Anda di halaman 1dari 19

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA, SERTA ANALISIS

KESALAHAN DALAM AFIKS Ber-

DOSEN PEMBIMBING

F.X Sinungharjo

DISUSUN OLEH

Rahmat Akbar/184114053

UNIVERSITAS SANATA DHARMA


FAKULTAS SASTRA
SASTRA INDONESIA
2018
PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan YME yang telah menganugerahkan karunia-
Nya, yang karena-Nya, saya diberikan kemampuan untuk menyelesaikan makalah
morfologi yang bertema ‘Bentuk, Fungsi, dan Arti dalam Proses Morfologis Kata yang
Berimbuhan Ber-’.

Adapun penulisan makalah ini ditujukan sebagai pemenuhan beberapa ketentuan kelulusan
pada mata kuliah morfologi. Lewat penyusunan makalah ini tentunya saya mengalami
beberapa hambatan, tantangan serta kesulitan, namun karena semangat dan dukungan dari
berbagai pihak, akhirnya semua hambatan tersebut dapat teratasi.

Melalui penyusunan makalah ini tentunya saya sadar akan kekukurangan saya dalam
meneliti berbagai hal dikarenakan terbatasnya waktu luang saya dan kemampuan saya
dalam mata kuliah Morfologi yang mana pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan
Morfologis bukan menggunakan pendekatan Filsafat, yang mana bidang Filsafat tersebut
lebih berpengaruh dalam kerangka berfikir saya. Selebihnya, ada nilai plus dan minus dari
segi kualitas maupun dari segi kuantitas materi yang saya paparkan, saya harapkan
kemaklumannya dalam memahami makalah yang saya paparkan ini. Oleh sebab itu saya
memerlukan saran serta kritik yang membangun yang dapat menjadikan makalah ini lebih
baik.

Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada segenap


pihak yang telah memberikan dukungan, baik itu berupa bantuan, doa maupun dorongan
dan beragam pengalaman morfologis selama proses penyelesaian penulisan makalah ini.

Terakhir, tentunya saya berharap setiap bantuan yang telah diberikan oleh segenap pihak
dapat menjadi ladang kebaikan. Aamin

Yogyakarta, 26 April 2019


Penyusun
1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, berkomunikasi merupakan aktivitas manusia untuk


mengadakan kontak dengan lingkungan sekitar, baik terhadap alam maupun terhadap
sesamanya. Bahasa menjadi alat utama dalam bersarana untuk berkomunikasi dengan
sesama manusia. Berkomunikasi merupakan kegiatan berbagi informasi, menyampaikan
ide, gagasan, dan pemikiran kepada orang lain. Maka dari itu, seseorang harus
menggunakan bahasa yang baik dan jelas ketika berkomunikasi agar pesan yang ingin
disampaikan dapat sampai ketujuan. Ada banyak cara yang dapat digunakan agar bahasa
yang dipakai dalam berkomunikasi bersifat baik dan jelas atau efektif. Salah satunya yaitu
dengan proses morfologis. Proses morfologis merupakan cara pembentukan kata-kata
dengan menghubungkan morfen yang satu dan morfem yang lainnya. Ada beberapa jenis
proses morfologis yaitu afiksasi, reduplikasi dan pengulangan.

Penggunaan afiks sangat penting untuk memperjelas pesan yang akan disampaikan.
Dari itu, sebuah bentuk dasar perlu diberi imbuhan untuk dapat digunakan dalam
berkomunikasi. Maka dari itu, dalam makalah ini, penulis membahas salah satu afiks dan
kegunaannya dalam berkomunikasi serta analsis kesalahan dalam menggunakan afiks
tersebut. Afiks yang dibahas penulis yaitu afiks ber-. Penggunaan afiks ber- dapat
mengubah makna, jenis, dan fungsi bentuk dasar menjadi kata lain. Selain itu, penggunaan
afiks ber- yang akan digunakan tergantung pada keperluan penggunaannya dalam
berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, afiks ber- dapat diklasifikasikan ke dalam
beberapa jenis dengan makna dan bentuk yang berbeda-beda.
2. Rumusan Masalah

Dalam penggunaan afiks ber-, ada beberapa masalah yang dibahas dalam makalah ini,
yaitu;

1.1 Bagaimanakah terjadinya proses morfologis afiks?


1.2 Apakah fungsi afiks?
1.3 Bentuk-bentuk apa saja yang bisa didapat dalam afiks ber-
1.4 Apakah makna gramatikal afiks ber-?
1.5 Analisis kesalahan dalam afiks ber-

3. Tujuan

Ada beberapa tujuan yang akan dicapai penulis dalam pembahasan makalah pengunaan
afiks ber-, yaitu;

1.6 Untuk mengetahui terjadinya proses morfologis afiks ber- yang baik dan tepat
1.7 Untuk mengetahui fungsi afiks ber- dalam suatu kalimat
1.8 Untuk mengetahui bentuk apa saja yang dapat dihasilkan oleh afiks ber-
1.9 Untuk mengetahui makna gramatikal dan leksikal yang dimunculkan akibat
proses morfologis afiks ber-
1.10 Untuk dapat merubah kesalahan menjadi kebenaran dalam penggunaan
afiks ber-
4. Proses morfologis afiks ber-

Proses morfologis merupakan proses pembentukan kata dengan cara mengubah


bentuk dasar untuk mendapatkan kata baru yang bermakna gramatikal dan sifatnya terikat.
Pada proses morfologis ber-, ada beberapa hal yang terlibat sampai menimbulkan kata
baru. Hal yang pertama yaitu satuan yang mendasar. Satuan yang mendasar atau yang lebih
dikenal dengan bentuk dasar merupakan bentuk yang digunakan untuk menyusun kata yang
lebih besar. Satuan yang mendasar ini bermakna leksikal. Contohnya yaitu –temu, dan –
jalan. Hal yang kedua yaitu proses yang dilalui atau proses morfologis afiks. Pada proses
ini bentuk dasar atau leksem mendapatkan tambahan afiks yang beraneka ragam dan afiks
yang dibahas dalam makalah ini yaitu afiks ber- . Penambahahan afiks ber- pada bentuk
dasar dapat menghasilkan kata baru yang bermakna gramatikal. Hasil kata baru ini
merupakan hal yang ketiga dalam proses morfologis.

Contoh proses morfologis afiks ber- yaitu;

1. Bentuk dasar kandang dengan afiks ber- menghasilkan kata baru berkandang pada
kalimat “Kuda poni ini berkandang jauh di ujung taman rumah Pak Harto”.

2. Bentuk dasar nama dengan afiks ber- menghasilkan kata baru bernama pada kalimat
“Salah satu pasar di Solo bernama pasar Klewer dan tidak begitu terkenal.
5. Fungsi Afiks Ber-

Setelah mengalami proses morfologis, kata baru yang dihasilkan dapat berubah
fungsinya dari bentuk dasar maupun tidak. Dalam hal ini, penulis mengenal dua proses
dalam pembentukan kata. Dua proses tersebut adalah Infleksional dan Derivasional.
Infleksional merupakan kategori leksikal pembentukan kata baru hasil proses morfologis
yang fungsi kata barunya sama dengan bentuk dasarnya.

Contohnya dalam afiks ber- yaitu; bentuk dasar kandang “tempat istirahat hewan
peliharaan” memiliki fungsi sebagai kata benda dan setelah mendapatkan tambahan afiks
ber-menghasilkan kata baru berkandang. Kata berkandang memiliki fungsi sebagai kata
benda, pada kalimat “Kuda poni ini berkandang jauh di ujung taman rumah Pak Heru”.
Dari contoh tersebut dapat simpulkan bahwa, kata baru yang mendapatkan afiks ber-
dengan bentuk dasar yang berfungsi sebagai kata benda tidak mengalami perubahan fungsi.

Selanjutnya derivasional, derivasional merupakan kategori leksikal pembentukan


kata baru hasil proses morfologis yang fungsi kata barunya berbeda dengan bentuk
dasarnya. Contohnya yaitu; bentuk dasar sepeda “benda beroda dua dan tidak mempunyai
mesin” memiliki fungsi kata benda dan setelah mendapatkan tambahan afiks ber-
menghasilkan kata baru bersepeda. Kata bersepeda memiliki fungsi sebagai kata kerja,
pada kalimat “Aku bersepeda dengan dika setiap minggu di Jl.Malioboro”. Dari contoh
tersebut dapat disimpulkan bahwa, kata baru yang mendapatkan afiks ber- dengan bentuk
dasar yang berfungsi sebagai kata benda mengalami perubahan fungsi menjadi kata kerja.
6. Bentuk-bentuk dari Afiks Ber-

Bentuk dasar kata berafiks ber- mungkin berupa pokok kata, misalnya :

Bertemu  temu

Bersandar  sandar

Berjuang  juang

Bersua  sua

Berjumpa  ajar

Belajar  ajar

Beradu  adu

Beralih  alih

Bisa berupa kata sifat, misalnya :

Bergembira  gembira

Berpadu  padu

Berbahagia  bahagia

Bisa berupa kata bilangan, misalnya :

Berdua  dua

Bertiga  tiga

Berempat  empat

Berlima  lima
Dan yang paling sering digunakan ialah kata benda, misalnya :

Bersepeda  sepeda

Bertopi  topi

Berwibawa  wibawa

Berpemimpin  pemimpin

Beranggota  anggota

Beralasan  alasan

Berkebun  kebun

Semua kata berafiks ber- termasuk golongan kata verbal. Karena itu, afiks ber- hanya
mempunyai satu fungsi saja, ialah sebagai pembentuk kata verbal.

Makna afiks ber- dapat digolongkan sebagai berikut :

1. ‘Melakukan suatu tindakan’, atau dengan kata lain, menyatakan ‘suatu tindakan yang
aktif’. Makna ini, misalnya, terdapat pada kata-kata bersandar, berjuang, belajar,
bekerja, beralih, berangkat, berlari, berdagang, berdebat, berderet, dll

2. Pada kata bergembira, berpadu, berbahagia, ialah pada kata berafiks ber- menyatakan
‘dalam keadaan’, atau menyatakan makna ‘statif’
3. Pada kata-kata yang berbentuk dasar kata bilangan, afiks ber- menyatakan ‘kumpulan
yang terdiri atas jumlah yang tersebut pada bentuk dasar’, kecuali pada kata bersatu.
Di sini afiks ber- menyatakan ‘menjadi satu’

Contoh :

Berdua : ‘kumpulan yang terdiri dari dua’

Bertiga : ‘kumpulan yang terdiri dari tiga’

Berempat : ‘kumpulan yang terdiri dari empat’

Berlima : ‘kumpulan yang terdiri dari lima’

4. Apabila bentuk dasarnya berupa kata benda, afiks ber- mempunyai berbagai
kemungkinan makna, misalnya ‘mempergunakan atau memakai’, ‘mengendarai’,
‘mengeluarkan’, ‘mengadakan’, ‘menuju ke’. ‘mengesahkan’, dan mungkin masih ada
kemungkinan-kemungkinan yang lain, yang di sini dirangkum dalam satu makna ialah
‘melakukan perbuatan berhubung dengan apa yang tersebut pada bentuk dasar’

Contoh:

Berkereta api : ‘mempergunakan atau naik kereta api’

Berbaju : ‘memakai baju’

Bersuara : ‘mengeluarkan suara’

Berladang : ‘mengusahakan ladang’

Bertamu : ‘menjadi tamu’


5. Apabila bentuk dasarnya berupa kata benda, selain menyatakan makna yang tersebut
pada nomer 4 di atas, afiks ber- mungkin juga menyatakan makna ‘mempunyai apa
yang tersebut pada bentuk dasar’.

Contoh:

Berayah : ‘mempunyai ayah’

Berumah : ‘mempunyai rumah’

Berpemimpin : ‘mempunyai pemimpin’

Berwibawa : ‘mempunyai wibawa’

Berpenyakit : ;mempunyai penyakit;

Demikian juga bertiang, beratap, berpintu, berhalaman, berpengetahuan, berilmu,


bersejarah, berbahasa, berakar, dan sebagainya.
7. Makna Gramatikal Afiks Ber-

Dalam proses morfologis, penggunaan afiks ber- dapat menghasilkan kata baru
yang bermakna gramatikal. Makna gramatikal yang dihasilkan juga bermacam-macam.
Beberapa makna afiks ber- yang dihasilkan yaitu;

7.1 Bermakna mempunyai dan memiliki

Beberapa contoh kalimatnya:

1. Pria berkacamata hitam itu pergi ke sunmor untuk membeli kacamata

- Kata berkacamata memiliki bentuk dasar kacamata. Bentuk dasar Kacamata berfungsi
sebagai kata benda.

- Setelah diberi imbuhan ber-, kacamata menghasilkan bentuk baru yaitu berkacamata
yang berfungsi sebagai kata benda. Dalam hal ini, kata tersebut tidak mengalami perubahan
arti atau bersifat infleksional tetapi memiliki makna mempunyai kacamata dalam konteks
kalimat tersebut.

2. Model cantik itu berkaki jenjang dan berkulit putih

- Kata berkaki memiliki bentuk dasar kaki. Bentuk dasar kaki berfungsi sebagai kata
benda.

- Setelah diberi imbuhan ber-, kaki menghasilkan kata baru yaitu berkaki yang berfungsi
sebagai kata benda. Dalam hal ini, kata tersebut tidak mengalami perubahan arti atau
bersifat infleksional tetapi memiliki makna mempunyai dan memiliki kaki dalam konteks
kalimat tersebut.
3. Ranti telah berkeluarga sejak dua tahun lalu dan mempunyai satu anak

- Kata berkeluarga memiliki bentuk dasar keluarga. Bentuk dasar keluarga berfungsi
sebagai kata benda.

- Seteleh diberi imbuhan ber-, keluarga menghasilkan kata baru yaitu berkeluarga yang
berfungsi sebagai kata benda. Dalam hal ini, kata tersebut tidak mengalami perubahan arti
atau bersifat infleksional tetapi memiliki makna mempunyai dan memiliki keluarga dalam
konteks kalimat tersebut.

7.2 Bermakna sedang melakukan kegiatan

Beberapa contoh kalimatnya yaitu;

1. Ana bersepeda dengan Patrik setiap hari minggu di lapangan realino

- Kata bersepeda memiliki bentuk dasar sepeda. Bentuk dasar sepeda berfungsi sebagai
kata benda.

- Setelah mendapat imbuhan ber-, bentuk dasar sepeda menghasilkan kata baru yaitu
bersepeda yang berfungsi sebagai kata kerja. Dalam hal ini, kata bersepeda mengalami
perubahan fungsi atau bersifat derivasional dan bermakna sedang melakukan kegiatan
menaiki sepeda dalam konteks kalimat tersebut.

2. Dzawin ingin bertamu ke rumah Gita dan meminangnya

- Kata bertamu memiliki bentuk dasar tamu. Bentuk dasar tamu berfungsi sebagai kata
benda.

- Setelah mendapat imbuhan ber-, bentuk dasar tamu menghasilkan kata baru yaitu
bertamu yang berfungsi sebagai kata benda. Dalam hal ini, kata bersepeda tidak mengalami
perubahan fungsi atau infleksional tetapi memiliki makna sedang melakukan kegiatan
mendatangi rumah Gita dalam konteks kalimat tersebut.
7.3 Bermakna mempergunakan atau memakai sesuatu

Beberapa contoh kalimatnya yaitu;

1. Rumah Ratu Atut berpaku emas di sudut pintu depannya.

- Kata berpaku memiliki bentuk dasar paku. Bentuk dasar paku berfungsi sebagai kata
benda.

- Setelah mendapat imbuhan ber-, bentuk dasar paku menghasilkan kata baru yaitu
berpaku yang berfungsi sebagai kata benda. Dalam hal ini, kata berpaku tidak mengalami
perubahan fungsi atau infleksional tetapi memiliki makna mempergunakan paku di sudut
pintu dalam konteks kalimat tersebut.

2. Hari ini, Ibu Gita memasak sayur asam dan ikan asin yang bersambal terasi.

- Kata bersambal memiliki bentuk dasar sambal. Bentuk dasar sambal berfungsi sebagai
kata benda.

- Setelah mendapat imbuhan ber-, bentuk dasar sambal menghasilkan kata baru yaitu
bersambal yang berfungsi sebagai kata benda. Dalam hal ini, kata bersambal tidak
mengalami perubahan arti atau infleksional tetapi mempunyai makna menggunakan
sambal terasi dalam konteks kalimat tersebut.
7.4 Bermakna mempunyai sifat atau bersifat seperti

Beberapa contoh kalimatnya yaitu;

1. Tanah tandus berkapur di Gunung Kidul telah menyebabkan daerah ini

kekurangan air.

- Kata berkapur memiliki bentuk dasar kapur. Bentuk dasar kapur berfungsi sebagai kata
benda.

- Setelah mendapatkan imbuhan ber-, bentuk dasar kapur menghasilkan kata baru yaitu
berkapur yang berfungsi sebagai kata sifat. Dalam hal ini, kata berkapur mengalami
perubahan fungsi atau derivasional. Selain itu, kata berkapur juga bermakna mempunyai
sifat berkapur yang melekat pada tanah di daerah Gunung Kidul dalam konteks kalimat
tersebut.

2. Gorengan yang dijual di kantin sangat berminyak tetapi pembelinya banyak.

- Kata berminyak memiliki bentuk dasar minyak. Bentuk dasar minyak berfungsi sebagai
kata benda.

- Setelah mendapatkan imbuhan ber-, bentuk dasar minyak menghasilkan kata baru yaitu
berminyak yang berfungsi sebagai kata sifat. Dalam hal ini, kata berminyak mengalami
perubahan fungsi atau derivasional. Selain itu, kata berminyak juga bermakna mempunyai
sifat berminyak yang melekat pada gorengan dalam konteks kalimat tersebut.
8. Analisis kesalahan dalam Afiks Ber-

8.1 Penghilangan Prefiks ber-

Sering pemakai bahasa indonesia menghilangkan prefiks ber- pada kata-kata


bentukan, seharusnya hal itu tidak perlu terjadi. Prefiks ber- yang tidak dieksplisitkan, tentu
saja hal ini tidak benar.
Contoh:

Bentuk Tidak Baku


1. Pendapat bapakku beda dengan pendapat pamanku.
2. Marilah kita ke Tirtabening, kita renang di sana!
3. Warga negara Indonesia juang melawan kemiskinn dan kebodohan.

Kata-kata beda, renang, dan juang di atas merupakan kata dasar yang menduduki
predikat pada masing-masing kalimat. Sesuai kaidah bahasa Indonesia yang baku, dalam
predikat tersebut harus dieksplisitkan prefiks ber-, yaitu menjadi berbeda, berenang, dan
berjuang. Jadi perbaikan kalimat 1-3 adalah sebagai berikut.

Bentuk Baku
1. Mendapat bapakku berbeda dengan pendapat pamanku.
2. Marilah kita ke Tirtabening, kita berenang di sana!
3. Warga negara Indonesia berjuang melawan kemiskinan dan kebodohan.
8.2 Morf be- Tergantikan Morf ber-

Kesalahan berbahasa dalam pembentukan kata dapat kita amati pula pada
pemakaian morf be- yang tergantikan morf ber-

Bentuk Tidak Baku

1. Bintang-bintang yang berkerlip di langit membuast malam semakin indah.


2. Lebah-lebah di pohon itu marah karena dilempar batu oleh Sasongko, kemudian
berterbangan mengejarnya
3. Deden sehari bekerja selama delapan jam, dari pukul 08.00 s.d. pukul 16.00
4 Gedung yang sedang dibangun PT. Garuda Sakti Perkasa itu direncanakan berruang
lima puluh buah.

Jika kita cermati pemakatian kata berkerlip, berterbangan, berkerja, dan berruang pada
kalimat 1-3 termasuk bentukan yang salah. Berutrut-turut proses pembentukan kata-kata itu adalah
ber + kerlip, ber + terbang + an, ber + kerja, dan ber + ruang. Seusai kaidah pembentukan kata,
prefiks ber- jika melekat pada kata dasar yang berfonem awal /r/ dan melekat pada kata dasar yang
suku kata pertamanya berakhir dengan atau mengandung unsur [er] akan beralomorf menjadi be-
. Jadi bentukan yang benar adalah berkerlip, berterbangan, bekerja, dan beruang. Pembetulan
keempat kalimat di atas adalah sebagai berikut

Bentuk Baku

1. Bintang-bintang yang berkerlip di langit membuat malam semakin indah.


2. Lebah-lebah di pohon itu marah karena dilempar batu oleh Sasongko, kemudian
berterbangan mengejarnya.
3. Deden sehari bekerja selama delapan jam, dari pukul 08.00 s.d. 16.00
4. Gedung yang sedang dibangun PT. Garuda Sakti Perkasa itu direncanakan beruang lima
puluh buah.
8.3 Morf bel- Tergantikan Morf ber-

Kasus kesalahan ditemukan pula pada pemakaian morf bel- yang tergantikan morf
ber- berikut ini.

Bentuk Tidak Baku

1. Berajar tugas utamamu, bukan hanya bermain saja!


2. Saudara-saudara diizinkan duduk berunjur jika merasa kakinya kesemutan.
Kata dasar ajar dan unjur jika dilekati prefiks ber- maka akan menjadi belajar dan
belunjur. Kedua kalimat tersebut dapat kita perbaiki menjadi kalimat berikut.

Bentuk Baku

1. Belajar tugas utamamu, bukan hanya bermain saja!


2. Saudara-saudara diizinkan duduk belunjur jika merasa kakinya kesemutan.
9. Kesimpulan

Afiks merupakan morfem bermakna gramatikal yang memiliki sifat terikat.


Identitasnya baru dapat dikenali jika morfem diucapkan atau ditambahkan pada bentuk
dasar. Proses penambahan afiks pada bentuk dasar dengan cara memadukan afiks pada
bentuk dasarnya sehingga menjadi satuan yang baru, baik dari segi bentuk maupun makna
merupakan afiksasi. Dalam berkomunikasi, afiks ber- dapat diklasifikasikan dalam
beberapa makna, yaitu;

1. Afiks ber- bermakna mempunyai atau memiliki

2. Afiks ber- bermakna sedang melakukan kegiatan

3. Afiks ber- bermakna memakai atau menggunakan

4. Afiks ber- bermakna memiliki sifat atau bersifat seperti.

Penggunaan afiks dalam berkomunikasi sangat bermanfaat untuk memperlancar


komunikasi dan memperjelas makna.

10. Daftar Pustaka

Kridalaksana, Harimurti. 1988, Prinsip-prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa


Indonesia, Yogyakarta: Kanisius, Cetakan ke-1

Ramlan, M. 1980, Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif, Yogyakarta: U.P


Karyono, Cetakan ke-4

Setyawati, Ninik. 2010, Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan


Praktik, Surakarta: Yuma Pustaka, Cetakan ke-2
Chaer, Abdul. 1988, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: Bhratara Karya
Aksara

http://pusawi.blogspot.com/2013/05/kata-imbuhan-prefiks-sufiks-konfiks.html

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33663/3/Chapter%20II.pdf

http://ellispudjawaty.wordpress.com/2013/11/01/prefiks-infiks-sufiks-konfiks/

http://prodibahasa.wordpress.com/2011/11/25/prefiks-ber%E2%80%91/

https://mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.com/2013/01/pengertian-morfem-
jenis-jenisnya-dan.html

http://khansaakifaaya.blogspot.com/2014/04/identifikasi-morfem-jenis-jenis-
morfem_9.html

https://dosenbahasa.com/arti-imbuhan-ber-dan-contohnya-dalam-kalimat

https://dosenbahasa.com/contoh-imbuhan-ber

https://dosenbahasa.com/makna-imbuhan-ber-dan-contoh-kalimatnya

http://desikusmawati.blogspot.com/2011/02/ilmu-bahasa-indonesia-
morfologi.html

https://berbahasa-bersastra.blogspot.com/2011/10/kajian-morfologi.html

http://artikel-mgmp-bi-sma-ma-kotaptk.blogspot.com/2012/11/normal-0-false-
false-false-en-us-x-none.html

https://reliefbahasaindonesia.wordpress.com/2014/12/16/morfologi-bahasa-
indonesia/

https://dosenbahasa.com/perbedaan-makna-gramatikal-dan-leksikal

Anda mungkin juga menyukai