Anda di halaman 1dari 20

KANKER PAYUDARA

(Carcinoma mammae)

Kanker payudara merupakan salah satu penyakit kanker yang tertua pada manusia.
Penyakit kanker payudara telah dikenali sejak jaman mesir kuno ± 1600 SM , walaupun pada
saat itu belum ada definisi mengenai kanker. Edwin Smith Papyrus melaporkan ada 8 kasus
tumor yang disertai ulkus pada daerah payudara yang diterapi dengan cara dibakar dengan api.
Selang beberapa abad lamanya penderita dengan tumor payudara tidak mendapatkan terapi , baru
kemudian muncul pada abad 17 seorang ahli bedah Perancis Jean Louis Petit (1674 – 1750)
menemukan kasus kanker payudara yang disertai pembesaran limfonodi didaerah aksila.
Kemudian ahli bedah dari scotlandia Benjamin Bell (1749 – 1806) melakukan operasi
pengangkatan kelenjar payudara beserta otot – otot dada dan limfonodi aksila, baru kemudian
dipopulerkan oleh William Stewart Halsted ( 1882 ) melakukan Halsted Radikal Mastectomy dan
prosedur ini tetap populer sampai tahun 1970.
Kelenjar ini khas untuk golongan mamalia. Jumlah kelenjar berbeda tergantung jenis
spesies. Pada manusia terdapat satu pasang kelenjar. Secara embriologi, payudara manusia
berasal dari penebalan ektodermal pada sisi dada dari ketiak kearah vulva pada kedua sisinya.
Penebalan bilateral ini (milk streak) timbul pada minggu keenam kehidupan mudigah (foetal
life). Pada minggu kesembilan, penebalan ini menjadi atrofi, kecuali pada daerah dada dan
puncak papilla nampak sebagai daerah proliferasi sel basal. Akhir bulan ketiga gestasi, sel
skuamosa dari permukaan mulai invasi kepuncak papila. Saluran kelenjar payudara tumbuh
berasal dari daerah ini dan berakhir pada puncak lobular yang mana proliferasi seiring dengan
maturitas seksual. Kelenjar payudara dewasa terletak diantara lapisan luar dan dalam fasia
pektoralis superfisialis dinding dada depan, berada pada celah iga depan ke dua sampai ke tujuh.
Dimensi kepala-ekor antar 10-12 cm, dan ketebalan kelenjar maksimum 3-5 cm. Payudara non
laktasi mempunyai berat 150-200 gram dan kelenjar yang mengalami laktasi mempunyai berat
400-500 gram. Kelenjar payudara merupakan kelenjar tubuloalveolar terdiri atas 15-25 lobus
yang berfungsi mengeluarkan air susu. Setiap lobus terpisah oleh jaringan ikat padat dan banyak
jaringan lemak yang sesungguhnya merupakan kelenjar itu sendiri dengan saluran laktiferus
ekskretorius. Saluran ini mempunyai panjang 2-4,5 cm yang bermuara pada papila payudara,
terdapat 15-25 muara dan setiap muara berdiameter 0,5 mm. Susunan histologik kelenjar
payudara beragam sesuai jenis kelamin, umur dan keadaan fisiologiknya.
DEFINISI
Kanker payudara adalah penyakit di mana sel-sel (kanker) yang ganas terdeteksi dalam
jaringan payudara. Sel-sel kanker ini dapat menyebar di dalam jaringan atau organ tubuh dan
kebagian tubuh yang lain. Kanker payudara adalah suatu penyakit neoplasma ganas yang berasal
parenchyma. Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim
di Indonesia.

Gambar Anatomi Payudara


Sel kanker payudara yang pertama dapat tumbuh menjadi tumor sebesar 1 cm dalam
waktu 8–12 tahun. Sel kanker tersebut diam pada kelenjar payudara. Sel-sel kanker payudara ini
dapat menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh. Kapan penyebaran itu berlangsung, kita
tidak tahu. Sel kanker payudara dapat bersembunyi di dalam tubuh kita selama bertahuntahun
tanpa kita ketahui, dan tiba-tiba aktif menjadi tumor ganas atau kanker.

EPIDEMIOLOGI
Di seluruh dunia kanker payudara menempati urutan kelima penyebab kematian oleh
karena kanker (kanker paru, kanker lambung, kanker hati, kanker usus besar). Pada tahun 2005,
502.000 penderita meninggal oleh karena kanker payudara (7 % penyebab kematian oleh karena
kanker, 1% dari semua penyebab kematian) dan ini merupakan penyebab kematian terbanyak
yang terjadi pada wanita diseluruh dunia. Di Amerika Serikat kanker payudara menempati
prevalensi tertinggi penyebab kanker pada wanita. Tahun 2007 diperkirakan 40.910 penderita
meninggal oleh karena kanker payudara. 1 dari 8 wanita di Amerika menderita kanker payudara
dan 1 dari 33 wanita meninggal oleh karena kanker payudara.
Kanker payudara adalah jenis keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita. Di
Indonesia teryata 96 % kelainan dipayudara yang berbentuk tumor justru dikenali oleh penderita
itu sendiri sehingga memudahkan dokter untuk mendeteksi kanker payudara. Berbeda dengan
di negara barat dimana setiap wanita usia subur diharuskan oleh asuransi kesehatan untuk
memeriksakan payudaranya secara berkala sehingga angka stadium dini kanker payudara
ditemukan jauh lebih tinggi daripada di negara berkembang dimana tidak ada keharusan untuk
wanita usia subur memeriksakan payudaranya.

ETIOLOGI
Insidensi kanker payudara meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pentingnya
faktor usia sebagai faktor risiko diperkuat oleh data bahwa 78% kanker payudara terjadi pada
pasien yang berusia lebih dari 50 tahun dan hanya 6% pada pasien yang kurang dari 40 tahun.
Tabel 1. menunjukkan meningkatnya risiko kanker payudara pada wanita selama tahun 2001-
2003.

Ada 3 pengaruh penting pada kanker payudara :


1. Faktor genetik
Faktor genetik berpengaruh dalam peningkatan terjadinya kanker payudara. Riwayat
keluarga yang pernah mengalami kanker payudara meningkatkan risiko berkembangnya
penyakit ini. Kelainan ini diketahui terletak dilokus kecil di kromosom 17q21 pada kanker
payudara yang timbul saat usia muda. Para peneliti juga menemukan bahwa kerusakan dua
gen yaitu BRCA1 dan BRCA2 dapat meningkatkan risiko wanita terkena kanker sampai 85%.
Hal yang menarik, faktor genetik hanya berdampak 5-10% dari terjadinya kanker payudara
dan ini menunjukkan bahwa faktor risiko lainnya memainkan peranan penting.

2. Faktor Hormonal
Kelebihan hormon estrogen endogen atau lebih tepatnya terjadi ketidakseimbangan
hormon terlihat sangat jelas pada kanker payudara. Banyak faktor resiko yang dapat
disebutkan seperti masa reproduksi yang lama, nulipara, dan usia tua saat mempunyai anak
pertama akan meningkatkan estrogen pada siklus menstruasi. Wanita pasca menopause
dengan tumor ovarium fungsional dapat terkena kanker payudara karena adanya hormone
estrogen berlebihan. Suatu penelitian menyebutkan bahwa kelebihan jumlah estrogen di air
seni, frekuensi ovulasi, dan umur saat menstruasi dihubungkan dengan meningkatnya resiko
terkena kanker payudara. Epitel payudara normal memiliki reseptor estrogen dan progesteron.
Kedua reseptor ditemukan pada sebagian besar kanker payudara. Berbagai bentuk growth
promoters (transforming growth factor-alpha / epitehlial growth factor, platelet-derived
growth factor), fibroblast growth factor dan growth inhibitor disekresi oleh sel kanker
payudara manusia. Banyak penelitian menyatakan bahwa growth promoters terlibat dalam
mekanisme autokrin dari tumor. Produksi GF tergantung pada hormon estrogen, sehingga
interaksi antara hormon di sirkulasi, reseptor hormon pada sel kanker dan GF autokrin
merangsang sel tumor menjadi lebih progresif.11,13

3. Faktor lingkungan dan gaya hidup


Pengaruh lingkungan diduga karena berbagai faktor antara lain : alkohol, diet tinggi
lemak, kecanduan minum kopi, dan infeksi virus. Hal tersebut mungkin mempengaruhi
onkogen dan gen supresi tumor dari kanker payudara.11,12

PATOFISIOLOGI
Jaringan payudara muncul karena rangsangan hormonal. Walaupun mekanisme yang
sebenarnya belum diketahui. perubahan Fibrocystic melibatkan tiga jenis yaitu cystic,
Fibrocystic, dan perkembangan ephitelial. Kantung cairan dan bisul menjadi ciri yang paling
umum dan mudah untuk diidentifikasi. Jaringan fibrosa semakin meningkat sampai menopouse
dan sesudah itu terjadi kemunduran. Penyakit perkembangbiakan/ proliferasi epitel epitel
meliputi lesi yang stukturnya berbeda seperti sclerosing adenosis dan lobular dan ductal
hyperplasias.

TANDA DAN GEJALA


Tanda dan Gejala Ca mamae:
Gejala dan tanda yang paling sering ditemukan adalah
1. Adanya benjolan pada payudara : Benjolan ini biasanya tidak nyeri dan ukurannya kecil
tetapi lama-lama akan membesar dan menempel pada kulit.
2. Terjadi retraksi : dimana putting akan masuk atau tertarik kedalam,.
3. Terjadi perubahan warna : warna menjadi pink atau kecoklatan sampai menjadi oedema
yang menyebabkan kulit payudara atau putting mengkerut dan menjadi borok. Borok
dapat membesar dan mendalam sehingga merusak payudara, menjadi busuk dan
berdarah.
4. Nipple discharge : keluarnya cairan. Gejalanya adalah keluarnya cairan yang tidak wajar
dan spontan dari puting. Cairan ini dikatakan tidak normal karena cairan normal hanya
keluar pada ibu hamil, ibu yang sedang menyusui, atau ibu yang memakai pil kontrasepsi.
Dimana cirri dari cairan ini adalah cairan berdarah encer, bewarna merah atau kecoklatan,
dapat keluar sendiri tanpa dipijat, dan dapat keluar terus menerus pada satu payudara.

Tanda lainnya yaitu terjadi pendarahan pada puting, sakit atau nyeri bila tumor sudah
besar dan timbul borok. Kemudian timbul pembesaran pada ketiak yaitu kelenjar getah bening,
terjadi pembekakan pada lengan. Kemudian terjadi penyebaran kanker keseluruh tubuh.

General
Pasien tidak menunjukkan gejala, tetapi kanker payudara dapat terdeteksi pada pasien tanpa
gejala melalui skrining rutin dengan mammografi.

Tanda dan gejala lokal


Tanpa rasa sakit, terdapat gumpalan yang jelas merupakanm tanda yang paling umum.
Kurang umum : nyeri, nipple discharge, retraksi atau lesung, edema kulit, kemerahan atau
hangat. Lokal-regional lymp nodes yang jelas juga dapat muncul.
Tanda dan gejala metastase sistemik
Tergantung dari bagian yang mengalami metastase, tapi bisa berupa nyeri tulang, susah bernafas,
nyeri abdominal ataupun lebih luas, jaundis, perubahan status mental.
Tes Laboratorium
Tumor marker seperti antigen kanker (CA 27 .29) atau carcinoembryonic (CEA) dapat
meningkat.
Fosfatase alkali atau tes fungsi hati dapat meningkat pada penyakit yang bermetastase.
Tes diagnostik lain
Mammogram (dengan atau tanpa ultrasound, breast MRI, atau keduanya)
Biopsy untuk review patologi dan menentukan reseptor tumor esterogen/progesteron (ER/PR)
dan status HER2.
Tes stadium sistemik terdiri dari : Chest X-ray, chest CT, bone scan, abdominal CT atau
ultrasound atau MRI

Klasifikasi Stadium Kanker Payudara


Stadium Klinik: (TNM oleh UICC)
T 1 : Besar tumor kurang dari atau sama dengan 2 cm
a. Tanpa perlekatan (fiksasi) ke pembungkus otot (fasia)
b. Dengan fiksasi ke fasia/otot
T2 : Besar tumor lebih dari 2-5 cm
T3 : Besar tumor lebih dari 5 cm
T4 : Penjalaran tumor ke dinding dada/kulit
a. Penjalaran ke dinding dada
b. Timbul pembengkakan (edema) kulit/peradangan (infiltrasi) atau terbentuknya borok
(ulserasi)
c. Kedua, a dan b

NO : KGB (kelenjar getah bening) ketiak (aksiler) tidak teraba


N 1 : KGB aksiler teraba tapi masih bebas digerakkan
a. Tidak diperhitungkan terinfiltrasi
b. Diperhitungkan terinfiltrasi
N2 : KGB aksiler teraba dan terfiksasi
N3 : KGB diatas tulang selangka (supraklavikula) teraba dan edema lengan

MO : Tidak terdapat penyebaran (metastase) jauh


M 1 : Terdapat metastase jauh

Stadium Kanker Payudara berdasarkan TMN


Stadium I T1a, T1b N0, N1a, N1b M0 Tumor terbatas pada
payudara dan dapat
digerakkan dari otot
dinding dada
Stadium II T0, T1a, T1b N1b M0 Tumor terbatas pada
payudara, dapat
T2a, T2b N0, N1a M0 digerakkan dari muskulus
T2a, T2b N1b M0 pektoralis dan teraba
kelenjar aksiler yang
masih dapat digerakkan.
Stadium IIIa T3a, T3b N0, N1 M0 Tumor melekat pada
muskulus pektoralis atau
T1a,b, T2a,b, T3 N2 M0 dinding dada. Infiltrasi
T1a,b, T2a,b, T3a, b N3 M0 kulit yang luas atau
terdapat "Pear e'orange"
(kulit berkerut seperti
T4a,b,c Setiap N M0 kulit jeruk). Kelenjar
Stadium IIIb aksiler tidak dapat
digerakkan atau teraba
kelenjar limfe
supraklavikuler atau
kelenjar limfa aksiler
yang berlawanan (kontra-
lateral).
Stadium IV Setiap T Setiap N MI Metastasis di tulang,
paru-paru, hati, otak, dan
lain-lain

PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS


Sejumlah studi memperlihatkan bahwa deteksi dini kanker payudara yang diikuti dengan
terapi dapat meningkatkan harapan hidup dan memberikan pilihan terapi lebih banyak pada
pasien.
Skrining adalah tes dan pemeriksaan untuk menemukan kanker pada orang-orang yang
belum menunjukkan gejala kanker. Deteksi dini adalah upaya menggunakan alat bantu untuk
memungkinkan kanker didiagnosis lebih dini. Skrining sangat baik dilakukan pada wanita yang
memiliki faktor risiko untuk kanker payudara.
Cara deteksi dini kanker payudara adalah :
1. Pemeriksaan Payudara Sendiri (Teknik Sadari)
2. Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Dokter

3. Pemeriksaan Radiologi (Mammografi dan/atau USG)

4. Biopsi tanpa pembedahan (Fine Needle Aspiration Biopsy atau Core Biopsy).

Pemeriksaan payudara sendiri dan mammografi adalah metode utama untuk mendeteksi
dini kanker payudara. Rekomendasi untuk mammografi dari American Breast Cancer Society
dapat dilihat di tabel.
Rekomendasi American Cancer Society (2001) untuk Deteksi
Dini Kanker Payudara
Usia Pemeriksaan
≥20 tahun BSE setiap bulan
20-39 tahun CBE setiap 3 tahun
≥40 tahun CBE dan mammografi setiap tahun
BSE, Breast Self Examination; CSE, Clinical Self Examination

1. Pemeriksaan Payudara Sendiri (Teknik SADARI)


Pemeriksaan SADARI sebaiknya dilakukan mulai usia remaja. Dilakukan sebulan sekali,
pada hari ke-7 sampai hari ke-10 dihitung dari hari pertama haid. Bila wanita telah menopause,
SADARI dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan, misalnya tanggal 10.
SADARI terdiri atas beberapa langkah:
1. Berdiri di depan cermin dengan berbagai posisi: mulai dari berdiri dengan lengan di
kedua sisi tubuh, lalu angkat lengan ke atas kepala. Lanjutkan dengan menekan kedua
tangan di pinggang, lalu gerakkan kedua lengan dan situ ke depan sambil mengangkat
bahu. Perhatikan tanda berikut
a. Perubahan ukuran atau bentuk payudara.
b. Adanya cekungan di kulit
c. Perubahan bentuk putting
d. Adanya nyeri yang terus menerus

2. Berbaring dan letakkan sebuah bantal kecil di bawah bahu kanan. Letakkan tangan
kanan di bawah kepala. Gunakan ketiga jari tangan kiri untuk memeriksa seluruh
payudara kanan termasuk daerah puting. Periksa mulai dari daerah ketiak, lalu daerah luar
payudara dan melingkar hingga ke daerah puting. Perhatikan tanda berikut:

a. Adanya benjolan di payudara atau di ketiak


b. Daerah yang terasa menebal di payudara
3. Tekan puting dengan lembut untuk melihat adanya cairan atau darah yang keluar.

4. Ulang langkah 2 dan 3 untuk payudara kiri.

2. Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Dokter


Wanita pada usia 20-39 tahuin sebaiknya menjalani pemeriksaan klinis payudara oleh
dokter sebagai baigan dari Medical Check Up setidaknya 3 tahun sekali. Setelah usia 40 tahun,
pemeriksaan klinis payudara harus dilakukan setidaknya sekali dalam 1 tahun.
Pemeriksaan klinis payudara baik dilakukan sebelum mammografi. Pemeriksaan klinis
ini adalah kesempatan bagi wanita dan dokter untuk berdiskusi tentang perubahan yang terjadi
pada payudara, jenis pemeriksaan untuk deteksi dini, dan tentang faktor risiko yang
meningkatkan kemungkinan wanita menderita kanker payudara.

3. Pemeriksaan Radiologis
A. Mammografi
Wanita usia 40 tahun atau lebih sebaiknya menjalani pemeriksaan mammografi
sekali setahun selama mereka dalam kondisi sehat. Mammografi adalah pemeriksaan
payudara menggunakan sinar X yang dapat memperlihatkan kelainan pada payudara
dalam bentuk terkecil yaitu mikrokalsifikasi. Dengan mammografi, kanker payudara
dapat dideteksi dengan akurasi sampai 90%.

Menggunakan mesin mammografi, payudara akan ditekan oleh dua plat untuk meratakan
dan menyebarkan jaringan. Keadaan ini mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman, tetapi sangat
penting untuk menghasilkan gambar mammogram yang baik dan dapat dibaca. Penekanan
payudara ini hanya berlangsung beberapa detik. Seluruh prosedur mammografi untuk satu
payudara adalah sekitar 20 menit.
Hasil dari mammografi adalah film (mammogram) yang dapat diinterpretasi oleh dokter
bedah atau dokter ahli radiologi. Perubahan yang dapat terlihat dari mammogram adalah :
Mikrokalsifikasi yaitu deposit-deposit kecil kalsium dalam jaringan payudara yang terlihat
sebagai titik-titik kecil putih di sekitar jaringan payudara. Mikrokalsifikasi yang dicurigai
sebagai tanda kanker adalan titik-titik yang sangat kecil, dan berkumpul dalam suatu kelompok
(cluster). Massa yang tampak pada mammogram dapat disebabkan oleh kanker atau bukan
kanker, tetapi untuk memastikan biasanya dilakukan biopsi. Massa yang tampak dapat berupa
massa padat atau kistik (berongga dan berisi cairan).

B. Ultrasonografi (USG)
USG payudara adalah pemeriksaan payudara menggunakan gelombang suara. USG dapat
membedakan benjolan berupa tumor padat atau kista. USG biasa digunakan untuk mengevaluasi
masalah payudara yang tampak pada mammogram dan lebih direkomendasikan pada wanita usia
muda (di bawah 30 tahun). Pemeriksaan USG saja tanpa mammografi tidak direkomendasikan
untuk deteksi kanker payudara. Tetapi dengan kombinasi USG dan mammografi, kelainan pada
payudara dapat ditentukan dengan lebih akurat.

Gambar A. Pemeriksaan USG Gambar B. Hasil pemeriksaan USG

Untuk usia di bawah 30 tahun USG direkomendasikan lebih dahulu dilakukan sebelum
mammografi karena pada usia muda (di bawah 30 tahun) cukup sulit untuk menginterpretasikan
hasil mammogram. Hal ini dikarenakan payudara di usia muda lebih padat dan kelenjar susunya
lebih banyak daripada usia tua yang payudaranya lebih tersusun oleh lemak sehingga lebih muda
dideteksi dengan mammogram. USG saat ini cukup banyak dilakukan karena tidak bersifat
invasif dan tidak semahal pemeriksaan lainnya. Tetapi, efektifitas pemeriksaan USG sangat
tergantung dari pengalaman dan keahlian operator.

C. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Untuk wanita dengan risiko tinggi kanker payudara, pemeriksaan MRI direkomendasikan
bersama dengan mammografi tahunan. MRI menggunakan magnet dan gelombang radio untuk
memproduksi gambar irisan tubuh. Pemeriksaan MRI akan jaruh lebih bermanfaat bila
menggunakan zat kontras. MRI merupakan alat deteksi kanker yang lebih sensitif dari
mammografi, tetapi MRI memiliki nilai positif palsu yang lebih tinggi, maksudnya sering
muncul gambaran kelainan payudara yang ternyata bukan kanker. Itu sebabnya MRI tidak
direkomendasikan sebagai alat skrining untuk wanita tanpa risiko tinggi kanker payudara.

D. PET Scan
Ini adalah pemeriksaan terbaru yang dapat menggambarkan anatomi dan metabolisme sel
kanker. Untuk melihat apakah kanker sudah menyebar.Dalam PET scan cairan glukosa yang
mengandung radioaktif disuntikkan pada pasien. Sel kanker akan menyerap lebih cepat cairan
glukosa tersebut, dibanding sel normal. Sehingga akan terlihat warna kontras pada PET scan.
PET scan biasanya digunakan sebagai pelengkap data dari hasil CTscan, MRI dan pemeriksaan
secara PET Scan tidak direkomendasikan untuk skrining rutin kanker payudara.

4. Biopsi
Biopsi diindikasikan untuk hasil mammografi abnormal dan dicurigai terdapat keganasan.
Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan yang akan diperiksa oleh dokter ahli Patologi
Anatomi. Jaringan akan dilihat di bawah mikroskop sehingga dapat ditentukan ada tidaknya sel
kanker. Biopsi bisa dilakukan dengan anestesi lokal dan umum tergantung cara biopsinya. Untuk
biopsi dengan fine needle aspiration dan core biopsi biasanya bius lokal sedangkan biobsi bedah
dengan bius umum. Terdapat beberapa cara biopsi :
1. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
Biopsi ini menggunakan jarum sebesar jarum suntik biasa dan tidak
memerlukan persiapan khusus. Jaringan diambil menggunakan jarum halus di
area tumor.Bila tumor tidak mudah diraba, maka biopsy jarum halus dapat
dilakukan dengan tuntunan USG atau mammografi. Pemeriksaan ini mungkin
agak nyeri dan dapat menyebabkan memar ringan yang akan hilang dalam 1-2 hari. Karena
jaringan yang diambil hanya sedikit maka ada kemungkinan sel kanker tidak terambil sehingga
tidak terdeteksi. Pemeriksaan biopsi jarum halus saja memiliki kemungkinan diagnosis meleset
10%.
2. Core Biopsy
Core Biopsy sangat mirip dengan Biopsi Jarum Halus tetapi menggunakan jarum yang
lebih besar. Dengan bius lokal, dibuat irisan kecil di kulit payudara dan sedikit jaringan
payudara diambil. Pemeriksaan ini dapat menimbulkan nyeri minimal. Hasil core biopsy
adalah jaringan payudara sehingga lebih mudah diidentifikasi adanya kanker. Beberapa jenis
benjolan lebih cocok untuk didiagnosis dengan core biopsy karena bentuknya.
Hasil pemeriksaan Biopsi Jarum Halus dan Core Biopsy dapat berupa :
 Tidak ada tanda kanker payudara
 Kemungkinan ada tanda kanker payudara, yaitu terdapat sel-sel yang mencurigakan tetapi
belum cukup jelas untuk menegakkan diagnosis. Hasil ini lebih baik dilanjutkan dengan
biopsi bedah untuk mencapai diagnosis akhir.
 Ditemukan sel kanker. Pada kasus ini, wanita akan menjalani biopsi bedah yang dapat
dilakukan dengan pengangkatan seluruh kanker payudara.

3. Biopsi Bedah
Bila seluruh pemeriksaan tidak menghasilkan diagnosis pasti kanker, maka wanita
akan dirujuk ke dokter bedah untuk menjalani biopsi bedah. Sebaliknya bila hasil
pemeriksaan sebelumnya menunjukkan tanda pasti kanker, biasanya tidak perlu dilakukan
biopsi bedah.
Dokter bedah akan menjelaskan pilihan terapi kepada pasien.
Untuk tumor yang berukuran kecil, biopsi bedah biasanya sekaligus dengan mengangkat
tumor seluruhnya. Dengan begitu, ahli patologi dapat memeriksa dan lebih meudah
menentukan ada tidaknya kanker. Bekas luka biopsi akan dijahit. Hasil biopsi akan diketahui
5-7 hari setelah operasi.
Biopsi dengan menggunakan needle atau jarum lebih meminimalkan rasa tidak nyaman,
kecemasan serta mengurangi komplikasi setelah perlakuan biopsi, juga tidak terjadi kerusakan
dan lebih murah dibandingkan biopsi pembedahan secara konvensional.

Jenis tes yang baru menyertakan juga tes tumor untuk menentukan status HER2 (human
epidermal growth factor receptor-2). Ini berhubungan dengan pertumbuhan sel kanker yang
agresif. Pasien dikatakan HER2 positif jika pada tumor ditemukan overekspresi HER2 dan
kurang sensitif terhadap kemoterapi tertentu.Kanker dengan HER2-positif dikenal sebagai
bentuk agresif dari kanker payudara dan memiliki perjalanan penyakit yang lebih buruk daripada
pasien dengan HER2-negatif. Diperkirakan 20% – 30 % pasien kanker payudara memiliki
HER2-positif.
TATALAKSANA TERAPI
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan meliputi
pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan yang terbaru adalah terapi antibodi
monoklonal. Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi penyebaran
penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya. Keberagaman jenis kanker payudara
mengharuskan dilakukannya diagnostik yang rinci sebelum memutuskan jenis terapi yang akan
dipakai, sehingga pilihannya bersifat individual.

Terapi Sistemik Primer (Neo-adjuvant Therapy)


Pemilihan terapi sistemik primer dapat dilakukan sebelum operasi pengambilan tumor, hal ini
bergantung pada jenis, penyebaran dan ukuran tumor pada saat diagnostik awal. Terapi ini
bertujuan untuk mengurangi ukuran tumor sehingga memungkinkan untuk dilakukannya operasi
sekaligus mempertahankan bentuk payudara. Hal ini juga memberikan informasi berharga
tentang sensitifitas tumor terhadap obat yang digunakan. Informasi ini akan menentukan terapi
yang tepat untuk mengatasi tumor yang tertinggal setelah operasi.

Tabel Kemoterapi Primer


Tabel Kemoterapi Adjuvan
Pembedahan
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur pembedahan yang dilakukan
pada pasien kanker payudara tergantung pada stadium penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi
umum pasien. Ahli bedah dapat mengangkat tumor (lumpectomy), mengangkat sebagian
payudara dan berkelenjar getah bening atau pengangkatan seluruh payudara (mastectomy). Untuk
meningkatkan harapan hidup,pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan (adjuvan)
seperti radiasi, hormon atau kemoterapi.
Terapi Radiasi Adjuvan
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X berintensitas tinggi untuk membunuh sel kanker yang
tidak terangkat saat pembedahan. Ini dilakukan pada pasien yang telah menjalani operasi untuk
tumor yang terlokalisasi pada suatu area. Efek samping pada kulit berupa: gatal, kemerahan, kulit
kering dan kelelahan.

Terapi Hormonal
Beberapa tumor payudara mengekspresikan banyak reseptor estrogen (RE) pada permukaan
selnya. Pada jenis tumor ini, hormon estrogen wanita menunjang pertumbuhan tumor yang
berikatan dengan RE dan mengatur siklus pertumbuhan sel. Kanker payudara yang bergantung
pada estrogen disebut RE-positif. Terapi hormonal seperti tamoxifen atau penghambat
aromatase, menghambat efek pertumbuhan estrogen dan dapat digunakan sebagai terapi ajuvan
setelah operasi atau pada kanker payudara stadium lanjut (metastatik).

Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada stadium awal ataupun stadium lanjut penyakit
(tidak dapat lagi dilakukan pembedahan, stadium lanjut yang terlokalisasi atau metastatik). Obat
kemoterapi bisa digunakan secara tunggal atau dikombinasikan untuk terapi kanker payudara
yaitu:

1. Anthraycline contoh: doxorubicin, epirubicin


2. Taxane contoh: paclitaxel, docetaxel
3. Fluoropyrimidine contoh: capecitabine, 5-fluorouracil (5 – fu)
4. Alkylating agent contoh: cyclophosphamide

Terapi Imunologik
Sekitar 20-30% tumor payudara menunjukkan overekspresi atau amplifikasi gen secara
berlebihan. Untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk
menyerang HER2. Trastuzumab dapat menghambat pertumbuhan tumor dan mematikan sel
tumor. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk mendapatkan manfaat terapi dengan
trastuzumab yang merupakan satu-satunya terapi imunologik untuk terapi kanker payudara.
MONITORING DAN EVALUASI
Tujuan terapi ca mamae adalah menurunkan symtomp, mencegah atau memperlambat
progress penyakit dan meningkatkan quality of life pasien.
Maksud dari terapi adjuvant adalah menyembuhkan. Terapi adjuvant yaitu kemoterapi,
terapi biologi, dan terapi hormonal. Terapi adjuvant betujuan meng eradikasi mikrometastase dan
mengobati kanker payudara pasien. Oleh karena itu keseluruhan terapi tujuannya adalah
mengobati kanker payudara pasien. Penggunaan terapi kanker dengan kemoterapi dapat
mengakibatkan toksisitas secara signifikan. Melakukan penjagaan atau pemeliharaan dosis secara
hati- hati penting dilakukan dalam mengobati penyakit dan penggunaan terapi suportif seperti
antiemetic dan growth factor sangat direkomendasikan. Konsep dose density dengan
menggunakan growth factor untuk memelihara atau menjaga jumlah darah saat penurunan
interval antara pemberian kemoterapi sangat controversial (diperdebatkan) pada stage awal
kanker payudara.
Penyembuhan adalah outcome terapi treatment metastase kanker payudara. Secara umum
efek toksik yang timbul pada kemoterapi terjadi pada penggunaan initial/ pertama kali dengan
secara meningkatnya penerapan serangkaian terapi yang agresif (cepat) dan cara yang tidak
berkompromi dengan kualitas hidup pasien.
Respon kanker terhadap regimen terapi yang diberikan dapat di ukur dari data klinis
seperti tingginya enzyme hati pada pasien dengan hepatic metastase atau dengan teknik bone
scan (scan tulang) atao chest radiographs. Bagaimanapun penilaian status klinis pasien dan
control symptom selalu cukup atau memadai untuk mengevaluasi respon terhadap terapi yang
diberikan.
Pasien dengan metastase kanker payudara biasanya diberi terapi hormonal atau
kemoterapi dan pemberiannya berlanjut sampai tanda dan symptom dari progress penyakit atau
tanda baru dan symptom sekarang ini. Mengoptimalkan kualitas hidup pasien merupakan end
point (poin akhir) dari treatment terapi/ pemberian terapi pasien kanker payudara. Alat pengukur
yang valid dan dipercaya tersedia untuk menilai secara objektif kualitas hidup pasien dengan
kanker payudara.

FARMAKOTERAPI TERAPAN
KANKER PAYUDARA
(Carcinoma mammae)

Disusun oleh :
Kelompok 5
Nuraini 11811178
Lena Purnomo 11811179
Asti Maynisari 11811180
Arsh Angly Amalia 11811181
Meta Etika Mutiasari 11811182

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
OKTOBER 2011

Anda mungkin juga menyukai