Anda di halaman 1dari 9

makalah: manajemen dakwah

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama islam adalah konsepsi yang sempurna dan komperhenship, karenan meliputi
segala aspek kehidupan manusia, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Dakwah adalah
ajakan yang dilakukan untuk pembebasan individu atau masyarakat dari pengaruh eksternal nilai-
nilai syaitaniah dan kejahilan menuju internalisasi nilai-nilai ketuhanan.
Disamping itu, dakwah bertujuan untuk meningkatkan pemahaman agama dalam berbagai
aspek ajaran agar diaktualisasikan dalam sikap, berfikir dan bertindak. Untuk mencapai tujuan
ini secara maksimal, maka disinilah letak signifikannya manajemen dakwah untuk mengatur, dan
mengantarkan dakwah tepat sasaran dan mencapai tujuan yang diharapkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Manajemen Dakwah ?
2. Apa tujuan Manajemen Dakwah ?
3. Apa saja fungsi – fungsi Manajemen Dakwah ?
4. Apa saja Asas Manajemen Dakwah ?
5. Bagaimana Ruang lingkup Manajemen Dakwah ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Manajemen Dakwah
2. Mengetahui Tujuan Manajemen Dakwah
3. Mengetahui fungsi-fungsi Manajemen Dakwah
5. Mengetahui Asas Manajemen Dakwah
6. Mengetahui Ruang lingkup Manajemen Dakwah
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Manajemen Dakwah


Manajemen dakwah adalah terminologi yang terdiri dari dua kata, yakni manajemen dan dakwah.
Kedua kata ini berangkat dari dua disiplin ilmu yang sangat berbeda sama sekali. Istilah yang
pertama, berangkat dari disiplin ilmu yang sekuler, yakni Ilmu Ekonomi. Ilmu ini diletakan di
atas paradigma materialistis. Prinsipnya adalah dengan modal yang sekecil-kecilnya untuk
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Sementara itu istilah yang kedua berasal dari
lingkungan agama, yakni Ilmu Dakwah. Ilmu ini diletakan di atas prinsip, ajakan menuju
keselamatan dunia dan akhirat, tanpa paksaan dan intimidasi serta tanpa bujukan dan iming-
iming material. Ia datang dengan tema menjadi rahmat semesta alam.
Manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemamfaatan sumber daya manusia
secara efektif, dengan didukung oleh sumber-sumber lainnya dalam suatu organisasi untuk
mencapai tujuan.[1]
Dakwah adalah sebuah aktivitas baik secara ‘ilmiah maupun ‘amaliah untuk mengajak manusia
atau mengajarkan islam yang benar yang dilakukan oleh para da’i yang memiliki pengetahuan
yang luas dan sifat yang terpuji dengan menggunakn metode dan media yang terus berubah dan
berkembang.[2]
pengertian manajemen dan dakwah itu sendiri yaitu sebuah pengaturan secara sistematis dan
koordinatif dalam kegiatan atau aktivitas dakwah yang dimulai dari sebelum pelaksanaan sampai
akhir dari kegiatan dakwah.[3]
1.2 Tujuan Manajemen Dakwah
Tujuan Manajemen adalah sesuatu hasil (generalis) yang ingin dicapai melalui proses
manajemen. Tujuan yang ingin dicapai selalu ditetapkan dalam suatu rencana, karena itu
hendaknya tujuan ditetapkan ”jelas, realistis, dan cukup cukup menantang berdasarkan analisis
data, informasi, dan pemilihan dari alternatif-alternatif yang ada.[4]
Tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai dan diperoleh oleh
keseluruhan tindakan dakwah yaitu Kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat
yang diridhai oleh Allah Swt.[5] Tujuan dakwah secara umum adalah mengubah perilaku sasaran
agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari - hari, baik itu
yang bersangkutan dengan masalah pribadi, keluarga maupun sosial kemasyarakatnya, agar
mendapatkan keberkahan dari Allah Swt. Sedangkan tujuan dakwah secara khusus dakwah
merupakan perumusan tujuan umum sebagai perincian dari pada tujuan dakwah.[6]
Akhirnya kita dapat mengambil kesimpulan bahwa secara umum tujuan dan kegunaan
manajemen dakwah adalah untuk menuntun dan memberikan arah agar pelaksanaan dakwah
dapat diwujudkan secara professional dan proporsional. Dan pada hakikatnya tujuan manajemen
dakwah disamping memberikan arah juga dimaksudkan agar pelaksanaan dakwah tidak lagi
berjalan secara konvensional seperti tabligh dalam bentuk pengajian dengan tatap muka tanpa
pendalaman materi, tidak ada kurikulum, jauh dari interaksi yang dialogis dan sulit untuk
dievaluasi keberhasilannya[7].
1.3 Fungsi–Fungsi Manajemen Dakwah
Takhthith (Perencanaan Dakwah)
Dalam aktivitas dakwah, perencanaan dakwah bertugas menentukan langkah danprogram dalam
menentukan setiap sasaran, menentukan sarana-prasarana ataumedia dakwah, serta personel da'i
yang akan diterjunkan. Menentukan materi yang cocok untuk sempurnanya pelaksanaan,
membuat asumsi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi yang kadang-kadang dapat
memengaruhi cara pelaksanaan program dan cara menghadapinya serta menentukan alternatif-
alternatif, yang semua itu merupakan tugas utama dari sebuah perencanaan.[8]
Sementara itu Rosyad Saleh, dalam bukunya Manajemen Dakwah Islam menyatakan, bahwa
perencanaan dakwah adalah proses pemikiran dan pengambilan keputusan yang matang dan
sistematis, mengenai tindakan-tindakan yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam
rangka menyelenggarakan dakwah.
Tanzhim (Pengorganisasian Dakwah)
Pengorganisasian dakwah dalam pandangan Islam bukan semata-semata merupakan wadah, akan
tetapi lebih menekankan bagaimana pekerjaan dapat dilakukan secara rapi, teratur, dan
sistematis. Pengorganisasian dimaksudkan untuk mengelompokan kegiatan dakwah yang sudah
direncanakan, sehingga mempermudah pelaksanaanya. Pengorganisasian dakwah adalah seluruh
proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang
sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kesatuan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah
ditentukan. Pengorganisasian sebagai fungsi manajemen harus mencerminkan adanya
pembagian tugas yang merata antara orang-orang yang ada dalam organisasi.[9]
Sementara itu, Rosyid Saleh mengemukakan bahwa rumusan pengorganisasian dakwah itu
adalah “rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi setiap kegiatan
usaha dakwah dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan yang harus dilaksanakan
serta menetapkan dan menyusun jalinan hubungan kerja diantara satuan-satuan organisasi atau
petugasnya.
Tawjih (Penggerakan Dakwah)
Penggerakan dakwah merupakan inti dari manajemen dakwah, karena proses ini semua aktivitas
dalam dakwah dilaksanakan, aktivitas-aktivitas dakwah yang direncanakan terealisasikan, fungsi
manajemen akan bersentuhan langsung dengan pelaku dakwah. Adapun pengertian penggerakan
adalah seluruh pemberian motivasi kerja kepada para bawahan sedemikian rupa, sehingga
mereka mampu bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan
ekonomis. Ada beberapa poin dari proses penggerakan dakwah yang menjadi kunci dalam
kegiatan dakwah , yaitu:
 Pemberian motivasi
 Bimbingan
 Penyengaraan komunikasi
 Pengembangan dan peningkatan pelaksana.[10]
Riqaabah (Pengendalian Dakwah)
Pengendalian Manajemen Dakwah dikonsentrasikan pada pelaksanaan aktifitas tugas-tugas
dakwah yang sedang berlangsung maupun yang telah selesai dilakukan. Hal ini dimaksudkan
sebagai upaya preventif terhadap kemungkinan-kemungkinan terjadinya penyimpangan serta
upaya peningkatan dan penyempurnaan terhadap proses dakwah kedepan. Pada sisi lain
pengendalian ini juga dimaksudkan untuk membantu para manajer dakwah dalam memonitor
perubahan mad’u, perubahan lingkungan, dan pengaruhnya terhadap kemajuan organisasi.
Secara spesifik pengendalian dakwah ini dibutuhkan untuk:
1. Menciptakan suatu mutu dakwah yang lebih baik.
2. Dapat menciptakan siklus yang lebih tepat.
3. Untuk mempermudah pendelegasian da’i dan kerja tim.[11]
Evaluasi Dakwah

Untuk mengetahui apakah dakwah itu berhasil atau tidak, perlu ada proses evaluasi yang cermat,
teliti, dan objektif dengan menetapkan parameter-parameter keberhasilan atau ketidakberhasilan
suatu aktifitas dakwah. Dari hasil evaluasi secara objektif dapat dijadikan sebagai konsideran
untuk menyusun langkah-langkah strategi dakwah yang lebih efektif pada masa berikutnya.
Isyarat untuk melakukan evaluasi terdapat dalam Firman Allah swt, Q.S.Al-Hasyr ayat 18 yang
berbunyi :
َ‫ير ِب َما ت َ ْع َملُون‬ َّ ‫س َما قَدَّ َمتْ ِلغَ ٍد ۖ َواتَّقُوا‬
َّ ‫َّللاَ ۚ ِإ َّن‬
ٌ ‫َّللاَ َخ ِب‬ ُ ‫َّللاَ َو ْلت َ ْن‬
ٌ ‫ظ ْر نَ ْف‬ َّ ‫َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan


hendaklah setiap memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Meskipun proses dakwah tidak mustahil dapat dilakukan oleh seorang secara sendiri-sendiri,
tetapi mengingat kompleksnya persoalan-persoalan dakwah, maka pelaksanaan dakwah oleh
seorang sendiri-sendiri kuranglah efektif.[12] Dengan demikian kegunaan fungsi-fungsi
manajemen tersebut sangat relevan sekali dengan kegiatan dakwah, karena dakwah tanpa
perencanaan tidak akan efektif bahkan akan kehilangan arah, sedangkan dakwah tanpa
pengorganisasian kegiatan dakwah akan melelahkan disamping pemborosan. Begitu juga tanpa
penggerakan, pengendalian dan evaluasi kegiatan dakwah akan menjadi sumber fitnah karena
kehilangan ruh jihad yang ihklas dan secara akumulatif dapat merusak citra Agama Islam
sendiri.
1.4 Asas Manajemen Dakwah
Asas-asas (prinsip) dasar yang perlu ada pada setiap manajemen dakwah, antara lain:
a. Asas konsolidasi
Asas ini mengandung makna bahwa setiap organisasi dakwah harus selalu dalam keadaan mantap
dan stabil, jauh dari konflik, dan terhindar dari perpecahan, baik lahiriah maupun bathiniah.
Firman Allah SWT :
‫علَ ْي ُك ْم ِإ ْذ ُك ْنت ُ ْم‬ َّ َ‫َّللاِ َجمِ ي ًعا َو ََل تَف ََّرقُوا ۚ َوا ْذ ُك ُروا نِ ْع َمت‬
َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫َص ُموا ِب َح ْب ِل‬ ِ ‫َوا ْعت‬
َّ ُ‫ار فَأ َ ْنقَذَ ُك ْم مِ ْن َها ۗ َك ٰذَلِكَ يُ َبيِن‬
َ‫َّللاُ لَ ُك ْم آيَاتِ ِه لَعَلَّ ُك ْم ت َ ْهتَدُون‬ ِ َّ‫شفَا ُح ْف َرةٍ مِ نَ الن‬
َ ‫علَ ٰى‬ ْ َ ‫ف بَيْنَ قُلُوبِ ُك ْم فَأ‬
َ ‫صبَحْ ت ُ ْم بِنِ ْع َمتِ ِه إِ ْخ َوانًا َو ُك ْنت ُ ْم‬ َ َّ‫أ َ ْعدَا ًء فَأَل‬

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-
musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-
orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan
kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali-Imran : 103)

b. Asas koordinasi
Asas ini berarti organisasi dakwah harus mampu memperlihatkan kesatuan gerak dan satu
komando. Firman Allah SWT :
‫طائِفَةٌ مِ ْن بَنِي إِس َْرائِي َل‬
َ ْ‫َّللاِ ۖ فَآ َمنَت‬
َّ ‫ار‬ َ ‫َّللاِ ۖ قَا َل ْال َح َو ِاريُّونَ نَحْ نُ أ َ ْن‬
ُ ‫ص‬ َّ ‫اري إِلَى‬
ِ ‫ص‬َ ‫سى ا ْبنُ َم ْريَ َم ل ِْل َح َو ِاريِينَ َم ْن أ َ ْن‬
َ ‫َّللاِ َك َما قَا َل عِي‬
َّ ‫ار‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ُكونُوا أ َ ْن‬
َ ‫ص‬
َ ‫صبَ ُحوا‬
َ‫ظاه ِِرين‬ َ َ ‫علَ ٰى‬
ْ ‫عد ُِو ِه ْم فَأ‬ َّ َ ٌ َ ْ‫َو َكف ََرت‬
َ ‫طائِفَة ۖ فَأيَّ ْدنَا الذِينَ آ َمنُوا‬

“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu
Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi
penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Pengikut-pengikut yang setia itu
berkata: "Kamilah penolong-penolong agama Allah", lalu segolongan dari Bani Israil beriman
dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman
terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.”(Q.S. Ash-
Shaff : 14)

c. Asas tajdid
Asas ini memberi pesan bahwa organisasi dakwah harus selalu tampil prima dan energik, penuh
vitalitas dan inovatif. Firman Allah SWT :
َّ ‫ت ۚ َو‬
‫َّللاُ ِب َما‬ ٍ ‫َّللاُ الَّذِينَ آ َمنُوا مِ ْن ُك ْم َوا َّلذِينَ أُوتُوا ْالع ِْل َم دَ َر َجا‬ ُ ‫َّللاُ لَ ُك ْم ۖ َو ِإذَا قِي َل ا ْن‬
ُ ‫ش ُزوا فَا ْن‬
َّ ‫ش ُزوا َي ْرفَ ِع‬ َّ ‫ح‬ ِ ‫س‬ َ ‫س ُحوا فِي ْال َم َجال ِِس فَا ْف‬
َ ‫س ُحوا َي ْف‬ َّ َ‫َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِإذَا قِي َل لَ ُك ْم تَف‬
ُ
ٌ ِ‫ت َ ْع َملونَ َخب‬
‫ير‬

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis",


maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mujaadilah : 11)

d. Asas ijtihad
Ijtihad merupakan aktivitas akademik dan intelektual yang hanya bisa dilakukan oleh para ulama
dan cendikiawan muslim. Firman Allah SWT :
‫َّللاُ َي ْر ُزقُ َها َو ِإيَّا ُك ْم ۚ َوه َُو السَّمِ ي ُع ْال َعلِي ُم‬
َّ ‫َو َكأ َ ِي ْن مِ ْن دَابَّ ٍة ََل تَحْ مِ ُل ِر ْزقَ َها‬

“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-
lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (Q.S. Al-Ankabut : 60)

e. Asas pendanaan dan kaderisasi


Asas ini mengingatkan bahwa setiap organisasi dakwah harus berusaha mendapatkan dukungan
dana yang realistic dan diusahakan secara mandiri dari sumber-sumber yang halal dan tidak
mengingat. Firman Allah SWT :
‫َوالَّذِينَ فِي أ َ ْم َوا ِل ِه ْم َح ٌّق َم ْعلُو ٌم‬

“Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu,” (Q.S. Al-Ma’aarij :24 )

f. Asas komunikasi
Asas ini memberikan arah bahwa setiap organisasi dakwah, pengelolaannya harus komunikatif
dan persuasif, karena dakwah sifatnya mengajak bukan mengejek, dakwah itu harus sejuk dan
memikat. Firman Allah SWT :
ِ ‫َّللاُ ۖ َوأُو ٰلَئِكَ ُه ْم أُولُو ْاْل َ ْلبَا‬
‫ب‬ َّ ‫سنَه ُ ۚ أُو ٰلَئِكَ الَّذِينَ َهدَا ُه ُم‬
َ ْ‫الَّذِينَ يَ ْستَمِ عُونَ ْالقَ ْو َل فَيَتَّبِعُونَ أَح‬

“yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah
orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai
akal.” (Q.S. Az-Zumar : 18)

g. Asas tabsyir dan taisir


Kegiatan dakwah harus dilaksanakan dengan prinsif mengembirakan dan mudah.
Mengembirakan berarti ada nilai yang membawa hati menjadi senang dan tenang, membuka
cakrawala dan wawasan yang mencarikan jalan keluar dari kesulitan. Dakwah tidak terasa
sebagai sesuatu yang memberatkan, tapi justru menarik untuk di ikuti dan perlu di bantu. Mudah
berarti tidak saja dari surut pemahaman pesan atau materi dakwah tapi juga dari sudut
pelaksanaan dan pengamalan pesan-pesan dakwah yang disampaikan. Firman Allah SWT :

ِ َّ‫ِيرا َو ٰلَك َِّن أ َ ْكث َ َر الن‬


َ‫اس ََل يَ ْعلَ ُمون‬ ً ‫ِيرا َونَذ‬ ِ َّ‫س ْلنَاكَ إِ ََّل كَافَّةً لِلن‬
ً ‫اس بَش‬ َ ‫َو َما أ َ ْر‬

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa
berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui.”(QS. Saba’ : 28).

h. Asas intergral dan komprehensif


Asas ini mengingatkan kepada kita bahwa pelaksanaan kegiatan dakwah tidak hanya terpusat di
masjid atau di lembaga-lembaga keagamaan semata, akan tetapi harus terintegrasi dalam
kehidupan umat dan menyentuh kebutuhan yang menyeluruhn dari segenap strata sosial
masyarakat, baik birokrat atau penguasa maupun lapisan elite ekonomi dan masyarakat marginal.
Firman Allah SWT :
َ‫س ْلنَاكَ إِ ََّل َرحْ َمةً ل ِْلعَالَمِ ين‬
َ ‫َو َما أ َ ْر‬

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
(Q.S. Al-Anbiya : 107)

i. Asas penelitian dan pengembangan


Kompleksitas permasalahan umat harus menjadi kajian dakwah yang mendalam, karena dakwah
akan gagal bila saja sudut pandang hanya terpusat pada satu sisi saja, sementara komunitas
masyarakat lainnya terabaikan. Firman Allah SWT :
‫ق ۚ إِنَّ ُه ْم فِتْيَةٌ آ َمنُوا بِ َربِ ِه ْم َو ِز ْدنَا ُه ْم ُهدًى‬
ِ ‫علَيْكَ نَ َبأ َ ُه ْم بِ ْال َح‬ ُّ ُ‫نَحْ نُ نَق‬
َ ‫ص‬

“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah
pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka
petunjuk.” (Q.S. Al-Kahfi : 13).

j. Asas sabar dan istiqomah


Bersaing dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, sering membuat dakwah
menemui jalan buntu bahkan melelahkan. Kelelahan tanpa disadari dapat menghilangkan
kesabaran dan merusak nilai-nilai istiqomah. Di saat-saat seperti itulah prinsip sabar dan
istiqomah perlu disegarkan untuk diaktualisasikan melalui berbagaikegiatan dakwah.[13] Firman
Allah SWT :
َ ‫علَ ْي ِه ُم ْال َم ََلئِ َكةُ أ َ ََّل تَخَافُوا َو ََل تَحْ زَ نُوا َوأ َ ْبش ُِروا ِب ْال َجنَّ ِة الَّتِي ُك ْنت ُ ْم تُو‬
َ‫عدُون‬ َّ ‫ِإ َّن الَّ ِذينَ قَالُوا َربُّنَا‬
َ ‫َّللاُ ث ُ َّم ا ْستَقَا ُموا تَتَن ََّز ُل‬

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan:
"Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah
yang telah dijanjikan Allah kepadamu".(Q.S Fushshilat : 30)

1.5 Ruang Lingkup Manajemen Dakwah


Ruang lingkup kegiatan dakwah dalam tataran manajemen merupakan sarana atau alat pembantu
pada aktivitas dakwah itu sendiri. Karena dalam sebuah aktivitas dakwah itu akan timbul masalah
atau problem yang sangat kompleks, yang dalam menangani serta mengantisipasinya diperlukan
sebuah strategi yang sistematis. Dalam konteks ini, maka ilmu manajemen sangat berpengaruh
dalam pengelolaan sebuah lembaga atau organisasi dakwah sampai pada tujuan yang
diinginkan. Sedangkan ruang lingkup dakwah akan berputar pada kegiatan dakwah, di mana
dalam aktivitas tersebut diperlukan seperangkat pendukung dalam mencapai kesuksesan. Adapun
hal-hal yang mempengaruhi aktivitas dakwah antara lain meliputi:
Keberadaan seorang da’i, baik yang terjun secara langsung maupun tidak langsung, dalam
pengertian eksistensi da’i yang bergerak di bidang tersebut.
yang akan disampaikan kepada mad’u, pada tataran ini materi harus bisa memenuhi atau yang
dibutuhkan oleh mad’u, sehingga akan mancapai sasaran dakwah itu sendiri, dan
Mad’u kegiatan dakwah harus jelas sasarannya, dalam artian ada objek yang akan
didakwahi.[14]

PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan bahwa Manajemen dakwah islam merupakan
sebuah sarana yang bisa memberikan berbagai kemudahan. Dengan adanya sarana sehingga
membuat aktivitas dakwah menjadi lebih dinamis, cepat dalam bertindak (responsif) namun
terencana, terukur, dan terorganisasi. Dan juga dilakukan oleh SDM yang tepat, dan memberikan
dampak yang besar terhadap organisasi dan lingkungan. Bukan justru sebaliknya, menjadi rumit
dan menghambat dinamisasi aktivitas dakwah, atau bahkan menimbulkan masalah baru. Semua
tahapan dakwah yang sudah kita lakukan haruslah diukur keberhasilannya dengan mengevaluasi.
1.2 Saran
Demikian makalah kami buat dengan sedemikian rupa. Mungkin masih banyaknya kesalahan
yang ada mulai dari penyusuanan kata maupun penyuntingan kalimat, karena keterbatasan kami.
Saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan guna perbaikan makalah selanjutnya dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi semuanya. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Athoillah, M. Anton Athoillah. 2010, Dasar-dasar Manajemen. Bandung: CV


Pustaka Setia.
Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah.
Bandung: Bumi Aksara.
Kayo, RB. Khatib Pahlawan. 2007. Manajemen Dakwah dari Dakwah
Konvensional menuju Dakwah professional. Jakarta:Amzah.
Munir dan Wahyu Illaihi. 2009. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana.
Shaleh , ABD. Rosyad. 1977. Manajemen Dakwah Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Anda mungkin juga menyukai