Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN HEPATOMA

A. Defenisi
Tipe kanker primer dari hari meliputi hepatoma atau karsinoma
hepatoseluler, karsinoma saluran empedu intrahepatik atau kolangiokarsinoma,
dan tipe campuran. Hepatoma adalah tumor ganas hati primer yg sering
diketemukan . Hepatoma adalah tumor hati biasa bersifat maligna / benigna
(Brunner & Suddarth, 2002).
Hepatoma adalah tumor ganas primer pada hati yang berasal dari sel
parenkim atau epitel saluran empedu atau metastase dari tumor jaringan lainnya.
Hepatoma(karsitoma hepatoseluler) adalah kanker yang berasal dari hepatosit
(karsitoma hepatoseluler) atau dari duktus empedu(kolangio karsinoma.
(Corwin.2009)
Hepatoma adalah masa abnormal pada sel hati,tumor hati dapat berupa
bernigna atau manigna tumor dapat berupa tumor primer atau metastase dari
jaringan lain.(Timby,1999)

B. Etiologi
Menurut (Sudoyo, 2007) faktor etiologi yang berperan sebagai pemicu
terjadinya hepatoma adalah:
a. Penderita sirosis hepatis dan infeksi virus hepatits B dan C, infeksi akut virus
hepatitis B dan C dapat menjadi kronik dan berkembang menjadi sirosis hepatis.
Hepatitis kronik dan sirosis hepatis merupakan onkogenik bagi sel hati sehingga
dapat berubah menjadi ganas.
b. Alkohol, meskipun alkohol tidak memiliki kemampuan mutagenik, peminum
alkohol berat (>50-70 g/hari dan berlangsung lama) beresiko untuk menderita
hepatoma melalui sirosis hati alkoholik yang berlanjut menjadi hepatoma.
c. Aflatoksin B1 (AFB1) merupakan mikotoksin yang diproduksi oleh jamur
aspergillus. Dari percobaan binatang AFB1 bersifat karsinogen. Metabolit AFB1
yaitu AFB 1-2-3 epoksit merupakan karsinogen utama dari kelompok aflatoksin
yang mampu membentuk ikatan dengan DNA maupun RNA. Salah satu
mekanisme hepatokarsinoenesisnya ialah kemampuan AFB1 menginduksi mutasi
pada kodon 249 dari gen supresor tumor p53.
d. Obesitas merupakan faktor resiko utama untuk non-alcoholic fatty liver disease
(NAFLD), khususnya non-alcoholic steatohepatitis (NASH) yang dapat
berkembang menjadi sirosis hepatis dan kemudian dapat berlanjut menjadi
hepatoma.
e. Diabetes Melitus merupakan faktor resiko baik untuk penyakit hati kronik maupun
hepatoma melalui terjadinya perlemakan hati dan steatohepatitis non-alkoholik
(NASH). Disamping itu, DM dihubungkan dengan peningkatan kadar insulin dan
insulin like growt factor (IGFs) yang merupakan faktor promotif potensial untuk
kanker.
Sedangkan menurut (Suratun,2010) etiologi dari faktor resiko kanker hati
yaitu:
a. Usia dan jenis kelamin dapat memberi kontribusi terhadap perkembangan
malignasi kanker hati, terjadi lebih sering pada pria dibanding wanita, terdiagnosa
sekitar sekitar usia 60-70 tahun.
b. Sirosis hepatis yang diakibatkan oleh alkoholisme.
c. Virus hepatitis B.
d. Aflatoksin dari jamur aspergilus plavus adalah karsinogenik dalam model-model
percobaan binatang. Hal ini diperkirakan bahwa konsumsi berulang makanan
yang terkontaminasi aflatoksin menyebabkan tumor hepar maligna pada manusia.
e. Infeksi paralitik juga diperkirakan mempengaruhi berkembangnya penyakit
kanker hati.
f. Tarpajan oleh bahan kimia seperti, vinil klorida, arsenik atau pestisida dapat
meningkatkan resiko kanker hati.

C. Patofisiologi
Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya
yang disebabkan oleh alkoholik dan postnekrotik.Pedoman diagnostik yang paling
penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada
penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak.
Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat
lain. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat
kanker. Hal ini benar, khususnya untuk keganasan pada saluran pencernaan, tetapi
banyak tumor lain juga memperlihatkan kecenderungan untuk bermestatase ke
hati, misalnya kanker payudara, paru-paru, uterus, dan pankreas.Diagnosa sulit
ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang
luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi.
Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebarantumor
yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi.Stadium hepatoma :
a. Stadium I : Satu fokal tumor berdiameter < 3 cmb.
b. Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada
segment Iatau multi-fokal tumor terbatas padlobus kanan atau lobus kiri
hatic.
c. Stadium III : Tumor pada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV)
atau kelobus kanan segment V dan VIII atau tumor dengan invasi
peripheral ke sistempembuluh darah (vascular) atau pembuluh empedu (biliary duct)
tetapi hanyaterbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hatid.
d. Stadium IV :Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan
dan lobuskiri hati. atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati
(intrahepaticvaskuler ) ataupun pembuluh empedu (biliary duct) atau tumor
denganinvasi ke pembuluh darah di luar hati (extra hepatic vessel) seperti
pembuluhdarah vena limpa (vena lienalis) atau vena cava inferior-atau adanya
metastasekeluar dari hati (extra hepatic metastase).
D.Manifestasi Klinis
Menurut (Iin Inayah, 2001) gambaran klinis dari hepatoma yaitu:
a. Malaise, anoreksia, berat badan menurun, perut terasa penuh, nyeri epigastrium,
hati membesar, berbenjol-benjol, asites.
b. Demam, lemah, nyeri perut kanan karena nekrosis sentral tumor atau perdarahan.
c. Abdomen akut: tiba-tiba nyeri perut hebat dan mual muntah, tekanan darah
menurun sehingga terjadi renjatan.
d. Ikterus.
Menurut (Shirley, 2005) gambaran klinis dari hepatoma yaitu:
a. Nyeri terjadi karena tumor tumbuh menembus kapsula hati, massa pada abdomen,
hepatomegali. Lemah, letih, malaise, kehilangan berat badan, dan demam.
b. Asites atau oedema disebabkan oleh pembendungan vena porta akibat sirosisnya.
c. Pada stadium lanjut nafsu makan berkurang dan dapat muncul ikterus karena
(penyakit kuning) akibat bendungan pada saluran empedu.

Menurut (Suratun,2010) gejala primer yang paling umum pada kanker hati
yaitu:
a. Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas, nyeri ini seringkali terus menerus,
mengganggu tidur, dan bertambah sakit saat posisis tidur miring ke kanan, dan
bahkan menyebar sampai ke skapula kanan.
b. Terjadi penurunan berat badan.
c. Rasa penuh pada epigastrik, anorksia, mual, muntah, diare, dan perdarahan
gastrointestinal.
d. Tes fungsi hepar meningkat ikterus, asites, teraba massa pada hepar,
hepatomegali, demam, keletihan, malaise.

E.Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Suratun, 2010) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan
pada penderita hepatoma yaitu:
a. Pemeriksaan radiologi yang meliputi sinar X dan dada serta Ultrasonografi dapat
menunjukkan adanya massa.
b. Scan CT dengan zat kontras dapat membantu dokter dalam menentukan apakah
ada lesi-lesi benigna atau maligna.
c. Angiografi dapat memperlihatkan pembuluh darah yang terkena sebelum
pembedahan.
d. Biopsi aspirasi dengan jarum halus (fine needle aspiration biopsy) terutama
ditujukan untuk menilai apakah suatu lesi yang ditemukan pada pemeriksaan
radiologi imaging dan laboratorium AFP itu benar pasti suatu hepatomae.
Pemeriksaan laboratorium meliputi beberapa pemeriksaan yaitu:
1) Alfa-fetoprotein (AFP) meningkat pada klien dengan karsinoma hepatoseluler dan
biasanya tidak ada peningkatan pada klien dengan kolagiokarsinoma atau kanker
hepar metastatik.
2) Antigen karsinoembrionik (CEA) dapat meningkat pada klien karsinoma
gastrointestinal dan adenokarsinoma lain yang metastase ke hepar terutama kanker
kolorektal dan karsinoma hepatoseluler.
3) Tes fungsi hati liver (LTF) yang meliputi transminase bukan untuk mendiagnosa
kanker tetapi peningkatannya kemungkinan dapat menindikasikan terjadinya
masalah hepar.

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan terhadap pasien Hepatoma terdiri dari pembedahan,
kemoterapi, terapi radiasi. (Suratun, 2010 : 300).

a. Pembedahan
Pembedahan adalah satu-satunya penanganan kuratif potensial untuk pasien
kanker hati. sayangnya hanya 25% pasien yang memenuhi kriteria untuk reseksi
hati. Reseksi hepatik melibatkan subkostal bilateral maupun insisi
torakoabdominal. Setelah insisi, terdapat empat teknik reseksi yang diketahui
yaitu lobektomi kanan dan kiri, trisegmenteknomi dan segmentektomi lateral,
segmen-segmen lateral meliputi pengangkatan bagian luar lobus kiri.
Trisegmentektomi adalah pengangkatan lobus kanan dan bagian dalam lobus kiri.
b. Kemoterapi
Kemoterapi regional meliputi penginfusan agens yang sangat dimetabolisasi
oleh hati melalui arteri hepatik. ini sangat meningkatkan dosis obat yang diberikan
ke tumor, tetapi meminimalisir efek samping sisterik. Kemoterapi intra arterial
dapat diberikan melalui kateter sementara yang dipasang ke dalam arteri aksila
dan femoralis. Agens yang digunakan paling sering untuk kemoterapi intraarterial
adalah flukoridin (FUDR) dan 5-FU. Obat lain yang digunakan meliputi sisplatin,
doksorubisin, mitomisin-C, dan diklorometotrekstat.
c. Terapi Radiasi
Meskipun kanker hati diyakini sebagai tumor radiosensitif, pengguna terapi
radiasi dibatasi oleh intoleransi relatif parenkim normal. Semua hati yang akan
mentoleransi 3000 cGy. Pada dosis ini insidensi hepatitis radiasi adalah 5%
sampai 10%. Pengobatan atau remisi jangka panjang kanker hati memerlukan
dosis lebih tinggi secara signifikan.
Menurut ( Ester, 2002) ada beberapa penatalaksanaan yang menggunakan
pendekatan keperawatan yaitu:
a. Dalam persiapan untuk pembedahan, status nutrisi, cairan, fisik umum dikaji dan
upaya dilakukan untuk menjamin kondisi fisik seoptimal mungkin.
b. Berikan penjelasan agar pasien menyiapkan diri secara psikologis terhadap
pembedahan, pemeriksaan diagnostik yang panjang dan melelahkan mungkin
dilakukan, perlu dilakukan persiapan usus dengan menggunakan katartik, irigasi
kolon dan antibiotik usus untuk meminimalkan kemungkinan akumulasi amonium
dan mengantisipasi kemungkinan insisi usus.
c. Pada pascaoperasi terdapat masalah potensial yang berhubungan dengan
keterlibatan kardiopulmonal, kapiler vaskuler, dan disfungsi pernafasan dan hati,
abnormalitas metabolik memerlukan perhatian cermat. Infus konstan dengan
glukosa 10% diperlukan dalam 48 jam pertama untuk mencegah cetusan
penurunan gula darah, yang diakibatkan oleh penurunan glukoneogenesis. Sintesis
protein dan metabolisme lemak juga berubah, sehingga memerlukan penginfusan
albumin.
d. Pasien memerlukan pemantauan ketat dan terus menerus serta perawatan selama
2 atau 3 hari pertama. Ambulasi dini dianjurkan.
Adapun pencegahan terhadap penyakit klien agar tidak mengalami
Hepatoma yaitu:
a. Pencegahan untuk penyakit Hepatitis B dan C.
b. Hindari Mengkonsumsi alkohol.
c. Hindari makanan yang mengandung aflatoksin.

G.KOMPLIKASI
Komplikasi Hepatoma paling sering adalah perdarahan varises esofagus,
koma hepatik, koma hipoglikemi, ruptur tumor, infeksi sekunder, metastase ke
organ lain. (Sjamsuhidajat, 2000).
Sedangkan menurut (Suratun,2010) komplikasi dari kanker hati adalah:
a. Perdarahan berhubungan dengan perubahan pada faktor pembekuan .
b. Fistulabiliaris.
c. Infeksi pada luka operasi.
d. Masalah pulmonal.
e. Anoreksia dan diare merupakan efek yang merugikan dari pemakaian agens
kemoterapi yang spesifik 5-FU dan FUDR.
f. Ikterik dan asites jika penyakit sudah pada tahap lanjut.
Asuhan Keperawatan pada Klien Hepatoma
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
Hepatoma, penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan teoritis. Teori
dan konsep diimplementasikan secara terpadu dalam tahapan-tahapan yang
terintegrasi dan terorganisir yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian Keperawatan
A. Anamnesa
1). Biodata
Pada biodata diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal,
pekerjaan, pendidikan, dan status perkawinan
2). Keluhan utama
Penderita datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan,
mengeluh nyeri pada perut bagian kanan atas, serta hilangnya daya rasa lokal
untuk perokok.
3) Riwayat Kesehatan
Menyangkut tentang penyakit yang pernah diamalami pasien dan keluarga,
kebiasaan yang dapat mempengaruhi penyakit yang diderita sekarang, serta
kronologi keluhan yang dirasakan hingga saat ini
Pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan hepatoma sebagai berikut:
a. Kaji adanya keluhan kelemahan, kelelahan, dan malaise.
b. Kaji riwayat mengkonsumsi alkohol, jika ya tanyakan berapa banyak dalam sehari
dan sudah berapa lama.
c. Kaji riwayat penggunaan obat-obatan yang kemungkinan dapat mempengaruhi
fungsi hati.
d. Kaji riwayat penyakit hepatitis, penyakit empedu, trauma hati, perdarahan
gastrointestinal.
e. Kaji adanya ketidaknyamanan; nyeri tekan abdomen pada kuadran kanan atas dan
menyebar ke skapula.
f. Kaji status nutrisi klien; anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, edema,
ikterik.
g. Kaji kebutuhan cairan; klien mengalami muntah, kulit kering, turgor kulit buruk,
diare, dan terjadi asites.
h. Kaji eliminasi klien; klien sering mengalami diare/konstipasi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Batasan Karakteristik :
a) Kram abdomen
b) Nyeri abdomen
c) Menghindari makanan
d) Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
e) Kerapuhan kapiler
f) Diare
g) Kehilangan rambut berlebihan
h) Bising usus hiperaktif
i) Kurang makanan
j) Kurang informasi
k) Kurang minat pada makanan
l) Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
m) Kesalahan konsepsi
n) Kesalahan informasi
o) Membrane mukosa pucat
p) Ketidakmampuan memakan makanan
q) Tonus otak menurun
r) Mengeluh gangguan sensasi rasa
s) Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA (Recommended Daily Allowance)
t) Cepat kenyang setelah makan
u) Sariawan rongga mulut
v) Steatorea
w) Kelemahan otot pengunyah
x) Kelemahan otot untuk menelan
Faktor-faktor yang berhubungan :
a. Faktor Biologis
b. Faktor Ekonomi
c. Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrient
d. Ketidakmampuan menelan makanan
e. Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
f. Faktor psikologis
2. Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal
kerusakan sedemikian rupa (International Association for the Study of Pain),
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir
yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan.
Batasan Karakteristik :
a. Perubahan selera makan
b. Perubahan tekanan darah
c. Perubahan frekuensi jantung
d. Perubahan frekuensi pernapasan
e. Laporan isyarat
f. Diafroesis
g. Perilaku distraksi (mis, berjalan modar mandir, mencari orang lain dan/atau
aktivitas lain, aktivitas yang berulang)
h. Mengekspresikan perilaku (mis, gelisah, merengek, menangis, waspada, iritabilitas,
mendesah)
i. Masker wajah (mis, mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar
atau tetap pada satu fokus, meringis)
j. Sikap melindungi area nyeri
k. Fokus menyempit (mis,gangguan persepsi nyeri, hambatan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
l. Indikasi nyeri yang dapat diamati
m. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
n. Sikap tubuh melindungi
o. Dilatasi pupil
p. Melaporkan nyeri secara verbal
q. Fokus pada diri sendiri
r. Gangguan tidur
Faktor yang Berhubungan :
a. Agens cedera (mis.,biologis, zat kimia, fisik, psikologis)

3. Intoleransi Aktivitas
Definisi : ketidakcukupan energy psikologis atau fisologis untuk melanjutkan atau
menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin
dilakukan.
Batasan Karakteristik :
a. Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
b. Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktifitas
c. Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia
d. Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia
e. Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
f. Dispnea setelah beraktivitas
g. Menyatakan merasa letih
h. Menyatakan merasa lemah
Faktor yang berhubungan :
a. Tirah baring atau imobilisasi
b. Kelemahan umum
c. Ketidakseimbangan antara suplei dan kebutuhan oksigen
d. Imobilitas
e. Gaya hidup monoton
4. Risiko Gangguan Fungsi Hati
Definisi : beresiko pada penurunan fungsi hati yang mungkin mengganggu kesehatan
Faktor resiko :
a. Medikasi hepatotoksik
b. Ko-infeksi HIV
c. Penyalahgunaan zat
Infeksi virus: hepatitis A, hepatititis B
6.Resiko Infeksi
Definisi: Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik
Faktor-fartor resiko:
a. penyakit kronis
-Diabetes militus
-Obesitas
b. Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemajanan pathogen
c. Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
-Gangguan peristalsis
-kerusakan integritas kulit
-perubahan sekresi pH
-merokok
-trauma jaringan
-penurunan kerja silialis
-pecah ketuban dini
-pecah ketuban lama
-merokok
-stasis cairan tubuh
d. ketidakadekuatan pertahanan sekunder
-penurunan hemoglobin
-imunosupresi (mis, imunitas didapat tidak adekuat, agen farmaseutikal termasuk
imunosupresan, steroid, antibody monoclonal, imunomudulator)
-supresi respon inflames
e. vaksinasi tidak adekuat
f. pemajanan terhadap pathogen
g.lingkungan meningkat
- wabah
h. Prosedur invasive
i. Malnutrisi

C. Rencana Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DX
1. Ketidakseimbangan Kriteria Hasil : NIC
Nutrisi Kurang dari 1. Adanya peningkatan berat 1. Nutrition Management
a. Kaji adanya alergi
Kebutuhan Tubuh badan sesuai dengan tujuan
2. Berat badan ideal sesuai makanan
b. Kolaborasi dengan ahli
dengan tinggi badan
3. Mampu mengidentifikasi gizi untuk menentukan
kebutuhan nutrisi jumlah kalori dan
4. Tidak ada tanda-tanda
nutrisi yang dibutuhkan
malnutrisi
pasien
5. Menunjukkan peningkatan
c. Anjurkan pasien untuk
fungsi pengecapan dari
meningkatkan intake Fe
menelan d. Anjurkan pasien untuk
6. Tidak terjadi penurunan
meningkatkan protein
berat badan yang berarti
dan vitamin C
e. Berikan substansi gula
f. Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
g. Berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
h. Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan harian
i. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
j. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
k. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
2. Nutrition Monitoring
a. BB pasien dalam batas
normal
b. Monitor adanya
penurunan berat badan
c. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
d. Monitor interaksi anak
atau orang tua selama
makan
e. Monitor lingkungan
selama makan
f. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
g. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
h. Monitor turgor kulit
i. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
j. Monitor mual dan
muntah
k. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
l. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
m. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
n. Monitor kalori dan
intake kalori
o. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papilla lidah dan
cavitas oral
p. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
2 Nyeri akut NOC : NIC :
1. Pain Level Pain Management
2. Pain control
1. Lakukan pengkajian
3. Comfort level
nyeri secara
Setelah diberikan asuhan
komprehensif termasuk
keperawatan selama …x…
lokasi, karakteristik,
masalah nyeri yang dialami
durasi, frekuensi,
pasien dapat teratasi dengan
kualitas dan faktor
Kriteria Hasil :
presipitasi
1. Mampu mengontrol nyeri
2. Observasi reaksi
(tahu penyebab nyeri,
nonverbal dari
mampu menggunakan
ketidaknyamanan
tehnik nonfarmakologi 3. Gunakan teknik
untuk mengurangi nyeri, komunikasi terapeutik
mencari bantuan) untuk mengetahui
2. Melaporkan bahwa nyeri
pengalaman nyeri pasien
berkurang dengan 4. Kaji kultur yang
menggunakan manajemen mempengaruhi respon
nyeri nyeri
3. Mampu mengenali nyeri 5. Evaluasi pengalaman
(skala, intensitas, frekuensi nyeri masa lampau
6. Evaluasi bersama pasien
dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman dan tim kesehatan lain
setelah nyeri berkurang tentang ketidakefektifan
5. Tanda vital dalam rentang
kontrol nyeri masa
normal
lampau
7. Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan
8. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
9. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
8. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
9. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
10. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
3 Intoleransi aktivitas NOC NIC
a. Energy conservation a. Activity therapy
b. Activity tolerance b. Kolaborasikan dengan
c. Self care : ADLs
tenaga rehabilitasi medic
dalam merencanakan
Setelah 3x24 jam interaksi
program therapy yang
diharapkan:
tepat
Kriteria Hasil c. Bantu klien untuk
a. Berpartisipasi dalam mengidentifikasi aktivitas
aktvitas fisik tanpa yang mampu dilakukan
d. Bantu untuk memilih
disertai peningkatan
aktivitas konsisten yang
tekanan darah, nadi, dan
sesuai dengan
RR
b. Mampu melakukan kemampuan fisik,
aktivitas seharihar ADLs psikologi, dan social
e. Bantu untuk
secara mandiri
c. Anda tanda vital normal mengidentifikas dan
d. Energy psikomotor
mendapatkan sumber
e. Level kelemahan
f. Mampu berpindah: daya yang diperlukan
dengan atau tanpa bantuan untuk aktofitas yang
alat diiginkan
g. Status kardiopulmonari f. Bantu untk mendapatkan
adekuat alat bantuan aktivitas
h. Sirkualasi status baik
seperti kursi roda dan
i. Status respirasi:
krek
pertukaran gas da ventilasi
g. Bantu untuk
adekuat
mengidentifikasi aktifitas
yang disukai
h. Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
dalam waktu luang
i. Bantu klien/keluarag
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktifitas
j. Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktifitas
k. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
l. Monitor respon fisik,
emosi, social dan spiritual
4 Resiko gangguan fungsi NOC NIC
hati Iver function, risk for impaired Teaching:disese process
Risk control drug use a. Beritahukan
Risk control alkohol used pengetahuan tentang
Risk control: sexually proses penyakit
b. Kaji pengetahuan
transmitted
pasien tentang
Disease
penyakitnya
Kriteria hasil:
c. Identifkasi
a. Penghentian perilaku
kemungkinan penybab
b. Penyalahgunaan
d. Jelaskan perjalanan
alkohol
penyait dan
c. Pembekuan darh
d. Penghentian perilaku bagaimana
e. Penyalahgunaan
hubungannya dengan
narkoba
anatomi fisiologi
f. Elektrolit
e. Berikan medikasi dan
asam/keseimbangan
terapi untuk proses
basa
penyakit
g. Pengetahuan:pengobata
f. Mendiskusikan pilihan
n
terapi
h. Respon terhadap
g. Berikan instrksi
pengobatan
kepada pasien tentang
i. Pengendalian resiko
j. Pengendalian tanda dan gejala yang
resiko:penggunaan menyertai penyakit
h. Dorong pasien untuk
alkohol
k. Pengendalian resiko: mengemukakan
proses menular pilihan ata
l. Pengendalian resiko:
mendapatkan pilihan
enyakit seksual
kedua
menular i. Identifikasi perubahan
m. Zat penarikan
kondisi fisik pasien
keparahan j. Deskripsikan
n. Perfusi jaringan :
kemungkinn
selular
komplikasi kronik
k. Memberikan informai
kepada keluarga
tentang kemajuan
kesehatan pasien
Surveillance
a. Menngumpulkan,
mengintrepretasikan
dan mensintesis data
pasien secara terarah
dan continue untuk
mengambil keputusan
klinik
6 Resiko infeksi NOC : NIC :

 Immune Status Infection Control (Kontrol


infeksi)
 Knowledge : Infection
control Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien lain
 Risk control
Pertahankan teknik isolasi
Kriteria Hasil :
Batasi pengunjung bila
 Klien bebas dari tanda
perlu
dan gejala infeksi
Instruksikan pada
 Mendeskripsikan proses
pengunjung untuk mencuci
penularan penyakit, factor
tangan saat berkunjung dan
yang mempengaruhi
setelah berkunjung
penularan serta
meninggalkan pasien
penatalaksanaannya,
Gunakan sabun
 Menunjukkan kemampuan
antimikrobia untuk cuci
untuk mencegah timbulnya
tangan
infeksi

 Jumlah leukosit dalam Cuci tangan setiap


batas normal sebelum dan sesudah
tindakan kperawtan
 Menunjukkan perilaku
hidup sehat Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung

Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat

Ganti letak IV perifer dan


line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum

 Gunakan kateter


intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung
kencing

 Tingktkan intake nutrisi

Berikan terapi antibiotik


bila perlu

Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)

Monitor tanda dan gejala


infeksi sistemik dan lokal

Monitor hitung granulosit,


WBC

Monitor kerentanan
terhadap infeksi

Batasi pengunjung

Saring pengunjung
terhadap penyakit menular

Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko

Pertahankan teknik isolasi


k/p

Berikan perawatan kuliat


pada area epidema

Inspeksi kulit dan


membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah

 Dorong masukkan nutrisi


yang cukup

Dorong masukan cairan

Dorong istirahat

 Instruksikan pasien


untuk minum antibiotik
sesuai resep

Ajarkan pasien dan


keluarga tanda dan gejala
infeksi

Ajarkan cara
menghindari infeksi

 Laporkan kecurigaan


infeksi

 Laporkan kultur positif


Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah, Edisi 8.,
Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009.Buku Saku PATOFISIOLOGI.Jakarta : EGC
Inayah, Iin, 2004.Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media. Muslihah.
Nurarif, Hardi.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis
Medis
NANDA NIC NOC.Yogyakarta. Medi Action Publishing
Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Edisi 4, Jilid 1.
Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Suratun, Lusianah. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem. Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media. Muslihah.
Shirley Harison. 2005. Media Relations : Konsep, Pendekatan dan Praktik.
Bandung : PT. Rosdakarya
Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2004.Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta :
EGC
Timby, Scherer & Smith. (1999). Introductory medical surgical nursing. (7th Ed.).
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Pathway
Alcohol, Aflatoksin, virus, androgen yang
berlebih, bahan kontrasepsi oral

Infeksi sel hat

Gangguan suplay darah


Inflamasi pada hepar
normal pada sel sel hepar

Sirosis Hepats Kerusakan sel sel


parenkim, sel hat, dan
Perasaan tdak nyaman duktuli empedu
dikuadran kanan atas perut Hepatoma intrahepatk

Kerusakan konjugasi

Nyeri Akut Pembedahan

Bilirubin tdak
sempurna
Insisi bedah
Anoreksia dikeluarkan melalui
dukus hepatkus

Diskontnuitas
Ketidakseimbangan jaringan Bilirubin direk
nutrisi kurang dari meningkat
kebutuhan tubuh

Resiko Infeksi Eksresi kedalam kemih


Glukosa dalam darah
berkurang
Bilirubin dan kemih
berwarna gelap
Cepat lelah

Resiko gangguan fungsi


Intoleransi hati
Aktifitas

Anda mungkin juga menyukai