ABSTRAK : Bendungan Tugu direncanakan akan dibangun di Sungai Keser Kota Trenggalek di
Provinsi Jawa Timur untuk pasokan air, pengendali banjir di Trenggalek Kota, irigasi, dan PLTA.
Pelimpah bendungan direncanakan dengan tipe saluran samping (side channel spillway). Salah satu
tahapan penting dalam perencanaan bendungan tersebut adalah model test yang bertujuan untuk
mengevaluasi dan mendapatkan kesempurnaan rekomendasi desain. Penelitian dilakukan
menggunakan model fisik hidrolik dengan skala horizontal dan vertical sama 1:50 di
Laboratorium Sungai dan Rawa Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya. Berdasarkan
hasil pengujian model, dapat disimpulkan bahwa performance hidraulik desain awal adalah baik,
namun karena terjadi kecepatan yang sangat tinggi pada kaki peluncur lebih dari 25 m/dt. Untuk
menyempurnakan desain, direkomendasikan penggunaan peredam energi Tipe Bremen Modifikasi
yang menyerupai stilling basin Tipe Plunge Pool.
Kata Kunci : pelimpah, peredam energy, Bremen Modifikasi
ABSTRACT : Tugu Dam is designed to be built in Keser River of Trenggalek city in East Java
Province. The contruction of Trenggalek Dam is planned such as flood control in Trenggalek City,
in addition to water supply, irrigation, hydropower and electrical energy. The spillway of the dam
is designed using side channel spillway provided by straight chute. One of the important stage in
these activities is a physical hydraulic model test. The model test is to evaluate and to achieve the
perfect, safe and optimum hydraulic design of the spillway that conducted in the river and swamp
laboratory, Water Resources Departement. The model is using undistorted model with scale of 1 to
50. Based on the research results, it can be concluded that the hydraulic performance of the
original design is good, but extremely high speed in the end of chute more than 25 m/s. In order to
improve the hydraulic design, it is recommended to modify the stilling basin with Bremen
Modification Type. Bremen Modfication Stilling Basin is similar with plunge pool design.
Keywords : spillway, stilling basin, Bremen Modification
116
Prasetyorini, dkk ., Penggunaan Stilling Basin Tipe Bremen Modifikasi Pada Pelimpah Bendungan Tugu 117
di Kabupaten Trenggalek
adanya dukungan Uji Model Fisik Hidrolika ini Dengan memulai dari Hukum Newton II
diharapkan bisa memantapkan hasil perencanaan, tentang gerak, kita bisa memperoleh persamaan
sehingga keamanan bendungan tersebut dapat momentum yang menyatakan bahwa pengaruh
dipenuhi. dari semua gaya luar terhadap volume kontrol dari
Model dibangun dengan skala horizontal dan cairan dalam setiap arah sama dengan besarnya
vertikal sama 1:50, sedangkan pengujian perubahan momentum dalam arah tersebut (Raju,
dilakukan menggunakan debit outflow Q2th-QPMF. 1986:11), sehingga dapat ditulis persamaan
berikut :
2. BAHAN DAN METODE
2.1. Hidrolika pelimpah
F x Q.(V )
W sin P1 P2 Ft Fa Q(V2 V1 ) Den
Hd gan:
Q = debit aliran (m3/dt)
V = kecepatan rerata aliran (m/dt)
P
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
= berat satuan air (kg/m3)
Z P1 = tekanan hidrostatis pada potongan 1
P2 = tekanan hidrostatis pada potongan 2
dz = sudut kemiringan terhadap bidang datar (0)
Yz vz Ff = gesekan batas terhadap panjang x
Fa = tahanan udara pada permukaan bebas
Gambar 1. Tinggi muka air di atas tubuh
pelimpah
Sumber : Chow, 1989 : 347
Vz 2 g (Z Hd d z )
Q
Vz .d z
L
Vz
F1
g.d z
dengan : Gambar 2. Prinsip energi dan momentum yang
3
Q = debit aliran (m /dt) digunakan untuk saluran terbuka
L = lebar efektif pelimpah (m) Sumber: Raju, 1986:10
Vz = kecepatan aliran (m/dt) Persamaan yang digunakan dalam
g = percepatan gravitasi (m/dt2) perhitungan tinggi muka air pada saluran samping
Z = tinggi jatuh atau jarak vertikal dari merupakan rumus dasar dari Julian Hinds
permukaan hulu sampai lantai kaki hilir (Sosrodarsono, 1981:192).
(m) Qx =q.x
Ha = tinggi kecepatan hulu (m) n 1
dz = kedalaman aliran di kaki pelimpah (m) V = a . xn y hv
n
Fz = bilangan Froude
Qx = debit pada titik x
q = debit per unit lebar yang melintasi
2.2. Hidrolika saluran samping
bendung pengatur (m3/dt/m’)
Dalam saluran samping akan terjadi
x = jarak antara tepi hulu pelimpah dengan
proses peredaman energi, maka saluran tersebut
suatu titik pada mercu pelimpah
akan menerima beban hidro-dinamis berupa
v = kecepatan rata-rata aliran di saluran
hempasan (impact) aliran air dan gaya-gaya
samping pada titik tertentu (m/dt)
vibrasi (vibration), se-hingga saluran ini harus
a = koefisien yang berhubungan dengan
dibangun di atas pondasi batuan yang kukuh.
kecepatan aliran di saluran samping
118 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 6, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 116-124
y1 y3 y1 y1
120 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 6, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 116-124
A1 m L2 m
Jarak sill (xs) dari bagian pelebaran saluran Skala luas :
Tinggi sill (s)
Lebar sill (bs) Skala volume :
V1 p L2 p
3
3 nL
3
V1 m L2 m
2.6. Skala Model
Ada dua jenis skala yang dapat digunakan
dalam pemakaian skala model fisik hidraulika, Sebangun geometris sempurna tidak selalu
yaitu skala model sama (undistorted model) dan mudah dicapai, sehingga kekasaran
skala model yang tidak sama (distorted model). permukaan dari model yang kecil tidak
Skala model sama adalah skala yang dipakai mungkin merupakan hasil dari skala model,
dalam pembuatan model dimana perbandingan tetapi hanya dibuat permukaan yang lebih
skala mendatar dan skala tegak adalah sama. licin daripada prototipe.
Sedangkan skala model yang tidak sama adalah 2. Sebangun kinematis, yaitu sebangun gerakan.
perbandingan antara skala mendatar dan skala Perbandingan yang digunakan adalah waktu,
tegak yang tidak sama. kecepatan dan debit.
Hubungan skala (scale relation) yang vp Lp / Tp nL
digunakan pembuatan /perencanaan model fisik Skala kecepatan :
dibedakan menjadi dua kelompok (de Vries, vm Lm / Tm nT
1977:28): ap Lp / Tp
2
nL
1. Scale Law Skala percepatan : 2
2
Hubungan antar skala parameter yang harus am Lm / Tm nT
dipenuhi (dalam hal ini adalah Roughnes 3 3
Qp Lp / Tp nL
condition dan Froude condition). Skala debit : 3
2
2. Scale Condition Qm Lm / Tm nT
Hubungan antar skala parameter yang harus 3. Sebangun dinamis, yaitu kesebangunan gaya-
dipenuhi untuk menghindari scale effects gaya yang terjadi bila gerakannya sebangun
(dalam hal ini adalah kriteria kesebangunan). kinematis, dan rasio dari massa yang bergerak
Hubungan antara model dan prototipe serta gaya penyebabnya sudah homolog
dipengaruhi oleh hukum-hukum sifat sebangun besarnya.
hidraulika. Perbandingan antara prototipe dan F1 p F2 p
model disebut dengan skala model. Dalam nF
merencanakan suatu model terdapat sifat-sifat F1 m F2 m
kesebangunan model, yangmenentukan ketelitian
model tersebut. 2.7. Rancangan Pengujian
Yang dimaksudkan dengan kesebangunan Untuk mendukung pelaksanaan penelitian
tersebut adalah: Model Fisik Bendungan Tugu Kabupaten
Trenggalek ini digunakan fasilitas Laboratorium
Prasetyorini, dkk ., Penggunaan Stilling Basin Tipe Bremen Modifikasi Pada Pelimpah Bendungan Tugu 121
di Kabupaten Trenggalek
Tabel 4. Tingkat Ketelitian Model pada h c sampai dengan Q2th. Untuk debit-debit diatasnya,
pada Ujung Saluran Transisi – Peluncur kondisi saluran samping sudah tidak mampu lagi
Debit Tinggi Muka Air Di meredam aliran dari pelimpah, sehingga aliran
Debit Outflow Atas Pelimpah yang menuju saluran transisi dalam kondisi
Rancangan KR (% ) superkritis.
(m3 /dt) Prototipe Perhitungan Model
c) Saluran Transisi
(m3 /dt) (m) (m) Elevasi Muka Air
Q2th 96.570 1.602 1.645 2.614 Kapasitas Saluran Transisi dengan panjang 95,60
Q100th 326.480 3.685 3.750 1.733 m dengan kemiringan (S=0,0005) mampu
Q1000th 609.350 5.689 5.750 1.061 mengalirkan dengan aman semua debit rancangan
QP MF 852.850 7.217 7.400 2.473 (Q2th s/d QPMF) yang dioperasikan di model.
Sumber : Hasil Perhitungan Kontrol Kavitasi
Hasil pengujian dengan debit pengaliran pada Pada Piezometer yang terpasang pada dasar
kondisi original design Q2th, Q100th, Q1000th, QPMF saluran transisi, tidak menunjukan adanya nilai
adalah sebagai berikut. negatif pada semua pengaliran debit banjir
a) Bendungan rancangan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa
Elevasi Muka Air saluran transisi aman terhadap bahaya kavitasi.
Side Channel Spillway Bendungan Tugu mampu Perilaku Aliran
mengalirkan air pada semua debit rancangan yang Akibat aliran dari side channel yang tidak
diujikan tanpa menimbulkan overtopping. Dari terkendali dengan baik dan akibat adanya belokan
hasil model test didapatkan bahwa elevasi muka pada saluran transisi, maka terjadi aliran menyisir
air mak-simum saat kondisi QPMF = 258,217 ke arah kanan pada saluran transisi.
m3/dt, sehingga muka air waduk masih berada d) Peluncur
0,783 m di bawah elevasi puncak ben-dungan (El. Elevasi Muka Air
259,00). Saluran peluncur mampu menampung air pada
Perilaku Aliran setiap Debit rancangan yang diujikan. Pada awal
Approach channel membuat aliran yang menuju lengkung saluran peluncur (El + 240,953) terjadi
pelimpah relatif tenang pada setiap debit yang aliran kritis (Fr=1), selanjutnya menuju ke arah
diujikan, namun pada saat debit-debit besar hilir saluran akan terjadi aliran super kritis (Fr >
mengakibatkan kecepatan yang tidak merata 1).
akibat dari bentuknya yang tidak simetris. Kontrol Kavitasi
b) Pelimpah dan Saluran Samping (Side Pada Piezometer yang terpasang pada dasar
channel) saluran peluncur, tidak menunjukan adanya nilai
Elevasi Muka Air negatif pada semua pengaliran debit banjir
Model pelimpah mampu melewatkan semua debit rancangan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa
rancangan yang diujikan tanpa terjadinya aliran saluran peluncur aman terhadap bahaya kavitasi.
balik (backwater). Pada saat QPMF masih terdapat Perilaku Aliran
tinggi jagaan sebesar 0,78 m. Akibat pengendalian yang kurang baik pada side
Kontrol Kavitasi channel dan saluran transisi, maka terjadi aliran
Pada Piezometer yang terpasang pada pelimpah, silang pada awal peluncur.
mulai menunjukan adanya nilai negatif pada
pengaliran debit banjir ran-cangan Q100th karena e) Peredam Energi Hilir
kecepatan yang relatif besar > 4m/dt. Nilai Elevasi Muka Air
kavitasi terbesar adalah -1,30 m, namun masih Peredam Energi USBR Tipe II hanya efektif
dalam batas toleransi (nilai kavitasi maksimum meredam aliran air dari saluran peluncur untuk
yang diijinkan untuk beton adalah -4m). debit rancangan Q2th yang diujikan. Pada debit
Perilaku Aliran rancangan Q100th -QPMF tinggi dinding peredam
Mengingat perbedaan elevasi yang terlalu curam energi juga masih mampu menampung, namun
antara pelimpah dengan side channel (10 m), aliran air meloncat tidak terkendali.
maka aliran yang terjadi seperti pada pelimpah Perilaku Aliran
overflow, tidak ada pengempangan pada saluran Pada debit pengujian Q100th- QPMF, loncatan
samping. Saluran samping hanya efektif hidraulik sudah berada di luar ruang olak. Hal ini
meredamkan aliran yang turun dari pelimpah diakibatkan dari kecepatan dari saluran peluncur
Prasetyorini, dkk ., Penggunaan Stilling Basin Tipe Bremen Modifikasi Pada Pelimpah Bendungan Tugu 123
di Kabupaten Trenggalek
3.2. Pengujian Model Seri dan Final Design Gambar 14. Model Seri II Modifikasi
Alternatif penyempurnaan kondisi aliran Peredam Energi Tipe Bremen
pada uji model Fisik Pelimpah Bendungan Tugu 3) Perubahan dinding approach channel
Kabupaten Trenggalek adalah sebagai berikut :
1) Memperbaiki kondisi aliran pada saluran
samping dan saluran transisi dengan
menambahkan blok-blok dengan dimensi
1,5m x 1,5m x1,5m sebanyak 3 baris pada
saluran samping untuk meredam aliran dari
pelimpah untuk mengurangi aliran silang
(cross flow) dan aliran menyisir pada saluran
transisi
Gambar 15. Model Seri II perubahan dinding
approach channel
P.1
4. KESIMPULAN
Pelimpah bendungan direncanakan dengan lebar
35 m menggunakan mercu Ogee Tipe I. Dari hasil
pengujian model secara keseluruhan
menunjukkan bahwa pelimpah mampu
mengalirkan semua debit Q2th- QPMF dengan aman
tanpa mengakbatkan overtopping. Penempatan
puncak pelimpah pada elevasi +152,20 dan
puncak ben-dungan pada elevasi +159.00 masih
me-nyisakan jagaan sebesar 0.78 m pada saat
QPMF. Pelimpah samping dengan pe-nambahan
buffle apron mampu membuat aliran subkritis dan
kritis di awal saluran peluncur. Pada saluran
peluncur aliran merata dan tidak terjadi aliran
silang. Penggunaan kombinasi antara USBR II
dan Bremen (MODEL SERI V) mampu
mengendalikan loncatan air (hydraulic jump)
Gambar 16. Hasil Pengujian Final Design mulai debit aliran Q2th s/d Q100th (sesuai dengan
desain perencanaan). Indi-kasi efektifitas
Hasil pengujian dengan debit pengaliran Q2th- peredaman tampak pada Q1000th ketika loncatan
QPMF, adalah sebagai berikut : hidraulik yang terjadi masih di dalam ruang
1) Dengan pemberian blok-blok pada saluran kolam olak dengan tinggi loncatan 8-10 m (jauh
samping tersebut mampu menghilangkan lebih rendah dari hasil perhitungan). Demikian
aliran silang dan aliran menyisir pada saluran pula untuk debit aliran maksimum QPMF loncatan
transisi. Saluran samping mampu meredam terjadi pada terminal channel sebelum masuk ke
aliran dari pelimpah dan pada saluran transisi saluran pengarah hilir.
terjadi aliran sub kritis untuk berbagai
kondisi debit aliran (Q1th s/d QPMF) 5. DAFTAR PUSTAKA
2) Aliran pada saluran peluncur dalam kondisi Chow, Ven Te. 1989. Hidrolika Saluran Terbuka,
super kritis namun aman terhadap bahaya terjemahan E.V. Nensi Rosalina. Jakarta :
kavitasi dan pulsating flow. Erlangga.z
3) Penggantian tipe peredam energi mampu De Vries, M. 1987. Scalling Model Hydraulic.
mematahkan energi dari saluran peluncur, Netherland: IHE Published
sehingga terjadi peredaman efektif sampai Hager, Willi H. 1992. Energy Dissipators And
dengan Q1000th dan tinggi muka air di akhir Hydraulic Jump, Dordrecht : Kluwer
peredam energi (Y2) lebih rendah dari hasil Academic Publishers.
perhitungan, sehingga tinggi dinding Peterka, A.J. 1984. Hydraulic Design of Stilling
peredam direkomendasikan 12 m (pada Basins and Energy Dissipators. United
desain awal 21 m) States Department of The Interior : Bureau
4) Perubahan dinding approach channel yang of Reclamation.
sejajar mampu mengurangi ke-cepatan yang Raju, K.G.R. 1986. Aliran Melalui Saluran
menuju pelimpah, se-hingga kecepatan lebih Terbuka, terjemahan Yan Piter
merata dan mengurangi bahaya kavitasi. Pangaribuan B.E., M.Eng. Jakarta :
5) Melihat hasil gerusan setempat (local Erlangga.
scouring) yang cukup dalam 0,75 m pada Sosrodarsono, Suyono dan Tekeda, Kensaku.
saat Q100th, maka direkomendasi-kan untuk 1989. Bendungan Type Urugan. Jakarta :
pemberian rip-rap pada akhir saluran Erlangga.
pengarah hilir (pertemu-an dengan sungai Subramanya, K. 1986. Flow In Open Channels,
hilir) selebar 10 m dengan diameter 1,5 – 3 New Delhi : Tata McGraw-Hill Publishing
m. Company Limited.