ACARA II
PROTEIN
Disusun oleh :
Kelompok XXIII
Yahya Mahmudi Alkafi PT/07781
Alfred Indra Wijaya PT/07794
Dewi Rahmasari PT/07807
Fransisca Gani Padmawati PT/07819
Fulki Almas Assalim PT/07822
Luthfiya Ainun Sutama PT/07838
Asisten : Dosi Nur Wigati
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengendapan
protein dengan penambahan logam berat, pereaksi alkaloid, asam amino
terosin, tryptophan, asam amino aromatik dan identifikasi gugus
karbohidrat, selain itu untuk mengetahui hidrolisis protein, untuk
mengetahui adanya phosphor dalam kasein. mengetahui perbedaan
macam-macam protein, kelarutan, kasein, gelatin, adanya fosfor dalam
protein, dan reaksi pengendapan.
Tinjauan Pustaka
Protein adalah makromolekul yang tersusun atas bahan dasar asam
amino. Protein terdapat pada semua sistem hidup semua organisme baik
pada tingkat tinggi maupun organisme tingkat rendah. Asam amino yang
menyusun protein ada 20 macam. Makrokmolekul yang tersusun atas
bahan dasar asam amino polimer panjang yang tersusun atas asam amino,
yang biasa dinamakan residu terutama pada saat suatu protein mengalami
degradasi protein. Hal tersebut dapat digunakan untuk memastikan sekuen-
sekuen asam amino yang telah terikat secara kovalen oleh ikatan-ikatan
peptide. Secara alamiah, protein memiliki dua puluh jenis asam amino yang
berbeda(Elrod dan William,2002).
Protein dalam tubuh manusia berperan sebagai pembentuk butir-
butir darah. Hemopoiesis adalah pembentukan eritrosit dengan hemoglobin
di dalamnya. Di dalam tubuh, zat besi tidak terdapat bebas, tetapi
berasosiasi dengan protein membentuk feritin sehingga pada kondisi
transport zat besi berasosisasi dengan protein membentuk
transferin(Andarina dan Sri, 2006).
Fungsi protein lebih diutamakan untuk sintesis protein-protein baru
sesuai kebutuhan tubuh, sementara karbohidrat dan lipida digunakan untuk
menjamin ketersediaan energi tubuh. Diet protein secara sempurna akan
dihidrolisis oleh saluran gastrointestinal dan hanya asam amino bebas yang
dapat diserap usus. Kemudian asam amino dan peptide yang terbentuk dari
pencernaan protein alami akan diabsorpsi dan di anabolisme di berbagai
jaringan dan organ sebagai protein tubuh. Konsep baru berkaitan dengan
protein menunjukan bahwa elemen makro dan mikro dapat berinteraksi
untuk melakukan fungsi yang berbeda dalam tubuh(Susanti dan
Hidayat,2016).
Pembagian tingkat organisasi struktur protein ada empat kelas yakni
struktur primer, struktur sekunder, dan struktur tersier, struktur kuarter.
Strukrur primer adalah sekuens unik asam-asam aminonya. Struktur
sekunder merupakan akibat dari ikatan hidrogen diantara bagian- bagian
berulang pada tulang punggung polipeptida. Struktur tersier merupakan
bentuk keseluruhan polipeptida sebagai hasil dari interaksi antara rantai-
rantai samping (gugus R) yang berupa berbagai macam asam amino.
Struktur kuartener adalah struktur keseluruhan yang merupakan hasil dari
agregasi subunit-subunitpolipeptida (Campbell et al., 2008).
Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino.
Rumus umum untuk senyawa asam amino ialah
R – CH – COOH
I
NH2
Gambar 1. Struktur asam amino
(Poedjiadi, 1994).
Protein dibedakan atas protein sederhana dan protein majemuk.
Protein sederhana hanya tersusun atas asam amino sehingga pada
hidrolisisnya secara sempurna hanya menghasilkan alfa amino. Protein
sederhana yang larut dalam air antara lain Albumin, Pseudoglobulin,
Protamin, Histon sedangkan protein sederhana yang tidak larut dalam air
antara alain euglobulin, glutelin, prolamin. Protein majemuk tersusun atas
protein sederhana dan zat non-protein. Berdasarkan radikal prostetiknya,
protein majemuk dibedakan atas glikoprotein, kromoprotein, lipoprotein,
nucleoprotein, dan fosfoprotein(Sumardjo, 2006).
Asam amino merupakan komponen utama untuk menyusun
protein yang terbagi dalam dua sub kelompok, yaitu asam amino esensial
dan asam amino non esensial. Asam amino esensial tidak dapat diproduksi
dalam tubuh sehingga harus ditambahkan dalam bentuk makanan,
sedangkan asam amino non esensial dapat diproduksi dalam tubuh. Asam
amino esensial terdiri dari lysin, methionine, valin, beragam jenis makanan
yang tersedia di alam yang kaya akan satu jenis zat gizi, ada pula yang lebih
dari satu jenis zat gizi. Dan sebaliknya, ada pula yang miskin akan zat
gizi(Ginting dkk, 2017).
Klasifikasi protein secara struktur tersiernya terbagi menjadi
Fibrous dan Globular. Fibrous (protein benang / serat) bersifat kaku dan
tidak larut dalam air atau larutan garam encer, protein yang masuk dalam
golongan ini adalah kolagen dan keratin. Kolagen tidak larut dalam air dan
tidak dapat diuraikan oleh enzim, namun kolagen dapat diubah oleh
pemanasan dalam air mendidih, oleh larutan asam atau basa encer menjadi
gelatin yang mudah larut dan dapat dicernakan, protein elastin yang
terdapat dalam jaringan elastik yang memiliki banyak hal serupa dengan
kolagen, tetapi tidak dapat diubah menjadi gelatin. Keratin adalah protein
yang terdapat dalam bulu domba, sutera alam, rambut, kulit, kuku, dan
sebagainya, strukturnya terdiri atas rantai polipeptida yang berbentuk alfa
heliks yang apabila dipanaskan akan merubah konformasi menjadi
lembaran berlipat paralel, yang dikarenakan ikatan hidrogennya terputus
(Poedjiadi, 1994).
Protein globular umumnya berbentuk bulat atau elips dan terdiri atas
rantai polipeptida yang berlipat. Umumnya bersifat dapat larut dalam air,
dalam larutan asam atau basa dan dalam etanol. Beberapa jenis protein
globular yaitu albumin, globulin, histon dan protamin. Albumin adalah
protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas,
albumin antara lain terdapat pada serum darah, dan bagian putih telur.
Globulin mempunyai sifat sukar larut dalam air murni, tetapi dapat larut
dalam larutan garam netral, misalnya NaCl encer. Globulin antara lain
terdapat dalam serum darah, otot, dan jaringan lain. Histon adalah protein
yang mempunyai sifat basa dan dapat larut dalam air, histon terdapat dalam
inti sel dalam bentuk ikatan dengan asam nukleat dan dapat juga diperoleh
dari kelenjar pancreas. Protamin dalah suatu protein yang bersifat basa
seperti histon, tidak mengandung tirosin dan triptophan, tetapi mangandung
banyak arginin. Protamin berikatan dengan asam nukleat dan terdapat dalm
sel sperma ikan (Poedjiadi, 1994).
Protein gabungan adalah protein yang berikatan dengan senyawa yang
bukan protein. Gugus bukan protein ini disebut gugus prostetik. Ada
beberapa jenis protein gabungan antara lain mukoprotein, glikoprotein,
lipoprotein, dan nukleoprotein (Poedjiadi, 1994).
Protein yang berada diatas pH isoelektrik dan menyebabkan protein
akan bermuatan negatif. Hal ini akan menimbulkan gaya tolak menolak
antar partikel-partikel negatif dan mencegah terjadinya agregasi.
Penambahan asam akan membuat protein berada pada pH isoelektriknya
sebagai akibat kation (H+) pada gugus karboksilat dari asam akan
menetralkan muatan negatif pada kation. Derajat keasaman isoelektrik
adalah pH dimana muatan gugus amino dan karboksil dari protein akan
saling menetralkan sehingga molekul akan bermuatan nol. Derajat
keasaman isoelektrik inilah protein akan mengalami denaturasi sehingga
terjadi penggabungan partikel-partikel terdispersi membentuk agregat. Hal
ini akan membuat emulsi pecah sehingga minyak akan keluar (Fachry et
al., 2007).
Sifat-sifat protein antara lain ionisasi, denaturasi, viskositas.
Ionisasi, protein yang larut dalam air akan membentuk ion yang mempunyai
muatan positif dan negatif. Suasana asam molekul protein akan membentuk
ion positif, sedangkan dalam suasana basa akan membentuk ion negatif.
Protein mempunyai muatan positif dan negatif yang sama pada titik
isoelestrik, sehingga tidak bergerak ke arah elektroda positif maupun
negatif apabila ditempatkan di antara kedua elektroda tersebut. Protein
bermuatan negatif pada pH di atas titik isoelektrik, sedangkan di bawah titik
isoelektrik protein bermuatan positif (Poedjiadi, 1994).
Denaturasi merupakan perubahan konformasi alamiah menjadi
suatu konformasi yang tidak menentu. Penggumpalan protein biasanya
didahului oleh proses denaturasi yang berlangsung dengan baik pada titik
isoelektrik protein tersebut. Protein akan mengalami koagulasi apabila
dipanaskan pada suhu 50oC atau lebih. Selain pH, suhu tinggi, dan ion
logam berat, deanturasi dapat pula terjadi oleh adanya gerakan mekanik,
alkohol, aseton, eter, dan detergen. Viskositas adalah tahanan yang timbul
oleh adanya gesekan antara molekul-molekul di dalam zat cair yang
mengalir. Suatu larutan protein dalam air mempunyai viskositas atau
kekentalan yang relatif lebih besar daripada viskositas air sebagai
pelarutnya (Poedjiadi, 1994).
Tingkat protein serum normal adalah 6 sampai 8 g/dl. Albumin
membuat 3,5 – 5,0 g/dl, dan sisanya adalah total globulin. Nilai-nilai ini
dapat bervariasi sesuai dengan laboratorium individu. Metode yang paling
banyak digunakan untuk mengukur protein serum adalah reaksi biuret.
Prinsip reaksi ini adalah bahwa protein serum bereaksi dengan tembaga
sulfat sodium hidroksida untuk membentuk violet "biuret" kompleks.
Intensitas warna violet sebanding dengan konsentrasi protein (Busher,
1990).
Albumin umumnya diukur dengan teknik pewarna mengikat yang
memanfaatkan kemampuan albumin untuk membentuk kompleks stabil
dengan Bromocresol pewarna hijau. Kompleks BCG-albumin menyerap
cahaya pada panjang gelombang yang berbeda dari pewarna terikat.
Metode ini dapat melebih-lebihkan albumin dengan mengikat protein lain.
Fraksi globulin total umumnya ditentukan dengan mengurangi albumin dari
total protein (Busher, 1990)
Busher (1990) menyatakan bahwa albumin membuat lebih dari
setengah dari total protein hadir dalam serum. Sekitar 30 sampai 40% dari
total kolam renang albumin tubuh ditemukan dalam kompartemen
intravaskular sisanya adalah ekstravaskular dan terletak di ruang interstitial,
terutama dari otot-otot dan kulit. Albumin juga ditemukan dalam jumlah kecil
di berbagai cairan jaringan tubuh seperti keringat, air mata, asam lambung,
dan empedu. Albumin berfungsi dalam transportasi bilirubin, hormon,
logam, vitamin, dan obat-obatan. Ini memiliki peran penting dalam
metabolisme lemak dengan mengikat asam lemak dan menjaga mereka
dalam bentuk larut dalam plasma. Albumin disintesis di hati. Laju sintesis
adalah konstan pada individu normal pada 150 sampai 250 mg/kg/hari,
sehingga produksi 10 sampai 18 g albumin setiap hari pada seorang pria
70 kg. Hati memproduksi albumin kurang dari setengah dari kapasitasnya.
Faktor utama yang mempengaruhi adalah sintesis albumin termasuk
protein dan nutrisi asam amino, tekanan osmotik koloid, aksi hormon
tertentu, dan keadaan sakit. Penurunan sintesis albumin disebabkan oleh
penyakit hati stadium akhir, sindrom malabsorpsi usus, dan protein kalori
gizi buruk. Konsekuensi dari penurunan albumin serum adalah pergeseran
cairan dari intravaskular ke ruang interstitial, sehingga penurunan volume
intravaskular dan pembentukan edema.
Fraksi globulin mencakup ratusan protein serum termasuk
protein pembawa, enzim, pelengkap, dan immunoglobulin, sebagian besar
disintesis di hati, meskipun immunoglobulin disintesis oleh sel plasma.
Fraksi α1, α2, β dan γ, tergantung pada pola migrasi mereka antara anoda
dan katoda. Kenaikan atau penurunan fraksi globulin harus dievaluasi oleh
elektroforesis serum, pola ini harus diperiksa secara visual (Busher,1990).
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum protein antara lain
tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung, gelas ukur, corong, sendok, penjepit
tabung, pengaduk, pembakar spiritus, korek api, dan stopwatch.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum protein antara lain
larutan albumin 1%, ZnSO4 encer 0,45%, larutan kasein 1%, asam
sulfosalisilat 20%, larutan esbach, kalium ferosianida, asam asetat glasial,
asam wolframat 20%, (NH4)SO4 padat, akuades, alkohol pekat, H2O, KOH
10%, NaOH 40%, 0,1% CuSO4, HgSO4 10%, NaNO2 1%, larutan
formaldehid encer, H2SO4 pekat, HNO3 pekat, NH4OH, reagen Molisch,
serum encer, khlorofenol merah, asam asetat 2%, Na2CO3, NaOH, brom
kresol hijau, amonium molibdat, larutan gelatin, (NH4)2SO4 padat, kalium
ferosianida.
Metode
Pengendapan
Uji Pengendapan dengan Logam Berat. Dua tabung reaksi
disiapkan. Tabung I diisi 1 ml albumin 1% ditambahkan dengan 3 tetes
0,45% ZnSO4 encer, kemudian diamati yang terjadi pada larutan, lalu
ditambahkan lagi ZnSO4 0,45% berlebihan (sampai larutan berubah
menjadi sedikit lebih bening). Tabung II diisi 0,5 ml larutan kasein 1%
ditambah dengan 2 ml ZnSO4 encer, diamati perubahannya, lalu
ditambahkan ZnSO4 encer berlebihan (sampai larutan berubah menjadi
sedikit lebih bening).
Uji Pengendapan dengan Alkaloid. Disiapkan 4 tabung reaksi.
Tabung 1 diisi 1 ml larutan albumin 1% ditambahkan 5 tetes asam
sulfosalisilat 20%. Tabung 2 diisi 2 ml larutan albumin 1% ditambahkan 2
ml larutan Esbach. Tabung 3 diisi 2 ml larutan albumin 1% ditambahkan 2
ml kalium ferrosianida dan 5 tetes asam asetat glasial. Tabung 4 diisi 2 ml
larutan albumin 1% ditambahkan 20% asam wolframat hingga mengendap.
Diamati masing-masing tabung yang terjadi.
Uji Pengendapan dengan Garam Netral dan Alkohol. Disiapkan 2
tabung reaksi. Tabung 1 diisi 5 ml larutan albumin 1% ditambahkan 1
sendok pengaduk (NH4)SO4 padat lalu digojok dan diencerkan dengan
akuades sampai larut. Tabung 2 diisi 2 tetes larutan albumin 1%
ditambahkan 2 ml alcohol pekat, lalu diencerkan dengan akuades. Diamati
masing-masing tabung yang terjadi.
Reaksi Warna
Uji Biuret. Ditambahkan 2 ml larutan (putih telur) dalam tabung
reaksi. Dituangkan dengan 2 ml 10% KOH atau 1 ml 40% NaOH, kemudian
ditambahkan beberapa tetes larutan 0,1% CuSO4. Setelah itu dicampurkan
dan diamati warnanya.
Uji Millon. Ditambahkan 1 ml larutan protein ditambah dengan 1 ml
larutan merkuri sulfat (1% HgSO4 dituangkan ke dalam 10% asam sulfat ;
dibandingkan). Kemudian dipanaskan sampai mendidih. Dicatat
perubahannya lalu didinginkan dibawah air mengalir lalu ditambahkan
setetes demi setetes 1% larutan NaNO2, setelah itu dipanaskan kembali
dan dicata perubahannya.
Uji Hopskin-Cole. Dituangkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1
ml larutan protein dan 1 ml larutan formaldehida encer. Kemudian
ditambahkan 1ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung sehingga terjadi dua
lapisan. Kemudian diamati apa yang terjadi, setelah itu digojok.
Uji Xanthoprotein. Sebanyak 3 ml larutan albumin 1% ditambah
dengan 1 ml HNO3 pekat, kemudian dipanaskan dengan bunsen sampai
mendidih, didinginkan, lalu larutan dibagi menjadi dua tabung. Tabung I
ditetesi NH4OH beberapa tetes (5 - 6 tetes), sedangkan tabung II tanpa
penambahan NH4OH. Perubahan warna pada kedua tabung dibandingkan
dan dicatat.
Uji Molisch. Disiapkan 4 tabung reaksi diisikan larutan 1 ml 0,02M
glukosa yaitu masing-masing 1 ml 0,001M selulosa, 1 ml 0,7% larutan pati,
1 ml furfural 0,01M. Kemudian segera ditambahkan ke dalam masing-
masing tabung 2 tetes larutn 5% naftol di dalam alcohol dan dicampur baik
baik. Kemudian ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung,
sehingga terjadi 2 lapisan, diamati timbulnya warna pada perbtasan kedua
lapisan tersebut.
Perbedaan Sifat Protein
Uji Albumin dan Globulin. Ditambahkan ke dalam 2 tabung reaksi
yang masing-masing berisi 2 ml serum encer dan ditambahkan 1 atau 2
tetes asam sulfosalisilat pada tabung yang pertama dan 1 tetes khlorofenol
merah pada tabung ke dua. Kemudian dicatat warna endapan yang terjadi
lalu di dalam tabung yang ke dua ditambah 2% asam asetat dengan hati-
hati sedemikian rupa sehingga warna larutan hilang. Dipanaskan sampai
terjadi endapan, kemudian di didinginkan lalu dibuktikan bahwa endapan itu
tidak larut dalam asam, maupun basa encer.
Uji Kasein. Sebanyak 2,5 ml larutan kasein 1% ditambahkan 1 ml
akuades dan 2 ml NaOH 10% encer. Kemudian ditambahkan juga 2 tetes
bromkresol hijau dan 2 tetes asam asetat glasial. Diamati reaksi yang
terjadi.
Uji Neuman terhadap Kasein. Sebanyak 2,5 ml larutan kasein 1%
ditambahkan 5 tetes HNO3 pekat dan 10 tetes H2SO4 pekat, lalu dipanaskan
sampai mendidih. Selanjutnya setelah didinginkan ditambahkan ammonium
molibdat dan dipanaskan lagi selama 10 menit. Diamati reaksi warna yang
terjadi.
Uji Gelatin. Dua tabung reaksi diisi masing-masing satu sendok kecil
gelatin ditambah dengan 10 ml akuades, kemudian dipanaskan
menggunakan penangas sampai gelatin larut. Larutan didinginkan dengan
dialirkan air kran pada permukaan luar tabung, selanjutnya diuji warna yang
meliputi uji Biuret, uji Millon, uji Hopskin-Cole, uji Xanthoprotein, dan uji
Molisch. Perubahan warna yang terjadi pada masing-masing uji diamati dan
dicatat.
Reaksi Pengendapan
Disiapkan 2 tabung reaksi, masing-masing tabung diisi 2,5 ml larutan
hasil preparasi Uji Gelatin. Kemudian tabung 1 ditambahkan 1 sendok
pengaduk ammonium sulfat padat dan tabung 2 ditambahkan 2 ml kalium
ferosianida dan 5 tetes asam asetat glasial. Diamati masing-masing tabung
reaksi yang terjadi.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas terbentuk larutan ungu, hal ini terjadi karena
adanya cupripotasium biuret atau cuprisodium biuret. Jadi, dari percobaan
tersebut mengandung ikatan peptida pada protein. Suyatno et al (2010)
menyatakan bahwa terbentuknya warna ungu akibat pembentukan komplek
Biuret yang merupakan komplek koordinasi dari atom Cu2+ pada reagen
Biuret dengan empat atom nitrogen pada untai peptida/protein dalam
larutan alkalin. Berdasarkan uji Biuret yang telah dilakukan, diketahui
bahwa hasil percobaan telah sesuai dengan teori literatur.
Uji Millon. Tujuannya adalah untuk mengetahui adanya asam amino
tirosin. Prinsip kerja uji millon adalah terjadi ikatan Hg dengan gugus
hidroksifenil dari asam amino tirosin. Hg berikatan dengn NaNO2
membentuk HgNO3. Karena pemanasan membentuk endapan merah.
Praktikum uji millon dilakukan dengan penambahan 1 ml HgSO4 1%
kedalam larutan albumin 1% yang berfungsi agar membentuk ikatan antara
Hg dengan gugus hidroksifonil dari asam amino tirosin yang membentuk
HgNO3. Dipanaskan sampai mendidih selama 10 menit agar semua
senyawa larut dan membentuk endapan merah lalu didinginkan dengan
mengalirkan air kran di permukaan luar tabung. Setelah didinginkan
ditambah sedikit NaNO3 kristal (ujung sendok pengaduk) lalu dipanaskan
10 menit.
Tabel 5. Hasil uji Millon
Tabung Perlakuan Hasil
Tabung 1 + larutan HgSO4 1% Setelah dipanaskan
Dipanaskan berubah endapan
+ NaNO3 kristal atau putih lalu setelah
NaNO2 (2 – 5 tetes) ditambahkan NaNO3
dipanaskan kristal atau di ganti
dengan NaNO2
menjadi endapan
merah muda/ pink
Berdasarkan tabel diatas kasein tidak larut tapi berwarna biru tanpa
endapan karena penambahan NaOH, Brom kreosol hijau sebagai indikator
perubahan pH. Penambahan asam mengakibatkan larutan kembali menjadi
berwarna biru tanpa endapan. Tsuroyya (2014) menyatakan bahwa seperti
halnya asam amino, protein susu (kasein) juga bersifat amfoter. Protein
dalam susu mencapai 3,25%. Struktur primer terdiri dari rantai polipeptida
dari asam-asam amino yang disatukan ikatan-ikatan peptida. Protein juga
memiliki pH isoelektrik tertentu. Derajat keasaman isoelektrik merupakan
suatu nilai pH dimana jumlah muatan listrik positif sama dengan muatan
negatifnya. Derajat keasaman tersebut, protein tidak bermuatan positif
maupun negatif, sehingga dapat membentuk agregat (gumpalan-gumpalan
yang keruh) dan mengendap, karena sebagian protein menunjukkan
kelarutan yang minimal pada pH isoelektriknya. Sifat amfoter inilah yang
akan digunakan untuk memisahkan atau mengisolasi kasein dari susu.
Berdasarkan uji Kasein yang telah dilakukan, diketahui bahwa hasil
percobaan telah sesuai dengan teori literatur.
Uji Neuman terhadap kasein. Tujuannya adalah untuk mengetahui
adanya phosphor dalam kasein. Uji Neuman terhadap kasein memiliki
prinsip kerja phosphor pada kasein terlepas dengan penambahan HNO 3
dan H2SO4 membentuk H(PO4)-. Amonium molibdat berikatan dengan
(HPO4)-membentuk endapan ammonium phosphomolibdat.
Table 11. Hasil uji perbedaan sifat protein uji Neuman terhadap kasein
Tabung Perlakuan Hasil
Tabung 1 + HNO3 pekat Terdapat endapan
+ H2SO4 pekat berwarna kuning
dan dipanaskan