Anda di halaman 1dari 6

EMERGENCY SAFETY CAR (ESC)

Perusahaan ini menggunakan konsep ambulance online dengan aplikasi berbasis


android yang siap melayani masyarakat selama 24 jam untuk memudahkan
masyarakat yang membutuhkan jasa mobil ambulance karena sebelumnya banyak
masyarakat yang mengeluh sulit saat membutuhkan jasa mobil ambulance.

Konsep usaha ESC ini dibandingkan dengan yang lain jauh berbeda karena
perusahaan ini menerapkan 2 sistem yaitu keanggotaan member dan non-member.
Perbedaan nya member diharuskan mendaftar dan membayar iuran perbulan
dengan harga yang telah ditetapkan perusahaan, sementara untuk non-member
hanya tinggal mendownload aplikasinya melalui Play Store dan mendaftar melalui
aplikasi tersebut.

Kebijakan pemerintah :

 Kendaraan yang memiliki hak istimewa


Menurut pasal 134 dan 135 UU No 22 tahun 2009 mengenai prioritas dan
hak kendaraan gawat darurat di lalu lintas
 Kendaraan memberikan pertolongan pada kecelakaan lalu lintas
 Kendaraan pimpinan lembaga republik indonesia ambulance mengangkut
orang sakit
 Kendaraan pemadam kebakaran sedang melaksanakan tugas
 Kendaraan pimpinan dan pejabat negara asing serta lembaga internasional
yang menjadi tamu negara

Kebijakan pelayanan Ambulance ESC :

1. Kebijakan umum
 Pelayanan transportasi harus selalu berorientasi pada mutu
keselamatan pasien
 Dalam melaksanakan tugasnya setiap tugas wajib mematuhi ketentuan
dalam K3 (Keselamatan dan kesehatan kerja)
 Setiap tugas harus bekerja sesuai standar profesi, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika propesi, etiket dan di hormati hak
pasien
 Penyediaan tenaga harus memacu kepada pola ketenagaan
 Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat
rutin bulanan minimal 1 bulan sekali
 Setiap bulan wajib membuat laporan

2. Kebijakan khusus
 Mengikuti kegiatan pemantapan mutu internal dan eksternal
 Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, setiap petugas
wajib mengikuti pelatihan yang wajib di selenggarakan
 Perawatan kendaraan ambulance Elf meliputi cek accu, kelengkapan
administrasi kendaraan (pajak), dan service rutin lainnya.

Pelayanan Ambulance/Kereta Jenazah

 Harus stand by 24 jam

Waktu :

Jangka waktu adalah waktu yang dibutuhkan mulai dari permintaan


ambulance/kereta jenazah diajukan oleh keluarga pasien di kediaman nya
sampai tersediannya ambulance/kereta jenazah

Jam pelayanan :

Hari : setiap hari (24 jam)

Waktu : tergantung jarak

Biaya : sesuai ketentuan yang ditetapkan


Struktur Organisasi Perusahan

DIREKTUR

Rani Nurlatifah

WADIR UMUM, KU, SDM

Neng Pipih Hardianti

KA. BAG UMUM

Shinta kushardianti
KORDINATOR

Intan Permata Sari

KA. TIM I KA. TIM II KA. TIM III KA. TIM IV

Kepemimpinan

Visi dan Misi ESC

Visi :

1. Menjadikan masyarakat Indonesia tanggap dan peduli terhadap perjalanan


ambulance

Misi :
1. Membantu memperlancar perjalanan ambulance ketika dalam keadaan
darurat.
2. Mempelopori reaksi cepat tanggap terhadap ambulance untuk meningkatkan
rasa kemanusiaan.
3. Menjalin kerjasama dengan penyedia unit ambulance dan organisasi/lembaga
kemanusiaan.
4. Meningkatkan peran anggota untuk pengabdian masyarakat
5. Meningkatkan potensi ESC seluruh wilayah Indonesia.
Budaya Organisasi

Budaya organisasi Emergency Safety Car adalah sebuah pola perilaku yang
terbentuk atas kesepakatan bersama dari seluruh anggota dan menjadi ciri khas
dalam setiap pelayanan. Budaya organisasi ESC tersebut terdiri dari tiga sub
budaya yaitu:

1. Sukses peningkatan mutu, merupakan suatu budaya dimana setiap aktifitas


yang dilaksanakan oleh petugas adalah aktifitas yang bermutu atau
berkualitas. Para petugas diwajibkan untuk selalu memberikan pelayanan
yang bermutu, murah/ terjangkau oleh orang miskin, mudah/tidak berbelit-
belit dan berkeadilan non diskriminatif, marem/memberikan kepuasan
pada kedua belah pihak dan mantep/bekerja secara profesional. 5M di atas
oleh ESC dijadikan alat untuk merubah persepsi masyarakat negatif
sehingga bernilai positif.
2. Sukses Peningkatan Disiplin, yaitu budaya yang dikembangkan untuk
tetap menjaga stabilitas kerja para petugas di rumah sakit agar dapat tertata
dan tetap berkualitas. Dengan adanya budaya disiplin ini petugas harus
berpenampilan rapi dan bekerja dengan rapi, karena dengan rapi akan
enak/nyaman dipandang mata dan bekerja dengan rapi akan memperlancar
pekerjaan. Petugas juga diharuskan untuk rajin, baik rajin bekerja, rajin
belajar dan rajin beribadah, dimana pelayanan yang diberikan kepada
pasien jika hanya diniati untuk bekerja saja, maka bagi mereka itu
merupakan suatu kerugian, sehingga perlu diiringi dengan niat ibadah,
sehingga pekerjaannya dapat dilakukan dengan penuh keikhlasan.
Keramahan petugas pun menjadi skala prioritas dengan semboyannya
senyum, salam dan sapa (3S), dan ternyata keramahan menjadi suatu
penilaian tersendiri bagi setiap pasien, dimana petugas ESC terkenal
dengan keramahannya, terutama murah senyum. Budaya sukses
peningkatan disiplin juga menekankan petugas untuk selalu berperilaku
resik(bersih), mulai dari kebersihan diri, pakaian, lingkungan hingga
kebersihan obat dan makanan yang disajikan kepada pasien. sedangkan
nilai yang terakhir dalam budaya disiplin adalah rukun yaitu sesama
petugas dituntut untuk mampu bekerjasama dan saling menghargai.
3. Sukses peningkatan efisiensi, merupakan budaya pelengkap dari budaya
sebelumnya yang dikembangkan untuk mengarahkan petugas agar mampu
bekerja secara efisien dan efektif, dimana pelayanan yang baik bukan
hanya pelayanan yang bermutu/berkualitas dan memuaskan pelanggan
saja, namun juga efisien dan efektif. Dalam budaya efisiensi ini petugas
dituntut untuk mampu bekerja dengan memperhatikan beberapa nilai yang
terangkum dalam istilah CUBIT, yaitu Cukup, Urgen, Baik, Irit, dan
terawat. Pelayanan yang diberikan adalah pelayanan yang cukup, baik dari
perlakuan, fasilitas maupun sarana dan prasarananya, dan tidak berlebihan
(irit). Dengan nilai perilaku ”urgen”, petugas diharapkan mampu membuat
skala prioritas saat bekerja, terutama saat menghadapi pasien. fasilitas,
sarana dan prasarana yang disediakan oleh rumah sakit diupayakan untuk
selalu dalam kondisi yang baik (layak pakai), sehingga aman untuk
digunakan, oleh karena itu perlu adanya mekanisme perawatan yang baik
agar sarana dan prasarana yang sudah ada dapat digunakan secara
maksimal.

Anda mungkin juga menyukai