Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan hubungan
sosial.Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat
oleh hubungan darah antara satu dengan lainnya.Dan dari dimensi darah dapat dibedakan
menjadi keluarga besar dan keluarga inti.Sedangkan dimensi hubungan sosial, keluarga
merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi
dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya, walaupun diantara mereka tidak
terdapat hubungan darah.
Pengertian secara psikologis, menurut Soelaeman, keluarga adalah sekumpulan orang
yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan
adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan
saling menyerahkan diri.
Bustaman menyatakan Keluarga adalah kelompok-kelompok orang yang dipersatukan
oleh ikatan-ikatan perakwinan darah atau adonpsi yang membantuk satu sama lain dan
berikatan dengan melalui peran-peran tersendiri sebagai anggota keluarga dan pertahanan
kebudayaan masyarakat yang berlaku dan menciptakan kebudayaan itu sendiri. keluarga
merupakan unit sosial terkecil yang meberikan pondasi primer bagi perkembangan anak. Jadi,
dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan keluarga merupakan kelompok sosial
terkecil yang dilikat dengan tali perkawinan yang terdiri atas ayah, ibu dan anak
Didalam suatu keluarga tidak jarang terjadi suatu perselisihan dan keributan antara satu
sama lain anggota keluarga. Hal itu dirasa cukup wajar terjadi dalam suatu
keluarga.Perbedaan pendapat, perselisihan sering pula terjadi dalam keluarga, karena dalam
sebuah keluarga terdapat beberapa kepala dengan pemikiran yang berbeda-
beda.Kaharmonisan dalam keluargapun sering terkoyak karena adanya sikap emosional
antara sesama anggota keluarga. Keharmonisan dalam keluarga akan tetap terjalin apabila
sesama anggota keluarga saling memahami, menghormati antara satu sama lain, namun jika
dalam keluarga tidak ada saling menghargai dan menghormati, akan berakibat perpecahan
dalam keluarga tersebut.
Di Indonesia tidak sedikit keluarga yang mengalami perpecahan.Perpecahan dalam
keluarga dapat terjadi baik antara sesama orang tua, orang tua dengan anak, anak dengan
anak.Perpecahan orang tua itu dapat berakibat pada perpisahan atau perceraian orang tua.
Dan dalam kenyataannya perceraian orang tua selalu berakibat pada anak-anaknya.Anak-
anak selalu menjadi korban atas perceraian orang tuanya.Akibat dari perceraian orang tua itu
ada anak yang bisa tetap bangkit dan merasa tidak dijadikan beban hidup atas perceraian
orang tuanya, namun tidak sedikit pula yang terpuruk atas perceraian orang tuanya.Anak
yang terpuruk akibat perceraian orang tua sering menjadi anak yang broken home.Selain itu,
secara prestasi, anak dapat menunjukkan prestasi yang membanggakan dan tidak terpengaruh
dengan persoalan yang terjadi di tengah keluarganya. Sedangkan, akibat negative dari
perceraian orang tua tersebut anak bisa terjun ke hal-hal negative seperti seks bebas, narkoba,
minum-minuman keras dan lain sebagainya.dan secara prestasi belajar, anak tidak dapat
menunjukkan prestasi belajar yang membanggakan.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikur :
a. Apa Pengertian Broken Home ?
b. Bagaimana Psikis anak yang broken home ?
c. Bagaimana dampak Broken Home pada Remaja dan Cara Mengatasinya?
d. bagaimana cara mengatasi anak broken home dengan konseling individu?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui pengertian broken home
b. Mengetahui psikis anak yang broken home
c. Mengetahui cara menyikapi anak yang broken home
d. Untuk mengetahui cara mengatasi anak broken home dengan konseling individu
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BROKEN HOME


Broken home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih sayang
orang tua sehingga membuat mental seseorang anak menjadi frustasi, brutal, dan susah diatur.
Selain itu, istilah broken home juga digunakan untuk menggambarkan keluarga yang tidak
harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun dan sejahtera akibat seringnya
terjadi konflik yang menyebabkan perpisahan (perceraian).
Broken home sangat berpengaruh besar pada mental seorang pelajar hal inilah yang
mengakibatkan seorang pelajar tidak mempunyai minat untuk berprestasi. Broken home juga
bisa merusak jiwa anak sehingga dalam sekolah mereka bersikap seenaknya saja, tidak
disiplin di dalam kelas mereka selalu berbuat keonaran dan kerusuhan hal ini dilakukan
karena mereka Cuma ingin cari simpati pada teman-teman mereka bahkan pada guru-guru
mereka.
Pada umumnya penyebab utama broken home ini adalah kesibukkan kedua orang tua
dalam mencari nafkah keluarga seperti hal ayah laki–laki bekerja dan ibu menjadi wanita
karier. Hal inilah yang menjadi dasar seorang tidak memiliki keseimbangan dalam
menjalankan aktifitas sehari hari dan malah sebaliknya akan merugikan anak itu sendiri,
dikala pulang sekolah dirumah tidak ada orang yang bisa diajak berbagi dan berdiskusi,
membuat anak mencari pelampiasan diluar rumah seperti bergaul dengan teman – temannya
yang secara tidak langsung memberikan efek / pengaruh bagi perkembangan mental anak.
Penyebab lain munculnya broken home antara lain :
a. Terjadinya perceraian
b. Ketidak dewasaan sikap orang tua yang berkelahi di depan anak-anak,
c. Tidak bertanggung jawabnya orang tua sehingga tidak memikirkan dampak dalam
kehidupan anak-anak mereka,
d. Jauh dari tuhan, sehingga masalah-masalah tidak diserahkan kepada tuhan,
kehilangan kehangatan dalam keluarga antara orang tua dan anak .
B. DAMPAK BROKEN HOME TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK
Beberapa dampak yang muncul dari seseorang yang mengalami broken home antara lain:
a) Academic Problem
seseorang yang mengalami Broken Home akan menjadi orang yang malas belajar, dan
tidak bersemangat serta tidak berprestasi.
b) Behavioural Problem
mereka mulai memberontak, kasar, masa bodoh, memiliki kebiasaan merusak, seperti
mulai merokok, minum-minuman keras, judi dan lari ketempat pelacuran.
c) Spiritual problem
mereka kehilangan Father’s figure sehingga tuhan, pendeta atau orang-orang rohani
hanya bagian dari sebuah sandiwara kemunafikan.
Sedangkan dari segi kejiwaan ( psikologis ), seseorang yang mengalami broken home
akan berakibat seperti :
a) Broken Heart
Seseorang akan merasakan kepedihan dan kehancuran hati sehingga memandang hidup
ini sia sia dan mengecewakan. Kecenderungan ini membentuk si pemuda tersebut menjadi
orang yang krisis kasih dan biasanya lari kepada yang bersifat keanehan sexual. Misalnya sex
bebas, homo sex, lesbian, jadi simpanan orang, tertarik dengan istri atau suami orang lain dan
lain-lain
b) Broken Relation (hubungan)
Seseorang merasa bahwa tidak ada orang yang perlu di hargai, tidak ada orang yang
dapat dipercaya serta tidak ada orang yang dapat diteladani.Kecenderungan ini membentuk si
pemuda menjadi orang yang masa bodoh terhadap orang lain, ugal ugalan, cari perhatian,
kasar, egois, dan tidak mendengar nasihat orang lain.
c) Broken Values
Seseorang kehilangan ”nilai kehidupan” yang benar. Baginya dalam hidup ini tidak ada
yang baik, benar, atau merusak yang ada hanya yang ”menyenangkan” dan yang ”tidak
menyenangkan”, pokoknya apa saja yang menyenangkan saya lakukan, apa yang tidak
menyenangkan tidak saya lakukan.
Tidak semua anak yang mengalami broken home berdampak negative, ada dampak
positivenya, diantara lain:
Dari sekian banyaknya anak yang berlatar belakang keluarga broken home, ada banyak
juga anak yang memiliki sikap positif dan menjadi orang yang berhasil. Seperti sikap mandiri
yang tercipta karena tuntutan hidupnya yang menjalani aktivitas keseharian anak tersebut
tanpa perhatian orang tuanya. Sikap kedewasaan juga kerap kali muncul pada diri anak
broken home, dengan terbiasa menghadapi masalah sendiri anak menjadi lebih dewasa dan
bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Broken home juga membentuk kepribadian yang
tegas dan tegar atau tidak mudah cengeng yang jikalau anak menghadapi masa sulit dalam
dirinya.
Seseorang yang berasal dari keluarga kebanyakan akan lebih mengerti tentang arti
kehidupan dibanding dengan anak dari keluarga yang harmonis. Hal ini disebabkan oleh
keseharian anak broken home yang terbiasa menjalani kesehariannya tanpa bantuan atau
kurangnya support dari orang tuanya sendiri. Kebanyakan orang seringkali menilai anak yang
berasal dari keluarga broken home memiliki sikap dan sifat yang menyimpang. Namun
kenyataannya tidak demikian, karena ternyata banyak juga anak yang berasal dari keluarga
yang broken home mampu menjadi seseorang yang berhasil yang didasari dengan sikap
kemandiriannya.
C. PENYEBAB BROKEN HOME
a. Orang tua yang bercerai
Perceraian menunjukkan suatu kenyataan dari kehidupan suami istri yang tidak lagi
dijiwai oleh rasa kasih sayang dasar-dasar perkawinan yang telah terbina bersama telah goyah
dan tidak mampu menompang keutuhan kehidupan keluarga yang harmonis. Dengan
demikian hubungan suami istri antara suami istri tersebut makin lama makin renggang,
masing-masing atau salah satu membuat jarak sedemikian rupa sehingga komunikasi terputus
sama sekali. Hubungan itu menunjukan situas keterasingan dan keterpisahan yang makin
melebar dan menjauh ke dalam dunianya sendiri.jadi ada pergeseran arti dan fungsi sehingga
masing-masing merasa serba asing tanpa ada rasa kebertautan yang intim lagi.
b. Kebudayaan bisu dalam keluarga
Kebudayaan bisu ditandai oleh tidak adanya komunikasi dan dialog antar anggota
keluarga. Problem yang muncul dalam kebudayaan bisu tersebut justru terjadi dalam
komunitas yang saling mengenal dan diikat oleh tali batin. Problem tersebut tidak akan
bertambah berat jika kebudayaan bisu terjadi diantara orang yang tidak saling mengenal dan
dalam situasi yang perjumpaan yang sifatnya sementara saja. Keluarga yang tanpa dialog dan
komunikasi akan menumpukkan rasa frustasi dan rasa jengkel dalam jiwa anak-anak. Bila
orang tua tidak memberikan kesempatan dialog dan komunikasi dalam arti yang sungguh
yaitu bukan basa basi atau sekedar bicara pada hal-hal yang perlu atau penting saja; anak-
anak tidak mungkin mau mempercayakan masalah-masalahnya dan membuka diri.Mereka
lebih baik berdiam diri saja.
Situasi kebudayaan bisu ini akan mampu mematikan kehidupan itu sendiri dan pada sisi
yang sama dialog mempunyai peranan yang sangat penting. Kenakalan remaja dapat berakar
pada kurangnya dialog dalam masa kanak-kanak dan masa berikutnya, karena orangtua
terlalu menyibukkan diri sedangkan kebutuhan yang lebih mendasar yaitu cinta kasih
diabaikan. Akibatnya anak menjadi terlantar dalam kesendirian dan kebisuannya.Ternyata
perhatian orangtua dengan memberikan kesenangan materiil belum mampu menyentuh
kemanusiaan anak. Dialog tidak dapat digantikan kedudukannya dengan benda mahal dan
bagus. Menggantikannya berarti melemparkan anak ke dalam sekumpulan benda mati.
c. Perang dingin dalam keluarga
Dapat dikatakan perang dingin adalah lebih berat dari pada kebudayaan bisu. Sebab
dalam perang dingin selain kurang terciptanya dialog juga disisipi oleh rasa perselisihan dan
kebencian dari masing-masing pihak. Awal perang dingin dapat disebabkan karena suami
mau memenangkan pendapat dan pendiriannya sendiri, sedangkan istri hanya
mempertahankan keinginan dan kehendaknya sendiri.
d. Adanya Masalah Ekonomi
Adanya Masalah Ekonomi Dalam suatu keluarga mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan rumah tangga. Istri banyak menuntut hal-hal diluar makan dan minum. Padahal
dengan penghasilan suami sebagai buruh lepas, hanya dapat memberikan makan dan rumah
petak tempat berlindung yang sewanya terjangkau. Karena suami tidak sanggup memenuhi
tuntutan istri dan anak-anaknya akan kebutuhan-kebutuhan yang disebutkan tadi, maka
timbullah pertengkaran suami-istri yang sering menjurus kearah perceraian.
e. Adanya Masalah Pendidikan
Adanya Masalah Pendidikan Masalah pendidikan sering menjadi penyebab terjadinya
brokenhome. Jika pendidikan agak lumayan pada suami istri maka wawasan tentang
kehidupan keluarga dapat dipahami oleh mereka. Sebaliknya pada suami istri yang
pendidikannya rendah sering tidak dapat memahami lika-liku keluarga. Karena itu sering
salah menyalahkan bila terjadi persoalan dikeluarga. Akibatnya selalu terjadi pertengkaran
yang mungkin akan menimbulkan perceraian. Jika pendidikan agama ada atau lumayan
mungkin sekali kelemahan dibanding pendidikan akan diatasi. Artinya suami istri akan dapat
mengekang nafsu masing-masing sehingga pertengkaran dapat dihindari.
D. DAMPAK BROKEN HOME PADA PERKEMBANGAN REMAJA
Perkembangan Emosi Emosi Merupakan situasi psikologi yang merupakan pengalaman
subjektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh.Perceraian adalah suatu hal yang
harus dihindari, agar emosi anak tidak menjadi terganggu.Perceraian adalah suatu penderitaan
atau pengalaman tramatis bagi anak. Adapun dampak pandangan keluarga broken home
terhadap perkembangan emosi remaja. Perceraian orang tua membuat tempramen anak
terpengaruh, pengaruh yang tampak secara jelas dalam perkembangan emosi itu membuat
anak menjadi pemurung, pemalas (menjadi agresif) yang ingin mencari perhatian orang tua /
orang lain. Mencari jati diri dalam suasana rumah tangga yang tumpang dan kurang
serasi.Peristiwa perceraian itu menimbulkan ketidakstabilan emosi. Ketidakberartian pada
diri remaja akan mudah timbul, sehingga dalam menjalani kehidupan remaja merasa bahwa
dirinya adalah pihak yang tidak diharapkan dalam kehidupan ini.  Remaja yang
kebutuhannya kurang dipenuhi oleh orang tua, emosi marahnya akan mudah terpancing.
Perkembangan Sosial Remaja Tingkah laku sosial kelompok yang memungkinkan
seseorang berpartisipasi secara efektif dalam kelompok atau masyarakat. Dampak keluarga
Broken Home terhadap perkembangan sosial remaja adalah:  Perceraian orang tua
menyebabkan ketidakpercayaan diri terhadap kemampuan dan kedudukannya, dia merasa
rendah diri menjadi takut untuk keluar dan bergaul dengan teman- teman. Anak sulit
menyesuaikan diri dengan lingkungan.Anak yang dibesarkan dikeluarga pincang,
cenderung sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan, kesulitan itu datang secara alamiah
dari diri anak tersebut. Dampak bagi remaja putri yang tidak mempunyai ayah berperilaku
dengan salah satu cara yang ekstrim terhadap laki-laki, mereka sangat menarik diri pasif dan
minder kemungkinan yang kedua terlalu aktif, agresif dan genit.
E. Cara Mengatasi Anak broken home Dengan Konseling Individu
Konseling individu adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara
konseling oleh seorang ahli (Konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu
masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
a.. Layanan Home Visit
Guru pembimbing perlu melakukan kunjungan rumah. Ini bisa berdampak langsung yang
bersifat ganda, yaitu dampak terhadap orang tua dan keluarga, dan dampak terhadap siswa.
Orang tua dan keluarga anak yang dikunjungi memiliki makna pemahaman orang tua bahwa
sekolah begitu memperhatikan masalah pendidikan anaknya. Bagi anak, ia akan merasa
gurunya sangat memperhatikan keberlangsungan sekolahnya. Saat kunjungan, guru
pembimbing hendaknya mengemukakan tujuan kunjungan rumah, dan menanyakan
keterangan penting mengenai diri siswa guna pemecahan masalah siswa itu sendiri.
Dalam kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, home visit (kunjungan rumah)
merupakan salah satu alternatif dalam memecahkan masalah siswa. Home visit mempunyai
dua tujuan, pertama untuk memperoleh berbagai keterangan atau data yang diperlukan dalam
memahami lingkungan dan siswa. Kedua, untuk mengubah dan memecahkan permasalahan
siswa yang mengalami kesulitan belajar. Home visit merupakan salah satu layanan
pendukung dari kegiatan bimbingan dan konseling yang dilakukan guru pembimbing atau
wali kelas dengan mengunjungi orang tua/tempat tinggal siswa.
Kegiatan dalam kunjungan rumah dapat berbentuk pengamatan dan wawancara, terutama
tentang kondisi rumah tangga, fasilitas belajar, dan hubungan antaranggota keluarga dalam
kaitannya dengan permasalahan siswa. Masalah siswa yang dibahas dapat berupa bidang
bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan bidang bimbingan karier. Pelaksanaan kunjungan
rumah memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang dari guru pembimbing dan
memerlukan kerja sama yang baik dari orang tua serta atas persetujuan kepala sekolah.
Fungsi utama bimbingan yang ditopang oleh kegiatan kunjungan rumah ialah fungsi
pemahaman.
Home visit perlu dilakukan dalam rangka membantu menangani masalah siswa walaupun
tidak berlaku untuk seluruh siswa. Maksudnya, hanya siswa tertentu yang menurut perkiraan
guru pembimbing perlu dilakukan kunjungan rumah, mengingat pemecahan masalah hanya
dapat diselesaikan bila ada kontak dengan orang tua atau diperkirakan masalahnya bersumber
dari lingkungan keluarga.
b. Langkah-Langkah Memberikan Bantuan Dalam Memecahkan Masalah
1. Langkah Identifikasi Kasus
Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak.
Dalam kasus ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat bimbingan dan
memilih kasus mana yang akan mendapat bantuan terlebih dahulu.
2. Langkah Diagnosa
Langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi kasus beserta latar belakangnya.
Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data dengan mengadakan
studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik pengumpul data. Setelah data terkumpul
kemudian ditetapkan masalah yang diihadapi beserta latar belakangnya. Dari data studi kasus
yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan sementara dan kesimpulan ini kemudian
dibicarakan lagi dalam pertemuan kasus untuk menetapkan masalah dan latar belakangnya.
3. Langkah Prognosa
Langkah prognosa yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan apa, terapi apa yang
akan dilaksanakan untuk membimbing kasus. Langkah ini ditetapkan berdasarkan kesimpulan
dalam langkah diagnosa, yaitu setelah ditetapkan masalah beserta latar belakangnya. Untuk
menetapkan langkah prognosa ini sebaiknya ditetapkan bersama setelah mempertimbangkan
berbagai kemungkinan dan berbagai faktor.
4. Langkah Terapi
Langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan pelaksanaan apa-
apa yang ditetapkan dalam langkah prognosa. Pelaksanaan ini tentu memakan banyak waktu
dan proses yang kontinue dan sistematis serta memerlukan adanya pengamatan yang cermat.
5. Langkah Evaluasi dan Follow Up
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah langkah terapi
yang telah dilakukan sejauh mana hasilnya. Dalam langkah ini dilihat perkembangan
selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.
c. Identifikasi Kasus
Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak.
Dalam kasus ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat bimbingan dan
memilih kasus mana yang akan mendapat bantuan terlebih dahulu.
a. Pengumpulan Data misalnya : Data Pribadi dan Data Keluarga
b. Diskripsi Masalah
c. Wawancara dan Observasi
a. Dengan Guru
b. Dengan Wali Kelas
c. Dengan Orang Tua Siswa
d. Dengan teman dekatnya
f. Wawancara dengan Klien
g. `Observasi pada kilen terhadap perilakunya
d. Diagnosa
Langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi kasus beserta latar belakangnya.
Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data dengan mengadakan
studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik pengumpul data. Setelah data terkumpul
kemudian ditetapkan masalah yang diihadapi beserta latar belakangnya. Dari data studi kasus
yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan sementara dan kesimpulan ini kemudian
dibicarakan lagi dalam pertemuan kasus untuk menetapkan masalah dan latar belakangnya.
Dari data studi kasus yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan sementara dan kesimpulan
ini kemudian dibicarakan lagi dalam pertemuan kasus untuk menetapkan masalah dan latar
belakangnya. Berdasarkan data pengumpulan dari permasalahan yang di hadapi klien maka
dapat di diagnosa yaitu anak tersebut mempunyai masalah dalam keluarganya (broken
home).
e. Langkah Prognosa
Langkah prognosa yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan apa, terapi apa yang
akan dilaksanakan untuk membimbing kasus. Langkah ini ditetapkan berdasarkan kesimpulan
dalam langkah diagnosa, yaitu setelah ditetapkan masalah beserta latar belakangnya. Untuk
menetapkan langkah prognosa ini sebaiknya ditetapkan bersama setelah mempertimbangkan
berbagai kemungkinan dan berbagai faktor.
Pendekatan Rational Emotive Terapy menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya yang
memilki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkah
laku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Reaksi emosional meliputi
evaluasi, interpretasi, filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Menurut Ellis (1993 ),
sebagian besar manusia memiliki kecenderungan yang besar untuk membuat dan
mempertahankan gangguan emosinalnya. Manusia menyakiti diri sendiri secara kognitif,
emosional, tingkah laku individu sering menyakiti ridi sendiri dan orang lain.
Proses berpikir seorang individu menurut Ellis dibagi menjadi 3 macam yaitu
a. Pikiran dingin adalah pikiran yang bersifat deskriptif dan mengandung sedikit emosi.
b. Pikiran hangat adalah yang mengarah pada preverensi/ keyakinan rasional, pikiran ini
mengandung unsur evaluasi yang mempengaruhi pembentukan perasaan.
c. Pikiran panas adalah pikiran yang mengandung unsur evaluasi yang tinggi dan penuh
dengan perasaan.
Berdasarkan dari diagnosa dapat di ambil langkah prognosa, kemudian di kemukakan
pula kemungkinan-kemungkinan langkah selanjutnya di tempuh untuk memberikan bantuan
yaitu :
1. Memberikan arahan pada siswa tersebut untuk senantiasa berusaha untuk bersosialisasi
dan terbuka dengan teman di sekolahnya.
2. Memberikan arahan untuk lebih meningkatkan komunikasi dengan orang tuanya.
3. Memberikan arahan kepada klien untuk lebih meningkatkan ketakwaannya serta
keimanannya.
4. Menyuruh orang tua untuk datang ke sekolah.
f. Langkah Terapi
Langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan pelaksanaan apa-
apa yang ditetapkan dalam langkah prognosa. Pelaksanaan ini tentu memakan banyak waktu
dan proses yang kontinue dan sistematis serta memerlukan adanya pengamatan yang cermat.
Berdasarkan prognosa yang telah di tentukan kemudian klien memilih semua alternative
pilihan untuk di laksanakan.
1. Memberikan arahan pada siswa tersebut untuk senantiasa berusaha untuk bersosialisasi
dan terbuka dengan teman di sekolahnya. Hal ini ia lakukan dengan cara mengikuti
kegiatan- kegiatan yang ada di sekolah seperti mengikuti ekstra kurikuler( pramuka,
organisasi osis) dan belajar kelompok.
2. Memberikan arahan untuk lebih meningkatkan komunikasi dengan orang tuanya.
Alternatif ini ia aplikasikan dengan cara makan malam bersama dengan orang tua,
menonton televisi bersama, liburan bersama, dan berbincang-bincang serta bercanda
bersama ketika ada waktu luang.
3. Memberikan arahan kepada klien untuk lebih meningkatkan ketakwaan serta
keimanannya. Hal ini diaplikasikan kedalam beberapa kegiatan keagamaan, yaitu ia
mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah, pengajian dan TPA di masyarakat, berusaha
melaksanakan sholat lima waktu secara tertib dan sering membaca Al Quran setelah
sholat magrib.
4. Memanggil orang tua klien ke sekolah guna konselor memberikan pengertian pada orang
tua agar lebih memberikan waktu luang pada anaknya, memberikan kasih sayang yang
tulus pada anak, mengajarkan norma-norma dan ajaran agama.
g. Langkah Evaluasi dan Follow Up
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah langkah terapi
yang telah dilakukan dan sejauh mana hasilnya. Dalam langkah ini dilihat perkembangan
selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.
Berdasarkan treatmen yang telah dilakukan oleh klien maka konselor mengadakan
evaluasi. Hal ini dilakukan guna untuk mengetahui tingkat keberhasilan pemecahan masalah
siswa. Berdasarkan evaluasi terhadap observasi yang dilakukan konselor terhadap tingkah
laku klien, didapat hasil bahwa sudah nampak ada perubahan didalam diri klien. Namun hal
ini belum mencapai hasil yang maksimal, hal ini dibuktikan klien belum bisa melakukan
proses sosialiasi dengan baik, terkadang masih membolos, dan dalam bergaul ia masih
memilih-milih teman.
Berdasarkan hasil keterangan klien didapat juga informasi bahwa orang tuanya di dalam
memberikan bimbingan dan kasih sayang terhadap klien masih kurang. Hal ini dibuktikan
dengan pengakuan dari klien bahwa, orang tuanya masih sibuk dengan pekerjaan masing-
masing dan biasanya mereka melupakan waktu luang untuk berkumpul bersama.
Berhubungan dengan hal tersebut kemudian konselor berusaha menindak lanjuti kasus siswa
tersebut agar bisa tuntas. Hal ini di lakukan dengan cara konselor mengadakan “Home Visit”
hal ini di lakukan dengan cara konselor datang langsung ke rumah klien untuk bertemu
dengan kedua orang tua klien. Dalam hal ini konselor memberikan arahan, pengertian pada
ke dua orang tua tersebut untuk lebih dapat memberikan kasih sayang, pendidikan agama
juga norma-norma, sehingga diharapkan klien dapat nyaman di rumah, klien dapat
meningkatkan segenap potensi yang di milikinya di sekolah. Dengan hal ini di harapkan
klien akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang sehat juga mampu optimal
dalam hidupnya, dan yang terpenting adalah terciptanya keharmonisan suasana dalam
keluarga.
Berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh konselor tersebut, konselor mengadakan
evaluasi kembali bahwa klien telah mengalami perubahan yang cukup drastis hal ini di
tunjukan dari perubahan perilaku klien menjadi lebih baik dan peningkatan prestasi klien di
sekolah menjadi lebih baik, klien tidak lagi membolos juga senantiasa memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya.
Berdasarkan keterangan dari klien di dapatkan informasi bahwa klien sudah nyaman di
rumah, klien juga mengaku setelah konselor mengadakan “Home visit” orang tuanya lebih
perhatian padanya, lebih dapat terbuka satu sama lain dalam anggota keluarganya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keluarga sangatlah penting bagi perkembangan anak pada masa-masa yang mendatang,
baik secara psikologis maupun secara fisik.Selain itu keluarga juga sebagai tempat untuk
berlindung, dan memperoleh kasih sayang.Namun, bagaimana jika peran keluarga sebagai
pelindung, dan tempat memperoleh kasih sayang itu tidak berfungsi dengan sebagaimana
mestinya? Tanpa keluarga anak akan merasa sendiri, dan tidak ada tempat untuk berlindung.
Kemana mereka harus pergi jika tempat perlindungan saja mereka tidak punya?Apa mereka
harus mencari perlindungan dijalan.
B. SARAN
Anak adalah generasi penerus yang seharusnya di jaga dengan baik, oleh karena itu
orang tua harus menjaga anak-anak mereka sebagaimana mestinya peran orang tua. Dan
perceraian bukanlah jalan untuk menyelesaikan masalah. Perceraian adalah penerus masalah
selanjutnya. Orangtua harus memilih antara ego mereka masing-masing atau masa depan
anak mereka. Okarena itu orang tua harus mempertimbangkan segala sesuatu keputusan yang
dibuatnya agar tidak berdampak pada perceraian atau permasalahan dalam rumah tengga
mereka yang akhirnya berdampak pada perkembangan anak – anak mereka.
DAFTAR PUSTAKA

www.google.com
Yogawima.blogspot.com/dampak-broken-home/html
Hamdan bakran ad-dzaky, konseling&psikoterapi islam hlm 190
http://ainunwima.blogspot.com/2013/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Anda mungkin juga menyukai