Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbicara mengenai pendidikan berarti berbicara tentang profesi guru.
Pada saat ini profesi guru merupakan salah satu profesi yang banyak diminati oleh
kebanyakan siswa dan siswi. Guru merupakan profesi yang dapat menentukan masa
depan bangsa ini, guru yang baik dan berkualitas dapat menjadikan bangsa ini
menjadi bangsa yang berkualitas juga, begitu pun sebaliknya, seorang guru yang
tidak berkualitas akan menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang tertinggal dan
bahkan bisa menjadi bangsa yang terjajah lagi, selain itu saat ini profesi guru
dijamin kesejahteraan hidupnya. Oleh karena itu, orang-orang berlomba-lomba
untuk menjadi seorang guru. Namun, menjadi seorang guru bukanlah hal yang
mudah ada beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain adalah syarat
admistrasi, teknis, psikis, dan fisik, selain itu seorang guru juga harus memiliki
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan professional.
Namun,kebanyakan orang-orang yang telah menjadi seorang guru dalam
menjalankan profesinya tersebut tidak jarang melakukan penyimpangan atau pun
pelanggaran terhadap norma-norma menjadi seorang guru, sehingga pemerintah
menetapkan suatu aturan atau norma-norma yang harus dipatuhi oleh para guru di
Indonesia yang dikenal dengan “Kode Etik Guru”. Dengan adanya Kode Etik Guru
ini, diharapkan para guru dapat menjalankan tugasnya dengan baik sebagaimana
telah ditetapkan dalam Kode Etik Guru tersebut. Selain itu hal yang sangat penting
dipelajari agar guru maupun dosen atau pihak-pihak yang lain dapat mengerti dan
memahami bagaimana peraturan-peraturan guru dan dosen. Dengan memahami UU
Guru dan Dosen dengan baik maka guru dan dosen mampu mengatasi berbagai
permasalahan pendidikan khususnya guru dan dosen. Jadi jika guru dan dosen tidak
membekali pengetahuan tentang peraturan-peraturan yang baik maka anak didik
tidak dapat bersosialisasi baik terhadap orang yang ada disekitarnya .

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kode etik guru?
2. Apa pentingnya kode etik guru?
3. Apa saja substansi kode etik guru?
4. Apa pengertian Undang – Undang Guru dan Dosen?
5. Apa pentingnya Undang – Undang Guru dan Dosen?
6. Apa saja substansi Undang – Undang Guru dan Dosen?

C. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui pengertian kode etik guru.
2. Untuk mengetahui pentingnya kode etik guru.
3. Untuk mengetahui substansi kode etik guru.
4. Untuk mengetahui pengertian Undang – Undang Guru dan Dosen.
5. Untuk mengetahu pentingnya Undang – Undang Guru dan Dosen.
6. Untuk mengetahui Subtansi Undang – Undang Guru dan Dosen.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kode Etik Guru


Kode Etik Dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis
dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan
atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Dalam kaitannya dengan profesi,
bahwa kode etik merupakan tata cara atau aturan yang menjadi standart kegiatan
anggota suatu profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai professional
suatu profesi yang diterjemahkan kedalam standart perilaku anggotanya. Nilai
professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian kepada
masyarakat.

Berikut beberapa pengertian kode etik :

1. Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 Tentang Pokok-pokok


Kepegawaian. Pasal 28 menyatakan bahwa "Pegawai Negeri Sipil
mempunyai kode etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku perbuatan di
dalam dan di luar kedinasan". Dalam Penjelasan Undang-undang tersebut
dinyatakan dengan adanya Kode Etik ini, Pegawai Negeri Sipil sebagai
aparatur negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat mempunyai pedoman
sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan
dalam pergaulan hidup sehari-hari. Selanjutnya dalam Kode Etik Pegawai
Negeri Sipil itu digariskan pula prinsip-prinsip pokok tentang pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab pegawai negeri. Dari uraian ini dapat di
simpulkan, bahwa kode etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan
perbuatan di dalam melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari- hari.
2. Kongres PGRI ke XIII, Basuni sebagai Ketua Umum PGRI menyatakan
bahwa Kode Etik Guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman
tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan
pengabdiaan bekerja sebagai guru (PGRI, 1973). Dari pendapat ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa dalam Kode Etik Guru Indonesia terdapat dua

3
unsur pokok yakni: (1) sebagai landasan moral, dan (2) sebagai pedoman
tingkah laku.
Kode etik guru indonesia adalah himpunan nilai nilai dan norma norma
profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematis dalam suatu sistem
yang utuh dan bulat. Kode etik guru indonesia berfungsi sebagai landasan
moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam menunaikan
tugas pengabdianya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta
dalam kehidupan sehari hari di masyarakat. Dengan demikian , kode etik guru
indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan sikap
profesional para anggota profesi keguruan.
Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku
bertujuan menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan
bermartabat yang dilindungi undang-undang. Kode Etik Guru Indonesia
berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi
pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan
peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi
profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial,
etika dan kemanusiaan.

B. Pentingnya Kode Etik Guru


Secara umum, kode etik ini diperlakukan dengan beberapa alasan, antara lain
seperti berikut ini :
1. Untuk melindungi pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan kebijakan
yang telah ditetapkan berdasarkan perundangan-undangan yang
berlaku.
2. Untuk mengontrol terjadinya ketidakpuasan dan persengketaan dari
para pelaksana, sehingga dapat menjaga dan meningatkan stabilitas
internal dan eksternal pekerjaan.
3. Melindungi para praktisi di masyarakat, terutama dalam hal adanya
kasus-kasus penyimpangan tindakan. melindungi anggota masyarakat
dari praktek-praktek yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku.

4
C. Substansi Kode Etik Guru
1. Guru berbakti dalam membimbing anak didik guna membentuk generasi
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran Profesional.
3. Guru berusaha mendapatkan informasi tentang anak didiknya sebagai
alat untuk membina dan membimbing.
4. Guru menciptakan suasana sekolah dengan sebaik-baiknya agar proses
belajar mengajar bisa berhasil.
5. Guru menjaga hubungan baik dengan orang tua wali maupun dengan
masyarakat sekitar untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab
bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan kualitas dan martabat profesinya.
7. Guru menjaga hubungan dengan sesama rekan seprofesinya, menjaga
rasa kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial.
8. Guru bersama-sama menjaga dan meningkatkan kualitas organisasi
PGRI sebagai wadah perjuangan dan pengabdian.
9. Guru menjalankan segala kebijakan pemerintah dalam bidang
kependidikan.

D. Pengertian Undang – Undang Guru dan Dosen


Undang-Undang Guru dan Dosen ( UUGD ) merupakan suatu ketetapan
politik bahwa pendidik adalah pekerjaan profesional, yang berhak mendapatkan
hak-hak sekaligus kewajiban profesional. Dengan itu diharapkan, pendidik dapat
mengabdikan secara total pada profesinya dan dapat hidup layak dari profesi
tersebut. Dalam UUGD No 14 tahun 2005 ditentukan bahwa seorang pendidik
wajib memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi pendidik sebagai agen
pembelajaran. Kompetensi profesi pendidik meliputi kompetensi pedagodik,
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

5
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik”. Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini
dengan“kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat
dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar,
kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar
mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian.
Kompetensi Menyusun Rencana Pembelajaran :
Menurut Joni (1984:12), kemampuan merencanakan program belajar
mengajar mencakup kemampuan:
a. Merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran
b. Merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar
c. Merencanakan pengelolaan kelas
d. Merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran
e. Merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan
pengajaran.
Kompetensi Melaksanakan Proses Belajar
Mengajar Melaksanakan proses belajar mengajar merupakan tahap
pelaksanaan program yang telah disusun. Dalam kegiatan ini kemampuan
yang di tuntut adalah keaktifan guru dan dosen menciptakan dan
menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah
disusun. Guru dan dosen harus dapat mengambil keputusan atas dasar
penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar mengajar dicukupkan,
apakah metodenya diubah, apakah kegiatan yang lalu perlu diulang,
manakala siswa belum dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.
2. Kompetensi Kepribadian
Guru dan dosen sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya
mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya
manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru dan
dosen akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun

6
masyarakatnya, sehingga guru dan dosen akan tampil sebagai sosok
yang patut “digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru”
(di contoh sikap dan perilakunya).Kepribadian guru dan dosen dan
dosen merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik.
Dalam kaitan ini, Zakiah Darajat dalam Syah (2000:225-
226) menegaskan bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan
apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya,
ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak
didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan
mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).
Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru
dan dosen dalam menggeluti profesinya adalah meliputi fleksibilitas
kognitif dan keterbukaan psikologis. Fleksibilitas kognitif atau
keluwesan ranah cipta merupakan kemampuan berpikir yang diikuti
dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu.
Guru dan dosen yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan adanya
keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia memiliki resistensi
atau daya tahan terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam
pengamatan dan pengenalan.Dalam Undang-undang Guru dan dosen
dikemukakan kompetensi kepribadian adalah “kemampuan kepribadian
yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi
teladan peserta didik”. Surya (2003:138) menyebut kompetensi
kepribadian ini sebagai kompetensi personal, yaitu kemampuan pribadi
seorang guru dan dosen yang diperlukan agar dapat menjadi guru dan
dosen yang baik.

Kompetensi personal ini mencakup kemampuan pribadi yang


berkenaan dengan pemahaman diri,penerimaan diri, pengarahan diri,
dan perwujudan diri. Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada
pendapat Asian Institut for Teacher Education, mengemukakan
kompetensi pribadi meliputi (1) pengetahuan tentang adat istiadat baik

7
sosial maupun agama, (2) pengetahuan tentang budaya dan tradisi, (3)
pengetahuan tentang inti demokrasi, (4) pengetahuan tentang estetika,
(5) memiliki apresiasi dan kesadaran sosial, (6) memiliki sikap yang
benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan, (7) setia terhadap harkat
dan martabat manusia. Sedangkan kompetensi guru dan dosen dan
dosen secara lebih khusus lagi adalah bersikap empati, terbuka,
berwibawa, bertanggung jawab dan mampu menilai diri pribadi.

3. Kompetensi Profesional
Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan dosen ,
kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi
pelajaran secara luas dan mendalam”. Surya (2003:138) mengemukakan
kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan
agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru dan dosen dan dosen
profesional. Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau keahlian
dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya
beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa
kebersamaan dengan sejawat guru dan dosen dan dosen lainnya.
Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut
for Teacher Education, mengemukakan kompetensi profesional guru
dan dosen mencakup kemampuan dalam hal (1) mengerti dan dapat
menerapkan landasan pendidikan baik filosofis, psikologis, dan
sebagainya, (2) mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai dengan
tingkat perkembangan perilaku peserta didik, (3) mampu menangani
mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan kepadanya, (4)
mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai, (5)
mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas
belajar lain, (6) mampu mengorganisasikan dan melaksanakan
programpengajaran, (7) mampu melaksanakan evaluasi belajar dan (8)
mampu menumbuhkan motivasi peserta didik.
4. Kompetensi Sosial

8
Guru dan Dosen yang efektif adalah guru dan dosen yang mampu
membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pengajaran.
Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses
komunikasi. Menurut Undang-undang Guru dan Dosen kompetensi
sosial adalah “kemampuan guru dan dosen dan dosen untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta
didik, sesama guru dan dosen dan dosen, orangtua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar”. Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi
sosial adalah kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar berhasil
dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam kompetensi sosial ini
termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan
tanggung jawab sosial.
Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian
Institut for Teacher Education,menjelaskan kompetensi sosial guru dan
dosen adalah salah satu daya atau kemampuan guru dan dosen untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik
serta kemampuan untuk mendidik, membimbing masyarakat dalam
menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Untuk dapat
melaksanakan peran sosial kemasyarakatan, guru dan dosen harus
memiliki kompetensi (1) aspek normatif kependidikan, yaitu untuk
menjadi guru dan dosen dan dosen yang baik tidak cukup digantungkan
kepada bakat, kecerdasan,dan kecakapan saja, tetapi juga harus beritikad
baik sehingga hal ini bertautan dengan norma yang dijadikan landasan
dalam melaksanakan tugasnya,(2) pertimbangan sebelum memilih
jabatan guru dan dosen , dan (3) mempunyai program yang menjurus
untuk meningkatkan kemajuan masyarakat dan kemajuan pendidikan.
E. Urgensi Undang Undang Guru Dan Dosen
Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 8 dinyatakan
bahwa setiap guru dan dosn harus memiliki kompetensi keguruan. Kompentensi
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

9
Berbagai penelitian telah membuktikan pentingnya kompetensi guru dalam proses
pendidikan dan pembelajaran.Dalam masalah yang berkaitan dengan kemampuan
yang harus dimiliki guru, Peters sebagaimana dikutip oleh Isjoni (2006: 16)
menyatakan bahwa sebagai pengajar, guru dituntut untuk memiliki kemampuan
dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
Fasli Jalal (2006: 1-6) menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar
setiap guru harus memiliki tiga kemampuan yaitu:

1. Kemampuan mengajar
2. Kemampuan mengelola strategi pembelajaran
3. Kemampuan memberikan penilaian

SedangSutrisno (2006: 1-7) menyatakan bahwa setiap guru harus


menguasai kemampuan sebagai berikut:

1. Ketrampilan dalam pembelajaran di kelas..


2. Kemampuan dalam menguasai strategi pembelajaran.
3. Kemampuan dalam mengelola kelas.
4. Kemampuan dalam memahami kesulitan dan kepentingan siswa.
5. Kemampuan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.
6. Kemampuan dalam melakukan evaluasi.
7. Sikap terhadap pendapat siswa dalam kelas.

Pada saat ini, kompetensi yang harus dimiliki guru sudah dibakukan
dalam Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Dalam pasal 10 dinyatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki guru
ada empat yaitu kompetensi paedagogis, kepribadian, sosial, dan
profesional. Keempat kompetensi tersebut harus dikuasai guru dengan
baik, karena dalam melaksanakan tugasnya guru tidak berhadapan dengan
benda mati, tetapi menghadapi pribadi yang sedang tumbuh dan
berkembang, pribadi yang memiliki kemampuan sifat, sikap, dan karakter
yang beragam sehingga memerlukan perlakuan yang berbeda-beda.
Dengan kompetensi yang dimilikinya, guru akan mengetahui keadaan

10
tersebut sehingga ia akan berusaha memberikan perlakuan yang berbeda
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing peserta didiknya.

F. Substnasi Undang – Undang Guru dan Dosen


1. Kualifikasi Dan Kompetensi
Kualifikasi mendorong seseorang untuk memiliki suatu “keahlian atau
kecakapan khusus”. (Pusat Bahasa Depdiknas, 2001:603). Pelaksanaan
sistem pendidikan selalu mengacu pada landasan pedagogik diktaktik.
Untuk melihat kualifikasi profesional guru dalam kesatuan.
Menurut Anwar Jasin kualifikasi guru dapat dipandang sebagai
pekerjaan yang membutuhkan kemampuan yang mumpuni. Kualitas
seperti ini tercermin dari diri pendidik. Adapun persyaratan yang harus
dimiliki oleh jiwa pendidik antara lain:

1. Berkepribadian dewasa, terutama dalam melaksanakan fungsinya,


sebagai orangtua kedua, in loco parentis, bagi siswa-siswanya.
2. Mandiri (independen judgement), terutama dalam mengambil
keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran dan pengelolaan
kelas.
3. Penuh rasa tanggungjawab, mengetahui fungsi, tugas dan
tanggungjawabnya

Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 diperoleh


melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat
(pasal 9); dan Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi (pasal 10).

2. Kewajiban Guru dan Hak Guru


Dalam Undang-undang Guru dan Dosen, hak dan kewajiban guru lebih
diatur dengan sangat lengkap, terperinci dan jelas. Yaitu dalam Pasal 7,
Pasal 8, Pasal 12, Pasal 14 s/d Pasal 21 ayat (1), Pasal 26 ayat (1), Pasal

11
28 ayat (2), pasal 29, Pasal 32, Pasal 35 s/d Pasal 41. Dapat dipisahkan
dan dijabarkan sebagai berikut.

a. Hak guru antara lain :


1. Dalam pasal 7 terdapat beberapa hak yaitu:
1. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan
prestasi kerja;
2. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar
sepanjang hayat
3. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan
4. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas
keprofesionalan guru
2. Pasal 14 antara lain berisi:
1. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas
dan prestasi kerja.
2. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana
pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas
keprofesionalan.
3. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam
melaksanakan tugas.
4. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi
profesi.
5. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan
kebijakan pendidikan.
6. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi.
7. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam
bidangnya.

12
b. Kewajiban guru dalam UU ini antara lain :
1. Dalam pasal 7 terdapat beberapa kewajiban guru yaitu:
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism.
2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.
3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan
sesuai dengan bidang tugas.
4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang
tugas.
5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan.
2. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
3. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:
1. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi
hasil pembelajaran.
2. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik
dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
3. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar
pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi
fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial
ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.
4. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum,
dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika.
5. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Beban kerja guru sebagai salah satu kewajiban guru, mencakup
kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan

13
melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan. Beban
kerja guru 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan sebanyak-
banyaknya 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu)
minggu.
5. Guru wajib menjadi anggota organisasi profesi.

Organisasi profesi ini sebagai wadah bagi guru, memiliki


kewenangan yang di dalamnya mencakup hak dan kewajiban guru,
yaitu (1) menetapkan dan menegakkan kode etik guru, (2) memberikan
bantuan hukum kepada guru, (3) memberikan perlindungan profesi
guru, (4) melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru, dan
(5) memajukan pendidikan nasional. Hal ini tercantum dalam Pasal 42
Undang-undang Guru dan Dosen.

3. Pengembangan Profesi Guru


Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Bab IV pasal 14 ayat
1 menyebutkan ” bahwa guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan berhak memperoleh pelatihan dan pengembangan
profesi dalam bidangnya ”. Kemudian penjelasannya terdapat dalam
pasal-pasal berikut :
Pasal 32

1. Pembinaan dan pengembangan guru meliputi pembinaan dan


pengembangan profesi dan karier.
2. Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
3. Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan melalui jabatan fungsional.
4. Pembinaan dan pengembangan karier guru sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi.

Pasal 33

14
Kebijakan strategis pembinaan dan pengembangan profesi dan
karier guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat ditetapkan dengan
Peraturan Menteri.

Pasal 34

1. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membina dan


mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru pada
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
2. Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat wajib
membina dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi guru.
3. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan anggaran
untuk meningkatkan profesionalitas dan pengabdian guru pada
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

Pasal 35

1. Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan


pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai basil
pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta
melaksanakan tugas tambahan.
2. Beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan
sebanyak-banyaknya 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1
(satu) minggu.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai beban kerja guru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

15
Jadi tanggung jawab upaya pengembangan profesionalisme guru ini
merupakan kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah. Artinya
pemerintah dan pemerintah daerah wajib membina dan mengembangkan
kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Hanya saja, mengingat yang
hampir setiap hari bertemu dengan guru di sekolah adalah kepala sekolah
dan bukan pembina yang lain-lainnya sehingga kepala sekolah yang paling
banyak bertanggungjawab dalam pembinaan dan pengembangan guru. Oleh
karena itu, selain tugas kepala sekolah sebagai administrator di sekolah yang
tidak boleh dilupakan karena sangat penting, haruslah diikutsertakan pada
pembinaan guru di sekolah yang dipimpinnya.

Dalam upaya mengembangkan profesi dan kompetensi guru dalam


rangka pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya secara profesional, dapat
dilakukan melalui beberapa strategi atau model. Pengembangan tenaga
kependidikan (guru) “dapat dilakukan dengan cara on the job training dan
in service training” (Mulyasa, 2004 : 154). Model pengembangan guru ini,
dapat diperjelas melalui kutipan berikut.

4. Organisasi Profesi Guru


Organisasi menjadi solusi yang tepat untuk masalah ini.
Keurgensian ini dikarenakan akan tuntutan empower (pemberdayaan)
guru dalam hal berdiskusi dan menyampaikan aspirasi berkaitan dengan
profesinya. Sesuai dengan pasal 41 ayat (1) dalam UUGD disebutkan
bahwa guru membentuk organisasi profesi yang bersifat independen.
Sedangkan pada BAB I mengenai ketentuan nomor 13 disebutkan
bahwa organisasi profesi guru adalah perkumpulan yang berbadan
hukum yang didirikan dan diurus oleh guru untuk mengembangkan
profesionalitas guru.
Tidak berhenti sampai di situ, pasal 41 ayat (3) UU nomor 14/2005
juga menyebutkan bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi
profesi. Organisasi profesi guru yang sudah tak awam lagi kita kenal
adalah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Disadari atau tidak

16
PGRI dari dulu khususnya kala orde baru hingga saat ini dipandang
menjadi ikon organisasi guru yang paling eksis dan nge-in di kancah
pendidikan. Organisasi profesi yang paling tepat bagi guru adalah PGRI
karena PGRI adalah satu-satunya organisasi yang memenuhi ketentuan
perundang-undangan. (Subagyo dalam .Derap Guru edisi 126 hal 15)

5. Organisasi Profesi Dan Sertifikasi


UU Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 pada bagian kesembilan
tentang Organisasi Profesi dan Kode Etik pasal 41 berbunyi : (1) Guru
dapat membentuk organisasi profesi yang bersifat independen, (2)
Organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk
memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan
kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian
kepada masyarakat. (3) guru wajib menjadi anggota suatu organisasi
profesi. (4) Pembentukan organisasi profesi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(5) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dapat memfasilitasi
organisasi profesi guru dalam pelaksanaan pembinaan dan
pengembangan profesi guru. Selanjutnya pada pasal 42 ditegaskan
organisasi profesi guru mempunyai kewenangan: a) menetapkan dan
menegakkan kode etik guru; b) memberikan bantuan hukum kepada
guru; c) memberikan perlindungan profesi kepada guru yang menjadi
anggota; d) melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru
yang menjadi anggota; dan e) memajukan pendidikan nasional.
Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
mutu dan kesejahteraan guru, serta berfungsi untuk meningkatkan
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran. Dengan
terlaksananya sertifikasi guru, diharapkan akan berdampak pada
meningkatnya mutu pembelajaran dan mutu pendidikan secara
berkelanjutan.

6. Pembahasan Tentang profesi

17
1. Professional
Menurut Undang-Undang RI No.14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen
Pasal 1 mendefinisikan profesional adalah pekerjaan atau kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan
yang memenuhi standart mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi.

Ciri-Ciri Profesional
Ciri-ciri suatu pekerjaan yang profesional menurut Houle meliputi:
(1) harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat; (2) harus
berdasarkan atas kompetensi individual (3) memiliki sistem seleksi
dan sertifikasi; (4) ada kerjasama dan kompetisi yang sehat antar
sejawat; (5) adanya kesadaran profesional yang tinggi; (6) memiliki
prinsip-prinsip etik (kode etik); (7) memiliki sistem sanksi profesi;
(8) adanya militansi individual; dan (9) memiliki organisasi profesi.

Kompetensi Profesional Guru


Kompetensi Profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang
berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan.
Kompetensi ini merupakan hal yang sangat penting, sebab langsung
berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Menurut Undang-
Undang RI No.14 tahun 2005 seorang guru harus memiliki
kompetensi yang berkaitan dengan tugasnya antara lain : Pertama,
kompetensi pedagogic, maksudnya adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik.Kedua, kompetensi kepribadian,
maksudnya adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak
mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.
Ketiga, kompetensi profesional, maksudnya adalah kemampuan
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Keempat,
kompetensi sosial, maksudnya adalah kemampuan guru untuk

18
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efesien dengan
peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.

BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

19
Dapat disimpulkan bahwa kode etik guru adalah aturan-aturan, nilai dan
norma yang disepakati dan diterima oleh guru seluruh Indonesia sebagai pedoman
dalam menjalankan profesinya. Kode etik guru itu penitng agar guru memiliki
pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya, bertanggungjawab
atas profesinya .
Undang-Undang Guru dan Dosen ( UUGD ) merupakan suatu ketetapan
politik bahwa pendidik adalah pekerjaan profesional, yang berhak mendapatkan
hak-hak sekaligus kewajiban profesional. Pentingnya kompetensi guru dalam
proses pendidikan dan pembelajaran.Dalam masalah yang berkaitan dengan
kemampuan yang harus dimiliki guru, Peters sebagaimana dikutip oleh Isjoni
(2006: 16) menyatakan bahwa sebagai pengajar, guru dituntut untuk memiliki
kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.

B. Saran
1. Sebaiknya sebagai sseorang guru yang professional harus mematuhi
kode etik guru.
2. Dengan adanya kode etik guru, sebaiknya seorang guru tidak melakukan
tindakan-tindakan yang menyimpang dari kode etik guru.
3. Dalam melaksanakan profesi keguruannya, sebagai seorang orang guru
harus sesuai dengan kode etik guru yang telah ditetapkan dan disepakati
bersama.
Mudah-mudahanapa yang di cita-cita UU giru dan Dosen tersebut tercapai dengan
maksimal sehingga pendidikan di Indonesia mampu bersaing di kancang global.
Sebagai seorang Guru maka kita harusnya merealisasikan apa yang dikehendaki
oleh Undang-Undang tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

http://safridarianti.blogspot.com/2012/08/makalah-kode-etik-guru.html
http://dahlia07.blogspot.com/2013/05/kode-etik-profesi-keguruan.html

20
http://jajaka-aja.blogspot.com/2011/12/makalah-tentang-substansi-
rancangan.html?m=1

21

Anda mungkin juga menyukai