yang sangat jelas dan biasanya

pitting edema (bila di tekan, segera kembali seperti semula)

e) Terjadi pertumbuhan janin intrauterine terhambat (PJT)


15

6. Tanda dan gejala

PEB PER

a. Tekanan darah 160/110 mmHg. a. Tekanan darah sistolik 140 atau

b. Oligouria, urine <400 cc/24jam kenaikan 30 mmHg dengan

c. Proteinuria lebih dari 3g/liter interval pemeriksaan 6 jam.

d. Keluhan subjektif : nyeri kepala, b. Tekanan darah diastolic 90 atau

nyeri epigastrium, gangguan kenaikan 15 mmHg dengan

englihatan, edema paru dan interval pemeriksaan 6 jam

sianosis c. Kenaikan berat badan 1 kg atau

e. Gangguan kesadaran. lebih dalam seminggu

f. Pemeriksaan kadar enzyme hati d. Proteinuria 0,3 g atau lebih dengan

meningkat di sertai icterus. tingkat kualitatif plus 1 sampai 2

g. Perdarahan retina pada urine kateter atau urine aliran

h. Trombosit <100.000/mm (manuab, pertengahan

2010)

(manuab, 2010)

7. Komplikasi preeclampsia berat pada ibu dan janin

a. Pada ibu

1) Solusio plasenta

Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita

hipertensi akut dan lebih sering pada preeclampsia


16

2) Hipofibrinogenemia

Pada preeclampsia berat menemukan 23%

Hipofibrinogenemia, maka dari itu penulis menganjurkan

pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.

3) Hemolysis

Penderita dengan preeklmpsia berat kadang-kadang

menunjukan gejala klinis hemolysis yang di kenal denga

icterus, belum di ketahui dengan pasti apakah ini merupakan

kerusakan sel-sel hati atau sel darah merah. Nekrosis

periportal hati yang sering di temukan pada autopsy penderita

eklampsia dapat menerangkan icterus tersebut.

4) Perdarahan otak

Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal

penderita eklampsia.

5) Kelainan mata

Kelainan penglihatan untuk sementara yang berlangsung

sampai seminggu dapat terjadi perdarahan kadang-kadang

terjadi pada retina, hal ini merupakan tanda gawat terjadinya

apopleksia serebri.

6) Edema paru-paru

Menemukan hanya satu penderita dengan 69 kasus eklampsia

ini di sebabkan oleh payah jantung.


17

7) Nekrosis hati

Nekrosis periportai pada preeclampsia merupakan akibat

vasosvasme arteriol umum. Kelainan ini di duga khas untuk

eklampsia tetapi juga pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati

dapat di ketahui dengan pemeriksaan faal hati terutama

pemeriksaan enzim-enzimnya.

8) Kelainan ginjal

Kelainan ini merupkan endoteliosis glomerulus yaitu

pembengkakan sitoplasma sel endotel tubulus ginjal tanpa

kelainan struktur lainnya.

9) Prematurias, dismaturitas dan kematian janin dalam intra

uterine

10) Kelainan lainnya

Lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang-

kejang.

b. Pada janin

Dampak preeclampsia yang tidak segera di tangani dapat membuat

janin kekurangan gizi akibat kekurangannya vascular uteroplasenta

yang mana perlahan bila kondisi ini terus-terusan terjadi maka

akan dapat mengarah pada gangguan pertumbuhan si janin.


18

Adanya jangka panjang dan pendek dari kondisi ini pun ajan dapat

memberikan masalah kecacatan pada janin. Kesehatan janin serta

beratbadannya pun akan sangat terganggu di mana kondisi ini akan

dapat mengarah pada berbagai tingkatan kondisi kesehatan seperti

mordibitas janin dan bahkan pada kondisi tertentu hal ini akan

dapat menyebabkan kematian pada janin sebelum di lahirkan.

Hal seperti ini tentu saja akan sangat menyeramkan, terlebih lagi

jika ibu tengah begitu menanti kehadiran si kecil sejak lama.

Untuk itu, segera atasi kondisi preeclampsia yang menyerang

dengan selalu mengkonsultasikan kondisi kesehatan ibu ke dokter

atau ke bidan terdekat.

Selain itu, naiknya tekanan darah di dalam tubuh pada umumnya

sulit untuk diketahui. Hal ini di karenakan tidak ada tanda atau

gejala yang spesifik yang dapat terjadi dari kondisi ini. Untuk

itulah, satu-satunya cara yang dapat di lakukan untuk menangani

kondisi ini adalah dengan rutin melakukan tes pengukuran tekanan

darah dalam tubuh (rukiyah, 2010).

8. Pencegahn preeclampsia berat

a. Pencegahan non medical

Pencegahan non medical ialah pencegahan dengan tidak

memberikan obat. Cara yang paling sederhana yaitu melakukan


19

tirah baring dan diit rendah garam. Pencegahan timbulnya

preeclampsia berat dapat dilakukan dengan pemeriksaan antenatal

care secara teratur. Gejala ini dapat di tangani secara tepat.

Penyuluhan tentang manfaa istirahat akan banyak berguna dalam

pencegahan, istirhat tidak selalu tirah baring di tempat tidur, tetapi

ibu masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari, hanya di kurangi

antara kegiatan tersebut, ibu di anjurkan duduk atau berbaring.

Nutrisi penting untuk di perhatikan selama hamil, terutama protein.

Diet protein yang adekuat bermanfaat untuk pertumbuhan dan

perbaikan sel dan transformsi lipid. (yulianingsih, 2009)

b. Pencegahan dengan medical

Pemberian kalsium1.500-2.000 mg/hari dan magnesium 365

mg/hari. dapat dipakai sebagai suplemen pada resiko tinggi

terjadinya Obat anti trombotik dianggap dapat mencegah

preeclampsia ialah aspirin dosis rendah rata-rata di bawah 100

mg/hari, atau dipiridamole. Dapat juga di berikan obat-obatan

antioksidan, misalnya vitamin C, vitamin E, ß- karoten, CoQ10,

N-setilsisten, asam polik (prawirohardjo, 2008).


20

9. Penatalakanaan preeclampsia

a. Penatalaksanaan preeclampsia ringan

1) Penatalaksanaan rawat jalan pasien preeclampsia ringan, dngan

cara : ibu di anjurkan banyak istirahat (berbaring tidur/miring),

diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam :

pemberian sedative ringan: kunjunga ulang setiap 1 minggu,

pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematocrit, urin

lengkap, asam urat darah, fungsi hati dan fungsi ginjal,

proteinuria.

2) Penatalaksanaan rawat tinggal pasien preeclampsia ringan

berdasarkan kriteria : setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan

tidak enunjukan adanya perbaikan dari gejala-gejala

preeclampsia : kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lbih

perminggu selama 2 X berturut-turut (2 minggu ), timbul salah

satu lebih gejala atau tanda-tanda preeclampsia berat. Setelah 1

minggu perawatan diatas tidak ada perbaikan maka

preeclampsia ringan di anggap sebagai preeclampsia berat. Jika

dalam perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum

1 minggu dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap

di rawat selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan

langsung di sesuaikan dengan perawatan rawat jalan.

3) Perwatan obstetri pasien preeclampsia ringan :


21

a) Kehamilan preterm (kurang 37 minggu ) : bila desakan

darah mencapai normotensif selam perawatan, persalinan

ditunggu sampai aterm, bila desakan darah turun tetapi

belum mencapai normotensif selama perawatan maka

kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37

minggu atau lebih.

b) Kehamilan aterm (≥ 37 minggu ) : persalinan di tunggu

sampai terjadi onset persalinan atau di pertimbangkan

untuk melakukan persalinan pada taksiran tanggal

persalinan.

c) Cara persalinan : persalinan dapat dilakukan secara spontan

bila perlu memperpendek kala II. (rukiyah, 2010)

b. Penatalaksanaan preeclampsia berat (TD >160/90 mmHg) dapat di

tangani secara konservasif atau aktif.

1) Konservatif berarti kehamilan tetap di pertahankan bersama

dengan pemberian pengobatan medisnal (untuk kehamilan <35

minggu tanpa disertai tanda-tanda inpending eklampsia dengan

keadaan janin baik)

2) Penanganan aktif bila ibu memiliki 1 atau lebih kriteria

berikut:

a) Ada tanda-tanda inpending klampsia

b) Ada HELLP syndrome


22

c) Ada kegagalan penanganan konservatif

d) Ada tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat

e) Usia kehamilan >35 minggu maka ibu harus dirawat di

rumah sakit, kususnya kamar bersalin

f) Pemberian pengobatan medisinal : anti kejang

g) Termiasi kehamilan : bila pasien inpartu dilakukan indikasi

persalinan

h) Persalina SC di lakukan apabila syarat induksi perslinan

tidak terpenuhi atau kontra indikasi persalinan per vaginan.

c. Penatalakanaan preeklmpsia berat adalah :

1) Penderita preeclampsia berat harus segera masuk kerumah

sakit untuk rawat inap dan di anjukan untuk tirah baring,

miring ke satu sisi kiri. Perawatan yang penting ada

preeclampsia berat adalah pengelolaan cairan karna penderita

preeclampsia dan eklampsia mempunyai resiko tinggi untuk

terjadinya udem paru dan oliguria, tetapi penyebab terjadinya

kedua keadaan ini belum jelas, tetapi faktor yang sangat

menentukan udem paru dan oliguria. Ialah hipovolemia,

pasopasme, kerusakan sel endotel, penurunan gradien Karena

onkotik koloid / pulmonary capillary wedge pressure, oleh

karena itu monitoring input cairan(melalui oral atau infus ) dan


23

output cairan (melalui urine) menjadi sangat penting, artinya

harus di lakukan pengukuran secara tepat berapa jumlah cairan

yang di masukkan dan di keluarkan tubuh. Bila terjadi tanda-

tanda oedem paru, segera lakukan tindakan koreksi.

2) Cairan yang dapat di berikan :

a) Ringer laktat atau ciran garam faali dengan tetesan <125

cc/jam

b) Infus dextrose 5% yang tiap 1 liternya diselingi dengan RL

(60-125 cc/jam)

3) Pasang dower catheter

4) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.

5) Medikametosa seperti : obat anti kejang, MgSO4, diuretikum

bila ada indikasi dan antihipertensi

6) Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema

paru-paru, payah jantung kogestif atau anasarka. Diuretikum

yang yang dipakai ialah furosemide.

7) Glukokortikoid diberikan untuk pematangan paru janin tidak

merugikan ibu. Diberikan pada kehamilan 32-34 minggu, 2 X

24 jam. Obat ini juga di berikan pada sindrom HELLP.

(prawirohardjo, 2010).
24

d. Penatalaksanaan dan perawatan konsevatif (< 36 minggu ) pada

preeclampsia berat adalah :

1) Tirah baring

2) Infus D5 : RL = 3 : 1.

3) Diet rendah garam dan tinggi protein ( diet preeclampsia )

4) Pasang kateter tetap (bila perlu)

5) Medikamentosa :

a) Antikolvulsan MgSO4.

Cara pemberian MgSO4

Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4 IV (20% dalam 20 cc)

selama 1 gr/menit kemasan 20% dalam 25 cc larutan

MgSO4 (3-5 menit). Diikuti segera 4 gr dibokong kiri dan

4 gr di bokong kanan (40% dalam 10cc) dengan jarum no

21 panjang 3,7 cm. untuk mengurangi nyeri dapat

diberikan 1cc xylocain 2% yang tidak mengandung

adrenalin pada suntikan IM.

Dosis ulangan : diberikan 4 gr IM 40% setelah pemberian

dosis awal lalu dosis ulangan diberikan 4 gr IM setiap 6

jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.

Syarat-syarat pemberian MgSO4; tersedia antidotum

MgSO4 yaitu calcium glokonas 10%, 1 gr (10% dalam cc)

diberikan intravena dalam 3 menit; reflex patella positif


25

kuat; frekuensi pernafasan lebih 16 kali permenit;

produksi urine lebih 100cc dalam 4 jam sebelum (0,5

cc/kg BB/jam).

MgSO4 dihentikan bila : ada tanda-tanda keracunan yaitu

kelemahan otot, hipotensi, reflex fisiologi menurun, fungsi

hati terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya

dapat menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot-

otot pernafasan karena ada serum 10U magnesium pada

dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Reflex fisiologi

menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq

terjadi kelumpuhan otot-otot pernfasan dan lebih 15

mEq/liter terjadi kematian jantung.

Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfatt :

hentikan pemberian magnesium sulfat berikan calcium

glukosa 10% 1 gr (10% dalam 10 cc) secara IV dalam

waktu 3 menit; berikan oksigen; lakukan pernafasan

buatan.

Magnesium sulfat dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca

persalinan sudah terjadi perbaikan (normotensif).

b) Antihipertensi nifedifine 10 mg sublingual, di lanjutkan 10

mg/8 jam

c) Kortikosteroid untuk kehamilan <36 minggu.


26

d) Antibiotikum, diuretikum dan kardiotonikum hanya di

berikan atas indikasi. (manuab, 2010)

B. Konsep dasar secsio caesarea

1. Definisi

Seksio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin di lahirkan

melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding Rahim dengan syarat

rahim dengan keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram.

(prwihardjo, 2012)

Pelahiran caesarea di definisikan sebagai kelahiran janin melalui insisi

pada dinding abdomen (laparatomi ) dan dinding uterus (histerektomi).

(Cunningham, 2012)

2. Menurut Prawihardjo (2011) section caesarea terbagi menjadi :

a. Seksio caesarea klasik

Mula-mula dilakukan desinfektan pada dinding perut dan lapang

oprasi dipersempit dengan kain suci hama.pada dinding perut dibuat

insisi mediana mulai dari atas simfisis sepanjang + 12 cm sampai di

bawah umbilicus lapis demi lapis sehingga kavum peritoneal terbuka.

Dalam rongga perut di sekitr rahim di lingkari dengan kassa

laparatomi. Di buat insisi secara tajam dengtn pisau pada segmen atas

rahim (SAR) kemudian diperlebar secara segital dengan gunting.


27

b. Seksio caesarea transperitoneal profunda

Mula-mula dilakukan desinfektan pada dinding perut dan lapang

oprasi dipersempit dengan kain suci hama.

Dinding perut di buat insisi mediana mulai dari atas sinfisis sampai di

bawah umbilicus lapis demi lapis sehingga kavum peritoneal terbuka.

Dalam rongga perut disekitar rahim dilingkari dengn kassa laparatomi.

Di buat baladder flap. Yaitu dengan menggunting peritoneum kandung

kencing (plika vesikouterina ini disisihkan secara tumpul kearah

samping dan bawah, dan kandung kencing yng telah disisihkan kearah

bawah dan samping di lindungi dengan kandung speculum kencing.

Di buat insisi pada segmen bawah rahim 1 cm di bawah irisan plika

vesikoterina tadi secara tajam dengan pisau bedah +2 cm, kemudian

diperlebar melintang secara tumpul dengan kedua jari telunjuk

operator. Arah insisi pada segmen bawah rahim dapat melintang

(transversal) sesuai cara kerr :atau membujur (segital )sesuai cara

kroning.

c. Seksio caesarea di ikuti dengan histeriktomi

Setelah janin dan plasenta di lahirkan dari rongga rahim, dilakukan

hemostatis pada insisi dinding rahim, cukup dengan jahitan jelujur

atau simpul.Untuk memudahkan histerektomi, rahim boleh di

keluarkan dari rongga pelvis.


28

Mula-mula ligment rotundum dijepit dengan cunam kocher dan cunam

oschner kemudian di potong sedekat mungkin dengan rahim, dan

jaringan yang sudah dipotong diligasi dengan benang catgut khromik

no. 0. Bladder flap yang telah di buat pada waktu seksio caesarea

transperitoneal profunda di bebaskan lebih jauh kebawah dan lateral.

Pada ligamentum latum belakang di buat lubang dengan jari telunjuk

tangan dibawah adneksa dari arah belakang. Dengan cara ini ureter

akan erhindar dari kemungkinan terpotong. (prawihardjo, 2011)

3. Indikasi medis

Menurut indriarti (2007), indikasi Sectio Caesarea bisa diminta oleh sang

ibu yang akan menginginkan namun hanya dilakukan bila ada indikasi

medisnya berupa :

a. Indikasi janin

Yang masuk kategori ini misalnya gawat janin akibat ketubn kurang,

posisi bayi sungsang, pertumbuhan bayi kurang baik, dan sebagainya.

Indikasi ini pun bisa dijadikan alasan dokter melakukan tindakan

caesarea. Berikut beberapa kondisi yang mengharuskan tindak

caesarea.

1) Plasenta previa

2) Posisi plasenta berada di bawah menutupi jalan lahir


29

3) Terjadi ketidakseimbangan antara tulang pnggul ibu dan ukuran

bayi

4) Ibu menglami preeclampsia, dimana tekanan darah ibu terlalu

tinggi

5) Janin pada posisi sungsang atau melintang

6) Bayi terlilit tali pusar sring dijadikan alasan untuk caesarea

7) Postmatur atau kehamilan yang leawat massa 42 minggu

b. Indikasi ibu

Beberapa hal dimasukkan dalam pertimbangan ini,antara lain :

1) Usia ibu terlalu muda atau terlalu tua.

2) Riwayat penyakit seperti hiperensi dan diabetes mellitus

3) Letak plasenta ibu menutupi jalan lahir janin

c. Indikasi waktu

Selain indikasi ibu dan janin ada indikasi waktu. Misalnya setelah tiga

jam di bombing melahirkan normal ternyata hasilnya nihil, sementara

bantuan dengan vakum atau forceps juga tidak memungkinkan maka

alternative terakhir adalah caesarea.

4. Komplikasi persalinan sectiocaesarea

Adapun tindakan yang dipilih oleh ibu yang melahirakan selalu

menangandung resiko. Adapun resiko caesarea adalah :

a. Resiko caesarea jangka pendek


30

1) Tejadi infeksi

Keseterilan yang tak terjaga akan mengundng bakteri penyebab

infeksi. Apabila infeksi ini tak tertangani, besar kemungkinan akan

menjalar ke orban tubuh lin, bahkan organ-organ penting seperti

otak, hati dan sebagainya bisa terkena infeksi yang berakibat

kematian. Apalagi jika antibiotic yang digunakan dalam oprasi

tidak cukup kuat.

2) Kemungkinanterjadi koloid

Koloid atau jaringan prut muncul pada organ tertentu karena

pertumbuhan berlebihan. Sel-sel pembentukan organ tersebut.

Ukuran sel meningkat dan terjadilah tonjolan jaringan

parut.Perempuan yang punya kecenderungan koloid tiap

mengalami luka niscaya mengalami koloid pada sayatan bekas

oprasinya.Koloid hanya terjadi pada wanita yang memiliki jenis

penyakit tertentu.

3) Perdarahan berlebihan

Memang perdaraha tak bisa dihindari dalam proses persalinan.

Misalnya plasenta lengket tak tak mampu lepas. Bukan tak

mungkin setelah terlepas akan menyebabkan perdarahan.

b. Resiko jangka panjang

Resiko jangka panjang panjang dari caesarea adalah pembatasan

kehamilan. Dulu, perempuan yang pernah mengalami caesarea hanya


31

boleh melahirkan 3 kali. Kini, dengan tekhnik oprasi yang lebih baik,

ibu memang boleh melhirkan lebih dari itu, bahkan sampai 4 kali.

(indriarti, 2007)

5. Keuntungan seksio caesarea

a. Sebagai tindakan penyelamatan

caesareatelah banyak menyelamatkan jiwa ibu yang mengalami

kesulitan melahirkan. Demikian pula caesarea banyak menyelamatkan

janin dari kecelakaan saat persalinan. Degan demikian caesarea lebih

aman bagi keselamatan ibu dan bayi.

b. Ibu takmengalami nyerinya kontraksi

Sang ibu tidak merasa cemas oleh rasa nyeri saat kontraksi sebelum

dan selama proses bersalin, rasa nyeri akan dirasakan sejak 6 jam

pasca caesarea setelah reaksi obat bius menghilang.

c. Persalinan ebih cepat

Dalam persalinan normal, seorang ibu akan merasakan mulas dan

nyeri hingga puncak rasa sakit sekitar 48 jam. Berbeda halnya

caesarea, cukup dating jam 20.00 malam, kemudian berpuasa semalam

lalu jam 05.00 sudah di ajak ke ruang tindakan.

d. Persalinan bisa direncanakan


32

Caesare merupakan tindakan yang bisa direncanakan. Salah satu

manfaatnya adalah sang ibu maupun ayah bisa memilih kapan jam dan

tanggal bayi mau dilahirkan.

e. Kehidupan seksual lebih baik.

Karena vagina tidak bekerja keras mengeluarkan jabang bayi, maka

vitalitasnya masih terjaga utuh.Jangan heran jika hubungan suami istri

pun tambah mesra nantinya, setelah masa nifas tentu. (indriarti,2007)

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan pada kasus seksio sesarea dengan preeklampsia berat

(Dongoes dan Moorhouse 2008)

1. Pengkajian

a. Identitas ibu

b. Identitas penanggung jawab

c. Status kesehatan

1) Keluhan utama

Nyeri kepala, nyeri epigastrium, gangguan pengelihatan dan

edema paru dan sianosis.

2) Riwayat kesehatan sekarang

a) Ibu merasa sakit kepala didaerah prontal

b) Terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrum


33

c) Gangguan visus : pengelihatan kabur, skotoma, dan

diplopia

d) Mual, muntah tidak ada nafsu makan

e) Edema pada ekstermitas

f) Tengkuk terasa berat

g) Kenaikan badan mencapai 1kg/minggu.

3) Riwayat kesehatan dahulu

a) Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum

hamil

b) Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklampsia pada

kehamilan terdahulu atau abortus

c) Biasanya mudah terjadipada ibu obesitas

d) Ibu mungkin pernah menderita penyakit diabetes,

hipertensi kronis dan penyakit ginjal.

4) Riwayat penyakit keluarga

Kemungkinan mempunya riwayat preeklampsia dan elamsia

dalam keluarga.

5) Riwayat kehamilan

a) Biasanya usia yang rentan terjadi preeklampsia adalah pada

usia < 20 tahun atau > 35 tahun


34

b) Kemungkinan terjadi pada kehamilan pertama

c) Kemungkinan terjadi pada kehamilan lebih dari 1 atau

kembar

6) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum

Lemah, TTV : tekanan darah > 160/110 mmHg,nadi

mungkin menurun, pernafasan kurang dari 14x/menit,

bunyi krekels mungkin ada

b) Kepala : terlihat pusing, sakit kepala prontal, wajah pasien

terlihat edema

c) Mata : konjungtiva anemis, pendarahan pada retina, edema

pada intraokuler, gangguan visus : displopia, pengelihatan

kabur

d) Pencernaan : terdapat nyeri pada epigastrium, mual dan

muntah, anoreksia atau nafsu makan meningkat, kenaikan

BB 1 kg/minggu, malnutrisi (kelebihan atau kekurangan

berat badan 20% atau lebih)

e) Ekstermitas : edema ekstermitas, derajat pitting edema.

A,+1 2 mm. B, +2 4 mm. C, +3 6 mm. D, +4 8 mm.

f) System pensyarafan : hiper refleksia, klonus pada kaki

g) Genitourinaria : oliguria, proteinuria 5kg/1 24 jam.


35

7) Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan laboratorium

(1) Pemeriksaan darah lengkap

(a) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar

Normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-

14 gr%)

(b) Hematokrit meningkat (nilai normal 37-43 vol%)

(c) Trombosit menurun (nilai 150-450 ribu/mm3)

(2) Urinaris

Ditemukan protein dalam urin

(3) Pemeriksaan fungsi hati

(a) Bilirubin meningkat (n=<1 mg/dl)

(b) LDH (Laknat dehidrogenase) meningkat

(c) Asparatat aminomtransferase (AST) >60 ul

(d) Serum glutamate pirufat transaminase (SGPT)

Meningkat (N=15-45 u/ml)

(e) Serum glutamate oxaloacetic transaminase (SGOT)

meningkat (N=< 31 u/ml)

(f) Ttotal protein serum menurun (N= 6,7,-8,7 g/dl)

(4) Tes kimia darah

Asam urat meningkat (N=2,4,-2,7 mg/dl)

(5) Radiologi
36

(6) Ultrasonografi

Ditemukan radiasi pertmbuhan janin intrauterus,

pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat,

dan volume cairan ketuban sedikit.

(7) Kardiografi

Diketahui denyut jantung bayi lemah

(8) Data psikologis

Biasanya ibu preeklampsia berada dalam kondisi yang

labil dan mudah marah, ibu merasa khawatir akan

keadaan dirinya dan keadaan janin dalam

kandungannya, diatakut anaknya nanti lahir cacat atau

meninggal dunia, sehingga ia takut untuk melahirkan.

2. Diagnosa keperawatan (Dongoes dan Moorhouse 2008)

Setelah terkumpul dan kemudian di analisa, sehingga diagnisa yang

mungkin di temukan pada ibu preeklampsia berat adalah sebagai

berikut:
37

a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein

plasma, penurunan tekanan osmotic koloid plasma menyertai

perpindahan cairan dari kompartemen vaskular

b) Penurunan curah jantung berhubungan dengan

hipovolemia/penurunan arus balik vena, peningkatan tahanan

vascular sistemik

c) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia ibu,

interupsi aliran darah (vasospasme progresif dari arteri spiral)

d) Resiko tinggi terjadinya kejang berhubungan dengan

edema/hipoksia jaringan, vasospasme.

e) Resiko tinggi terhadap perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan masukan tidak cukup untuk kebutuhan

metabolic dan menggantikan kehilangan

f) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

pemajanan/ tidak mengenal sumber informasi, kesalahan

interpretrasi

3. Rencana keperawatan

a. Kelebihan volume cairan (kegagalan regulasi) berhubungan

dengan kehilangan protein plasma, penurunan tekanan osmotic

koloid plasma menyertai perpindahan cairan dari kompartemen

vascular
38

Tujuan : mengungkap pemahaman tentang kebutuhan akan

pemantauan yang ketat dari berat badan, protein urin dan

menunjukan hematokrit dalam batas normal dan edema fisiologis

tanpa adanya tanda piting.

1) Pantau atau timbang BB pasien secara rutin

R : Penambahan BB menunjukan retensi cairan dan

mengakibatkan edema.

2) Pantauan masukan dan haluaran urin.

R : Haluaran urin adalah indikator sensitive dari sirkulasi

volume darah.

3) Pantauan lokasi dan derajat piting

R : Adanya edema piting yang tidak hilang setelah 12 jam tirah

baring, adalah bermakna.

4) Perhatikan tanda edema berlebihan atau berlanjut (nyeri

epigastrik, mual, muntah)

R: nyeri epigastrik menandakan deposisi fibrin intravakuler

dalam hepar terselubung, mual muntah menandakan edema

gastrointestinal.

5) Perhatikan perubahan pada kadar Ht/Hb

R : mengidentifikasi derajat hemokonsentrasi yang disebabkan

oleh perpindahan cairan

6) Pantau TD dan Nadi


39

R : Peningkatan TD dapat terjadi karena respons terhadap

kertokolamin, vasopressin, prostagladin dan sebagai anjuran

temuan, terjadi penurunan kadar dari prostasiklin.

7) Lakukan tirah baring, anjurkan posisi miring kari.

R : Posisi miring kiri dapat meningkatkan aliran balik vena dan

volume sirkulasi, dapat menurunkan TD

b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemia/

penurunan arus balik vena, peningkatan tahanan vascular sistemik

Tujuan : Agar curah jantung embali normal, tidak merasa sesak

napas, melaporkan tidak adanya dan/atau menurunya kejadian

dispnea, mengubah tingkat aktivitas sesuai kondisi

1) Pantau Nadi atau tekanan darah

R : untuk mengetahui keadaan klien

2) Lakukan tirah baring pada ibu dengan posisi miring kiri

R : meningkatkan aliran balik vena, curah jantung dan perfusi

ginjal/plasenta

3) Pemantauan parameter hemodinamik invasive (kolaborasi)

R : memberikan gambaran akurat dari perubahan vaskuler dan

volume cairan

4) Berikan obat anti hipertensi sesuai kebutuhan berdasarkan

kolaborasi dengan dokter


40

R : obat antihipertensi untuk meningkatkan relaksasi otot polos

kardiovaskuler dan meningkatkan suplai darah ke serebrum,

ginjal, uterus, plasenta

5) Pantau tekanan darah dan efek samping obat hipertensi

R : efek samping meliputi takikardi, sakit kepala, mual dan

muntah.

c. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hivopolemia ibu,

interupsi aliran darah (vasospasme progresif dari arteri spiral)

Tujuan : TTV dalam batas normal, aktivitas frekuensi di jantung

dalam batas normal, tidak terdapat edema.

1) Kaji TTV dan sirkulasi parifer

R : Perubahansirkulasi perifer, seperti nadi lemah, edema,

pengisian kapiler yang buruk dan pucat, ekstermitas dingin

dapat mengidikasikan sirkulasi abnormal dan/atau pembekuan.

Kaki adalah kondisi yang tak lazim untuk pembentukan

bekuan.

2) Kaji adanya piting edema

R : pengenalan dan penanganan dini dapat mencegah akibat

yang serius seperti edema paru.

3) Kaji posisi ekstermis saat duduk,berbaring atau mencegah

akibat yang serius seperti edema paru.


41

R : Tekanan harus disebarkan secara merata ke seluruh tungkai

4) Pantau status asupan dan haluaran cairan (intake dan output)

R : Dekteksi dini hipovolemia atau dehidrasi mengurangi

resiko trombosis vena profunda, dehidrasi meningkatkan

trombosit, mengurangi fibrinolisis, meningkatkan faktor

pembekuan darah.

5) Ajarkan teknik untuk meningkatkan sirkulasi perifer dan

menghindari kongesti vena (miss, latihan fisik sedang,

ambulansi pascapatum dini, minum banyak cairan)

R : Duduk lama menyebabkan pompa otot betis tidak aktif

sehingga tekanan vena pada tungkai meningkat. Ambulasi dini

mengurangi insiden trombofleblitis secara signifikan dengan

meningkatkan aliran balik vena, yang bergantung hampir

seluruhnya pada kontraksi otot betis.Cairan membantu

mempertahankan keadekuatan volume darah sehingga elemen

yang terbentuk tetap berada di tengah aliran dan tidak

menempel pada dinding vena.

6) Berikan obat anti hipertensi sesuai kebutuhan relaksasi otot

polos kardiovakuler dan meningkatkan suplai darah ke

serebrum, ginjal uterus dan plasenta

d. Resiko tinggi terjadinya kejang berhubungan dengan

edema/hipoksia jaringan, vasospasme.


42

Tujuan : bebas dari tanda tanda iskemi serebral (Gangguan

penglihatan, sakit kepala, perubahan pada mental, kejang)

1) Kaji TTV

R : Untuk mengetahui keadaan lebih lanjut

2) Kaji adanya tanda-tanda preeklampsia (sakit kepala, gangguan

penglihatan, dan edema)

R : edema vasokontriksi umum, dimanifestasikan oleh masalah

system saraf berat, dan masalah ginjal, hepar, kardiovaskuler

dan pernapasan mendahului kejang.

3) Batasi pengunjung (beri lingkungan tenang) untuk

kemungkinan menrunkan kemungkinan kejang

R : menurunkan faktor-faktor lingkungan yang dapat

merangsang kepekaan serebrum dan menyebabkan kejang

4) Pertahankan tirah baring total

R : menurunkan resiko cedera bila kejang terjadi

5) Kolaborasi pemberian anti kejang

R : antikonvulsan menekan aktivitas serebral

e. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan masukan tiak cukup untuk kebutuhan

metabolik dan menggantikan kehilangan

Tujuan : menunjukan penambahan berat badan yang tepat, nafsu

makan meningkat.
43

1) Pantau atau menimbang BB pasien

R : Untuk mengetahui keadaan Nutrisi klien sebelum tindakan

2) Anjurkan makan sedikit-demi sedikit tapi sering

R : Membantu memperbaiki pemasukan nutrisi

3) Sajikan makanan dalam keadaan hangat

R : Membantu meningkatkannafsu makan

4) Kolaborasi berikan diit sesuai kebutuhan pengobatan

R : apat mempercepat proses penyembuhan

f. Ketidak efektifan pemeliharaan kesehatanberhubungan dengan

kurangnya pemajanan/ tidak mengenal sumber sumber informasi,

kesalahan interpretrasi

Tujuan : mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakit dan

rencana tindakan yang tepat

1) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang proses

penyakit

R : Penerimaan informasi dapat meningkatkan pemahaman dan

menurunkan rasa sakit, membantu memudahkan rencana

tindakan untuk klien.

2) Pertahankan supaya klien tetap mendapatan informasi tentang

kondisi kesehatan

R : Informasi kondisi kesehatan dapat menurunkan rasa takut


44

3) Berikan informasi tentang tanda dan gejala yang

mengidentifikasi kondisi semakin buruk.

R : Mencegah memburuknya status kondisi preeklampsia atau

komplikasi tambahan

4) Menjelaskan makanan yang harus dikonsumsi dan pantangan

R : Untuk mempercepat pemulihan

5) Berikan informasi tentang cara perawatan luka di rumah

R : Untuk mempercepat penyembuhan luka

Anda mungkin juga menyukai