Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KELUARGA BERENCANA

2.1.1 Pengertian

Keluarga Berencana adalah upaya untuk

meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat

melalui pendewasaan perkawinan, pengaturan

kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan

kesejahteraan keluarga, untuk mewujudkan keluarga

kecil bahagia sejahtera (BKKBN, 2002).

Menurut WHO(1970), yang dikutip oleh Hartanto

(2004), keluarga berencana adalah tindakan yang

membantu individu atau pasangan suami istri untuk

mendapatkan objek tertentu, yaitu : (1) Menghindari

kelahiran yang tidak diinginkan, (2) Mendapatkan

kelahiran yang memang diinginkan, (3) Mengatur interval

di antara kehamilan, (4) Menentukan jumlah anak dalam

keluarga.

Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk

menjarangkan atau merencanakan jumlah kelahiran dan

jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Mochtar,

2007).

11
12

2.1.2 Manfaat Keluarga Berencana

Menurut Kusumaningrum (2009) Manfaat yang

didapatkan apabila mengikuti program keluarga

berencana antara lain :

1) Menekan angka kematian akibat berbagai masalah

yang melingkupi kehamilan, persalinan dan aborsi

yang tidak aman.

2) Mencegah kehamilan terlalu dini. Secara fisik belum

matang organ reproduksi, sehingga dapat

mengganggu proses kelahiran dan membahayakan

janin.

3) Mencegah kehamilan terjadi di usia tua. Perempuan

yang usianya > 35 tahun memiliki resiko tinggi

untuk mengandung dan melahirkan. Berbagai

problema-problema kesehatan bari wanita yang

sudah sering > 4 X melahirkan antara lain :

ancaman pendarahan hebat, infeksi dan kematian.

4) Menjarangkan kehamilan. Kehamilan dan persalinan

membutuhkan banyak energi dan kekuatan tubuh

perempuan. Kalau ia belum pulih dari satu

persalinan tapi sudah hamil lagi, tubuhnya tak

sempat memulihkan kebugaran, dan berbagai


13

masalah bahkan juga bahaya kematian akan

menghadang.

2.2 KONTRASEPSI

2.2.1 Pengertian

Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti

mencegah dan konsepsi yang berarti pembuahan

(pertemuan antara sel telur dengan sel sperma yang

mengakibatkan kehamilan). Kontrasepsi adalah upaya

untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan cara

mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan

sperma atau menghalangi pertemuan sel telur dengan

sel sperma (Wiknjosastro, 2003). Di Indonesia alat

kontrasepsi yang telah dikembangkan menjadi program

adalah pil, suntik, AKDR, implan dan kontap pria

(BKKBN, 2003). Upaya itu dapat bersifat sementara,

dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi

merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi

fertilitas (Sarwono, 2006).

Pelayanan kontrasepsi (PK) merupakan salah

satu komponen dalam pelayanan kependudukan/KB.

Selain itu juga terdapat komponen pelayanan

kependudukan/KB lainnya seperti komunikasi dan


14

edukasi (KIE), konseling, pelayanan infertilitas,

pendidikan seks (sex education), konsultasi pra-

perkawinan dan konsultasi perkawinan, konsultasi

genetik, tes keganasan dan adopsi.

Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang

ideal bagi semua akseptor KB karena masing-masing

mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi

setiap akseptor. Metode kontrasepsi ideal adalah

sebagai berikut:

a. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi

berat jika digunakan.

b. Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai

dengan aturan akan dapat mencegah kehamilan.

c. Dapat diterima, bukan hanya oleh akseptor

melainkan juga oleh lingkungan budaya di

masyarakat.

d. Terjangkau harganya oleh masyarakat

e. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya,

akseptor akan segera kembali kesuburannya,

kecuali untuk kontrasepsi mantap.

Berdasarkan lama efektivitasnya, menurut

Kusumaningrum (2009) kontrasepsi dapat dibagi

menjadi :
15

A. MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang

termasuk dalam kategori ini adalah jenis

susuk/implant, IUD, MOP, dan MOW.

B. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka

Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah

kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain selain

metode yang termasuk dalam MKJP.

2.3 JENIS-JENIS ALAT KONTRASEPSI

Terdapat beberapa jenis alat kontrasepsi yang dapat

digunakan, menurut antara lain :

a. Metode Barrier

1) Kondom

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang

dapat dibuat dari berbagai bahan di antaranya lateks

(karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi

hewan) yang dipasang pada penis saat berhubungan

seksual. Kondom tidak hanya mencegah kehamilan

tetapi juga mencegah penyakit menular seksual.

2) Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk cembung, terbuat dari

lateks (karet) yang diinsersikan ke dalam vagina dan

menutup servix sebelum berhubungan seksual.


16

3) Spermisida

Spermisida adalah bahan kimia (non oksinol-9)

digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh

sperma. Dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet

vaginal suppositoria, atau dissolvable film, dan dalam

bentuk krim (Saifuddin, 2006).

b. Metode Kontrasepsi Modern

1) Kontrasepsi pil

Kontrasepsi pil merupakan jenis kontrasepsi oral yang

harus diminum setiap hari yang bekerja mengentalkan

lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma.

Terdapat dua macam yaitu kontrasepsi kombinasi atau

pil kombinasi yang mengandung progesteron dan

estrogen. Sedangkan kontrasepsi pil progestin dengan

minipil mengandung hormon progesteron.

1.1 Cara Kerja

a. Menekan Ovulasi

Jika seorang wanita minum pil KB setiap hari

maka tidak akan terjadi ovulasi karena telur tidak

matang. Tanpa ovulasi tidak akan terjadi

kehamilan.

b. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi

sperma terganggu.
17

c. Mengganggu pertumbuhan endometrium,

sehingga menyulitkan proses implantasi

d. Mengentalkan lendir serviks sehingga mencegah

penetrasi sperma.

1.2 Efektivitas

Efektivitas teoritis untuk pil sebesar 99,7 %

sedangkan efektivitas praktisnya sebesar 90-96 %.

Artinya pil cukup efektif jika tidak lupa meminum pil

secara teratur.

1.3 Keuntungan

a. Mudah penggunaannya dan mudah didapat.

b. Mengurangi kehilangan darah (akibat haid) dan

nyeri haid.

c. Mengurangi resiko terjadinya KET (kehamilan

ektopik terganggu) dan Kista Ovarium.

d. Mengurangi resiko terjadinya kanker ovarium

dan rahim.

e. Pemulihan kesuburan hampir 100%.

1.4 Indikasi penggunaan:

a. Masih ingin punya anak dalam waktu dekat.

b. Punya jadwal harian yang rutin.

Karena pil harus diminum setiap hari maka metode

ini membutuhkan motivasi yang tinggi. Metode ini


18

cocok untuk mereka yang memiliki tingkat

pendidikan yang tinggi pada masyarakat kota dan

kurang sesuai untuk masyarakat desa.

1.5 Kontraindikasi

a. Menyusui (khusus pil kombinasi).

b. Pernah sakit jantung.

c. Tumor/keganasan.

d. Kelainan jantung, varices, dan hipertensi.

e. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui

sebabnya.

f. Penyakit gondok.

g. Gangguan fungsi hati dan ginjal.

h. Diabetes, epilepsi, dan depresi mental.

i. Tidak dianjurkan bagi wanita umur lebih dari 40

tahun.

1.6 Efek Samping

Penggunaan Pil KB pada sebagian wanita

dapat menimbulkan efek samping, antara lain

enek/mual, berat badan bertambah, sakit kepala

(berkunang-kunang) perubahan warna kulit dan efek

samping ini dapat timbul selama berbulan-bulan.


19

2) Kontrasepsi Suntikan

Kontrasepsi suntikan adalah kontrasepsi yang diberikan

dengan cara disuntikkan secara intramuskuler di daerah

otot pantat (gluteus maximus) (Siswosudarmo, 2000).

Kontrasepsi suntikan yang berdaya kerja lama dan

masih banyak digunakan yaitu:

a) DMPA (Depomedroksi Progesteron Asetat).

Diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150

mg.

b) NET-EN (Noretindro Enanatat) Noresterat.

Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8

minggu atau sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan

pertama (3 kali suntikan pertama) kemudian setiap

12 minggu.

Tabel 1. Contoh Produk Kontrasepsi Suntik yang Beredar di


Indonesia (Anonim, 2010)

No Nama Produksi Komposisi


dagang
1 Cyclofem Tunggal Medroksiprogesteron
Idaman Abdi asetat 50 mg, estradiol
K sipionat 10 mg tiap
injeksi
2 Cyclogest Triyasa Medroksiprogesteron
on asetat 50 mg, estradiol
sipionat 10 mg tiap
injeksi
3 Depo Triyasa Medroksiprogesteron
Geston asetat 50 mg/ml
suntikan
4 Deponeo Triyasa Medroksiprogesteron
20

asetat 150 mg/ml


injeksi
5 2 Depo Harsen Medroksiprogesteron
Progestin asetat 50 mg/ml injeksi
.6 Depo Pharmacia Medroksiprogesteron
Provera asetat 50 mg dan 150
1 mg/ml injeksi

Cara ke2.1 Cara kerja

Depo provera disuntikkan setiap 3 bulan

sedangkan Noristerat setiap 2 bulan. Wanita yang

mendapat suntikan KB tidak mengalami ovulasi.

2.2 Efektivitas.

Dalam teori: 99,75 %

Dalam praktek: 95-97 %

2.3 Keuntungan

a. Mengurangi kunjungan.

b. Merupakan metode yang telah dikenal oleh

masyarakat.

c. Dapat dipakai dalam waktu yang lama.

d. Tidak mempengaruhi produksi air susu ibu.

2.4 Indikasi:

a. Calon akseptor yang tinggal di daerah terpencil.

b. Lebih suka disuntik daripada makan pil.

c. Menginginkan metode yang efektif dan

reversibel.

d. Mungkin tidak ingin punya anak lagi.


21

e. Tidak khawatir kalau tidak mendapat haid.

2.5. Kontraindikasi :

a. Hamil atau disangka hamil.

b. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui

sebabnya.

c. Tumor/keganasan.

d. Penyakit jantung, hati, darah tinggi dan kencing

manis.

e. Penyakit paru berat dan varices.

2.6. Efek Samping

Efek samping dari dari suntikan Cyclofem

yang sering ditemukan adalah mual, berat badan

bertambah, sakit kepala, pusing-pusing dan gejala

tersebut hilang setelah beberapa bulan atau setelah

suntikan dihentikan. Sedang efek samping dari

suntikan Depo Provera, Depo Progestin, Depo

Geston dan Noristeat yang sering dijumpai adalah

mensturasi tidak teratur, masa mensturasi yang lebih

lama, bercak perdarahan, anemia pada beberapa

akseptor.

3) Kontrasepsi implan

Kontrasepsi implan adalah alat kontrasepsi silastik

berisi hormon jenis progesteron levonogestrol yang


22

ditanamkan di bawah kulit, yang bekerja dengan cara

mengurangi transportasi sperma.

4) Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)

Alat kontrasepsi dalam rahim adalah alat kontrasepsi

yang dimasukkan dalam rongga rahim wanita yang

bekerja menghambat sperma untuk masuk ke tuba

fallopii (Saifuddin, 2006).

5) Kontrasepsi Mantap (KONTAP)

Kontrasepsi mantap merupakan suatu cara permanen

baik pada pria dan pada wanita. Metode ini dilakukan

dengan tindakan operasi kecil untuk mengikat atau

menjepit atau memotong tuba fallopi saluran telur

(wanita), dan duktus ejakulasi (pria) (Depkes RI, 2005).

2.4 Faktor yang mempengaruhi akseptor KB

2.4.1 Pendidikan

Dengan pendidikan tinggi seseorang akan

cenderung mendapatkan informasi, baik dari orang lain

maupun dari media massa. Sebaliknya tingkat

pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai

yang baru diperkenalkan (Koentjaraningrat 1997, dalam

Nursalam 2003).
23

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia

yang sangat diperlukan untuk pengembangan diri.

Dengan pendidikan yang tinggi seseorang memiliki

pengetahuan yang tinggi pula. Secara umum

pendidikan dapat diartikan sebagai pengalaman yang

terjadi karena interaksi manusia dan lingkungannya,

baik fisik maupun lingkungan sosial manusia secara

efisien dan efektif (Tirtahardja & Lasula, 2002)

Pendidikan seseorang terkait dengan kemampuan

seseorang untuk mempelajari perilaku yang

berhubungan dengan perilaku sehat. Tetapi atau

tidaknya perilaku juga dipengaruhi banyak faktor, tidak

hanya pendidikan yang merupakan faktor predisposisi,

tetapi juga faktor enbling, dan reinforcing, yang

mempunyai kaitan erat satu dengan yang lain (L. W.

Green, 1980). Secara umum pendidikan dibagi menjadi

pendidikan rendah (SLTA kebawah) dan pendidikan

tinggi (SLTA, keatas).

Pendidikan juga mempengaruhi pola berpikir

pragmatis dan rasional terhadap adat kebiasaan,

dengan pendidikan yang tinggi seseorang dapat lebih

mudah untuk menerima ide atau masalah baru seperti

penerimaan, pembatasan jumlah anak, dan keinginan


24

terhadap jenis kelamin tertentu. Pendidikan juga akan

meningkatkan kesadaran wanita terhadap manfaat yang

dapat dinikmati bila ia mempunyai jumlah anak sedikit.

Wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung

membatasi jumlah kelahiran dibandingkan dengan tidak

berpendidikan atau berpendidikan rendah (Soekanto,

2006).

Menurut Notoadmodjo (2003) pendidikan adalah

suatu proses pengembangan kemampuan (perilaku) ke

arah yang diinginkan. Pendidikan mencakup

pengalaman, pengertian, dan penyesuaian diri dari

pihak terdidik terhadap rangsangan yang diberikan

kepadanya menuju ke arah pertumbuhan dan

perkembangan.

2.4.2 Jumlah Anak

Mantra (2006) mengatajan bahwa kemungkinan

seorang istri untuk menambah kelahiran tergantung

kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang

istri mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah

mempunyai jumlah anak tertentu dan juga umur anak

yang masih hidup. Semakin sering seorang wanita

melahirkan anak, maka akan semakin memiliki resiko

kematian dalam persalinan. Hal ini berarti jumlah anak


25

sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan dapat

meningkatkan taraf hidup keluarga secara maksimal.

2.4.3 Umur

Umur telah lama diketahui sangat berpengaruh

terhadap proses reproduksi. Umur yang dianggap

optimal untuk reproduksi antara 20-35 tahun ( Depkes

RI, 2000 ).

Semakin tua atau dewasa seseorang, lebih

mudah terkena atau rentan terhadap kesakitan atau

sakit dibandingkan dengan yang lebih muda usianya.

Hal ini dapat menjadi pendorong untuk terjadinya

perilaku pencegahan. Umur wanita di Indonesia

digolongkan yaitu umur < 20 tahun, 20-34 tahun, dan >

35 tahun (Manuba, 1998). Umur adalah variable yang

perlu diperhatikan dalam penyelidikan epidemiologi,

pada angka kesulitan ataupun angka kematian

(Notoatmodjo, 2003).

2.4.4 Penghasilan

Pengertian penghasilan ini tidak memperhatikan

dari sumber tertentu, tetapi pada tambahan kemampuan

ekonomis. Tambahan kemampuan ekonomis yang

diterima atau diperoleh seseorang merupakan ukuran

terbaik mengenai kemampuan seseorang. Tingkat


26

penghasilan mempengaruhi akseptor dalam

memperoleh informasi kontrasepsi KB, sehingga ibu

mempunyai kemampuan untuk menggunakan KB

(Dahlan, 2007).

2.4.5 Pekerjaan

Menurut Notoatmodjo (2005), pekerjaan adalah

kegiatan yang dilakukan seseorang sampai saat ini

dalam rangka mendapatkan penghasilan. Pekerjaan

adalah kegiatan yang dilakukan suami / istri untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Daerah kota dan semi

perkotaan, ada kecenderungan rendahnya frekuensi

penggunaan KB. Para ibu yang bekerja di luar rumah

menggunakan KB jangka panjang dikarenakan

kesibukan. Namun pada ibu yang tidak bekerja

menggunakan KB suntik.

2.4.6 Dukungan suami/istri

Peran atau partisipasi suami istri dalam

Keluarga Berencana (KB) antara lain menyangkut :

a. Pemakaian alat kontrasepsi.

b. Tempat mendapatkan pelayanan.

c. Lama pemakaian.

d. Efek samping dari penggunaan kontrasepsi.

e. Siapa yang harus menggunakan kontrasepsi


27

Dalam hal komunikasi, peran suami istri adalah ;

a. Suami memakai kontrasepsi.

b. Istri memakai kontrasepsi tapi tidak dibicarakan

dengan suami.

c. Suami istri tidak memakai kontrasepsi, tapi

dibicarakan antara suami istri.

d. Suami istri tidak memakai dan tidak dibicarakan

antara suami istri.

Partisipasi pria dalam kesehatan reproduksi

adalah tanggung jawab pria dalam kesehatan

reproduksi terutama dalam pemeliharaan kesehatan

dan kelangsungan hidup ibu dan anak. Disamping itu

berperilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya,

istri, dan keluarganya. Peningkatan partisipasi pria

dalam KB dan kesehatan reproduksi adalah langkah

yang tepat dalam upaya mendorong kesetaraan gender.

dalam kurun waktu 30 tahun keberhasilan program KB

masih banyak didominasi oleh peran serta wanita dalam

penggunaan alat dan metode kontrasepsi.

2.4.7 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu

objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pencaindra


28

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga.

Pengetahun yang tercangkup dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2007) :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam

pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

sebab itu ini merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa

orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefisikan,

menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham

terhadap objek atau materi harus dapat


29

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang

dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau oenggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitanya satu

sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintensis (Synthesis)

Sintensis menunjuk kepada suatu kemampuan

untuk melakukan atau menghubungkan bagian-

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang


30

baru. Dengan kata lain sintensis adlah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat

menyusun dapat merencanakan, dapat meringkas,

dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap

suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan

pada suatu kriteria yang sitentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian di atas maka kerangka teori

yang digunakan mengenai gambaran faktor- faktor yang

mempengaruhi akseptor KB NON MKJP (Non metode

Kontrasepsi Jangka Panjang).


31

Variabel independen variabel dependen

1. Pengetahuan

2. Pendidikan

3. Umur

4. Jumlah anak Pemilihan alat

5. Pekerjaan kontrasepsi

6. Penghasilan

7. Dukungan MKJP NON


MJKP
suami

2. 6 Hipotesa

H0 : Tidak ada faktor-faktor yang berhubungan terhadap

pemilihan alat kontrasepsi

H1 : Terdapat faktor-faktor yang berhubungan terhadap

pemilihan alat kontrasepsi.

Anda mungkin juga menyukai