Anda di halaman 1dari 8

DISKUSI 1

1. Akuntansi Manajemen adalah akuntansi yang menyediakan data dan informasi untuk pihak
internal khususnya manajer di semua aras (level) dalam satu organisasi. Akuntansi
Manajemen jelas berperan penting dalam proses pengambilan keputusan, akuntansi
manajemen menyediakan informasi2 keuangan seperti biaya produksi per produk yang
nantinya dapat digunakan untuk penentuan harga jual produk ataupun margin profit yang
diinginkan perusahaan. Akuntansi manajemen juga membantu dalam pengambilan keputusan
taktis perusahaan seperti Keputusan Membuat atau Membeli , Keputusan Meningkatkan
Produksi, Keputusan Menutup atau Menghentikan Aktivitas suatu Divisi dalam
Organisasi, Keputusan Memilih Produk

2. Akuntansi manajemen diperlukan oleh manajemen untuk melaksanakan dua fungsi pokok
manajemen: perencanaan dan pengendalian aktivitas perusahaan.

Informasi akuntansi manajemen disajikan kepada manajemen perusahaan dalam berbagai laporan
keuangan seperti anggaran, laporan penjualan, laporan biaya produksi, laporan biaya menurut
aktivitas, laporan biaya menurut pusat pertanggungjawaban dan laporan biaya mutu (quality cost
report), laporan biaya daur hidup produk ( product-life-cycle cost ), biaya penambah dan bukan
penambah (value-and non-value-added cost ), laporan biaya pemasaran.

Informasi akuntansi manajemen sangat bermanfaat bagi manajemen terutama pada tahap analisis
konsekuensi setiap alternatif yang mungkin dalam proses pengambilan keputusan tersebut. Hal ini
memungkinkan manajemen melakukan pengambilan keputusan untuk memilih alternatif tindakan
yang terbaik diantara alternatif tindakan yang dipertimbangkan.

Jadi prinsip akuntansi manajemen:

a. Membantu manajer menjalankan peran mereka dalam melakukan kegiatan perencanaan,


pengendalian dan pengambilan keputusan.
b. Informasi akuntansi manajemen untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah, dan untuk
mengevaluasi kinerja

3. Ditijau dari pihak yang berkepentingan, akuntansi manajemen hanya digunakan oleh pihak
internal perusahaan saja, sedangkan akuntansi keuangan digunakan oleh pihak eksternal
seperti pemegang saham, pemerintah, investor, kreditor

4. Setidaknya ada 4 hal yang harus dipenuhi agar laporan keuangan dianggap memiliki
karakteristik yang baik, yaitu Dapat Dipahami/Dimengerti, Relevan, Andal dan Dapat
diperbandingkan

5. Return on Assets atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Tingkat
Pengembalian Aset adalah rasio profitabilitas yang menunjukan persentase keuntungan (laba
bersih) yang diperoleh perusahaan sehubungan dengan keseluruhan sumber daya atau rata-
rata jumlah aset. Dengan kata lain, Return on Assets atau sering disingkat dengan ROA
adalah rasio yang mengukur seberapa efisien suatu perusahaan dalam mengelola asetnya
untuk menghasilkan laba selama suatu periode. ROA dinyatakan dalam persentase
(%). Return on Assets (ROA) = Laba bersih setelah Pajak / Total Aset (atau rata-rata Total
Aset)

Contoh :

Berdasarkan laporan keuangan per tanggal 31/12/2016, Laba bersih atau Net Income PT.
Waskita Karya Persero Tbk adalah Rp. 1,713 triliun sedangkan Total Asetnya adalah
sebanyak Rp. 61,433 triliun. Berapakah ROA atau Return on Assets (Tingkat pengembalian
aset) PT. Waskita Karya Persero Tbk ?

Jawaban :

ROA = Laba bersih setelah Pajak / Total Aset (atau rata-rata Total Aset)
ROA = Rp. 1,713 triliun / Rp. 61,433 triliun
ROA = 2,79%

Jadi ROA PT. Waskita Karya Persero Tbk dengan kode emiten WSKT ini adalah
sebesar 2,79%.

Referensi :

- Materi Inisiasi I

- _https://claudiadhe.blogspot.com/2012/07/ruang-lingkup-akuntansi-manajemen_8725.html

- https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-roa-return-assets-rumus-roa-pengembalian-
aset/
DISKUSI 2
Dalam analisis perilaku biaya, kita mengenal istilah fixed cost, variable cost. dan mixed
cost. Jelaskan perbedaan kedua jenis biaya tersebut !

 fixed cost merupakan biaya yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan dalam keadaan
konstan; bahwa biaya tetap tidak terpengaruh sama sekali atau terlepas dari perubahan-
perubahan dalam aktivitas bisnis yang dijalankan oleh perusahaan.
 variable cost merupakan biaya yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan secara berubah-
ubah yang didasarkan pada perubahan jumlah produk yang diproduksi. Semakin besar
jumlah volume produk yang diproduksi oleh sebuah perusahaan maka semakin besar pula
biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi produk tersebut. Begitu pula sebaliknya.
 mixed cost adalah varian biaya yang ikut berubah bila volume produksi berubah akan tetapi
tidak seperti biaya variable yang tidak mengalami perubahan dalam proporsi langsung.
Dengan kata lain, biaya ini berisi kedua komponen baik biaya tetap maupun variable.
Contohnya adalah penyewaan truk pengangkut, dimana sewa tetap yang dibayarkan masih
harus ditambah dengan beban variabel yang didasarkan pada jarak tempuh dan biaya
tenaga dimana pengeluaran beban terdiri atas jumlah tetap ditambah berbagai beban
berdasarkan konsumsi.

Menurut anda, bagaimana peran penting analisis perilaku biaya dalam kegiatan operasional
sebuah entitas ? Berikan tanggapan anda !

Analisis perilaku biaya lebih dapat diandalkan mengingat bahwa hasil yang diperoleh
bergantung pada data historis estimasi biaya tetap dan biaya variabel berdasarkan data
historis yang disesuaikan untuk merefleksikan apa yang diperkirakan akan terjadi selama
periode perkiraan.

Ada empat kelompok pola perilaku biaya yang paling klasik saja, yaitu:

 Biaya Variable (variable cost)


 Biaya Tetap (fixed cost)
 Biaya Campuran (mixed cost)
 Biaya Bertingkat (step cost)

Apa yang saudara ketahui tentang absorption costing dan variable costing dalam kaitan
dengan HPProd ? apa pula yang membedakan keduanya ?

Absorption costing "Metode yang membebankan seluruh biaya manufaktur baik itu variabel
cost maupun fixed cost ke dalam produk." Sedangkan Variabel costing "Metode yang hanya
membebankan biaya manufaktur variabel kepada produk".
Perbedaan atau pengaruh penggunaan pada Variabel Costing atau Absorption Costing (Full
Costing) yaitu :

Jika kita menggunakan metode variabel costing maka biaya tetapnya hanya pada
periode berjalan saja, sedangkan jika menggunakan metode absorption costing maka biaya
tetap yang sebelumnya telah mengalami proses pada periode sebelumnya akan
diakumulasikan kembali pada periode berjalan, karena pada metode ini beranggapan
persediaan awal pada periode berjalan telah mengalami proses produksi pada periode
sebelumnya dan itu harus diperhitungkan pada periode berjalan. Perbedaan tersebut terletak
pada perlakuan terhadap biaya produksi tetap, dan akan mempunyai akibat pada perhitungan
harga pokok produksi dan penyajian laporan laba-rugi.

Suber :

- https://www.dictio.id/

- http://www.materiakuntansi.com/

- https://www.academia.edu/

DISKUSI 3
karakteristik job-order costing adalah sebagai berikut:

1. Jasa atau produk yang diproduksi sangat bervariasi, sesuai pesanan.


2. Biaya diakumulasi per pesanan setiap kali satu pesanan selesai dikerjakan.
3. Biaya per unit dihitung dengan cara membagi total biaya pesanan dengan jumlah unit
produk yang diproduksi untuk pesanan bersangkutan.
4. Setiap komponen biaya produksi dapat diidentifikasi langsung ke masing-masing
pesanan, kecuali biaya bersifat umum dan bersama, misalnya overhead. Oleh karena
itu, dalam job-order costing biaya produksi diklasifikasikan menjadi biaya bahan baku
langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan overhead.
5. Setiap pesanan harus dibuatkan kartu pesanan untuk mencatat setiap biaya yang
dibebankan untuk pesanan bersangkutan.
Prosedur pencatatan dalam kegiatan produksi pesanan adalah dengan men-Debet akun
Barang Dalam Proses (BDP) dan meng-Kredit akun Bahan Baku. Jurnal pencatatan ini
menggunakan metode mutasi persediaan yang bertujuan suatu barang yang masih dalam
proses pengerjaan menggunakan bahan baku apa intinya pada setiap pemakaian bahan baku
harus diketahui pesanan mana yang menggunakannya.

Sumber referensi

EKMA4314/MODUL 3

DISKUSI 4
Analisis CVP adalah salah satu alat utama untuk perencanaan dan pengambilan keputusan.
Analisis ini mempunyai manfaat pada awal tahap perencanaan karena menyajikan suatu
kerangka pemikiran yang sederhana dalam mendiskusikan isu-isu perencanaan dan
pengelolaan data yang relevan. Analisis CVP menggunakan sistem kalkulasi kos di mana kos
produk (cost of product) menggunakan Variable Costing. Pendekatan untuk analisis CVP bisa
dilakukan dalam 2 cara, yaitu dengan pendekatan matematis dan pendekatan grafik. Analisis
CVP bermanfaat untuk mengestimasi jumlah penjualan, baik dalam satuan unit maupun
dalam satuan moneter, yang menghasilkan target pendapatan tertentu. Manfaat lainnya, CVP
dapat digunakan untuk menstimulasi beragam kondisi dan bauran produk agar tercapai target-
target pemasaran lainnya. Analisis CVP relatif sederhana dan mudah digunakan dengan
bantuan program spread sheet (misalkan: Microsoft Excel) untuk menghadapi perubahan-
perubahan pada salah satu komponen (kos, volume atau laba), dan melakukan perbandingan
antar berbagai skenario agar target penjualan atau laba dapat dicapai.

Titik impas (BEP-break even point) adalah volume aktivitas di mana total pendapatan sama
dengan total kos, atau titik di mana laba sama dengan nol. Untuk menemukan titik impas
dalam unit maka fokus utama adalah pada laba operasi. Pertama, bagaimana cara untuk
menentukan titik impas, selanjutnya adalah melihat bagaimana pendekatan tersebut dapat
dikembangkan dengan menentukan jumlah unit yang harus dijual guna menghasilkan laba
yang ditargetkan.

Manfaat analisis Titik impas (BEP-break even point) bagi manajemen dan perusahaan antara
lain sebagai berikut (Carter dan Usry, 2005:270 ):
1. Membantu memberikan informasi maupun pedoman kepada manajemen dalam
memecahkan masalah-masalah lain yang dihadapinya, misalnya masalah penambahan atau
penggantian fasilitas pabrik atau investasi dalam aktiva tetap lainnya.

2. Membantu manajemen dalam mengambil keputusan menutup usaha atau tidak serta
memberikan informasi kapan sebaiknya usaha tersebut diberhentikan/ditutup.

Sedangkan manfaat atau kegunaan dari Titik impas (BEP-break even point) menurut Bustami
dan Nurlela (2006:208) adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan perusahaan agar
tidak mengalami kerugian.

2. Mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh tingkat keuntungan
tertentu.

3. Mengetahui seberapa jauh berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita


kerugian.

4. Mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan.

5. Menentukan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai jumlah laba yang ditargetkan.

Sumber referensi

• EKMA4314/MODUL 4

• Bustami dan Nurlela. 2006. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

• Carter dan Usry. 2005. Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba Empat.

DISKUSI 5
Jika sebuah perusahaan dihadapkan pada permasalahan kos terkait kebijakan strategi
pengambilan keputusan taktis mengenai jumlah kos produksi yang melebihi ekspektasi.
Keputusan taktis apa yang anda ambil terkait kondisi anggaran di atas? berikan penjelasan
anda!
Tanggapan:

Keputusan taktis merupakan pembuatan keputusan dengan memilih dari beberapa


alternatif dalam waktu yang singkat. Meskipun keputusan taktis tampaknya ditujukan
untuk kepentingan jangka pendek, namun harus diingat bahwa keputusan jangka
pendek seringkali memiliki konsekuensi jangka panjang. Keputusan taktis harus
mendukung sasaran strategis perusahaan secara keseluruhan meskipun tujuan
langsungnya berjangka pendek atau berskala kecil. Keputusan taktis yang tepat
berarti bahwa keputusan yang dibuat mencapai tidak hanya tujuan terbatas tetapi
juga berguna untuk jangka panjang.

Dalam contoh kasus ini, pengambilan keputusan taktis akan saya lakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengenali dan menemukan masalah, yaitu jumlah kos produksi yang


melebihi ekspektasi, apakah kekeliruan terjadi pada kekurangcermatan pada
penentuan ekspektasi kos produksinya atau karena adanya pembengkakan
kos akibat pelaksanaan proses produksi yang tidak optimum (adanya
inefisiensi dalam tahap produksi) dan sebagainya.
2. Mengidentifikasikan setiap alternatif yang mungkin menjadi solusi yang layak
dari permasalahan serta menghilangkan alternatif yang tidak layak. Setelah
mengidentifikasi permasalahan, maka dipersiapkan segala alternatif yang
dapat menjadi solusi, antara lain dengan: membuat atau membeli produk,
meneruskan atau menghentikan produksi, keputusan terhadap suatu pesanan
khusus, atau menjual atau memproses lebih lanjut
3. Mengidentifikasikan biaya dan manfaat yang berhubungan dengan setiap
alternatif yang layak. Selanjutnya mengidentifikasikan biaya dan manfaat
mana yang relevan/tidak relevan, serta menghapus biaya yang tidak relevan
dari pertimbangan.
4. Menghitung total biaya dan manfaat yang relevan dari masing-masing
alternatif.
5. Memberikan pertimbangan dan penilaian terhadap aspek kualitatif dari
masing-masing faktor, misalnya kualitas bahan baku, keandalan sumber
pasokan, perkiraan kestabilan harga, dll.
6. Membuat keputusan dengan memilih alternatif yang memberikan manfaat
terbesar secara keseluruhan.

Untuk kasus ini, apabila penyebab kos produksi yang melebihi ekspektasi adalah
karena adanya inefisiensi dalam tahap produksi, maka akan diambil keputusan
untuk mengurangi tingkat inefiensi dimaksud misalnya dengan memanfaatkan
semua sumber daya produksi secara optimum atau memilih untuk menghentikan
produksi dan memilih untuk membeli hasil produksi dari supplier dengan harga yang
lebih murah dibandingkan apabila memproduksi sendiri.

sumber: http://kepinginlagi.blogspot.com/2014/09/modul-akuntansi-manajemen-bab-11.html
DISKUSI 6

DISKUSI 7

DISKUSI 8

Anda mungkin juga menyukai