Anda di halaman 1dari 37

RESUME JURNAL NASIONAL

JURNAL 1
Judul :
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Dana Alokasi
Khusus (DAK) Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten / Kota (Studi Kasus Di Provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah Dan Jawa Timur Periode Tahun 2007 – 2010)
Peneliti :
Agus Budi Santosa dan Mohamad Ainur Rofiq
Volume :
Vol. 20, No. 2
Tahun Terbit :
2013
Penerbit :
Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE)
Jenis Penelitian :
Penelitian dalam jurnal ini menggunakan jenis penilitian kuantitatif. Dalam
penelitian ini bentuk hubungan antar variabel adalah hubungan kausal/sebab akibat, untuk
penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya dinyatakan dalam bentuk angka dan
dianalisis dengan menggunakan teknik statistik (Sugiyono, 2012: 23). Sehingga yang
dimaksud penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel atau lebih yang datanya dinyatakan dalam angka dan
dianalisis dengan menggunakan teknik statistik.
Variabel Penelitian :
Variabel Terikat : Dalam penelitian ini variabel terikat yang digunakan adalah Belanja
Modal.
Variabel Bebas : Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan
Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
Hipotesis Penelitian :
Hipotesis penelitian merupakan pandangan pertama peneliti terhadap penelitian
yang dilakukannya. Adapun hipotesis peneliti dalam penelitian tersebut ada 3 , yaitu
PAD berpengaruh positif terhadap Belanja Modal, Dana Alokasi Umum berpengaruh
positif terhadap belanja modal, Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif terhadap belanja
modal.
Populasi dan Sampel :
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat,
Jawa Tengah dan Jawa Barat dalam kurun waktu tahun anggaran 2007 dan 2010.
Jenis dan Sumber data :
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang diterbitkan oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah
dipublikasikan melaui website Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementrian
Keuangan Republik Indonesia (www.djpk.depkeu.go.id). Data yang diambil adalah data
realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi
Khusus (DAK) dan Belanja Modal untuk tahun anggaran 2007 dan 2010.
Metode Pengumpulan Data :
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi pustaka
dengan mendapatkan data-data dan teori yang diperoleh dari literatur, artikel, jurnal, dan
hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian dan landasan teori. Selain itu
dilakukan studi dokumentasi dengan mengumpulkan seluruh data sekunder dari website
milik DJPK dan BPS Jawa Tengah.
Hasil Penelitian :
Dari hasil analisis data dapat dilihat bahwa pada Provinsi Jawa Barat variabel PAD
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Modal, sedangkan DAU dan DAK
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal. Untuk Provinsi Jawa
Tengah variabel DAU berpengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Modal,
sedangkan DAK berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Belanja Modal, serta PAD
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal. Untuk Provinsi Jawa
Timur variabel PAD dan DAU berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Belanja
Modal, sedangkan DAK tidak pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal.
Dari hasil analisis data juga dapat dilihat bahwa untuk variabel PAD yang
signifikan adalah pada Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur, sedangkan untuk Provinsi
Jawa Tengah tidak signifikan. Nilai standardized coeffisien untuk Provinsi Jawa Barat
sebesar 0,607 dan di Provinsi Jawa Timur sebesar 0,261 sehingga dapat disimpulkan
bahwa pengaruh PAD terhadap belanja modal di Provinsi Jawa Barat lebih kuat
dibandingkan di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Untuk variabel DAU hasil pengujian yang signifikan adalah pada Provinsi Jawa
Tengah dan Jawa Timur, sedangkan untuk Provinsi Jawa Barat hasil pengujiannya tidak
signifikan. Nilai standardized coeffisien Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,411 dan Provinsi
Jawa Timur sebesar 0,500 dan signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh
DAU terhadap belanja modal di Provinsi Jawa Timur lebih kuat dibandingkan
di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Untuk variabel DAK hasil pengujian yang signifikan adalah pada Provinsi Jawa
Tengah saja dengan nilai standardized coeffisien sebesar - 0,200, sedangkan di Provinsi
Jawa Barat dan Jawa Timur hasil pengujiannya tidak signifikan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pengaruh DAK terhadap belanja modal di Provinsi Jawa Tengah lebih
kuat dibandingkan di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur.
Kesimpulan :
1. Pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat variabel PAD berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Belanja Modal. Sedangkan variabel DAU dan DAK pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap Belanja Modal. Hal ini membuktikan bahwa pada Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Barat untuk membiayai Belanja Modal lebih banyak bersumber dari PAD daripada
dana transfer dari pemerintah pusat (DAU dan DAK).
2. Sebaliknya pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah variabel PAD tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal. Sedangkan variabel DAU
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Modal serta variabel DAK
mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap Belanja Modal. Hal ini membuktikan
bahwa untuk membiayai belanja modal Kabupaten/Kota di Jawa Tengah lebih banyak
bergantung kepada dana transfer dari pemerintah pusat yaitu DAU daripada menggunakan
sumber pembiayaan dari daerah sendiri yaitu PAD.
3. Pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur variabel PAD dan DAU mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Belanja Modal, sedangkan variabel DAK
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal. Hal ini membuktikan
bahwa untuk membiayai belanja modal Kabupaten/Kota di Jawa Timur menggunakan
sumber pembiayaan dari daerah sendiri (PAD) dan sumber pembiayaan yang diperoleh
dari pemerintah pusat yaitu DAU walaupun proporsi DAU masih lebih besar dari proporsi
PAD.
4. Pengaruh PAD terhadap belanja modal di Provinsi Jawa Barat lebih kuat daripada di
Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur serta pengaruh DAU belanja modal di Provinsi
Jawa Timur lebih kuat daripada di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat sedangkan
pengaruh DAK terhadap belanja modal di Provinsi Jawa Tengah lebih kuat daripada di
Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur

JURNAL 2
Judul :
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Bagi Hasil Terhadap
Belanja Modal (Studi Pada Kabupaten/Kota Di Wilayah Aceh)
Peneliti :
Susi Susanti dan Heru Fahlevi
Volume :
Vol. 1, No. 1
Tahun Terbit :
2016
Penerbit :
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA)
Jenis Penelitian :
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini bentuk
hubungan antar variabel adalah hubungan kausal/sebab akibat, untuk penelitian kuantitatif
adalah penelitian yang datanya dinyatakan dalam bentuk angka dan dianalisis dengan
menggunakan teknik statistik (Sugiyono, 2012: 23). Sehingga yang dimaksud penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel atau lebih yang datanya dinyatakan dalam angka dan dianalisis dengan
menggunakan teknik statistik.
Variabel Penelitian :
1. Variabel devenden atau variabel terikat merupakan variabel yang menjadi pusat
perhatian utama bagi peneliti (Sekaran, 2006:116). Dalam penelitian ini variabel
dependennya yaitu belanja modal.
2. Variabel indevenden atau variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat antara
positif atau negatif. Variabel Bebas yang mempengaruhi variabel terikat (Sugiyono
2005:34). Dalam penelitian ini variabel indevenden yaitu Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil.
Hipotesis Penelitian :
Hipotesis penelitian merupakan pandangan pertama peneliti terhadap penelitian
yang dilakukannya. Adapun hipotesis peneliti dalam penelitian tersebut ada 4 , yaitu 1)
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,dan Dana Bagi Hasil secara bersama-sama
berpengaruh terhadap Belanja pada Modal pada Kabupaten/Kota di Wilayah Aceh, 2)
Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di
Wilayah Aceh, 3) Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Belanja Modal pada
Kabupaten/Kota di Wilayah Aceh, 4) Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap Belanja
Modal pada Kabupaten/Kota di Wilayah Aceh.
Metode Pengumpulan Data :
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi pustaka
dengan mendapatkan data-data dan teori yang diperoleh dari literatur, artikel, jurnal, dan
hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian dan landasan teori. Selain itu
dilakukan studi dokumentasi dengan mengumpulkan seluruh data sekunder dari website
publikasi pemerintah, dokumen LRA yang diperoleh dari Dinas Keuangan Aceh, LRA dari
situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah melalui website, undang-
undang/qanun, informasi dan data penelitian dari PECAPP (Public Expenditure Analysis
and Capacity Strengthening Program), laporan resmi/penelitian ilmiah, studi kasus dan
dokumen perpustakaan.
Populasi dan Sampel :
Populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti baik terbatas maupun tidak
terbatas. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh kabupaten/kota di wilayah Aceh dari
23 kabupaten/kota yang terdiri dari 18 kabupaten dan 5 kota yang akan diamati selama 4
tahun dari tahun 2011-2014. Metode penelitian yang digunakan merupakan sensus. Sensus
merupakan keseluruhan elemen pada populasi. Populasi pada penelitian ini yaitu
kabupaten/kota di wilayah Aceh pada tahun 2011-2014 dan memiliki laporan APBD yang
lengkap dalam kurun waktu peneltian selama periode 2011-2014.
Jenis dan Sumber data :
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, dalam
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Pemerintahan Kabupaten/Kota di Wilayah Aceh
periode 2011-2014. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber yang ada
(Sekaran, 2006:77). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis
yang telah disusun dalam arsip (data dokumen yang dipublikasikan). Beberapa sumber dari
data sekunder diperoleh dari publikasi pemerintah, dokumen LRA yang diperoleh dari
Dinas Keuangan Aceh, LRA dari situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah
melalui website, undang-undang/qanun, informasi dan data penelitian dari PECAPP
(Public Expenditure Analysis and Capacity Strengthening Program), laporan
resmi/penelitian ilmiah, studi kasus dan dokumen perpustakaan.
Hasil Penelitian :
1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Bagi Hasil
terhadap Belanja Modal
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa PAD, DAU, dan DBH secara
bersama-sama berpengaruh terhadap Belanja Modal pada kabupaten/kota di Wilayah Aceh.
penelitian ini dimana PAD, DAU, DBH secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap belanja modal, sedangkan secara parsial hasilnya berpengaruh positif maka
penelitian ini sangat konsisten dengan penelitian sebelumnya. Pengaruh PAD, DAU, dan
DBH secara bersama-sama terhadap Belanja Modal adalah sebesar 80% berarti sisanya
sebesar 20% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti.
2. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Modal
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa PAD berpengaruh terhadap Belanja
Modal pada kabupaten/kota di Wilayah Aceh. PAD merupakan penerimaan yang diperoleh
dari sumber pembiayaan untuk anggaran belanja modal. PAD di peroleh dari iuran
masyarakat seperti pajak, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah. Tanggung jawab pemerintah daerah kepada masyarakat untuk
memberikan pelayanan publik yang baik kepada masyarakat melalui anggaran belanja
modal. Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi PAD yang dihasilkan maka semakin
memungkinkan daerah tersebut bisaterpenuhi kebutuhan belanjanya sendiri tanpa harus
berharapkepada pemerintah pusat, yang berarti pemerintah daerah mampu untuk mandiri
terhadap manajemen keuangan transparansi dan akuntabel.
3. Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa DAU berpengaruh terhadap Belanja
Modal pada kabupaten/kota di Wilayah Aceh. Pemerintahan daerah otonomi memiliki
kewewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempatdengan
adanya aspirasi masyarakat sesuai dengan undang-undang No. 32 tahun 2004. Hal ini
sebabkan karena dana alokasi umum salah satunya dana transfer yang diberikan oleh
pemerintah pusat ke pemerintah daerah bertujuanuntuk kesamaan dalam kemampuan
keuangan daerah dan dana tersebut digunakan untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaandesentralisasi.
4. Pengaruh Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa DBH berpengaruh terhadap Belanja
Modal pada kabupaten/kota di Wilayah Aceh. Hal ini mengindikasikan bahwa tinggi
rendahnya tingkat penerimaan diikuti dengan alokasi anggaran belanja modal. Tujuan
utama dari dana bagi hasil yaitu untuk mengurangi ketimpangan fiskal vertikal antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dana bagi hasil bersumber dari pajak dan sumber
daya alam. Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak terdiri dari Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Pajak Penghasilan
(PPh) pasal 25 dan 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeridan PPh pasal 21.
Kesimpulan :
Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi linear berganda, maka hasil
di peroleh antara lain:
1. Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Bagi Hasil secara bersama-
sama berpengaruh terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Aceh pada
periode 2011-2014
2. Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap Belanja Modal Pada
Kabupaten/Kota di Wilayah Aceh pada periode 2011-2014.
3. Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten/Kota
di Wilayah Aceh pada periode 2011-2014.
4. Dana Bagi Hasil berpengaruh positif terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten/Kota di
Wilayah Aceh pada periode 2011-2014.
Keterbatasan Penelitian :
Peneliti menyadari sepenuhnya, bahwa masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini,
antara lain:
1. Penelitian ini hanya meneliti selama empat tahun yaitu 2011, 2012, 2013, dan 2014.
2. Pemilihan variabel bebas pada penelitian ini hanya sebatas variabel PAD, DAU, dan
DBH untuk menjelaskan variabel Belanja Modal, sedangkan sebenarnya banyak variabel
lain yang dapat mengukur belanja modal yang tidak termasuk pada penelitian ini.
Saran :
Berdasarkan keterbatasan penelitian yang diuraikan sebelumnya, maka peneliti
menyarankan untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut:
1. Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk menambah faktor-faktor lain yang
mempengaruhi belanja modal.
2. Berhubung penelitian ini hanya dilakukan pada kabupaten/kota yang ada di Wilayah
Aceh, untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas subjek penelitian, tidak
hanya pada tingkat provinsi, namun tingkat se-indonesia.
3. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan rentang waktu pengamatan lebih dari empat
tahun minimal pengamatan selama 6 tahun sehingga lebih menggambarkan kondisi yang
sebenarnya serta dapat memberikan hasil yang lebih efisien dan efektif.
4. Pemda sebaiknya mengoptimalkan potensi penerimaan daerah terutama dalam bentuk
PAD sehingga tidak terlalu bergantung kepada penerimaan pusat.

JURNAL 3
Judul Penelitian:
Pengaruh Rasio Keuangan Daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dan Dana Alokasi
Umum (DAU) Terhadap Alokasi Belanja Modal Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Riau
Tahun 2009-2012
Peneliti :
Vella Kurniasih Fitri dengan anggota M. Rasuli dan Alfiati Silfi
Tahun Terbit :
2012
Penerbit :
Fakultas Ekonomi Universitas Riau
Jenis Penelitian :
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih yang datanya
dinyatakan dalam angka dan dianalisis dengan menggunakan teknik statistik.
Variabel Penelitian :
1. Variabel devenden atau variabel terikat (dependent variabel) merupakan variabel yang
menjadi pusat perhatian utama bagi peneliti (Sekaran, 2006:116). Dalam penelitian ini
variabel dependennya yaitu belanja modal.
2. Variabel indevenden atau variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat antara
positif atau negatif. Variabel Bebas yang mempengaruhi variabel terikat (Sugiyono
2005:34). Dalam penelitian ini variabel indevenden yaitu rasio keuangan daerah,
pendapatan asli daerah (PAD) dan dana alokasi umum (DAU).
Hipotesis Penelitian :
Hipotesis penelitian merupakan pandangan pertama peneliti terhadap penelitian
yang dilakukannya. Adapun hipotesis peneliti dalam penelitian tersebut ada 5 , yaitu 1)
Pengaruh Rasio Kemandirian Keuangan Daerah terhadap Alokasi Belanja Modal, 2)
Pengaruh Rasio Efektivitas Keuangan Daerah terhadap Alokasi Belanja Modal, 3)
Pengaruh Rasio Efisiensi Keuangan Daerah terhadap Alokasi Belanja Modal, 4) Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah terhadap Alokasi Belanja Modal dan 5) Pengaruh Dana Alokasi
Umum terhadap Alokasi Belanja Modal.
Populasi dan Sampel :
Populasi dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah di Provinsi Riau Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pemerintah kota / kabupaten di
Provinsi Riau dari tahun 2009 - 2012. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
dengan menggunakan metode purposive sampling. Sehingga sampel yang digunakan
dalam penelitian adalah sebanyak 11 kabupaten/kota di Provinsi Riau.

Jenis dan Sumber data :


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Sumber data
dari dokumen tersebut berupa Laporan Realisasi APBD yang memuat pula data belanja
modal, pendapatan asli daerah, dan dana lokasi umum. Laporan realisasi APBD yang
diperoleh dari situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah melalui website
www.djpk.depkeu.go.id.
Metode Pengumpulan Data :
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
dokumentasi yang dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder, mencatat, dan
mengolah data yang berkaitan dengan penelitian ini.
Hasil Penelitian :
1. Pengaruh Rasio Kemandirian Keuangan Daerah terhadap Alokasi Belanja Modal
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa rasio kemandirian keuangan daerah tidak
berpengaruh terhadap alokasi belanja modal di kabupaten/kota provinsi Riau. Rasio
kemandirian keuangan daerah menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber
dana eksternal. Nilai rata – rata kemandirian keuangan daerah secara statistik yang tidak
mencapai 0% atau sekitar -1,25% berarti kemampuan keuangan daerah tersebut rendah
sekali, maka daerah tersebut sangat bergantung kepada pemerintah pusat dan pihak
eksternal yang berarti tidak mampu melaksanakan otonomi daerah.
2. Pengaruh Rasio Efektivitas Keuangan Daerah terhadap Alokasi Belanja Modal
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio efektivitas keuangan daerah tidak
memiliki pengaruh terhadap alokasi belanja modal di kabupaten/kota provinsi Riau.
Adanya hasil statistik nilai rata-rata dari rasio efektivitas yang menunjukkan tingkat
efektivitas hanya mencapai 53% menggambarkan bahwa tingkat efektivitas
dikabupaten/kota provinsi Riau tidak efektif. Kemampuan keuangan daerah dalam
menjalan tugas dikategorikan efektif apabila minimal 100% dan dianggap tidak efektif
apabila tingkat kemandiriannya < 60%.
3. Pengaruh Rasio Efisiensi Keuangan Daerah terhadap Alokasi Belanja Modal
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa rasio efisiensi keuangan daerah tidak
berpengaruh terhadap alokasi belanja modal di kabupaten/kota provinsi Riau. Dari data
hasil analisis menunjukkan bahwa nilai rata-rata rasio efisiensi keuangan daerah dari
sebelas kabupaten/kota yang melaporkan laporan realisasi APBD secara rutin selama tahun
2009-2012 adalah sebesar 56,30 %. Hal ini menunjukkan tingkat efisiensi pada
kemampuan suatu daerah dalam memanajemen keuangan daerahnya dikatakan tidak
efisien karena > 30%.
4. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Alokasi Belanja Modal
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah (PAD)
berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. Data hasil analisis menunjukkan bahwa nilai
rata-rata pendapatan asli daerah keuangan daerah dari sebelas kabupaten/kota yang
melaporkan laporan realisasi APBD secara rutin selama tahun 2009-2012 adalah sebesar
94.434 juta Rupiah. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber
penerimaan daerah asli yang digali di daerah tersebut untuk digunakan sebagai modal dasar
pemerintah daerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha daerah untuk
memperkecil ketergantungan dana dari pemerintah pusat.
5. Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Alokasi Belanja Modal
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Pengaruh Dana Alokasi Umum tidak
mempengaruhi Alokasi Belanja Modal. Hasil yang sama juga telah dilakukan oleh Syafitri
(2009) dan Putro (2010) yang menunjukkan bahwa dana alokasi umum tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap alokasi belanja modal. Hal ini cukup beralasan karena
Dana Alokasi Umum (DAU) yang pengalokasiannya menekankan aspek pemerataan dan
keadilan yang selaras dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan belum dibagikan
secara merata dan menyeluruh. Dari sebelas kabupaten/kota, hanya delapan kabupaten/kota
yang menerima secara rutin. Jumlah tersebut tidak dapat memberikan pengaruh yang besar
pada alokasi belanja modal dikabupaten/kota. Namun, penerimaan DAU juga tidak
memberikan dampak terhadap yang signifikan terhadap peningkatan pelayanan publik dan
pembangunan yang berkesinambungan.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan menggunakan regresi linear berganda,
maka kesimpulan yang diperoleh yaitu ada variabel yang tidak memenuhi asumsi uji
normalitas yaitu rasio kemandirian keuangan daerah dan alokasi belanja modal namun
setelah dilakukannya transform maka data tersebut normal dan peneliti dapat melanjutkan
penelitian. Hasil uji individual (uji t) menunjukkan bahwa hanya variabel pendapatan asli
daerah yang memiliki pengaruh signifikan terhadap alokasi belanja modal sedangkan 4
variabel lainnya yaitu rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas keuangan
daerah, rasio efisiensi keuangan daerah, dan dana alokasi umum tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap alokasi belanja modal
Nilai Adjusted R Square didalam penelitian ini adalah sebesar 34,1% yang berarti
bahwa variabel alokasi belanja modal dijelaskan oleh variabel rasio kemandirian keuangan
daerah, rasio efektivitas keuangan daerah, rasio efisiensi keuangan daerah, pendapatan asli
daerah dan dana alokasi umum sebesar 34,1%. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 65,9%
dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan didalam penelitian ini.
Saran :
Dari kesimpulan dan keterbatasan didalam penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan
untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Jumlah sampel yang dipilih sebaiknya lebih banyak agar dapat menunjukkan interpretasi
hasil yang lebih memuaskan dikarenakan jumlah sampel yang banyak.
2. Rendahnya Adjusted R2 dari model yang di uji dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini mempunyai pengaruh yang lebih
besar terhadap alokasi belanja modal, sehingga selanjutnya sebaiknya mempertimbangkan
untuk menggunakan variabel lainnya diluar variabel yang digunakan dalam penelitian ini
seperti, dana alokasi khusus, dana bagi hasil, pertumbuhan ekonomi.

JURNAL 4
Judul Penelitian:
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan Dan Kinerja Keuangan Terhadap
Alokasi Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Barat
Peneliti :
Riko Novianto (Auditor BPK Kalimantan Barat) dan Rafiudin Hanafiah (Dosen Tetap FE
UNTAG Cirebon)
Volume :
Vol.4 No.1
Tahun Terbit :
2015
Jenis Penelitian :
Penelitian dalam jurnal ini menggunakan jenis penilitian kuantitatif. Dalam
penelitian ini bentuk hubungan antar variabel adalah hubungan kausal/sebab akibat, untuk
penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya dinyatakan dalam bentuk angka dan
dianalisis dengan menggunakan teknik statistik (Sugiyono, 2012: 23). Sehingga yang
dimaksud penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel atau lebih yang datanya dinyatakan dalam angka dan
dianalisis dengan menggunakan teknik statistik.
Variabel Penelitian :
Variabel Terikat : Dalam penelitian ini variabel terikat yang digunakan adalah Belanja
Modal.
Variabel Bebas : Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan
Asli Daerah, Dana Perimbangan Dan Kinerja Keuangan.
Hipotesis Penelitian :
Berdasarkan landasan teori dan beberapa hasil penelitian diatas, maka peneliti menetapkan
hipotesis sebagai berikut:
H1 : Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap Alokasi Belanja Modal
H2 : Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap Alokasi Belanja Modal
H3 : Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif terhadap Alokasi Belanja Modal
H4 : Dana Bagi Hasil berpengaruh positif terhadap Alokasi Belanja Modal.
H5 : Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Tahun Sebelumnya berpengaruh positif
terhadap Alokasi Belanja Modal
H6 : Tingkat Efektivitas Keuangan Daerah Tahun sebelumnya berpengaruh positif
terhadap Alokasi Belanja Modal
Metode Pengumpulan Data :
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi yaitu
dengan dengan cara mengumpulkan, mencatat dan mengolah data yang berkaitan dengan
penelitian yang berasal dari sumber data sekunder.
Populasi dan Sampel :
Penelitian ini menggunakan populasi yaitu seluruh pemerintah kabupaten dan kota
di provinsi Kalimantan Barat dengan horizon waktu dari tahun 2009 sampai dengan tahun
2013. Teknik penelitian ini menggunakan metode sensus yang merupakan metode dengan
mengambil populasi. Populasi yang digunakan adalah sebanyak 14 Kabupaten/kota di
provinsi Kalimantan Barat dengan horizon waktu yang digunakan dari tahun 2009 - 2013.
Jenis dan Sumber data :
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber
dari dokumen Laporan Realisasi Anggaran pemerintah kabupaten/kota di provinsi
Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2009 – 2013 yang diperoleh dari situs Dirjen
Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah melalui www.djpk.depkeu.go.id.
Hasil Penelitian :
1. Pengaruh PAD terhadap Alokasi Belanja Modal
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi belanja modal. Hal tersebut
menunjukkan bahwa peningkatan dana pemerintah kabupaten/kota di provinsi Kalimantan
Barat yang berasal dari sumber penerimaan asli daerah selama kurun waktu tahun 2009
sampai dengan 2013 telah digunakan secara tepat untuk membiayai pembangunan daerah
maupun peningkatan sarana dan prasarana dengan meningkatkan alokasi belanja modal
dalam rangka memberikan pelayanan kepada publik.
2. Pengaruh DAU terhadap Alokasi Belanja Modal
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap alokasi belanja modal. Hal tersebut menunjukkan bahwa
peningkatan dana transfer pemerintah pusat kepada pemerintah kabupaten/kota di provinsi
Kalimantan Barat selama kurun waktu tahun 2009 sampai dengan 2013 dalam rangka
mengurangi kesenjangan pembangunan antar daerah, selain digunakan untuk alokasi
belanja pegawai juga dialokasikan untuk peningkatan belanja modal guna meningkatkan
sarana dan prasarana pelayanan kepada publik. Pemerintah kabupaten/kota di provinsi
Kalimantan Barat dalam hal ini masih memiliki ketergantungan terhadap dana transfer
yang diberikan oleh pemerintah pusat dalam rangka membiayai pembangunan infrastruktur
maupun sarana dan prasarana.
3. Pengaruh DAK terhadap Alokasi Belanja Modal
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap alokasi belanja modal. Hal tersebut menunjukkan bahwa
peningkatan dana transfer pemerintah pusat kepada pemerintah kabupaten/kota di provinsi
Kalimantan Barat selama kurun waktu tahun 2009 sampai dengan 2013 dalam rangka
membiayai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas
nasional telah digunakan secara tepat untuk peningkatan sarana dan prasarana maupun
pembangunan infrastruktur melalui peningkatan alokasi belanja modal.
4. Pengaruh DBH terhadap Alokasi Belanja Modal
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan Dana Bagi Hasil (DBH) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap alokasi belanja modal. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kenaikan atau penurunan DBH yang diterima pemerintah kabupaten/kota selama kurun
waktu tahun 2009 sampai dengan 2013 mempengaruhi peningkatan atau penurunan belanja
modal.
5. Pengaruh Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Tahun Sebelumnya terhadap
Alokasi Belanja Modal
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah
Tahun Sebelumnya tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kenaikan atau penurunan Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah
Tahun Sebelumnya tidak memperngaruhi keputusan pemerintah kabupaten/kota di provinsi
Kalimantan Barat selama kurun waktu tahun 2009 sampai dengan 2013 untuk
meningkatkan atau menurunkan alokasi belanja modal. Tingkat kemandirian keuangan
daerah yang diukur dengan rasio kemandirian keuangan daerah menggambarkan
kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.
6. Pengaruh Tingkat Efektivitas Keuangan Daerah Tahun Sebelumnya terhadap
Alokasi Belanja Modal
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan Tingkat Efektivitas Keuangan Daerah
Tahun Sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi belanja modal. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kenaikan atau penurunan Tingkat Efektivitas Keuangan
Daerah Tahun Sebelumnya mempengaruhi keputusan pemerintah kabupaten/kota di
provinsi Kalimantan Barat selama kurun waktu tahun 2009 sampai dengan 2013 untuk
meningkatkan atau menurunkan alokasi belanja modal. Hasil statistik deskriptif
menunjukkan, secara rata-rata kemampuan pemerintah kabupaten/kota di provinsi
Kalimantan Barat selama kurun waktu tahun 2008 sampai dengan 2012 dalam
merealisasikan PAD sangat efektif, sehingga mempengaruhi peningkatan atau penurunan
alokasi belanja modal tahun berjalan.
Kesimpulan :
Kesimpulan dari penelitian ini adalah lima variabel yaitu PAD, DAU, DAK, DBH,
dan Tingkat Efektivitas Keuangan Daerah Tahun Sebelumnya secara parsial berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Belanja Modal, sedangkan variabel Tingkat Kemandirian
Keuangan Daerah Tahun Sebelumnya secara parsial tidak berpengaruh terhadap Belanja
Modal.
Keterbatasan :
Keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya adalah periode penelitian hanya 5
(lima) tahun yaitu dari tahun 2009 sampai dengan 2013, sehingga hasil yang didapatkan
belum menggambarkan secara maksimal dan masih terdapat variabel lain yang tidak
dimasukkan ke dalam penelitian, sehingga masih belum menggambarkan faktor-faktor
yang mempengaruhi alokasi belanja modal secara lebih lengkap.
Saran :
Berdasarkan keterbatasan tersebut, bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar
mempertimbangkan variabel independen lain seperti jenis penerimaan daerah lainnya,
pertumbuhan ekonomi dan ukuran pencapaian kinerja lainnya yang dapat mempengaruhi
alokasi Belanja Modal Pemerintah Daerah, sehingga penelitian selanjutya dapat
menggambarkan secara lebih lengkap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi alokasi
belanja modal.

JURNAL 5
Judul Penelitian:
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal
Dengan Pertumbuhan Ekonomi Sebagai Pemoderasi
Peneliti :
Erdi Adyatma dan Rachmawati Meita Oktaviani
Volume :
Vol. 4, No. 2
Tahun Terbit :
2015
Penerbit :
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Stikubank
Jenis Penelitian :
Penelitian dalam jurnal ini menggunakan jenis penilitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel atau lebih yang datanya dinyatakan dalam angka dan dianalisis dengan
menggunakan teknik statistik.
Variabel Penelitian :
Variabel Terikat : Dalam penelitian ini variabel terikat yang digunakan adalah Belanja
Modal.
Variabel Bebas : Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU).
Variabel Moderasi : Variable moderasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Pertumbuhan Ekonomi.
Hipotesis Penelitian :
Hipotesis penelitian merupakan pandangan pertama peneliti terhadap penelitian
yang dilakukannya. Adapun hipotesis peneliti dalam penelitian tersebut ada 5 , yaitu 1)
Pendapatan Asli Daerah Berpengaruh Positif terhadap Belanja Modal, 2) Dana Alokasi
Umum Berpengaruh Positif terhadap Belanja Modal, 3) Pertumbuhan Ekonomi
Berpengaruh Positif terhadap Belanja Modal, 4) Pertumbuhan Ekonomi memoderasi
Pendapatan Asli Daerah Berpengaruh Positif terhadap Belanja Modal dan 5) Pertumbuhan
Ekonomi memoderasi Dana Alokasi Umum Berpengaruh Positif ter hadap Belanja Modal.
Metode Pengumpulan Data :
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi pustaka
dengan mendapatkan data-data dan teori yang diperoleh dari literatur, artikel, jurnal, dan
hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian dan landasan teori. Selain itu
dilakukan studi dokumentasi dengan mengumpulkan seluruh data sekunder dari website
milik BPS Jawa Tengah.
Populasi dan Sampel :
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah
dalam kurun waktu tahun anggaran 2011 - 2013.
Jenis dan Sumber data :
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. merupakan
data yang sudah diolah oleh BPS di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah, secara berkala
untuk me lihat perkembangan dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Belanja
Modal dan Per tumbuhan Ekonomi selama periode tahun 2011-2013.
Hasil Penelitian :
1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal
Penelitian ini menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah tidak berpengaruh
terhadap belanja modal. Hal ini dapat diartikan bahwa se makin tinggi Pendapatan Asli
Daerah maka penge luaran pemerintah atas Belanja Modal belum tentu juga akan semakin
tinggi. Pada penelitian ini menunjukkan hasil yang tidak signifikan dapat disebabkan
karena adanya peningkatan Pendapatan Asli Daerah tidak diikuti dengan peningkatan
Belanja Modal. Berdasarkan hasil analisis terdapat beberapa daerah di Kabu paten / Kota
di Propinsi Jawa tengah, dimana Pendapatan Asli Daerah meningkat dari tahun 2011-2013
akan tetapi tidak diikuti dengan peningkatan Belanja Modal.
2. Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal
Penelitian ini menunjukkan bahwa Dana Alokasi Umum berpengaruh positif
signifikan terhadap Belanja Modal. Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut Dana
Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendaptan Belanja
Negara yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah
untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi (UU No. 33
Tahun 2004). Dana Alokasi Umum merupakan dana trans fer yang bersifat block grant.
Alokasi pengguna annya diserahkan kepada daerah sesuai prioritas daerah yang idealnya
dialokasikan untuk belanja yang berimplikasi meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pelayanan kepada masyarakat. Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan Tuasikal
(2008); Wulandari, dkk (2013) dan Sugiarthi & Supadmi (2014) menemukan bukti empiris
Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap Belanja Modal.
3. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Belanja Modal
Penelitian ini menunjukkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh
terhadap Belanja Modal. Keadaan ini memberi indikasi bahwa Pertumbuhan Ekonomi
tidak memiliki kontribusi positif terhadap Belanja Modal. Penelitian ini sejalan dengan
yang di lakukan oleh Tuasikal (2008); Arwati & Hadiati (2013); Sugiarthi & Supadmi
(2014) dan Jaya & Dwirandra (2014) menemukan bukti empiris per tumbuhan ekonomi
tidak berpengaruh signifi kan terhadap Belanja Modal.
4. Pertumbuhan Ekonomi Memoderasi Peng aruh Pendapatan Asli Daerah terhadap
Belanja Modal.
Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak
memoderasi pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Modal. Hal ini dapat
disebabkan karena pertumbuhan ekonomi di wilayah Propinsi Jawa Tengah tidak merata
dan terjadi adanya kesen jangan masing-masing wilayah. Selain itu dapat disebabkan juga
karena peningkatan Pendapatan Asli Daerah lebih banyak digunakan untuk membiayai
belanja pegawai dan biaya langsung lain nya daripada untuk membiayai Belanja Modal.
Selain itu peningkatan Pertumbuhan Ekonomi masing-masing daerah tidak sama dan
mengalami kesenjangan, sehingga Pertumbuhan Ekonomi tidak mampu memoderasi
pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Modal.
5. Pertumbuhan Ekonomi Memoderasi Peng aruh Dana Alokasi Umum terhadap
Belanja Modal.
Penelitian ini menunjukkan bahwa Pertum buhan Ekonomi tidak sebagai
memoderasi peng aruh Dana Alokasi Umum dengan Belanja Modal. Hal ini dapat
disebabkan karena adanya masalah keagenan yang ditimbul dikalangan eksekutif
(pemerintah pusat) cenderung memaksimalkan utility (self interest)dalam pembuatan atau
penyu sunan anggaran APBD, karena memiliki keunggu lan informasi (asimetri
informasi).Akibatnya ekse kutif cenderung melakukan “budgetary slack”. Adanya
kesenjangan dapat mengakibatkan Pertumbuhan Ekonomi tidak mampu memoderasi
pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum dengan Belanja Modal.
Penelitian ini berlawanan dengan Sugiarthi & Supadmi (2014) menemukan bukti empiris
Per tumbuhan Ekonomi memoderasi Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap
Belanja Modal
6. Pertumbuhan Ekonomi Memoderasi Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap
Belanja Modal
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai signifikan variabel interaksi antara
Pendapatan Asli Daerah dengan Pertumbuhan Ekonomi dengan probabili tas 0,268 lebih
besar dari 0,05 menunjukkan bahwa variabel Pertumbuhan Ekonomi tidak me moderasi
pengaruh Pendapatan Asli Daerah ter hadap Belanja Modal. Hal ini membuktikan bahwa
hipotesis yang menyatakan bahwa “Per tumbuhan Ekonomi memoderasi pengaruh
Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Modal”, tidak terdukung.
7. Pertumbuhan Ekonomi Memoderasi Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap
Belanja Modal
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai signifikan variabel interaksi antara
Dana Alokasi Uumum dengan Pertumbuhan Ekonomi dengan probabilitas 0,353 lebih
besar dari 0,05 menunjukkan bahwa varia bel Pertumbuhan Ekonomi tidak memoderasi
pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal. Hal ini membuktikan bahwa
hipotesis yang menyatakan bahwa “Pertumbuhan Ekonomi memoderasi pengaruh Dana
Alokasi Umum terhadap Belanja Modal”, tidak terdukung.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
1. Pendapatan Asli Daerah tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal.
2. Dana Alokasi Umum memiliki pengaruh yang positif terhadap Belanja Modal. Arah
koefisien regresi bertanda positif, berarti bahwa peningkatan Dana Alokasi Umum akan
meningkatkan Belanja Modal.
3. Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal.
4. Pertumbuhan Ekonomi tidak memoderasi hubungan Pendapatan Asli Daerah dengan
Belanja Modal.
5. Pertumbuhan Ekonomi tidak memoderasi hubungan Dana Alokasi Umum dengan
Belanja Modal.
Keterbatasan Penelitian :
1. Data penelitian hanya dari 35 Kabupaten / Kota Provinsi Jawa Tengah, sehingga tidak
mencerminkan kondisi Pemerintahan Daerah secara keseluruhan.
2. Data yang digunakan hanya data sekunder data publikasi DJPK, dengan data time series
hanya 3 tahun, yaitu tahun 2011-2013.
3. Dalam penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel (Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum dan Pertumbuhan Ekonomi) dalam mempengaruhi Belanja Modal.
Implikasi
Saran :
1. Pemerintah Provinsi supaya lebih memper hatikan alokasi anggaran dari dana Penda
patan Asli Daerah, diupayakan dialokasikan lebih banyak kepada Belanja Modal yang
memberikan implikasi peningkatan kesejah teraan masyarakat.
2. Pemerintah pusat diharapkan dapat mening katkan porsi Dana Alokasi Umum kepada
pemerintah provinsi sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
3. Pemerintah Daerah diharapkan lebih meng utamakan alokasi kepada belanja modal yang
diprioritaskan pada peningkatan ke sejahteraan rakyat sehingga mampu men dorong
Pertumbuhan Ekonomi Daerah.

JURNAL 6
Judul Penelitian:
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Alokasi Khusus
Terhadap Alokasi Belanja Modal Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi D.I. Yogyakarta
Peneliti :
Saptaningsih Sumarmi
Penerbit :
Fakultas Ekonomi Universitas PGRI Yogyakarta
Jenis Penelitian :
Penelitian dalam jurnal ini menggunakan jenis penilitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel atau lebih yang datanya dinyatakan dalam angka dan dianalisis dengan
menggunakan teknik statistik.

Variabel Penelitian :
Variabel Terikat : Dalam penelitian ini variabel terikat yang digunakan adalah Belanja
Modal.
Variabel Bebas : Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan
Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
Hipotesis Penelitian :
Hipotesis penelitian merupakan pandangan pertama peneliti terhadap penelitian
yang dilakukannya. Adapun hipotesis peneliti dalam penelitian tersebut ada 4 , yaitu 1)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif terhadap belanja modal, 2) Dana
Alokasi Umum (DAU) berpengaruh positif terhadap belanja modal daerah, 3) Dana
Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif terhadap belanja modal daerah dan 4) PAD,
DAU, dan DAK secara simultan berpengaruh positif terhadap belanja modal.
Metode Pengumpulan Data :
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi pustaka
dengan mendapatkan data-data dan teori yang diperoleh dari literatur, artikel, jurnal, dan
hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian dan landasan teori. Selain itu
dilakukan studi dokumentasi dengan mengumpulkan seluruh data sekunder dari website
milik DJPK dan BPS Provinsi D.I. Yogyakarta.
Populasi dan Sampel :
Daerah yang dijadikan sebagai obyek dalam penelitian ini adalah daerah
Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam kurun waktu anggaran
2002 - 2007.
Jenis dan Sumber data :
Sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah data sekunder yang bersumber
dari laporan Realisasi APBD Pemda Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta, yakni
data PAD, DAU, dan Belanja Modal Daerah yang diperoleh dari situs Dirjen Perimbangan
Keuangan Daerah melalui internet dan Biro Pusat Statistik (BPS). Adapun data yang
digunakan adalah data time series dengan periode waktu dari tahun 2002 sampai dengan
tahun 2007, dan akan dikombinasikan dengan data cross section dari masing-masing
daerah Kabupaten/Kota yang akan dijadikan populasi
Hasil Penelitian :
Dari hasil analisis, pengujian hipotesis pertama menemukan bahwa :
 Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh secara positif signifikan terhadap alokasi
belanja modal daerah. Hal ini disebabkan karena PAD merupakan sumber pendapatan
yang diperoleh dari daerah yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah. PAD juga merupakan salah satu sumber
pembelanjaan daerah, sehingga jika PAD meningkat maka dana yang dimiliki oleh
Pemerintah Daerah akan lebih tinggi dan tingkat kemandirian daerah akan meningkat
pula, sehingga Pemerintah Daerah akan berinisiatif untuk lebih meningkatkan belanja
modalnya untuk melengkapi sarana prasarana pembangunan daerah guna pelayanan
publik yang menjadi kewajiban pemerintah.
 Pengujian hipotesis kedua menemukan bahwa DAU berpengaruh negatif signifikan
terhadap alokasi belanja modal daerah. Dengan demikian hipotesis kedua ditolak. Hal
ini bebeda dengan penelitian -penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Holtz–eaken
et.al (1985), Legrenzi dan Milas (2001), Abdullah dan Halim (2003), Prakoso (2004)
dalam Adi dan Harianto (2007 ). Tetapi, jika kita mencermati besaran nilai PAD daerah
kabupaten se -D.I. Yogyakarta mengalami suatu peningkatan. Hal ini menunjukkan
kemandirian daerah kabupaten/kota di Provinsi D.I. Yogyakarta kuat, sehingga tidak
tergantung DAU dari Pemerintah Pusat untuk membiayai alokasi belanja modal daerah.
 Pengujian hipotesis ketiga menemukan bahwa Dana Alokasi Khusus (DAK)
berpengaruh positif signifikan terhadap alokasi belanja modal daerah. DAK diberikan
dengan tujuan untuk membiayai kegiatan -kegiatan khusus pada daerah tertentu yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, khususnya untuk
membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum
mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah. Hal
sejalan dengan temuan Holtz -Eakin et al (1995), yang menyatakan bahwa terdapat
keterkaitan yang sangat erat antara transfer dari Pemerintah Pusat dengan belanja
Pemerintah Daerah.
 Hipotesis keempat menyatakan bahwa PAD, DAU, dan DAK secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap alokasi belanja modal daerah, sehin gga hipotesis
keempat diterima. Jika PAD, DAU, dan DAK meningkat maka alokasi belanja modal
daerah guna meningkatkan pelayanan publik juga bisa ditingkatkan. Dengan demikian,
model yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk menjelaskan
perilaku belanja modal dalam APBD.
Kesimpulan :
Penelitian ini bertujuan meneliti pengaruh faktor -faktor fundamental yaitu
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DA U), Dana Alokasi
Khusus(DAK), dan Alokasi Belanja Modal dalam Anggaran Pen dapata dan Belanja
Daerah (APBD). Pengujian pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
digunakan persamaan regresi linier berganda dan menggunakan data panel. Pada pengujian
asumsi klasik diketahui bahwa data telah terdistribusi normal bebas dari multikolinieritas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Hasil pengujian terhadap hipotesis-hipotesis
menunjukkan bahwa secara simultan variabel PAD, DAU, dan DAK berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel alokasi belanja modal. Hasil pengujian terhadap hipotesis
menunjukkan hasil perhitungan statistik uji F dengan hasil nilai signifikansi 0,000 berada
dibawah 0,005 yang berarti secara simultan variabel-variabel independen tersebut
berpengaruh secara simultan terhadap alokasi belanja modal. Pengujian se cara parsial,
variabel PAD dan DAK berpengaruh positif signifikan terhadap alokasi belanja modal
daerah. Sedangkan variabel dependen DAU berpengaruh negatif terhadap alokasi bela nja
modal daerah dalam APBD, sehingga hipotesis kedua ditolak. Hasil Adjusted R squared
(R²) diperoleh angka sebesar 0, 563 yang menunjukkan bahwa 56,3% variabel PAD, DAU,
dan DAK secara bersama-sama dapat menjelaskan alokasi belanja modal daerah dalam
APBD , dan 43,7% dijelaskan oleh variabel lain diluar model yang ada.
Saran :
Saran yang diajukan untuk peneliti selanjutnya adalah dengan me nambah daerah
sampel penelitian dan rentang waktu penelitian sehingga hasil penelitian lebih dapat
digeneralisir. Variabel yang digunakan dalam penelitian mendatang diharapkan lebih
lengkap dan bervariasi, dengan menambah variabel independen yang lain baik ukuran-
ukuran atau jenis-jenis penerimaan Pemerintah Daerah lainnya, maupun variabel non-
keuangan, seperti kebijakan pemerintah atau kondisi makroekonomi.

JURNAL 7
Judul Penelitian:
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal Di
Provinsi Jawa Timur
Peneliti :
Rizanda Ratna Pradita
Penerbit :
Universitas Negeri Surabaya
Jenis Penelitian :
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian assosiasif kausal yaitu penelitian
yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya.
Variabel Penelitian :
Variabel Terikat : Dalam penelitian ini variabel terikat yang digunakan adalah Belanja
Modal.
Variabel Bebas : Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU).
Hipotesis Penelitian :
Hipotesis 1 (H1) : Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Belanja Modal Pendapatan
Asli Daerah berpengaruh terhadap Belanja Modal.
Hipotesis 2 (H2) : Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap Belanja Modal.
Metode Pengumpulan Data :
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi pustaka
dengan mendapatkan data-data dan teori yang diperoleh dari literatur, artikel, jurnal, dan
hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian dan landasan teori. Selain itu
dilakukan studi dokumentasi dengan mengumpulkan seluruh data sekunder dari website
milik DJPK dan BPS Jawa Timur.
Populasi dan Sampel :
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah Laporan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota Jawa Timur. Data yang dianalisis selama lima tahun
yaitu tahun 2007-2011.
Jenis dan Sumber data :
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa
Laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Jawa
Timur 2007-2011 yang berupa Laporan Belanja Modal, Laporan Dana Alokasi Umum, dan
Laporan Pendapatan Asli Daerah.
Hasil Penelitian :
1. Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa Dana Alokasi Umum berpengaruh
positif terhadap Belanja Modal. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi DAU
yang diterima daerah maka akan semakin tinggi pula belanja modal yang akan
dibelanjakan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdullah dan
Halim (2003) yang menyatakan Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan terhadap
belanja modal, dan penelitian yang dilakukan Prakoso (2004) yang membuktikan secara
empiris bahwa besarnya jumlah belanja modal dipengaruhi Dana Alokasi Umum
yangditerima dari pemerintah pusat. Pengaruh signifikan antara DAU dengan belanja
modal ini dapat dipahami mengingat bahwa pelaksanaan otonomi daerah yang bertujuan
untuk meningkatkan pelayanan publik yang direalisasikan melalui belanja modal juga
ikut dibiayai oleh DAU tersebut.
2. Hasil penelitian ini juga dapat ditemukan hasil bahwa Pendapatan Asli Daerah tidak
berpengaruh terhadap Belanja Modal. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitan
terdahulu yang dilakukan oleh Yulia Yustikasari & Darwanto (2006) yang menyatakan
bahwa yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara PAD
dengan belanja modal. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi PAD maka
pengeluaran pemerintah atas belanja modal belum tentu juga akan semakin tinggi.
Selain itu, penelitian ini juga mengindikasikan bahwa besarnya PAD tidak menjadi
salah satu faktor penentu dalam menetukan belanja modal. Pada penelitian ini,
Pendapatan Asli Daerah lebih banyak digunakan untuk membiayai belanja pegawai dan
biaya langsung lainnya daripada untuk membiayai Belanja Modal seperti terlihat pada
lampiran Anggaran Belanja. Artinya tinggi rendahnya PAD pada periode ini tidak
berimplikasi pada besarnya alokasi belanja modal daerah.
Kesimpulan :
1. Variabel Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Modal hal ini
disebabkan karena dengan adanya transfer DAU dari Pemerintah Pusat maka
Pemerintah Daerah bisa mengalokasikan pendapatannya untuk membiayai Belanja
Modal.
2. Variabel Pendapatan Asli Daerah tidak berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Modal
hal ini disebabkan karena Pendapatan Asli Daerah lebih banyak digunakan untuk
membiayai belanja pegawai dan biaya langsung lainnya daripada untuk membiayai
Belanja Modal seperti terlihat pada lampiran Anggaran Belanja.
Saran :
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan diatas maka penulis mencoba untuk
memberikan saran sebagai berikut :
1. Pemerintah Daerah sebaiknya lebih mengoptimalkan potensi ekonomi lokalnya untuk
menambah penerimaan daerah sehingga tercipta kemandirian daerah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya sehingga pada akhirnya ketergantungan pada Pemerintah
Pusat bisa dikurangi.
2. Pemerintah Daerah harus lebih dapat mengefisienkan jumlah pegawai yang dimilikinya
dengan cara lebih fokus pada kualitas pegawai daripada kuantitasnya dan pemanfaatan
teknologi, dengan begitu diharapkan Pemerintah bisa lebih menekan anggaran belanja
pegawai yang selama ini menjadi pengeluaran terbesar Pemerintah.
3. Penghapusan honor belanja pegawai yang melekat pada pos belanja langsung atau lebih
spesifik pada belanja modal dapat lebih mengefisienkan pengeluaran belanja modal.

JURNAL 8
Judul :
Pengaruh PAD, DAU, dan SILPA Pada Belanja Modal Dengan Pertumbuhan Ekonomi
Sebagai Pemoderasi
Peneliti :
Ni Putu Dwi Eka Rini Sugiarthi dan Ni Luh Supadmi
Tahun Terbit :
2014
Penerbit :
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bali, Indonesia
Jenis Penelitian :
Penelitian dalam jurnal ini menggunakan jenis penilitian kuantitatif. Dalam
penelitian ini bentuk hubungan antar variabel adalah hubungan kausal/sebab akibat, untuk
penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya dinyatakan dalam bentuk angka dan
dianalisis dengan menggunakan teknik statistik (Sugiyono, 2012: 23). Sehingga yang
dimaksud penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel atau lebih yang datanya dinyatakan dalam angka dan
dianalisis dengan menggunakan teknik statistik.
Variabel Penelitian :
Variabel Terikat : Dalam penelitian ini variabel terikat yang digunakan adalah Belanja
Modal.
Variabel Bebas : Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan
Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
(SILPA).
Variabel Moderasi : Variable moderasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Pertumbuhan Ekonomi (Z).
Hipotesis Penelitian :
Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teori di atas, maka rumusan hipotesis
peneltian ini adalah:
Ha.1: Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif pada Belanja Modal.
Ha.2: Dana Alokasi Umum berpengaruh positif pada Belanja Modal
Ha.3: Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran berpengaruh positif pada Belanja Modal
Ha.4: Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif pada belanja modal
Ha.5: Semakin tinggi Pertumbuhan Ekonomi akan meningkatkan pengaruh positif
Pendapatan Asli Daerah pada Belanja Modal
Ha.6: Semakin tinggi Pertumbuhan Ekonomi akan meningkatkan pengaruh positif Dana
Alokasi Umum pada Belanja Modal
Ha.7: Semakin tinggi Pertumbuhan Ekonomi akan meningkatkan pengaruh positif Sisa
Lebih Pembiayaan Anggaran pada Belanja Modal
Populasi dan Sampel :
Lokasi dari penelitian ini yaitu Kantor Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Bali dan
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Sementara itu Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
Umum, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal di
Provinsi Bali pada tahun 2007-2011 merupakan objek yang diteliti. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh kabupaten/kota se-Provinsi Bali periode 2007–2011.
Sedangkan sampel yang digunakan adalah seluruh anggota populasi yaitu kabupaten/kota
se-Provinsi Bali yang terdiri dari 8 kabupaten dan 1 kota periode 2007-2011.
Jenis dan Sumber data :
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber
bersumber dari dokumen-dokumen yang terdapat pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi
Bali seperti Laporan Realisasi APBD Tahun 2007-2011 dan Tabel Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) tahun 2007-2011 yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik Provinsi
Bali.
Metode Pengumpulan Data :
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi pustaka
dengan mendapatkan data-data dan teori yang diperoleh dari literatur, artikel, jurnal, dan
hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian dan landasan teori. Selain itu
dilakukan studi dokumentasi dengan mengumpulkan seluruh data sekunder dari website
milik DJPK dan BPS Provinsi Bali.
Hasil Penelitian :
Hasil Hipotesis pertama (Ha.1) diperoleh hasil nilai tingkat signifikansi uji t untuk
variabel PAD sebesar 0,000 lebih keciil dari α = 0,05 dan nilai koefisien regresi sebesar
0,308. Keadaan ini menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan
signifikan pada belanja modal, sehingga Ha.2 diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi PAD yang dimiliki oleh daerah maka akan semakin tinggi belanja
modal yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Bali.
Hasil Hipotesis kedua (Ha.2) diperoleh hasil nilai tingkat signifikansi uji t untuk
variabel DAU sebesar 0,005 lebih kecil dari α = 0,05 dan nilai koefisien regresi sebesar
0,217. Hal ini menunjukkan bahwa Dana Alokasi Umum berpengaruh positif dan
signifikan pada belanja modal, sehingga Ha.1 diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi DAU yang diterima oleh daerah dari pemerintah pusat maka akan
semakin tinggi juga belanja modal yang dikeluarkan oleh pemerintah kabupaten/kota di
Provinsi Bali.
Hasil Hipotesis ketiga (Ha.3) diperoleh hasil nilai tingkat signifikansi uji t untuk
variabel SiLPA sebesar 0,006 lebih keciil dari α = 0,05 dan nilai koefisien regresi sebesar
0,033. Keadaan ini menunjukkan bahwa Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran berpengaruh
positif dan signifikan pada belanja modal, sehingga Ha.3 diterima. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi SiLPA yang dimiliki oleh daerah maka semakin tinggi
belanja modal yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Bali.
Hasil Hipotesis keempat (Ha.4) diperoleh hasil nilai tingkat signifikansi uji t untuk
variabel pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan PDRB sebesar 0,173 lebih besar dari α
= 0,05 dan nilai koefisien regresi sebesar 0,467. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan
ekonomi tidak berpengaruh pada belanja modal, sehingga Ha.4 ditolak. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh antara pertumbuhan ekonomi dengan belanja
modal. Keadaan ini memberi indikasi bahwa pertumbuhan ekonomi tidak memiliki
kontribusi positif terhadap belanja modal.
Hasil Hipotesis kelima (Ha.5) diperoleh hasil nilai tingkat signifikansi uji t untuk
variabel pemoderasi pertumbuhan ekonomi mempengaruhi hubungan antara PAD dengan
belanja modal sebesar 0,001 lebih kecil dari α = 0,05 dan nilai koefisien regresi sebesar -
0,000000090. Keadaan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh
signifikan dan dapat memoderasi hubungan PAD pada belanja modal dengan intensitas dan
arah yang berlawanan, sehingga Ha.5 ditolak. Hasil penelitian ini memiliki arti bahwa
semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka pengaruh Pendapatan Asli Daerah pada
belanja modal semakin menurun.
Hasil Hipotesis keenam (Ha.6) diperoleh hasil nilai tingkat signifikansi uji t untuk
variabel pemoderasi pertumbuhan ekonomi mempengaruhi hubungan antara DAU dengan
belanja modal sebesar 0,017 lebih kecil dari α = 0,05 dan nilai koefisien regresi sebesar -
0,000000023. Keadaan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh
signifikan dan dapat memoderasi hubungan DAU pada belanja modal dengan intensitas
dan arah yang berlawanan, sehingga Ha.6 ditolak. Hasil penelitian ini memiliki arti bahwa
semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka pengaruh Dana Alokasi Umum pada belanja
modal semakin menurun.
Hasil Hipotesis ketujuh (Ha.7) diperoleh hasil nilai tingkat signifikansi uji t untuk
variabel pemoderasi pertumbuhan ekonomi mempengaruhi hubungan antara SiLPA dengan
belanja modal sebesar 0,455 lebih besar dari α = 0,05 dan nilai koefisien regresi sebesar -
0,000000052. Keadaan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh
dan tidak dapat memoderasi hubungan SiLPA pada belanja modal, sehingga Ha.7 ditolak.
Kesimpulan :
Berdasarkan dari analisis data dan pembahasan, maka simpulan yang dapat diambil
adalah Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan signifikan pada belanja modal di
kabupaten/kota Provinsi Bali tahun anggaran 2007-2011. Dana Alokasi Umum
berpengaruh positif dan signifikan pada belanja modal di kabupaten/kota Provinsi Bali
tahun anggaran 2007-2011. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran berpengaruh positif dan
signifikan pada belanja modal di kabupaten/kota Provinsi Bali tahun anggaran 2007-2011.
Pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan pada belanja modal di kabupaten/kota
Provinsi Bali tahun anggaran 2007-2011. Pendapatan Asli Daerah merupakan variabel
yang paling dominan diantara variabel lainnya yang mempengaruhi belanja modal di
kabupaten/kota Provinsi Bali tahun anggaran 2007-2011. Hal ini terlihat dari tingkat
signifikansi sebesar 0,000 dengan nilai beta 0,308. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh
signifikan dan mampu memoderasi pengaruh Dana Alokasi Umum pada belanja modal di
kabupaten/kota Provinsi Bali tahun anggaran 2007-2011 namun dengan arah yang negatif.
Pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan dan mampu memoderasi pengaruh
Pendapatan Asli Daerah pada belanja modal di kabupaten/kota Provinsi Bali tahun
anggaran 2007-2011 namun dengan arah yang negatif. Pertumbuhan ekonomi tidak
berpengaruh signifikan dan tidak mampu memoderasi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
pada belanja modal di kabupaten/kota Provinsi Bali tahun anggaran 2007-2011.
Saran :
Saran yang dapat direkomendasikan adalah Pemerintah Daerah diharapkan agar
lebih mengembangkan potensi dan sektor-sektor ekonomi daerah untuk dapat
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) agar lebih mandiri secara finansial dalam
mendanai seluruh aktivitas pemerintahan dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.
Pemerintah Daerah juga diharapkan dapat memanfaatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Dana Alokasi Umum (DAU) dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) dengan
sebijak mungkin untuk meningkatkan pengadaan infrastruktur, sarana dan prasarana publik
yang akan meningkatkan produktivitas publik. Penelitian selanjutnya disarankan untuk
menggunakan data yang lebih lengkap dengan melakukan penelitian hingga tahun 2012
karena penulis tidak mendapatkan data tahun 2012 yang disebabkan belum terpublikasinya
laporan pertanggungjawaban APBD untuk tahun yang bersangkutan.

JURNAL 9
Judul Penelitian:
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal
Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Riau
Peneliti :
Febdwi Suryani, Eka Pariani
Volume :
Vol 6 No 1
Tahun Terbit :
2018
Jenis Penelitian :
Penelitian dalam jurnal ini menggunakan jenis penilitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel atau lebih yang datanya dinyatakan dalam angka dan dianalisis dengan
menggunakan teknik statistik.
Variabel Penelitian :
Variabel merupakan jumlah yang terukur yang dapat bervariasi atau mudah
berubah (sesuatu yang dapat membedakan atau mengubah nilai) (Kuncoro, 2010). Untuk
mempermudah pengukuran variabel penelitian, maka peneliti membutuhkan pengukuran
dan definisi operasional dari variabel-variabel yang akan diteliti.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah belanja modal, sedangkan variabel
independennya adalah Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum. Untuk
menganalisis hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas digunakan model
persamaan regresi berganda.
Hipotesis Penelitian :
Hipotesis penelitian merupakan pandangan pertama peneliti terhadap penelitian
yang dilakukannya. Adapun hipotesis peneliti dalam penelitian tersebut ada 2 , yaitu
Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap Belanja Modal dan Pendapatan Asli
Daerah berpengaruh positif terhadap Belanja Modal.
Metode Pengumpulan Data :
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi pustaka
dengan mendapatkan data-data dan teori yang diperoleh dari literatur, artikel, jurnal, dan
hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian dan landasan teori. Selain itu
dilakukan studi dokumentasi dengan mengumpulkan seluruh data sekunder dari website
milik DJPK dan BPS Provinsi Riau.
Populasi dan Sampel :
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data PAD, DAU, Belanja Modal Kota
dan Kabupaten di Provinsi Riau yang meliputi 10 daerah Kabupaten dan 2 daerah Kota
sehingga daerah total populasi adalah 12 daerah. Sampel adalah bagian dari populasi yang
mempunyai karakteristik dianggap dapat mewakili keseluruhan populasi (Sugiyono, 2012).
Teknik sampling yang digunakan adalah teknik full sampling, yaitu semua populasi
digunakan sebagai sampel. Penelitian ini mengambil data pada tahun 2013 – 2015.
Jenis dan Sumber data :
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa
Laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Jawa
Timur 2007-2011 yang berupa Laporan Belanja Modal, Laporan Dana Alokasi Umum, dan
Laporan Pendapatan Asli Daerah.
Hasil Penelitian :
1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal
Hasil penelitian pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Modal adalah
bahwa tidak terdapat pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Modal. Hasil
penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arwati & Hadiati
(2013), Sugiarthi & Supadmi (2014), Martini & Suwendra (2014) dan Jaya & Dwirandra
(2014) serta Aditiya (2017) yang menemukan bukti empiris bahwa Pendapatan Asli
Daerah berpengaruh positif terhadap Belanja Modal. Dengan pemahaman bahwa
peningkatan atau penurunan tingkat Pendapatan Asli Daerah tidak atau belum tentu terjadi
peningkatan dalam belanja modal pemerintah Kota/ Kabupaten di Propinsi Riau.
2. Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal
Hasil penelitian pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal adalah
bahwa terdapat pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal. Hasil penelitian
ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ricardo (2012), Sugiarthi &
Supadmi (2014), Martini & Suwendra (2014) serta penelitian Adyatma (2015) menyatakan
ada hubungan yang positif antara Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal. Dengan
pemahaman bahwa apabila belanja modal menurun maka dapat dipastikan bahwa belanja
langsung juga akan menurun karena belanja modal merupakan kelompok dari belanja
langsung dari pada Belanja Daerah.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan: a)
Dari Hasi uji hipotesis pertama maka hasil penelitian ini menyatakan maka H0 diterima
dan H1 ditolak. Artinya, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Pendapatan Asli
Daerah terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/ kota di Propinsi Riau. b)
Dari hasil uji hipotesis kedua maka hasil penelitian ini menyatakan maka H0 ditolak dan
H2 diterima. Artinya, Terdapat pengaruh yang signifikan antara Dana Alokasi umum
terhadap Belanja Modal pada kabupaten/ kota di Propinsi Riau.
Saran :
 Bagi pemerintah daerah agar dapat berusaha untuk mengoptimalkan tingkat pendapatan
asli daerah misalnya dengan membentuk peraturan daerah tentang pajak dan retribusi
daerah secara jelas dan tegas ataupun dengan memberikan kesempatan bagi putra-putra
daerah untuk mengelola/bekerjasama dengan pihak -pihak yang mampu mengelola
sumber daya yang dimiliki daerah , sehingga sumber-sumber pendapatan daerah mampu
dimanfaatkan sebaik mungkin dan hal ini berarti bahwa pendapatan asli daerah akan
semakin meningkat dan tingkat ketergantungan terhadap transfer dari pusat juga
semakin berkurang sehingga otonomi daerah dapat berjalan dengan baik. Selanjutnya
bagi pemerintah daerah kabupaten dan kota di Propinsi Riau, dapat lebih
memprioritaskan untuk mengalokasikan kepada Belanja Modal dari setiap Penerimaan
Asli Daerah. Karena, Belanja Modal merupakan pengeluaran atau belanja yang
dilakukan pemda yang bersifat produktif dan jangka panjang dibandingkan Belanja
Rutin yang sifatnya konsumtif dan jangka pendek.
 Hendaknya penelitian selanjutnya menggunakan variabel yang lebih lengkap, agar lebih
dapat melakukan generalisasi atas hasil penelitian. Misalnya dengan menambah rentang
waktu yang diteliti dan memperluas obyek penelitian. Variabel yang digunakan dalam
penelitian akan datang diharapkan lebih lengkap dan bervariasi dengan menambah
variabel independen lain baik ukuran-ukuran atau jenis-jenis penerimaan Pemerintah
Daerah lainnya, maupun variabel non keuangan seperti kebijakan pemerintah, kondisi
makro ekonomi. Variabel yang bisa ditambahkan antara lain Dana Bagi Hasil dan Sisa
Lebih Pembiayaan Anggaran

JURNAL 10
Judul Penelitian:
Pengaruh PAD, DAU, DAK, Dan DBH Terhadap Pengalokasian Belanja Modal
Peneliti :
Arbie Gugus Wandira
Volume :
Tahun Terbit :
2013
Penerbit :
Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Jenis Penelitian :
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, dimana data yang
diperoleh diwujudkan dalam bentuk angka, skor, dan analisisnya menggunakan statistik.
Penelitian ini merupakan penelitian populasi, dimana obyek yang diamati berupa benda
hidup maupun benda mati dan sifat-sifat yang ada dalam obyek tersebut dapat diukur atau
diamati.
Variabel Penelitian :
Variabel Terikat : Dalam penelitian ini variabel terikat yang digunakan adalah Belanja
Modal.
Variabel Bebas : Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan
Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil.
Hipotesis Penelitian :
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah disajikan tersebut, maka hipotesis penelitian
yang dapat disimpulkan dari asumsi diatas adalah sebagai berikut :
Ha1 = Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap Belanja Modal di Pemerintah
Provinsi se-Indonesia
Ha2 = Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh terhadap Belanja Modal di Pemerintah
Provinsi se-Indonesia
Ha3 = Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh terhadap Belanja Modal di Pemerintah
Provinsi se-Indonesia
Ha4 = Dana Bagi Hasil (DBH) berpengaruh terhadap Belanja Modal di Pemerintah
Provinsi se-Indonesia
Ha5 = Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
(DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH) berpengaruh terhadap Belanja Modal di Pemerintah
Provinsi se-Indonesia
Metode Pengumpulan Data :
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi pustaka
dengan mendapatkan data-data dan teori yang diperoleh dari literatur, artikel, jurnal, dan
hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian dan landasan teori. Selain itu
dilakukan studi dokumentasi dengan mengumpulkan seluruh data sekunder dari website
milik DJPK dan BPS Pemerintah Daerah di Indonesia.
Populasi dan Sampel :
Penelitian ini merupakan penelitian populasi, dimana obyek yang diamati berupa
benda hidup maupun benda mati dan sifat-sifat yang ada dalam obyek tersebut dapat
diukur atau diamati. Populasi dalam penelitian ini adalah Pemerintah Provinsi se-Indonesia
yang terdiri dari 33 Provinsi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang berupa dari Laporan Realisasi APBD Pemerintah Provinsi se-Indonesia,
yang terdiri dari data realisasi PAD, DAU, DAK, DBH, dan data realisasi belanja modal
yang diperoleh dari Situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemda.
Jenis dan Sumber data :
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan Republik Indonesia
(www.djpk.depkeu.go.id). Data yang diambil adalah data realisasi Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil
(DBH) dan Belanja Modal.
Hasil Penelitian :
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh keterangan bahwa PAD tidak berpengaruh
signifikan terhadap belanja modal, hal ini dapat dikarenakan ada nilai PAD yang
rentangnya sangat jauh, yaitu antara Provinsi Maluku dan Provinsi DKI Jakarta, terbukti
dari hasil analisis deskriptif yang menunjukkan rata-rata PAD berjumlah Rp 2,1 Triliyun,
dengan rincian nilai terendah Rp 93,6 Milyar terdapat di provinsi Maluku utara dan nilai
tertinggi Rp 18,6 Triliyun terdapat di provinsi DKI Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh keterangan bahwa DAU memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap belanja modal namun dengan arah negatif. Hasil ini menjelaskan
bahwa provinsi yang mendapatkan DAU yang besar akan cenderung memiliki belanja
modal yang rendah. Hal ini terjadi karena DAU digunakan untuk membiayai belanja yang
lain seperti belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja lainnya. Hubungan
penelitian ini dengan hasil yang didapat berkaitan dengan teori keagenan sebagai landasan
teori yang digunakan dalam penelitian ini. Implikasi penerapan teori keagenan dapat
menimbulkan hal positif dalam bentuk efisiensi, tetapi lebih banyak menimbulkan hal
negatif dalam bentuk perilaku opportunistik. Hal ini terjadi karena pihak agensi memiliki
informasi keuangan yang lebih daripada pihak prinsipal, sedangkan dari pihak prinsipal
memanfaatkan kepentingan pribadi atau golongannya sendiri karena memiliki keunggulan
kekuasaan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh keterangan bahwa DAK memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap belanja modal. Hasil ini menjelaskan bahwa provinsi yang
mendapatkan DAK yang besar akan cenderung memiliki belanja modal yang besar pula.
Hasil ini memberikan adanya indikasi yang kuat bahwa perilaku belanja modal akan sangat
dipengaruhi dari sumber penerimaan DAK. Pendapatan daerah yang berupa Dana
Perimbangan (transfer daerah) dari pusat menuntut daerah membangun dan
mensejahterahkan rakyatnya melalui pengelolaan kekayaan daerah yang proposional dan
profesional serta membangun infrastruktur yang berkelanjutan, salah satunya
pengalokasian anggaran ke sektor belanja modal. Pemerintah daerah dapat menggunakan
dana perimbangan keuangan (DAK) untuk memberikan pelayanan kepada publik yang
direalisasikan melalui belanja modal.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh keterangan bahwa DBH memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap belanja modal. Hasil ini menjelaskan bahwa provinsi yang
mendapatkan DBH yang besar akan cenderung memiliki belanja modal yang besar pula.
Hasil ini memberikan adanya indikasi yang kuat bahwa perilaku belanja modal akan sangat
dipengaruhi dari sumber penerimaan DBH.
Kesimpulan :
Berdasarkan kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah Tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel PAD terhadap Belanja Modal. Terdapat pengaruh
yang signifikan negatif antara variabel DAU terhadap Belanja Modal. Terdapat pengaruh
yang signifikan antara variabel DAK terhadap Belanja Modal. Terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel DBH terhadap Belanja Modal. Secara simultan variabel PAD,
DAU, DAK dan DBH berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Melihat adanya
fenomena yang berbeda dari pengaruh DAU yang secara langsung bertanda negatif
terhadap belanja modal, sebaiknya pemerintah daerah lebih memperhatikan proporsi DAU
yang di alokasikan ke anggaran belanja modal.
Melihat pengaruh DAK dan DBH sangat signifikan terhadap belanja modal maka
sebaiknya pemerintah lebih meningkatkan anggaran DAK dan DBH yang di proporsikan
ke anggaran belanja modal. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan variabel yang
lebih bervariasi, dengan menambah variabel independen lain baik ukuran-ukuran atau
jenis-jenis penerimaan pemerintah daerah lainnya, maupun variabel non keuangan seperti
penerimaan pembiayaan dan pertumbuhan ekonomi.

JURNAL 11
Judul Penelitian:
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi
Khusus (DAK) Dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) Terhadap Belanja Modal
Pada Kabupaten Dan Kota Di Jawa Tengah Tahun 2013-2015
Peneliti :
Nanda Yoga Aditiya dan Novi Dirgantari
Volume :
Vol. XV No.1
Tahun Terbit :
2017
Penerbit :
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jenis Penelitian :
Penelitian dalam jurnal ini menggunakan jenis penilitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel atau lebih yang datanya dinyatakan dalam angka dan dianalisis dengan
menggunakan teknik statistik.
Variabel Penelitian :
Variabel Terikat : Dalam penelitian ini variabel terikat yang digunakan adalah Belanja
Modal.
Variabel Bebas : Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan
Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Sisa
Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA).
Hipotesis Penelitian :
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah disajikan tersebut, maka hipotesis penelitian
yang dapat disimpulkan dari asumsi diatas adalah sebagai berikut :
H1: Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif signifikan terhadap belanja modal
H2: Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh positif signifikan terhadap belanja modal
H3 : Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif signifikan terhadap belanja modal
H4: Sisa Lebih Pembiayaan Angaran (SiLPA) berpengaruh Positif signifikan terhadap
belanja modal
Metode Pengumpulan Data :
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi pustaka
dengan mendapatkan data-data dan teori yang diperoleh dari literatur, artikel, jurnal, dan
hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian dan landasan teori. Selain itu
dilakukan studi dokumentasi dengan mengumpulkan seluruh data sekunder dari website
milik DJPK dan BPS Jawa Tengah
Populasi dan Sampel :
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintah Daerah Kabupaten dan
Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013-2015. Sampel penelitian ini adalah Realisasi
APBD Kabupaten dan Kota di provinsi Jawa Tengah dengan jumlah 29 Kabupaten dan 6
Kota. Pengambilan sampel mengunakan metode sensus.
Jenis dan Sumber data :
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa
Laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Jawa
Tengah 2013-2015 yang berupa Laporan Belanja Modal, Laporan Dana Alokasi Umum,
dan Laporan Pendapatan Asli Daerah.
Hasil Penelitian :
Pengujian Hipotesis 1
Hasil analisis Uji t menunjukan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki
nilai koefisien dengan arah positif sebesar 0,445 dan nilai thitung sebesar 7,214 sedangkan
nilai ttabel sebesar 1,66039, Sig 0,000 (< 0,05). Nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05,
berarti dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya variabel
Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif signifikan terhadap belanja modal,
menunjukan arah koefisien positif sejalan dengan yang dihipotesiskan dan nilai signifikan
kurang dari 0,05 dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) berpengaruh positif signifikan terhadap belanja modal diterima. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Tausikal (2008) dan Yawa & Runtu (2015) dengan
hasil penelitian Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif signifikan terhadap
belanja modal.
Pengujian Hipotesis 2
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh bahwa Dana Alokasi Umum (DAU) tidak
berpengaruh positif signifikan terhadap belanja modal pada Kabupaten dan Kota di
Provinsi Jawa Tengah. Hal ini disebabkan Dana Alokasi Umum (DAU) yang diterima oleh
Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah dalam prakteknya dimanfaatkan untuk
belanja operasi yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja subsidi, belanja
hibah, belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan. Sedangkan fungsi adanya Dana
Alokasi Umum (DAU) adalah untuk dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk menandai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Purnama (2014) hasil penelitian
Dana Alokasi umum (DAU) tidak berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap
alokasi belanja modal.
Pengujian Hipotesis 3
Hasil analisis Uji t dari tabel 4.12 menunjukan bahwa Dana Alokasi Khusus (DAK)
memiliki nilai koefisien dengan arah positif sebesar 1,295 dan nilai thitung sebesar 5,499
sedangkan nilai ttabel sebesar 1,66039, sig 0,000 ( < 0,05). Nilai signifikansi sebesar 0,000
< 0,05 berarti dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya variabel Dana
Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif signifikan terhadap belanja modal,
menunjukan arah koefisien positif sejalan dengan yang dihipotesiskan dan nilai signifikan
kurang dari 0,05 dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan Dana Alokasi Khusus
(DAK) yang berpengaruh positif signifikan terhadap belanja modal diterima. Hasil
penelitian konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Palealu (2013) dan
Tausikal (2008) dimana Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif terhadap belanja
modal.
Pengujian Hipotesis 4
Hasil analisis Uji t dari tabel 4.12 menunjukan bahwa Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran (SiLPA) memiliki nilai koefisien dengan arah positif sebesar 0,096 dan nilai
thitung sebesar 1,513 sedangkan nilai ttabel sebesar 1,6603, sig 0,134 ( > 0,134). Nilai
signifikansi sebesar 0,134 > 0,05, berarti dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha
ditolak. Artinya variabel Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) tidak berpengaruh
positif signifikan terhadap belanja modal, karena nilai signifikan yang lebih dari 0,05 dan
nilai koefisien menunjukan arah positif, berlawanan arah dengan yang dihipotesiskan
dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
(SiLPA) berpengaruh positif signifikan terhadap belanja modal ditolak. Berdasarkan hasil
analisis, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) tidak berpengaruh positif signifikan
terhadap belanja modal pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah. Hal ini
disebabkan oleh adanya kecenderungan praktek yang dilakukan pemerintah daerah di
Provinsi Jawa Tengah, untuk membelanjakan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA)
dalam bentuk belanja pengeluaran pembelian atau pengadaan barang atau jasa yang nilai
manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan.
Kesimpulan :
Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa Pendapatan Asli Daerah(PAD), Dana
Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif signifikan terhadap belanja modal. Sedangkan
Dana Alokasi Umum (DAU) dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) tidak
berpengaruh positif signifikan terhadap belanja modal. Penelitian selanjutnya diharapkan
dapat menggunakan Pemerintah Kabupaten atau Kota di Seluruh Indonesia atau Seluruh
pemerintah Provinsi di Indonesia, karena dapat melihat pengaruh seluruh Pemerintah
Daerah se Indonesia tidak hanya dalam cangkupan Provinsi Jawa Tengah.
Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan periode waktu lebih dari 3 tahun
atau time series. Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel lain
yang berpengaruh terhadap belanja modal seperti variabel luas wilayah dan pertumbuhan
ekonomi. Penelitian Kusnandar & Siswantoro (2011) hasil penelitian luas wilayah secara
parsial berpengaruh terhadap belanja modal. Meianto dkk (2014) hasil penelitian luas
wilayah berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja modal. Penelitian Putu dkk
(2014) hasilnya pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap anggaran belanja
modal.

JURNAL 12
Judul Penelitian:
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal
Dengan Pertumbuhan Ekonomi Sebagai Variabel Moderasi Pada Kota/Kabupaten Di
Provinsi Jawa Timur
Peneliti :
Aryl Masruroh
Volume :
Vol. 02 No. 01
Tahun Terbit :
2018
Penerbit :
Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara Pgri Kediri
Jenis Penelitian :
Penelitian dalam jurnal ini menggunakan jenis penilitian kuantitatif. Dalam
penelitian ini bentuk hubungan antar variabel adalah hubungan kausal/sebab akibat, untuk
penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya dinyatakan dalam bentuk angka dan
dianalisis dengan menggunakan teknik statistik (Sugiyono, 2012: 23). Sehingga yang
dimaksud penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel atau lebih yang datanya dinyatakan dalam angka dan
dianalisis dengan menggunakan teknik statistik.
Variabel Penelitian :
Variabel Terikat : Dalam penelitian ini variabel terikat yang digunakan adalah Belanja
Modal.
Variabel Bebas : Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan
Asli Daerah (PAD) (X1), dan Dana Alokasi Umum (DAU) (X2).
Variabel Moderasi : Variable moderasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Pertumbuhan Ekonomi (Z).
Hipotesis Penelitian :
H1 : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap belanja modal
H2 : Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap belanja modal
H3 : Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap belanja modal
H4 : Pertumbuhan Ekonomi Memperkuat Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap
Belanja Modal
H5 : Pertumbuhan Ekonomi Memperkuat Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja
Modal
H6 : Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Pertumbuhan
Ekonomi, Interaksi Pendapatan Asli Daerah dengan Pertumbuhan Ekonomi, dan Interaksi
Dana Alokasi Umum dengan Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh secara simultan terhadap
Belanja Modal
Metode Pengumpulan Data :
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah File Research
(Study Lapangan) dan Library Research (Studi Perpustakaan)
Populasi dan Sampel :
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh seluruh Kabupaten/Kota
di Jawa Timur tahun 2013-2015 yaitu sebanyak 38 Kabupaten/Kota. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling. Menurut
Sugiyono (2013:152) tekniknon probability sampling yaitu cara untuk menentukan sampel
yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode
purposive sampling. Menurut Sugiyono (2013:154) metode purposive sampling yaitu
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Kriteria penarikan sampel dalam
penelitian ini
sebagai berikut :
a. Realisasi Anggaran Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013-2015
b. Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013-2015 yang mengalami
pertumbuhan selama periode tahun penelitian. Berdasarkan kriteria tersebut di atas, maka
jumlah anggota sampel yang diteliti adalah 37 x 3 = 111 anggota sampel.
Jenis dan Sumber data :
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang diterbitkan oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Timur yang telah dipublikasikan melaui website
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan Republik Indonesia
(www.djpk.depkeu.go.id). Data yang diambil adalah data realisasi Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Belanja Modal
untuk tahun anggaran 2013 - 2015.
Hasil Penelitian :
1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap belanja modal
Sesuai dengan UU No.33 tahun 2004 yang menyatakan bahwa PAD merupakan
pendapatan daerah asli yang berasal dari sumber ekonomi daerah yang dapat digali dari
daerah tersebut dan digunakan untuk membiayai pembangunan dan meminimalisisr
ketergantungan dana dari pemerintah pusat yang terdiri dari beberapa macam pendapatan
yaitu Pajak Daerah, hasil Retribusi Daerah, hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang
dipisahkan, dan Lain-lain. Sejalan dengan PP No. 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan
keuangan daerah yang menyatakan bahwa PAD disusun sesuai dengan kebutuhan
penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah. Artinya, disetiap
penyusunan APBD, jika pemerintah daerah akan mengalokasikan belanja modal maka
harus benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan daerah dengan mempertimbangkan PAD
yang diterima. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sugiarti dan
Supadmi (2014), Ardhini (2011), Sulistyowati (2011) dan Fitri (2013) yang menyimpulkan
bahwa PAD berpengaruh positif terhadap Belanja Modal. Namun hasil ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Yovita (2011) yang menyatakan bahwa PAD tidak
berpngaruh terhadap Belanja Modal.
2. Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap belanja modal
Dana Alokasi Umum merupakan salah satu dari Dana Perimbangan yang
disediakan oleh pemerintah pusat yang bersumber pada APBN, yang berutujuan untuk
memeratakan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi. Pemerintah daerah yang kemampuan keuangannya
lemah akan mengandalkan DAU untuk membiayai segala kegiatan pemerintahan, karena
DAU juga merupakan salah satu sumber pendanaan bagi daerah dalam pelaksanaan
desentralisasi. Hal ini bisa dikatakan suatu daerah masih kurang mandiri dalam mengelola
daerahnya atau cenderung bergantung pada dana perimbangan
dari pemerintah pusat berupa Dana Alokasi Umum dalam mendanai kebutuhan daerah.
Oleh karena itu, belanja modal akan sangat dipengaruhi oleh penerimaan Dana Alokasi
Umum. Sehingga daerah dengan pengalokasian DAU yang tinggi, maka pengalokasian
Belanja Modal daerah tersebut juga ikut meningkat.
3. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap belanja modal
Pertumbuhan ekonomi daerah akan merangsang meningkatnya pendapatan
penduduk di daerah yang bersangkutan, seiring dengan meningkatnya pendapatan
penduduk akan berdampak pada meningkatnya pandapatan per kapita, jika pemerintah
daerah menetapkan anggaran belanja pembangunan lebih besar dari pengeluaran rutin,
maka kebijakan ekspansi anggaran daerah ini akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi
daerah. Alokasi belanja modal untuk pengembangan infrastruktur penunjang
perekonomian, akan mendorong tingkat produktifitas penduduk. Pada gilirannya hal ini
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat secara umum yang tercermin dalam
pendapatan per kapita. Selain itu pertumbuhan ekonomi juga merupakan perkembangan
dari kegiatan perekonomian dimana hal tersebut berdampak pada bertambahnya jumlah
barang dan jasa sehingga meningkatkan kemakmuran masyarakat (Putro, 2010). Hasil
penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sularno (2013), Jaeni (2016)
serta Taiwo dan Abayomi (2011) yang menyimpulkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi
berpengaruh positif terhadap Belanja Modal. Namun penelitian ini tidak konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ardhani (2011), Maharani (2010) dan Putro (2010) yang
menyatakan bahwa Pertumbuhan Ekonomi tidak memiliki pengaruh
terhadap Belanja Modal.
4. Pertumbuhan Ekonomi Memperkuat Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap
Belanja Modal
PAD*PE memperkuat pengaruh PAD terhadap Belanja Modal sehingga
hipotesisnya diterima. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang meningkat berdampak
pada peningkatan pendapatan per kapita penduduk, sehingga tingkat konsumsi dan
produktivitas penduduk semakin meningkat. Selain itu, semakin tinggi pendapatan yang
diperoleh masyarakat, maka semakin tinggi pula kemampuan masyarakat untuk membayar
pungutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah. Hal ini akan meningkatkan
sumber penerimaan daerah dan tentu saja akan membuat penerimaan PAD semakin tinggi.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga mampu menarik minat investor
untuk berinvestasi di daerah sehingga sumber-sumber PAD terutama yang berasal dari
pajak daerah akan semakin meningkat. PAD yang tinggi selanjutnya akan digunakan oleh
pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan publik yang memadai sehingga hal ini
akan meningkatkan belanja modal. NI Luh (2014) memperoleh hasil bahwa terdapat
hubungan yang positif antara pertumbuhan ekonomi dan belanja modal. Apabila
pertumbuhan ekonomi meningkat disertai dengan pendapatan daerah yang semakin tinggi,
maka akan mampu meningkatkan belanja modal suatu daerah.
5. Pertumbuhan Ekonomi Memperkuat Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap
Belanja Modal
Menurut Sugiarthi dan Supadmi (2014), besarnya pertumbuhan ekonomi dapat
memperlemah pengaruh DAU terhadap Belanja Modal. Hal ini dapat diartikan bahwa
semakin tinggi Pertumbuhan Ekonomi maka pengaruh DAU terhadap Belanja Modal
semakin menurun. Berdasarkan hasil uji hipotesis diatas menujukkan pertumbuhan
ekonomi tidak memiliki kontribusi positif terhadap Belanja Modal maka berdampak pada
hubungan DAU dengan Belanja Modal. Walaupun pertumbuhan ekonomi suatu daerah
tergolong baik, hal ini tidak dapat menjadi indikator pengalokasian DAU untuk Belanja
Modal. Hal ini disebabkan karena penggunaan DAU diserahkan kepada pemerintah daerah
sehingga dana tersebut lebih diutamakan untuk pendanaan lain yang tidak termasuk
Belanja Modal.
6. Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Pertumbuhan
Ekonomi, Interaksi Pendapatan Asli Daerah dengan Pertumbuhan Ekonomi, dan
Interaksi Dana Alokasi Umum dengan Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh secara
simultan terhadap Belanja Modal
Hasil dari pengujian hipotesis yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa secara
simultan PAD, DAU, PE, PAD*PE dan DAU*PE berpengaruh signifikan terhadap belanja
modal. Berdasarkan tabel 4.13, diperoleh nilai signifikan uji F sebesar 0,000 yang artinya
lebih kecil dari tingkat signifikansi yaitu 0,05 atau 5%, sehingga dapat dikatakan bahwa
secara simultan PAD, DAU, PE, PAD*PE dan DAU*PE berpengaruh signifikan terhadap
belanja modal. Dengan nilai koefisien determinasi Adjusted R2 sebesar 0.788 yang berarti
bahwa 78.8% dapat dijelaskan oleh kelima variabel independen dan sisanya yaitu 21.2%
dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dikaji dalam
penelitian ini.
Kesimpulan :
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Dana Alokasi Umum (DAU), dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Belanja Modal. Serta
untuk mengetahui apakah Pertumbuhan Ekonomi mampu memperkuat pengaruh
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Modal
pada Pemerintah Kota/Kabupaten di Jawa Timur. Dari hasil pengujian didapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah
berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal.
2. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa Dana Alokasi Umum
berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal.
3. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi
berpengaruh terhadap Belanja Modal.
4. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi mampu
memperkuat pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Modal.
5. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi memperlemah
pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal.
6. Berdasarkan hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Pertumbuhan Ekonomi, Interaksi Pendapatan
Asli Daerah dengan Pertumbuhan Ekonomi, dan Interaksi Dana Alokasi Umum dengan
Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Nilai R Square
Belanja Modal dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu sebesar 78,8%. Hal ini
menunjukkan bahwa masih terdapat pengaruh dari faktor lain yang tidak dimasukkan
dalam penelitian ini sebesar 21,2%.

JURNAL 13
Judul Penelitian:
Pengaruh anggaran berbasis kinerja terhadap efektivitas pengendalian anggaran di Dinas
pendapatan dan pengelolaan keuangan dan aset daerah Kabupaten Bandung Barat
Peneliti :
Dewi Kurniasaria, Dedeh Kurniasarib dan M. Sandy Martac
Volume :
Vol. 3, No. 2,
Tahun Terbit :
2017
Jenis Penelitian :
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, menurut
Arikunto (2006) pendekatan kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut
menguakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta
penampilan hasilnya. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
eksplanasi dimana penelitian ini menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti
serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain.
Menurut Singarimbun dan Efendi (2003) metode eksplanasi yaitu: “Apabila
peneliti menjelaskan hubungan atau pengaruh kausal antara variabel-variabel melalui
pengujian hipotesis maka dinamakan penelitian penjelasan (Eksplanatory Research).”
Dengan penelitian ini akan dapat dibangun suatau teori yang dapat berfungsi untuk
menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala (Sugiyono, 2013).
Variabel Penelitian :
Variabel Terikat : Dalam penelitian ini variabel terikat yang digunakan adalah Efektivitas
Pengendalian Anggaran.
Variabel Bebas : Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Anggaran
Berbasis Kinerja.
Hipotesis Penelitian :
Atas dasar kerangka berpikir yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dirumuskan
hipotesis asosiatif penelitian, yakni :
Hipotesis H1: Dimensi efektif dalam anggaran berbasis kinerja berpengaruh positif
terhadap efektifitas pengendalian anggaran di DPPKAD Kabupaten Bandung Barat.
Hipotesis H2: Dimensi efisien dalam anggaran berbasis kinerja berpengaruh positif
terhadap efektifitas pengendalian anggaran di DPPKAD Kabupaten Bandung Barat.
Hipotesis H3: Dimensi ekonomis dalam anggaran berbasis kinerja berpengaruh positif
terhadap efektifitas pengendalian anggaran di DPPKAD Kabupaten Bandung Barat.
Hipotesis H4: Dimensi efektif, efisien, dan ekonomis dalam anggaran berbasis kinerja
secara simultan berpengaruh positif terhadap efektifitas pengendalian anggaran di
DPPKAD Kabupaten Bandung Barat.
Metode Pengumpulan Data :
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi pustaka
dengan mendapatkan data-data dan teori yang diperoleh dari literatur, artikel, jurnal, dan
hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian dan landasan teori. Selain itu
dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah File Research (Study
Lapangan) dan dilakukan studi dokumentasi dengan mengumpulkan seluruh data sekunder
dari website milik DJPK dan BPS Jawa Barat dan berkunjung ke Dinas Pendapatan dan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bandung Barat.
Populasi dan Sampel :
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai di Dinas Pendapatan dan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bandung Barat yang berjumlah 33
orang. Penentuan jumlah sampel yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini,
berdasarkan pada ketentuan yang dikemukakan oleh Arikunto (1993) Apabila populasi
kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua populasi untuk dijadikan sampel sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selajutnya jika populasinya besar di atas 100
orang maka diambil 10-15% atau 15-20% atau lebih dari itu. Teknik pengambilan sample
dalam penelitian ini menggunakan sampling jenu. Menurut Sugiyono (2013) Sampling
jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sample. Istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus.”
Jenis dan Sumber data :
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari Dinas
Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bandung Barat.
Hasil Penelitian :
1. Pengaruh efektif terhadap efektivitas pengendalian anggaran di dinas pendapatan dan
pengelolaan keuangan dan aset daerah Kabupaten Bandung Barat.
Koefisien regresi dimensi efektif (X1) sebesar artinya jika variabel independen lain
nilainya tetap dan efektif mengalami kenaikan 1%, maka efektivitas pengendalian
anggaran akan mengalami kenaikan sebesar . Koefisien dalam regresi variabel efektif (X1)
bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara efektif dengan efektivitas
pengendalian anggaran. Apabila efektif meningkat maka efektivitas pengendalian
anggaranpun akan ikut meningkat. Kemudian secara parsial pengujian efektif berpengaruh
terhadap efektivitas pengendalian anggaran memperoleh nilai thitung (2,503) ttabel (2,042)
pada taraf signifikansi 0.018 < 0.05 maka H0 ditolak, hal ini berarti efisien secara parsial
berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian anggaran pada DPPKAD Kabupaten
Bandung barat.
2. Pengaruh proses efisien terhadap efektivitas pengendalian anggaran di DPPKAD
Kabupaten Bandung Barat.
Efisien berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian anggaran. jika anggaran
dilakukan dengan efisien maka dapat diartikan dalam efektivitas pengendalian
anggarannya baik. Dalam artian anggaran yang efisien adalah bagaimana menghasilkan
target anggaran yang akan dicapai namun terrealisasi semaksimal mungkin dengan
anggaran yang ada. Efektivitas pengendalian anggaran adalah pengawasaan terhadap
pengeluaran dan pendapatan supaya mencapai target sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan. Efisien merupakan dari input (pendapatan) dan menghasilkan output yang
maksimal.
3. Pengaruh ekonomis terhadap efektivitas pengendalian anggaran di Dinas Pendapatan
Dan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Kabupaten Bandung Barat.
Secara empiris hasil tersebut dapat menjelaskan bahwa hipotesis awal yang
diajukan sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan. Dimensi ekonomis dalam
anggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian anggaran. Hal ini
sesuai dengan teori Bastian (2010:61) pada dasarnya ekonomis lebih kepada input. Artinya
suatu pengendalian, pengelolaan dan pengeluaran anggaran itu dapat dikatakan efektif
apabila dalam penganggaran memperhatikan nilai ekonomis.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kharisma (2011) tentang “Pengaruh
Efektivitas Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Efektivitas Pengendalian Anggaran
Sensus Di Dinas-Dinas Kota Bandung” menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara
penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap efektivitas pengendalian anggaran sensus di
Dinas-dinas Kota Bandung. Hasil tersebut serupa dengan hasil penelitian ini, dimana
ekonomis berpengaruh secara parsial terhadap efektivitas pengendalian anggaran di
DPPKAD Bandung Barat.
4. Pengaruh efektif, efisien dan ekonomis terhadap efektivitas pengendalian anggaran di
DPPKAD Kabupaten Bandung Barat.
Hasil penelitian ini juga mendukung berbagai penelitian terdahulu yang pernah
dilakukan oleh Kharisma (2011) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara
penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap efektivitas pengendalian anggaran sensus di
Dinas-dinas Kota Bandung. Selanjutnya penelitian Asmoko (2006) yang menyatakan
bahwa penggaran berbasis kinerja berpengaruh positif secara signifikan terhadap
efektivitas pengendalian anggaran pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi
Gorontalo. Kedua hasil tersebut nampak berbanding lurus dengan penelitian yang
dilakukan dimana, anggaran berbasis kinerja berpengaruh secara positif dan simultan
terhadap efektivitas pengendalian anggaran pada DPPKAD Kabupaten Bandung Barat.
Kesimpulan :
Berdasarkan pembahasan di atas maka jelaslah bahwa kontribusi anggaran berbasis
kinerja sangatlah tinggi dalam pencapain efektifitas pengendalian anggaran. Seorang
pengendali organisasi dalam hal ini pimpinan harus memperhatikan aspek anggaran
berbasis kinerja berikut dimensi-dimensinya. Sehingga kehidupan organisasi dapat terjaga
dengan baik, karena anggaran yang ditetapkan oleh organisasi berbasis system yang
efektif, efesien dan ekonomis. Dimensi efektif, efesien dan ekonomis dalam analisisis
berbasis kinerja berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap efektifitas pengendalian
anggaran pada DPPKAD Kabupaten Bandung Barat.
Penelitian ini banyak memiliki keterbatasan dalam pelaksanaannya, sehingga perlu
dilakukan beberapa perbaikan dalam meningkatkan efektifitas pengendalian anggaran.
Diantaranya peneliti harus melaksanakan penelitian tidak terfokus pada satu instansi
namun mengikutsertakan banyak instansi sehingga hasil penelitian dapat digeneralisis
untuk kepentingan bersama. Selain itu, penelitian ini menitikberaktkan pada asumsi sikap
pegawai terhadap pelaporan keuangan dengan kata lain hanya terfokus pada sikap dan
persepsi yang dikumpulkan lewat kuesioner yang seharusnya peneliti juga harus
mempertimbangkan aspek-aspek lain seperti eksperimen dalam pelaksanaan pengumpulan
data. Sehingga banyak sumber yang dapat dijadikan sebagai rujukan.

JURNAL 14
Judul Penelitian:
Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Terhadap Prediksi Belanja Daerah (Studi Empirik Di Wilayah Propinsi Jawa Tengah Dan
DIY)
Peneliti :
Kesit Bambang Prakosa
Volume :
Volume 8 No. 2,
Tahun Terbit :
2004
Jenis Penelitian :
Penelitian ini bersifat Deskriptif Analitis yang menggambarkan Pengaruh Dana
Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah
Daerah Kota/Kabupaten (Jawa Tengah dan DIY).
Variabel Penelitian :
Variabel Terikat
Dalam penelitian ini variabel terikat yang digunakan adalah Belanja Pemerintah Daerah.
Variabel Bebas
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dana Alokasi Umum (DAU)
dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Hipotesis Penelitian :
Dari kerangka teori maka disusun hipotesis sebagai berikut:
(1) DAU tahun berjalan, PAD tahun berjalan dan PJD tahun berjalan merupakan faktor-
faktor yang signifikan mempengaruhi BJD tahun berjalan
(2) DAU tahun lalu, PAD tahun lalu dan PJD tahun lalu merupakan faktor yang signifikan
untuk prediksi BJD tahun berjalan
Metode Pengumpulan Data :
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi pustaka
dengan mendapatkan data-data dan teori yang diperoleh dari literatur, artikel, jurnal, dan
hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian dan landasan teori. Selain itu
dilakukan studi dokumentasi dengan mengumpulkan seluruh data sekunder dari website
milik DJPK dan BPS Jawa Tengah dan D.I.Yogyakarta.
Populasi dan Sampel :
Sampel penelitian ini 40 kota/kabupaten Kota/Kabupaten yang ada di wilayah
Propinsi Jawa Tengah dan DIY. Alasan pemilihan sample ini karena karakateristik kedua
propinsi ini tidak jauh berbeda, baik karakteristik ekonomi maupun geografinya.
Jenis dan Sumber data :
Data yang digunakan adalah data sekunder berupa Laporan Realisasi Pendapatan dan
Belanja Kota/Kabupaten Propinsi Jawa Tengah dan DIY, untuk tahun 2000/2001 s/d
2001/2002.
Hasil Penelitian :
Dari hasil penelitian tersebut, menunjukan bahwa DAU dan PAD berpengaruh
signifikan terhadap belanja daerah, baik dengan lag maupun tanpa lag. Ketika tidak
menggunakan lag, pengaruh PAD terhadap Belanja daerah lebih kuat daripada DAU, tetapi
ketika menggunakan lag, pengaruh DAU terhadap belanja daerah justru lebih kuat
daripada PAD. Hal ini berarti telah terjadi flypaper effect dalam respon Pemda terhadap
DAU dan PAD. Ketika kedua faktor (DAU dan PAD) diregres serentak terhadap BJD
(belanja daerah), pengaruh keduanya juga signifikan, baik dengan ataupun tanpa lag.
Dalam model prediksi BJD, daya prediksi DAU terhadap BJD tetap lebih tinggi dibanding
daya prediksi PAD. Dengan demikian, memang telah terjadi flypaper effect.
Secara empiris penelitian ini membuktikan bahwa besarnya Belanja Daerah
dipengaruhi oleh jumlah DAU yang diterima dari Pemerintah Pusat. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat ketergantungan Pemerintah Kabupaten/Kota terhadap Pemerintah Pusat
masih tinggi. Jika hal ini masih berlangsung terus maka otonomi daerah kemungkinan
besar akan sangat terhambat. Permasalahan yang perlu dipecahkan agar tidak terjadi
flypaper effect yang tidak lain gambaran sikap ketergantungan Pemerintah Kabupaten/Kota
terhadap Pemerintah Pusat. Disisi lain efektifitas Belanja Daerah juga perlu menjadi
perhatian, karena bukan rahasia umum lagi setiap akhir tahun anggaran terjadi penghabisan
anggaran belanja hal ini menunjukan bahwa Pemda “menunggu” beberapa alokasi DAU
yang diperolehnya sebelum menentukan berapa belanja yang akan dihabiskannya, seperti
yang di tenggarai oleh Simanjuntak (dalam Sidik et al, 2002). DAU 2001 masih memiliki
banyak kelemahan mendasar, yang tergambar dari banyaknya kritik dan protes, khususnya
dari daerah-daerah yang memiliki sumberdaya alam yang berlimpah.
Kesimpulan :
Secara empiris penelitian ini membuktikan bahwa besarnya Belanja Daerah
dipengaruhi oleh jumlah DAU yang diterima dari Pemerintah Pusat. Dari hasil penelitian
tersebut, menunjukan bahwa DAU dan PAD berpengaruh signifikan terhadap belanja
daerah. Dalam model prediksi BJD, daya prediksi DAU terhadap BJD tetap lebih tinggi
dibanding daya prediksi PAD. Hal ini menunnjukkan telah terjadi flypaper effect.
Keterbatasan Penelitian
Temuan-temuan dalam kasus ini menunjukan beberapa hal yang sangat teoritis
dapat dipahami. Namun, dalam tataran praktis masih perlu didiskusikan lebih jauh.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang memerlukan perbaikan dan
pengembangan dalam studistudi selanjutnya. Karena studi ini belum mencakup aspek-
aspek lain yang mungkin merupakan faktor penting, misalnya aspek kebijakan publiknya,
aspek politisnya, aspek manajemen keuangan, aspek penganggaran daerah, aspek
psikologis personalitas pembuat keputusan di Pemda.

JURNAL 15
Judul Penelitian:
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap
Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Di Kota Manado
Peneliti :
Yunistin Ndede, Jullie J. Sondakh, dan Winston Pontoh
Volume :
Volume 16 No. 03
Tahun Terbit :
2016
Penerbit :
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Sam Ratulangi Manado
Jenis Penelitian :
Penelitian ini termasuk pada jenis penelitian Kuantitatif, dimana merupakan sebuah
penyelidikan tentang masalah sosial berdasarkan pada pengujian sebuah teori yang terdiri
dari variable – variabel.
Variabel Penelitian :
Variabel Terikat : Dalam penelitian ini variabel terikat yang digunakan adalah Belanja
Modal.
Variabel Bebas : Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dana Alokasi
Khusus (DAK) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Hipotesis Penelitian :
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah disajikan tersebut, maka hipotesis penelitian
yang dapat disimpulkan dari asumsi diatas adalah sebagai berikut :
HO1 : Diduga Pendapatan Asli Daerah (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap
Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (Y) di Kota Manado.
HO2 : Diduga Dana Alokasi Khusus (X2) berpengaruh signifikan terhadap Pengalokasian
Anggaran Belanja Modal (Y) di Kota Manado.
Ha : Diduga Pendapatan Asli Daerah (X1) dan Dana Alokasi Khusus (X2) berpengaruh
signifikan terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (Y) di Kota Manado.
Metode Pengumpulan Data :
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi pustaka
dengan mendapatkan data-data dan teori yang diperoleh dari literatur, artikel, jurnal, dan
hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian dan landasan teori. Selain itu
dilakukan studi dokumentasi dengan mengumpulkan seluruh data sekunder dari website
milik DJPK dan BPS Kota Manado.
Populasi dan Sampel :
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah Kota Manado dalam kurun waktu tahun
anggaran 2007 dan 2010.
Jenis dan Sumber data :
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang diterbitkan oleh
Pemerintah Kota Manado yang telah dipublikasikan melaui website Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan Republik Indonesia
(www.djpk.depkeu.go.id). Data yang diambil adalah data realisasi Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
Hasil Penelitian :
Hasil Uji Multikolinearitas menyatakan bahwa tidak ada variabel bebas yang
memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10. Hasil uji VIF juga menunjukkan bahwa salah
satu variabel independen yang memiliki VIF lebih dari 10. Sehingga dapat dikatakan
bahwa dari kedua variabel yaitu X1 dan X2 tidak terjadi Multikolinearitas. Demikian juga
berdasarkan hasil uji Heterokedastisitas yang dilihat pada output SPSS yang dapat
dikatakan tidak terjadi Heterokedastisitas dalam persamaan ini.
Dari hasil pengujian Kolmogorov-Smirnov diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Data dari variabel PAD (X1) memiliki nilai signifikan 0,880. Karena nilai signifikan
lebih besar dari 0,005 maka dengan ini dinyatakan normal.
2. Data dari variabel DAK (X2) memiliki nilai signifikan 0,734. Karena nilai signifikan
lebih besar dari 0,005 maka dengan ini dinyatakan normal.
3. Data dari variabel Belanja Modal (Y) memiliki nilai signifikan 0,924. Karena nilai
signifikan lebih besar dari 0,005 maka dengan ini dinyatakan normal.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ketiga variabel tersebut mempunyai data yang
berdistribusi normal.
Hasil analisis data untuk Hasil uji Autokorelasi diperoleh nilai DW sebesar 2,853.
Apabila tingkat signifikansi α = 0,05 untuk n = 36 dan k = 1 maka nilai dU dan dL untuk
pengujian Autokorelasi adalah dU = 1,36 dan dL = 0,70. Pengujian untuk Uji Autokorelasi
Pengaruh PAD dan DAK terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal menunjukkan
bahwa hasil Pengaruh PAD dan DAK memenuhi syarat asumsi klasik Uji Autokorelasi dU
< DW < 4-dL (1,36<2,853<2,3) maka dapat dikatakan bahwa Uji Autokorelasi berada di
daerah ragu-ragu. Koefisien korelasi linear yang dimiliki oleh Pendapatan Asli Daerah X1
(PAD) adalah sebesar 0,988 angka ini hampir mendekati satu (1), maka dapat dilihat
bahwa PAD terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal memiliki hubungan linear
sangat kuat. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh variabel X2 (DAK) dimana angka yang
memiliki DAK adalah sebesar 0,993 angka ini juga hampir mendekati satu (1) sehingga
dapat dikatakan bahwa DAK terhadap Pelokasian Anggaran Belanja Modal memiliki
hubungan linear sangat kuat. Demikian halnya hubungan yang dimiliki oleh variabel X1
dan X2 terhadap BM, dimana dari hasil analisis data yang diperoleh nilai koefisien korelasi
masing-masing sebesar 0,988 dan 0,993. Angka korelasi yang dihasilkan menunjukkan
angka positif (+) yang berarti bahwa hubungan dari variabel X1 dan X2 dengan variabel
terikat BM (Belanja Modal) adalah searah
Hasil dari Uji F. Ha: β1 ≠ β2 >0 artinya bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah
(X1) dan Dana Alokasi Khusus (X2) secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan
terhadap variabel Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (Y). Pemerintah Kota Manado
telah menggunakan Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Khusus sebagai pendanaan
vital untuk dialokasikan pada Anggaran Belanja Modal dalam pencapaian tujuan utama
penyelenggaraan otonomi daerah yakni meningkatkan pelayanan publik dan memajukan
perekonomian daerah.
Dari hasil Uji t perhitungan statistik menunjukkan bahwa variabel Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang dimasukkan dalam model signifikan tidak mempengaruhi alokasi
anggaran belanja daerah dan variabel Dana Alokasi Khusus (DAK) mempengaruhi alokasi
anggaran belanja modal. Variabel PAD menunjukkan tingkat signifikan sebesar 0,09 lebih
besar dari tingkat signifikan 0,05 dan variabel DAK menunjukkan tingkat signifikan
sebesar 0,02 lebih kecil dari tingkat signifikan 0,05. Hasil estimasi model dapat ditulis
dalam persamaan di bawah ini: Alokasi Anggaran Belanja Modal = 9,820 + 0,203PAD +
0,510DAK
Kesimpulan :
Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Secara parsial Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pengalokasian
Anggaran Belanja Modal yang dicapai oleh pemerintah Kota Manado tidak berpengaruh
secara signifikan. Hal ini berarti bahwa perkembangan belanja modal belum bisa
dipengaruhi oleh perkembangan pendapatan asli daerah yang terealisasi di Kota Manado.
2. Secara parsial Dana Alokasi Khusus (DAK) yang dicapai pemerintah Kota Manado
berpengaruh signifikan terhadap pengalokasian anggaran belanja modal yang terealisasi di
Kota Manado. Hal ini juga berarti bahwa perkembangan belanja modal Kota Manado
masih dipengaruhi oleh perkembangan Dana Alokasi Khusus.
3. Secara simultan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Khusus (DAK)
berpengaruh signifikan terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal. Hal ini dapat
dikatakan PAD dan DAK yang dicapai oleh pemerintah Kota Manado berpengaruh secara
signifikan terhadap perkembangan belanja modal yang dapat direalisasikan oleh
pemerintah Kota Manado.
Saran :
Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan, maka penulis memberikan saran sebagai
berikut:
1. Pemerintah daerah Kota Manado diharapkan perlu untuk memaksimalkan jumlah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diperoleh dari berbagai unsur penerimaan daerah.
Pemerintah Kota Manado harus lebih giat lagi dalam mengumpulkan data-data dari
sumber-sumber didalamnya yang belum dioptimalkan sehingga bisa lebih meningkatkan
PAD.
2. Begitu juga untuk Dana Alokasi Khusus agar pemerintah Kota Manado lebih
mengupayakan dan mengoptimalkan kebutuhan masyarakat dalam perencanan
pembangunan, pengembangan statistik dan penanaman modal.
3. Bagi penelitian selanjutnya disarankan agar memperluas variabel-variabel independen
(PAD dan DAK) yang diduga mempengaruhi perkembangan belanja modal yang dapat
direalisasikan suatu daerah dalam rangka perkembangan daerahnya.

Anda mungkin juga menyukai