Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DASAR

ACARA II
PROTEIN

Disusun oleh :
Kelompok XXIII
Yahya Mahmudi Alkafi PT/07781
Alfred Indra Wijaya PT/07794
Dewi Rahmasari PT/07807
Fransisca Gani Padmawati PT/07819
Fulki Almas Assalim PT/07822
Luthfiya Ainun Sutama PT/07838
Asisten : Dosi Nur Wigati

LABORATORIUM BIOKIMIA DASAR


DEPARTEMEN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
ACARA II
PROTEIN

Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengendapan
protein dengan penambahan logam berat, pereaksi alkaloid, asam amino
terosin, tryptophan, asam amino aromatik dan identifikasi gugus
karbohidrat, selain itu untuk mengetahui hidrolisis protein, untuk
mengetahui adanya phosphor dalam kasein. mengetahui perbedaan
macam-macam protein, kelarutan, kasein, gelatin, adanya fosfor dalam
protein, dan reaksi pengendapan.
Tinjauan Pustaka
Protein adalah makromolekul yang tersusun atas bahan dasar asam
amino. Protein terdapat pada semua sistem hidup semua organisme baik
pada tingkat tinggi maupun organisme tingkat rendah. Asam amino yang
menyusun protein ada 20 macam. Makrokmolekul yang tersusun atas
bahan dasar asam amino polimer panjang yang tersusun atas asam amino,
yang biasa dinamakan residu terutama pada saat suatu protein mengalami
degradasi protein. Hal tersebut dapat digunakan untuk memastikan sekuen-
sekuen asam amino yang telah terikat secara kovalen oleh ikatan-ikatan
peptide. Secara alamiah, protein memiliki dua puluh jenis asam amino yang
berbeda(Elrod dan William,2002).
Protein dalam tubuh manusia berperan sebagai pembentuk butir-
butir darah. Hemopoiesis adalah pembentukan eritrosit dengan hemoglobin
di dalamnya. Di dalam tubuh, zat besi tidak terdapat bebas, tetapi
berasosiasi dengan protein membentuk feritin sehingga pada kondisi
transport zat besi berasosisasi dengan protein membentuk
transferin(Andarina dan Sri, 2006).
Fungsi protein lebih diutamakan untuk sintesis protein-protein baru
sesuai kebutuhan tubuh, sementara karbohidrat dan lipida digunakan untuk
menjamin ketersediaan energi tubuh. Diet protein secara sempurna akan
dihidrolisis oleh saluran gastrointestinal dan hanya asam amino bebas yang
dapat diserap usus. Kemudian asam amino dan peptide yang terbentuk dari
pencernaan protein alami akan diabsorpsi dan di anabolisme di berbagai
jaringan dan organ sebagai protein tubuh. Konsep baru berkaitan dengan
protein menunjukan bahwa elemen makro dan mikro dapat berinteraksi
untuk melakukan fungsi yang berbeda dalam tubuh(Susanti dan
Hidayat,2016).
Pembagian tingkat organisasi struktur protein ada empat kelas yakni
struktur primer, struktur sekunder, dan struktur tersier, struktur kuarter.
Strukrur primer adalah sekuens unik asam-asam aminonya. Struktur
sekunder merupakan akibat dari ikatan hidrogen diantara bagian- bagian
berulang pada tulang punggung polipeptida. Struktur tersier merupakan
bentuk keseluruhan polipeptida sebagai hasil dari interaksi antara rantai-
rantai samping (gugus R) yang berupa berbagai macam asam amino.
Struktur kuartener adalah struktur keseluruhan yang merupakan hasil dari
agregasi subunit-subunitpolipeptida (Campbell et al., 2008).
Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino.
Rumus umum untuk senyawa asam amino ialah
R – CH – COOH
I
NH2
Gambar 1. Struktur asam amino
(Poedjiadi, 1994).
Protein dibedakan atas protein sederhana dan protein majemuk.
Protein sederhana hanya tersusun atas asam amino sehingga pada
hidrolisisnya secara sempurna hanya menghasilkan alfa amino. Protein
sederhana yang larut dalam air antara lain Albumin, Pseudoglobulin,
Protamin, Histon sedangkan protein sederhana yang tidak larut dalam air
antara alain euglobulin, glutelin, prolamin. Protein majemuk tersusun atas
protein sederhana dan zat non-protein. Berdasarkan radikal prostetiknya,
protein majemuk dibedakan atas glikoprotein, kromoprotein, lipoprotein,
nucleoprotein, dan fosfoprotein(Sumardjo, 2006).
Asam amino merupakan komponen utama untuk menyusun
protein yang terbagi dalam dua sub kelompok, yaitu asam amino esensial
dan asam amino non esensial. Asam amino esensial tidak dapat diproduksi
dalam tubuh sehingga harus ditambahkan dalam bentuk makanan,
sedangkan asam amino non esensial dapat diproduksi dalam tubuh. Asam
amino esensial terdiri dari lysin, methionine, valin, beragam jenis makanan
yang tersedia di alam yang kaya akan satu jenis zat gizi, ada pula yang lebih
dari satu jenis zat gizi. Dan sebaliknya, ada pula yang miskin akan zat
gizi(Ginting dkk, 2017).
Klasifikasi protein secara struktur tersiernya terbagi menjadi
Fibrous dan Globular. Fibrous (protein benang / serat) bersifat kaku dan
tidak larut dalam air atau larutan garam encer, protein yang masuk dalam
golongan ini adalah kolagen dan keratin. Kolagen tidak larut dalam air dan
tidak dapat diuraikan oleh enzim, namun kolagen dapat diubah oleh
pemanasan dalam air mendidih, oleh larutan asam atau basa encer menjadi
gelatin yang mudah larut dan dapat dicernakan, protein elastin yang
terdapat dalam jaringan elastik yang memiliki banyak hal serupa dengan
kolagen, tetapi tidak dapat diubah menjadi gelatin. Keratin adalah protein
yang terdapat dalam bulu domba, sutera alam, rambut, kulit, kuku, dan
sebagainya, strukturnya terdiri atas rantai polipeptida yang berbentuk alfa
heliks yang apabila dipanaskan akan merubah konformasi menjadi
lembaran berlipat paralel, yang dikarenakan ikatan hidrogennya terputus
(Poedjiadi, 1994).
Protein globular umumnya berbentuk bulat atau elips dan terdiri atas
rantai polipeptida yang berlipat. Umumnya bersifat dapat larut dalam air,
dalam larutan asam atau basa dan dalam etanol. Beberapa jenis protein
globular yaitu albumin, globulin, histon dan protamin. Albumin adalah
protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas,
albumin antara lain terdapat pada serum darah, dan bagian putih telur.
Globulin mempunyai sifat sukar larut dalam air murni, tetapi dapat larut
dalam larutan garam netral, misalnya NaCl encer. Globulin antara lain
terdapat dalam serum darah, otot, dan jaringan lain. Histon adalah protein
yang mempunyai sifat basa dan dapat larut dalam air, histon terdapat dalam
inti sel dalam bentuk ikatan dengan asam nukleat dan dapat juga diperoleh
dari kelenjar pancreas. Protamin dalah suatu protein yang bersifat basa
seperti histon, tidak mengandung tirosin dan triptophan, tetapi mangandung
banyak arginin. Protamin berikatan dengan asam nukleat dan terdapat dalm
sel sperma ikan (Poedjiadi, 1994).
Protein gabungan adalah protein yang berikatan dengan senyawa yang
bukan protein. Gugus bukan protein ini disebut gugus prostetik. Ada
beberapa jenis protein gabungan antara lain mukoprotein, glikoprotein,
lipoprotein, dan nukleoprotein (Poedjiadi, 1994).
Protein yang berada diatas pH isoelektrik dan menyebabkan protein
akan bermuatan negatif. Hal ini akan menimbulkan gaya tolak menolak
antar partikel-partikel negatif dan mencegah terjadinya agregasi.
Penambahan asam akan membuat protein berada pada pH isoelektriknya
sebagai akibat kation (H+) pada gugus karboksilat dari asam akan
menetralkan muatan negatif pada kation. Derajat keasaman isoelektrik
adalah pH dimana muatan gugus amino dan karboksil dari protein akan
saling menetralkan sehingga molekul akan bermuatan nol. Derajat
keasaman isoelektrik inilah protein akan mengalami denaturasi sehingga
terjadi penggabungan partikel-partikel terdispersi membentuk agregat. Hal
ini akan membuat emulsi pecah sehingga minyak akan keluar (Fachry et
al., 2007).
Sifat-sifat protein antara lain ionisasi, denaturasi, viskositas.
Ionisasi, protein yang larut dalam air akan membentuk ion yang mempunyai
muatan positif dan negatif. Suasana asam molekul protein akan membentuk
ion positif, sedangkan dalam suasana basa akan membentuk ion negatif.
Protein mempunyai muatan positif dan negatif yang sama pada titik
isoelestrik, sehingga tidak bergerak ke arah elektroda positif maupun
negatif apabila ditempatkan di antara kedua elektroda tersebut. Protein
bermuatan negatif pada pH di atas titik isoelektrik, sedangkan di bawah titik
isoelektrik protein bermuatan positif (Poedjiadi, 1994).
Denaturasi merupakan perubahan konformasi alamiah menjadi
suatu konformasi yang tidak menentu. Penggumpalan protein biasanya
didahului oleh proses denaturasi yang berlangsung dengan baik pada titik
isoelektrik protein tersebut. Protein akan mengalami koagulasi apabila
dipanaskan pada suhu 50oC atau lebih. Selain pH, suhu tinggi, dan ion
logam berat, deanturasi dapat pula terjadi oleh adanya gerakan mekanik,
alkohol, aseton, eter, dan detergen. Viskositas adalah tahanan yang timbul
oleh adanya gesekan antara molekul-molekul di dalam zat cair yang
mengalir. Suatu larutan protein dalam air mempunyai viskositas atau
kekentalan yang relatif lebih besar daripada viskositas air sebagai
pelarutnya (Poedjiadi, 1994).
Tingkat protein serum normal adalah 6 sampai 8 g/dl. Albumin
membuat 3,5 – 5,0 g/dl, dan sisanya adalah total globulin. Nilai-nilai ini
dapat bervariasi sesuai dengan laboratorium individu. Metode yang paling
banyak digunakan untuk mengukur protein serum adalah reaksi biuret.
Prinsip reaksi ini adalah bahwa protein serum bereaksi dengan tembaga
sulfat sodium hidroksida untuk membentuk violet "biuret" kompleks.
Intensitas warna violet sebanding dengan konsentrasi protein (Busher,
1990).
Albumin umumnya diukur dengan teknik pewarna mengikat yang
memanfaatkan kemampuan albumin untuk membentuk kompleks stabil
dengan Bromocresol pewarna hijau. Kompleks BCG-albumin menyerap
cahaya pada panjang gelombang yang berbeda dari pewarna terikat.
Metode ini dapat melebih-lebihkan albumin dengan mengikat protein lain.
Fraksi globulin total umumnya ditentukan dengan mengurangi albumin dari
total protein (Busher, 1990)
Busher (1990) menyatakan bahwa albumin membuat lebih dari
setengah dari total protein hadir dalam serum. Sekitar 30 sampai 40% dari
total kolam renang albumin tubuh ditemukan dalam kompartemen
intravaskular sisanya adalah ekstravaskular dan terletak di ruang interstitial,
terutama dari otot-otot dan kulit. Albumin juga ditemukan dalam jumlah kecil
di berbagai cairan jaringan tubuh seperti keringat, air mata, asam lambung,
dan empedu. Albumin berfungsi dalam transportasi bilirubin, hormon,
logam, vitamin, dan obat-obatan. Ini memiliki peran penting dalam
metabolisme lemak dengan mengikat asam lemak dan menjaga mereka
dalam bentuk larut dalam plasma. Albumin disintesis di hati. Laju sintesis
adalah konstan pada individu normal pada 150 sampai 250 mg/kg/hari,
sehingga produksi 10 sampai 18 g albumin setiap hari pada seorang pria
70 kg. Hati memproduksi albumin kurang dari setengah dari kapasitasnya.
Faktor utama yang mempengaruhi adalah sintesis albumin termasuk
protein dan nutrisi asam amino, tekanan osmotik koloid, aksi hormon
tertentu, dan keadaan sakit. Penurunan sintesis albumin disebabkan oleh
penyakit hati stadium akhir, sindrom malabsorpsi usus, dan protein kalori
gizi buruk. Konsekuensi dari penurunan albumin serum adalah pergeseran
cairan dari intravaskular ke ruang interstitial, sehingga penurunan volume
intravaskular dan pembentukan edema.
Fraksi globulin mencakup ratusan protein serum termasuk
protein pembawa, enzim, pelengkap, dan immunoglobulin, sebagian besar
disintesis di hati, meskipun immunoglobulin disintesis oleh sel plasma.
Fraksi α1, α2, β dan γ, tergantung pada pola migrasi mereka antara anoda
dan katoda. Kenaikan atau penurunan fraksi globulin harus dievaluasi oleh
elektroforesis serum, pola ini harus diperiksa secara visual (Busher,1990).
Materi dan Metode

Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum protein antara lain
tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung, gelas ukur, corong, sendok, penjepit
tabung, pengaduk, pembakar spiritus, korek api, dan stopwatch.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum protein antara lain
larutan albumin 1%, ZnSO4 encer 0,45%, larutan kasein 1%, asam
sulfosalisilat 20%, larutan esbach, kalium ferosianida, asam asetat glasial,
asam wolframat 20%, (NH4)SO4 padat, akuades, alkohol pekat, H2O, KOH
10%, NaOH 40%, 0,1% CuSO4, HgSO4 10%, NaNO2 1%, larutan
formaldehid encer, H2SO4 pekat, HNO3 pekat, NH4OH, reagen Molisch,
serum encer, khlorofenol merah, asam asetat 2%, Na2CO3, NaOH, brom
kresol hijau, amonium molibdat, larutan gelatin, (NH4)2SO4 padat, kalium
ferosianida.

Metode
Pengendapan
Uji Pengendapan dengan Logam Berat. Dua tabung reaksi
disiapkan. Tabung I diisi 1 ml albumin 1% ditambahkan dengan 3 tetes
0,45% ZnSO4 encer, kemudian diamati yang terjadi pada larutan, lalu
ditambahkan lagi ZnSO4 0,45% berlebihan (sampai larutan berubah
menjadi sedikit lebih bening). Tabung II diisi 0,5 ml larutan kasein 1%
ditambah dengan 2 ml ZnSO4 encer, diamati perubahannya, lalu
ditambahkan ZnSO4 encer berlebihan (sampai larutan berubah menjadi
sedikit lebih bening).
Uji Pengendapan dengan Alkaloid. Disiapkan 4 tabung reaksi.
Tabung 1 diisi 1 ml larutan albumin 1% ditambahkan 5 tetes asam
sulfosalisilat 20%. Tabung 2 diisi 2 ml larutan albumin 1% ditambahkan 2
ml larutan Esbach. Tabung 3 diisi 2 ml larutan albumin 1% ditambahkan 2
ml kalium ferrosianida dan 5 tetes asam asetat glasial. Tabung 4 diisi 2 ml
larutan albumin 1% ditambahkan 20% asam wolframat hingga mengendap.
Diamati masing-masing tabung yang terjadi.
Uji Pengendapan dengan Garam Netral dan Alkohol. Disiapkan 2
tabung reaksi. Tabung 1 diisi 5 ml larutan albumin 1% ditambahkan 1
sendok pengaduk (NH4)SO4 padat lalu digojok dan diencerkan dengan
akuades sampai larut. Tabung 2 diisi 2 tetes larutan albumin 1%
ditambahkan 2 ml alcohol pekat, lalu diencerkan dengan akuades. Diamati
masing-masing tabung yang terjadi.
Reaksi Warna
Uji Biuret. Ditambahkan 2 ml larutan (putih telur) dalam tabung
reaksi. Dituangkan dengan 2 ml 10% KOH atau 1 ml 40% NaOH, kemudian
ditambahkan beberapa tetes larutan 0,1% CuSO4. Setelah itu dicampurkan
dan diamati warnanya.
Uji Millon. Ditambahkan 1 ml larutan protein ditambah dengan 1 ml
larutan merkuri sulfat (1% HgSO4 dituangkan ke dalam 10% asam sulfat ;
dibandingkan). Kemudian dipanaskan sampai mendidih. Dicatat
perubahannya lalu didinginkan dibawah air mengalir lalu ditambahkan
setetes demi setetes 1% larutan NaNO2, setelah itu dipanaskan kembali
dan dicata perubahannya.
Uji Hopskin-Cole. Dituangkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1
ml larutan protein dan 1 ml larutan formaldehida encer. Kemudian
ditambahkan 1ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung sehingga terjadi dua
lapisan. Kemudian diamati apa yang terjadi, setelah itu digojok.
Uji Xanthoprotein. Sebanyak 3 ml larutan albumin 1% ditambah
dengan 1 ml HNO3 pekat, kemudian dipanaskan dengan bunsen sampai
mendidih, didinginkan, lalu larutan dibagi menjadi dua tabung. Tabung I
ditetesi NH4OH beberapa tetes (5 - 6 tetes), sedangkan tabung II tanpa
penambahan NH4OH. Perubahan warna pada kedua tabung dibandingkan
dan dicatat.
Uji Molisch. Disiapkan 4 tabung reaksi diisikan larutan 1 ml 0,02M
glukosa yaitu masing-masing 1 ml 0,001M selulosa, 1 ml 0,7% larutan pati,
1 ml furfural 0,01M. Kemudian segera ditambahkan ke dalam masing-
masing tabung 2 tetes larutn 5% naftol di dalam alcohol dan dicampur baik
baik. Kemudian ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung,
sehingga terjadi 2 lapisan, diamati timbulnya warna pada perbtasan kedua
lapisan tersebut.
Perbedaan Sifat Protein
Uji Albumin dan Globulin. Ditambahkan ke dalam 2 tabung reaksi
yang masing-masing berisi 2 ml serum encer dan ditambahkan 1 atau 2
tetes asam sulfosalisilat pada tabung yang pertama dan 1 tetes khlorofenol
merah pada tabung ke dua. Kemudian dicatat warna endapan yang terjadi
lalu di dalam tabung yang ke dua ditambah 2% asam asetat dengan hati-
hati sedemikian rupa sehingga warna larutan hilang. Dipanaskan sampai
terjadi endapan, kemudian di didinginkan lalu dibuktikan bahwa endapan itu
tidak larut dalam asam, maupun basa encer.
Uji Kasein. Sebanyak 2,5 ml larutan kasein 1% ditambahkan 1 ml
akuades dan 2 ml NaOH 10% encer. Kemudian ditambahkan juga 2 tetes
bromkresol hijau dan 2 tetes asam asetat glasial. Diamati reaksi yang
terjadi.
Uji Neuman terhadap Kasein. Sebanyak 2,5 ml larutan kasein 1%
ditambahkan 5 tetes HNO3 pekat dan 10 tetes H2SO4 pekat, lalu dipanaskan
sampai mendidih. Selanjutnya setelah didinginkan ditambahkan ammonium
molibdat dan dipanaskan lagi selama 10 menit. Diamati reaksi warna yang
terjadi.
Uji Gelatin. Dua tabung reaksi diisi masing-masing satu sendok kecil
gelatin ditambah dengan 10 ml akuades, kemudian dipanaskan
menggunakan penangas sampai gelatin larut. Larutan didinginkan dengan
dialirkan air kran pada permukaan luar tabung, selanjutnya diuji warna yang
meliputi uji Biuret, uji Millon, uji Hopskin-Cole, uji Xanthoprotein, dan uji
Molisch. Perubahan warna yang terjadi pada masing-masing uji diamati dan
dicatat.
Reaksi Pengendapan
Disiapkan 2 tabung reaksi, masing-masing tabung diisi 2,5 ml larutan
hasil preparasi Uji Gelatin. Kemudian tabung 1 ditambahkan 1 sendok
pengaduk ammonium sulfat padat dan tabung 2 ditambahkan 2 ml kalium
ferosianida dan 5 tetes asam asetat glasial. Diamati masing-masing tabung
reaksi yang terjadi.
Hasil dan Pembahasan

Pengendapan dengan Logam Berat. Tujuannya adalah untuk


mengetahui adanya pengendapan protein dengan penambahan logam
berat. Prinsip kerja pengendapan dengan logam berat adalah protein akan
menggumpal saat mencapai titik isoelektrik. Penambahan ZnSO 4 sudah
lewat jenuh akan menyebabkan protein lewat titik isoelektrik dan ikatan Zn
dengan protein menjadi terlepas. Praktikum pengendapan dengan logam
berat dilakukan dengan menambahkan ZnSO4 sebagai gugus yang akan
digunakan untuk mengikat protein. Penambahan ZnSO4 secara berlebih
bertujuan melepas ikatan protein karena telah lewat titik isoelektrik (Maggy
Thenawidjadja dkk, 2017).
Tabel 1. Hasil uji pengendapan menggunakan logam berat
Tabung Perlakuan Hasil
Tabung 1 + ZnSO4 Bening dan tidak ada
endapan

+ ZnSO4 berlebihan Lebih bening dan tidak


terdapat endapan (8
tetes)
Tabung 2 + ZnSO4 Keruh dan tidak ada
endapan (12 tetes)

+ ZnSO4 berlebihan Berwarna bening dan


terdapat endapan
Berdasarkan tabel diatas protein telah mencapai titik isoelektrik
dengan terjadi pengendapan, tetapi penambahan ZnSO4 berlebihan
menyebabkan larutan kembali jernih. Sumardjo (2006) menyatakan bahwa
penggumpalan protein dan endapan yang terbentuk dapat disebabkan oleh
terjadinya koagulasi dan denaturasi protein. Denaturasi dapat mengubah
sifat protein menjadi sukar larut dalam air. Penggumpalan ini dapat
disebabkan oleh pemanasan, penambahan asam, penambahan enzim, dan
adanya logam berat.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya endapan protein oleh logam
berat adalah pada titik isoelektriknya. Protein akan berikatan antara
muatannya sendiri membentuk lipatan ke dalam sehingga terjadi
pengendapan yang relatif cepat. sedangkan saat telah lewat titik
isoelektriknya, protein akan kembali ke kondisi semula. Berdasarkan uji
Pengendapan pada Logam Berat yang telah dilakukan, diketahui bahwa
hasil percobaan telah sesuai dengan teori literatur.
Pengendapan dengan Alkaloid. Tujuannya adalah untuk
mengetahui adanya pengendapan protein dengan penambahan pereaksi
alkaloid. Prinsip kerja pengendapan dengan alkaloid adalah pereaksi
alkaloid merupakan molekul yang memiliki banyak anion sehingga akan
berikatan dengan muatan positif pada gugus amino yang menyebabkan
pengendapan. Praktikum pengendapan dengan alkaloid dilakukan dengan
menambahkan beberapa macam larutan alkaloid (asam sulfosalisilat,
larutan Esbach, kalium ferrosianida, asam wolframat) ke dalam 2 ml larutan
albumin yang berfungsi untuk mengikat muatan positif gugus amino yang
dimiliki oleh albumin.
Tabel 2. Hasil uji pengendapan menggunakan akaloid
Tabung Perlakuan Hasil
Tabung 1 + asam sulfosalisilat Endapan putih keruh

Tabung 2 +larutan esbach Endapan kuning

Tabung 3 + larutan Kalium Berwarna kuning


Ferrosianida kehijauan dan
+ asam alisilat glasial terdapat endapan
putih

Tabung 4 + asam wolframat Endapan putih pada 6


tetes
Berdasarkan tabel diatas semua tabung mengalami pengendapan
karena terjadi ikatan antara muatan negatif dan positif. Sumardjo (2006)
menyatakan bahwa penggumpalan protein dan endapan yang terbentuk
dapat disebabkan oleh terjadinya koagulasi dan denaturasi protein.
Denaturasi dapat mengubah sifat protein menjadi sukar larut dalam air.
Penggumpalan ini dapat disebabkan oleh pemanasan. Penambahan asam
penambahan enzim dan adanya logam berat. Berdasarkan uji
Pengendapan dengan Alkaloid yang telah dilakukan, diketahui bahwa hasil
percobaan telah sesuai dengan teori literatur.
Pengendapan dengan Garam Netral & Alkohol. Tujuannya adalah
untuk mengetahui adanya pengendapan protein dengan penambahan
garam netral dan alcohol. Prinsip kerja pengendapan dengan garam netral
dan alcohol adalah albumin mengendap pada garam dan alcohol pekat
tetapi larut dalam garam dan alcohol encer. Praktikum pengendapan
dengan garam netral dan alcohol dilakukan dengan menambahkan
(NH4)SO4 dan Alkohol pekat kedalam tabung berisi albumin yang bertujuan
mengendapkan protein yang ada dalam albumin kemudian ditambahkan
aquades setelahnya yang berfungsi untuk mengencerkan (NH4)SO4 dan
Alkohol pekat.
Tabel 3. Hasil uji pengendapan dengan garam netral dan alkohol
Tabung Perlakuan Hasil
Tabung 1 + (NH4)SO4 padat Terjadi endapan
+ akuades 16 tetes hingga bening

Tabung 2 + alkohol pekat Mengendap (putih)


+ akuades 100 tetes hingga larut

Berdasarkan tabel diatas albumin yang sudah diberi (NH4)SO4 padat


dan alkohol pekat menyebabkan endapan tetapi setelah diencerkan larutan
menjadi bening. Sumardjo (2006) menyatakan bahwa proses pemekatan
enzim lipase dapat dilakukan dengan metode pengendapan protein melalui
penambahan garam mineral. Literatur tersebut membuktikan bahwa enzim
yang merupakan protein, mengendap dengan penambahan garam mineral.
Berdasarkan uji Pengendapan dengan Garam Netral & Alkohol yang telah
dilakukan, diketahui bahwa hasil percobaan telah sesuai dengan teori
literatur.
Reaksi warna
Uji Biuret . Tujuannya adalah untuk mengetahui adanya ikatan
peptida pada protein. Prinsip kerja uji Biuret adalah apabila terjadi ikatan
antara Cu dari CuSO4 dengan N dari peptida dengan larutan basa kuat akan
membentuk Cupripotasium Biuret atau Cuprisodium Biuret yang berwarna
ungu. Praktikum uji Biuret dilakukan dengan penambahan NaOH yang
berfungsi untuk menaikkan pH larutan sehingga larutan protein albumin
berada dalam keadaaan basa kuat, setelah itu ditambahkan CuSO4 yang
berfungsi untuk mengikat N yang terdapat pada peptida.
Tabel 4. Hasil uji Biuret
Tabung Perlakuan Hasil
Tabung 1 + larutan NaOH 40% Larutan ungu
+ CuSO4 0,1%

Berdasarkan tabel diatas terbentuk larutan ungu, hal ini terjadi karena
adanya cupripotasium biuret atau cuprisodium biuret. Jadi, dari percobaan
tersebut mengandung ikatan peptida pada protein. Suyatno et al (2010)
menyatakan bahwa terbentuknya warna ungu akibat pembentukan komplek
Biuret yang merupakan komplek koordinasi dari atom Cu2+ pada reagen
Biuret dengan empat atom nitrogen pada untai peptida/protein dalam
larutan alkalin. Berdasarkan uji Biuret yang telah dilakukan, diketahui
bahwa hasil percobaan telah sesuai dengan teori literatur.
Uji Millon. Tujuannya adalah untuk mengetahui adanya asam amino
tirosin. Prinsip kerja uji millon adalah terjadi ikatan Hg dengan gugus
hidroksifenil dari asam amino tirosin. Hg berikatan dengn NaNO2
membentuk HgNO3. Karena pemanasan membentuk endapan merah.
Praktikum uji millon dilakukan dengan penambahan 1 ml HgSO4 1%
kedalam larutan albumin 1% yang berfungsi agar membentuk ikatan antara
Hg dengan gugus hidroksifonil dari asam amino tirosin yang membentuk
HgNO3. Dipanaskan sampai mendidih selama 10 menit agar semua
senyawa larut dan membentuk endapan merah lalu didinginkan dengan
mengalirkan air kran di permukaan luar tabung. Setelah didinginkan
ditambah sedikit NaNO3 kristal (ujung sendok pengaduk) lalu dipanaskan
10 menit.
Tabel 5. Hasil uji Millon
Tabung Perlakuan Hasil
Tabung 1 + larutan HgSO4 1% Setelah dipanaskan
Dipanaskan berubah endapan
+ NaNO3 kristal atau putih lalu setelah
NaNO2 (2 – 5 tetes) ditambahkan NaNO3
dipanaskan kristal atau di ganti
dengan NaNO2
menjadi endapan
merah muda/ pink

Berdasarkan tabel diatas bahwa pada 2 ml larutan albumin yang diuji


menggunakan uji millon menghasilkan larutan berwarna merah hal tersebut
menunjukan bahwa adanya ikatan Hg dengan NaNO 2 menjadi HgNO3.
Sumardjo (2006) menjelaskan bahwa reaksi millon khusus digunaan untuk
protein yang mengandung asam animo yang mempunyai gugus
hidroksifenil sebagai penyusunnya dan protein tersebut antara lain proteosa
dan pepton. Berdasarkan uji Millon yang telah dilakukan, diketahui bahwa
hasil percobaan telah sesuai dengan teori literatur.
Uji Hopskin-Cole. Tujuannya adalah untuk mengetahui adanya
asam amino tryptophan. Pada uji Hopskin Cole mempunyai pinsip kerja
terjadi kondensasi antara gugus aldehid dari formaldehid dengan gugus
indol dari aa tripthophan. Praktikum ini ditujukan untuk mengetahui adanya
kandungan asam amino triptofan pada protein. Albumin diberi formaldehid
encer dan H2SO4 pekat dan digojog. Hasil positif apabila larutan terdapat
cincin ungu. Terbentuknya cincin ungu ini karena adanya ikatan indol
dengan aldehid dari larutan formaldehid. Ikatan indol ini dilepaskan dari
albumin dengan menggunakan H2SO4 pekat.
Tabel 6. Hasil uji Hopskin-Cole
Tabung Perlakuan Hasil
Tabung 1 + larutan formaldehid Warna putih keruh
encer berbentuk cincin
+ larutan H2SO4 pekat

Berdasarkan tabel diatas hasil dari praktikum membentuk larutan


berwarna ungu (cincin), hal ini sesuai dengan teori. Sumardjo (2006)
menyatakan bahwa triptophan dapat berkondensasi dengan beberapa
aldehida dengan bantuan asam kuat dan membentuk senyawa berwarna.
Larutan protein yang mengandung triptofan dapat direaksikan dengan
pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat. Setelah
dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfat dituangkan perlahan-
lahan sehingga membentuk lapisan di bawah larutan protein. Beberapa
saat kemudian akan terjadi cincin ungu pada batas antara kedua lapisan
tersebut. Pada dasarnya reaksi Hopkins-Cole memberi hasil positif khas
untuk gugus indol dalam protein. Berdasarkan uji Hopskin-Cole yang telah
dilakukan, diketahui bahwa hasil percobaan telah sesuai dengan teori
literatur.
Uji Xanthoprotein. Tujuannya adalah untuk mengetahui adanya
asam amino aromatik. Dalam praktikum uji xanthoprotein mempunyai
prinsip kerja yaitu terjadi nitrasi pada inti bezena pada asam amino aromatik
dengan penambahan NH4OH berlebihan. Albumin ditambahkan dengan
HNO3 akan menyebabkan protein pecah menjadi gugus benzena. Benzena
yang terbentuk selenjutnya akan ternitrasi oleh NH4OH. Proses ini akan
menghasilkan turunan benzena. Uji Xanthoprotein akan menghasilkan
warna orange pada larutan yang terbentuk. Contoh dari asam amino
aromatic adalah fenilalanin, triptofan, dan tirosin.
Tabel 7. Hasil uji Xanthoprotein
Tabung Perlakuan Hasil
Tabung 1 + HNO3 pekat Berwarna kuning
Dipanaskan (oranye)
+ NH4OH
Tabung 2 Tanpa penambahan
NH4OH Kuning pekat

Berdasarkan data yang di peroleh larutan albumin yang di


tambahkan NH4OH berwarna kuning oranye. Hal tersebut disebabkan oleh
adanya asam amino aromatik. Suyatno et al (2010). menjelaskan bahwa
“protein yang mengandung residu asam amino dengan radikal fenil dalam
struktur kimianya jika ditambahkan dengan asam nitrat pekat akan
terbentuk gumpalan putih”. Dan ketika larutan tersebut dipanaskan maka
gumpalan tersebut akan berubah menjadi jingga dan ditambahkan dengan
larutan basa. Berdasarkan uji Xanthoprotein yang telah dilakukan, diketahui
bahwa hasil percobaan telah sesuai dengan teori literatur.
Uji Molisch. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi adanya gugus
karbohidrat. Prinsip kerjanya adalah albumin jika dipanaskan dengan asam
kuat akan mengalami dehidrasi menjadi furfural dan membentuk senyawa
berwarna jika bereaksi dengan alfa naftol atau timol. Penambahan reagen
molisch dan H2SO4.
Tabel 8. Hasil uji Molisch
Tabung Perlakuan Hasil
Tabung 1 + reagen molisch 5% Terdapat cincin
+H2SO4 pekat berwarna coklat pekat

Berdasarkan tabel diatas terjadi perubahan warna menjadi dua,


yang atas berwarna coklat dan yang bawah berwarna kehitaman. Hal
tersebut terjadi karena adanya pengaruh dari reagen molisch yang terdapat
alfa naftol atau timol dan ditambah H2SO4 pekat. Agus Sulistiyono (2016)
menyatakan bahwa uji Molisch yang positif yang menunjukkan adanya
karbohidrat ditandai dengan terbentuknya kompleks warna ungu diantara 2
lapisan cairan. Berdasarkan uji Molisch yang telah dilakukan, diketahui
bahwa hasil percobaan telah sesuai dengan teori literatur.
Perbedaan Sifat Protein
Albumin dan Globulin. Tujuannya adalah untuk mengetahu
perbedaan macam protein berdasarkan kelarutan (albumin dan globulin).
Prinsip kerja pada uji ini yaitu tabung I ditambahkan asam sulfosalisilat
membentuk endapan coklat keruh, kemudian tabung II yang ditambahkan
khlorofenol merah berubah warna menjadi meah keungu-unguan. Hal ini
terjadi ketika protein direaksikan dengan asam silfosalisilat yang termasuk
alkaloid, maka protein akan mengendap. Menurut Sloane (2002), serum
adalah plasma darah tanpa fibrinogen dan tanpa factor lain yang terlibat
dalam mekanisme pembekuan. Serum berupa gabunga albumin dan
globulin. Asam Sulfosalisilat adalah alkaloid yang bersifat asam dan
mengikat protein. Albumin adalah kelarutan rendah sehinga protein
mengendap. Tabung II pada penambahan khlorofenol merah
mengakibatkan perubahan warna larutan menjadi merah bahwa pH serum
bersifat basa.
Table 9. Hasil uji perbedaan sifat protein dari albumin dan globulin
Tabung Perlakuan Hasil
Tabung 1 + asam sulfosalisilat Terdapat endapan dan
berwarna coklat keruh

Tabung 2 + khorofenol red Perubahan warna


menjadi ungu

Tabung 2 a + asam asetat 2% Berwarna merah


+ HNO3 encer muda da terdapat
sedikit endapan

Tabung 2b + asam asetat 2% Larutan berubah


+ Na2CO3 encer warna menjadi ungu
violet dan ada
endapan

Berdasarkan hasil diatas bahwa hasil pengujian tabung pertama


perbedaan macam protein pada albumin dan globulin yaitu positif yang
ditandai dengan warna keruh dan terdapat endapan coklat. Hal tersebut
terjadi karena serum berikatan dengan asam sulfosalisilat. Tabung yang
kedua tidak terjadi endapan tetapi larutan yang dihasilkan berwarna ungu
(pink tua) yang diakibatkan karena pH larutan yang disebabkan oleh adanya
ikatan antara serum dengan khorofenol merah. Kemudian larutan tersebut
dibagi menjadi dua tabung reaksi yaitu tabung a dan b yang akan
direaksikan dengan HNO3 encer dan Na2CO3.
Hasil larutan yang direaksikan dengan HNO3 atau tabung 2a tersebut
yaitu terbentuknya larutan berwarna merah muda karena adanya ikatan
antara HNO3 dengan asam asetat beserta hasil dari reaksi serum dan
khlorofenol merah. Larutan yang ditambahkan Na2CO3 atau tabung 2b
menghasilkan larutan berwarna violet karena terjadi ikatan asam asetat
dengan Na2CO3 encer. Na2CO3 encer merupakan garam encer, yang
artinya pengujian ini membuktikan sifat protein yaitu albumin dan globulin.
Berdasarkan uji Albumin dan Globulin yang telah dilakukan, diketahui
bahwa hasil percobaan telah sesuai dengan teori literatur.
Uji Kasein. Tujuannya adalah untuk mengetahui adanya protein
kasein. Prinsip kerja uji Kasein adalah penambahan NaOH (berapa N)
menyebabkan warna biru. Brom kresol hijuau sebagai indikator warna.
Asam asetat menyebabkan endapan kehijauan karena terjadi penurunan
Ph,mencapai titik isoelektrik dan mengalami koagulasi.
Tabel 10. Hasil uji perbedaan sifat protein dari kasein
Tabung Perlakuan Hasil
Tabung 1 + akuades Terjadi perubahan
+ NaOH 10% encer warna menjadi hijau
+ bromkresol hijau pekat dan terdapat
+ asam asetat glasial sedikit endapan

Berdasarkan tabel diatas kasein tidak larut tapi berwarna biru tanpa
endapan karena penambahan NaOH, Brom kreosol hijau sebagai indikator
perubahan pH. Penambahan asam mengakibatkan larutan kembali menjadi
berwarna biru tanpa endapan. Tsuroyya (2014) menyatakan bahwa seperti
halnya asam amino, protein susu (kasein) juga bersifat amfoter. Protein
dalam susu mencapai 3,25%. Struktur primer terdiri dari rantai polipeptida
dari asam-asam amino yang disatukan ikatan-ikatan peptida. Protein juga
memiliki pH isoelektrik tertentu. Derajat keasaman isoelektrik merupakan
suatu nilai pH dimana jumlah muatan listrik positif sama dengan muatan
negatifnya. Derajat keasaman tersebut, protein tidak bermuatan positif
maupun negatif, sehingga dapat membentuk agregat (gumpalan-gumpalan
yang keruh) dan mengendap, karena sebagian protein menunjukkan
kelarutan yang minimal pada pH isoelektriknya. Sifat amfoter inilah yang
akan digunakan untuk memisahkan atau mengisolasi kasein dari susu.
Berdasarkan uji Kasein yang telah dilakukan, diketahui bahwa hasil
percobaan telah sesuai dengan teori literatur.
Uji Neuman terhadap kasein. Tujuannya adalah untuk mengetahui
adanya phosphor dalam kasein. Uji Neuman terhadap kasein memiliki
prinsip kerja phosphor pada kasein terlepas dengan penambahan HNO 3
dan H2SO4 membentuk H(PO4)-. Amonium molibdat berikatan dengan
(HPO4)-membentuk endapan ammonium phosphomolibdat.
Table 11. Hasil uji perbedaan sifat protein uji Neuman terhadap kasein
Tabung Perlakuan Hasil
Tabung 1 + HNO3 pekat Terdapat endapan
+ H2SO4 pekat berwarna kuning
dan dipanaskan

Didinginkan Terjadi endapan


+ ammonium molibdat fosfomolibdat

Berdasarkan tabel diatas terdapat endapan ammonium


phosphomolibdat. Hal tersebut membuktikan bahwa terdapat phosphor
dalam kasein. Tsuroyya (2014) menyatakan bahwa secara umum dapat
dilihat bahwa 80% protein yang terkandung dalam susu berupa kasein,
yaitu suatu campuran dari fosfoprotein dalam bentuk komplek speris yang
dikenal sebagai micelle. Micelle ini mengandung partikel-partikel globular
kecil yang terdiri dari 10-100 molekul kasein, yang disebut dengan
submicelles. Submicelles ini mempunyai sisi bagian dalam yang bersifat
hidrofobik dan permukaan yang bersifat hidrofilik. Keadaan ini membuat
mereka tidak larut di dalam air. Kasein dapat mengendap pada pH 4,6.
Agregat dari micelle apabila diberi enzim, asam dan juga dipanaskan dapat
membentuk gel setelah beberapa lama. Berdasarkan uji Neuman yang
telah dilakukan, diketahui bahwa hasil percobaan telah sesuai dengan teori
literatur.
Uji Gelatin. Bertujuan untuk mengetahui adanya asam amino
komponen penyusun gelatin. Terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pengujian
warna dan pengendapan. Prinsip kerjanya yaitu, gelatin merupakan protein
yang tidak sempurna hanya mengandung asam amino tryptophan dan
sistein. Gelatin dilarutkan dengan akuades. Proses pelarutan dilakukan
dengan cara dipanaskan menggunkan pemanas air, proses pemanasan ini
berfungsi untuk mempercepat proses pelarutan sampai gelatin larut secara
merata.
Tabel 12. Hasil uji perbedaan sifat protein dengan gelatin
Tabung Perlakuan Hasil
Tabung 1 Uji Biuret Berwarna ungu

Tabung 2 Uji Millon Berwarna merah

Tabung 3 Uji Hopskin-Cole Berwarna putih


kekuningan (negatif)

Tabung 4 Uji Xanthoprotein Berwarna kuning


muda dan terbentuk
sedikit endapan putih

Tabung 5 Uji Molisch Berwarna coklat pekat


dan menimbulkan
panas

Berdasarkan tabel diatas, uji Biuret pada gelatin didapatkan hasil


positif karena terbentuk warna ungu. Hal tersebut didapatkan ketika gelatin
ditambahkan NaOH, penambahan NaOH sebagai katalis dan berfungsi
untuk menghancurkan dan memecahkan protein. Kemudian ditambahkan
beberapa tetes CuSO4 mengakibatkan ikatan antara Cu dengan N
membentuk dari peptida membentuk cupripotasium yang menyebabkan
larutan gelatin mengalami perubahan warna ungu.
Uji Millon pada gelatin didapatkan hasil positif karena terbentuk
warna merah. Larutan gelatin ditambahkan HgSO4 dan dipanaskan untuk
penambahan sedikit NaNO3 kristal. Untuk mengetahui adanya ikatan Hg
dengan gugus hidroksifenil dari asam amino tirosin, Hg berikatan dengan
NaNO3 untuk membentuk HgNO3 terjadi perubahan warna merah yang
membuktikan pada gelatin terdapat asam amino tirosin.
Uji warna Hopskin-Cole pada gelatin, dilakukan penambahan larutan
formaldehid encer serta dilakukan penambahan H2SO4 yang berfungsi
sebagai oksidator agar terbentuk cincin ungu pada larutan bahan yang
mengandung bahan triptofan. Akan tetapi pada percobaan kali ini tidak
terdapat cincin tersebut, ada beberapa faktor yang mempengaruhi tidak
terjadinya reaksi tersebut, salah satunya yaitu penambahan larutan yang
terlalu banyak. Pada ikatan tidak terbentuk lapisan warna yang
membuktikan terkondensasinya antara gugus aldehid dari formaldehid
dengan gugus indol dari asam amino triptofan yang terdapat pada gelatin
yang menyebabkan hasilnya negatif.
Uji Xanthoprotein yang dilakukan terbentuk sedikit endapan
berwarna putih. Penggunaan larutan NH4OH pada uji ini berfungsi sebagai
pemecah protein menjadi gugus benzene dan juga yang akan
memunculkan hasil nitrasi yang terjadi. Uji xanthoprotein akan
menghasilkan warna kuning pada reaksi yang menghasilkan turunan
benzene dengan penambahan basa. Terdapat molekul protein yang
mengandung tirosin, fenilanin, dan triptophan (Poedjiadi, 1994).
Uji Molisch yang dilakukan menunjukkan hasil positif. Ditunjukkan
dengan terbentuknya cincin berwarna coklat yang menandakan adanya
gugus karbohidrat. Pada percobaan ini larutan ditambah H 2SO4 yang
berfungsi untuk menghidrolisis ikatan sehingga menghasilkan furtural.
Furfural tersebut bereaksi dengan reagen molisch dan membentuk cincin
berwarna putih. Berdasarkan uji Gelatin yang telah dilakukan, diketahui
bahwa hasil percobaan telah sesuai dengan teori literatur.
Reaksi Pengendapan
Praktikum reaksi pengendapan dilakukan dengan menambahkan
(NH4)2SO4 yang berfungsi untuk mengikat air Tabung 1, kemudian
dilakukan penambahan Kalium Ferrosianida dan asam asetat glasial.
Tabel 13. Hasil uji reaksi pengendapan
Tabung Perlakuan Hasil
Tabung 1 + ammonium sulfat Terdapat sedikit
padat endapan

Tabung 2 + kalium ferrosianida Larutan berwarna


+ asam asetat glasial kuning
Berdasarkan tabel diatas di tabung 1 terjadi endapan berwarna putih.
Hal tersebut dapat terjadi karena ammonium sulfat memiliki sifat
higroskopis yang artinya mampu mengikat air. Penambahan ammonium
sulfat ini dapat menetralkan larutan sekaligus menyebabkan dehidrasi
sehingga terbentuk endapan putih. Tabung 2 hasilnya larutan berwarna
kuning bening dan tidak terdapat endapan. Hal ini disebabkan kalium
ferosianida bersifat alkaloid di mana pereaksi alkaloid memiliki gugus amin
positif (+) sedangkan pada gelatin memiliki gugus negatif (-) sehingga
tidakterbentuk endapan. Triyono (2010) menyatakan bahwa
penggumpalan protein dan endapan yang terbentuk dapat disebabkan oleh
terjadinya koagulasi dan denaturasi protein. Denaturasi dapat mengubah
sifat protein menjadi sukar larut dalam air. Penggumpalan ini dapat
disebabkan oleh pemanasan, penambahan asam, penambahan enzim, dan
adanya logam berat. Berdasarkan uji reaksi pengendapan yang telah
dilakukan, diketahui bahwa hasil percobaan telah sesuai dengan teori
literatur.
Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan


bahwa protein dapat diendapkan menggunakan logam berat, alkaloid,
garam netral, serta alkohol pada titik isoelektriknya. Protein memiliki ikatan
peptida, asam amino tirosin, asam amino triptophan, asam amino aromatik
serta mengandung karbohidrat. Albumin larut dalam air dan garam encer
serta mengendap dalam larutan berkadar garam tinggi. Globulin larut dalam
garam encer tetapi tidak atau sedikit larut dalam akuades. Kasein larut
dalam air tetapi akan membentuk endapan dengan penambahan asam
pekat. Gelatin mengandung ikatan peptida, glikoprotein, dan asam amino
aromatik, namun tidak mengandung asam aminotirosin dan triptophan.
Gelatin menggumpal pada reaksi pengendapan dengan garam amonium
sulfat dan larut pada reaksi dengan alkaloid dalam kondisi asam.
Daftar Pustaka
Andarina, D., Sri, S. 2006. Hubungan Konsumsi Protein Hewani dan Zat
Besi dengan Kadar Hemoglobin pada pada Balita Usia 13-36
Bulan. The Indonesian Journal of Public Health. 3(1) : 19-23.

Busher, T. Janice. 1990. Serum Albumin and Globulin dalam Clinical


Methods: The History, Physical, and Laboratory Examinations. 3rd
edition.
Campbell, N.A., L.A. Urry., M.L. Cain., S.A. Wasserman., P.V. Minorsky.,
R.B. Jacson. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid I. Erlangga. Jakarta.

Fachry, H.A.R., S. Arta., F. Dewi. 2007. Pengaruh Pemanasan dan Derajat


keasaman emulsi pada pembuatan minyak kelapa. Jurnal Teknik
Kimia. 11 (1) : 1.
Ginting, Agita, Rahmala, S. S., W. A. 2017. Penentuan Kadar Asam Amino
Esensial (Mention, leksin, Isoleksin dan Linsin) pada Telur Penyu
dan Telur Bebek. Jurnal Kimia Mulawarman. 14(2) : 91-99.

Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta.


R., S., E, H. 2016. Profil Protein Susu dan Produk Olahannya. Jurnal
MIPA. 39(2) : 98-106.

S.L, E., William, D. S. 2002. Schaum's Outlines of Theory & Problems of


Geneixs Alih Bahasa Tyas. Jakarta: Erlangga.

Sulistiyono, A. 2016. Penentuan Uji Karbohidrat dengan Uji Kualitatif


menggunakan Reagen pada Mie Instan. Jurnal MIPA, 18-20.

Sumardjo, D. 2006. Buku Panduan Mahasiswa Kedokteran dan Program


S1 Fakultas Bioekodta. Jakarta: EGC.

Suyatno, d. 2010. KIMIA SMA. Jakarta: Grasindo.

Thenawidjadja, M., I, W. T., R, D. S. 2017. Protein Serial Biokimia Mudah


dan Menggugah. Jakarta: Grasindo.

Triyono, A. 2010. Mempelajari pengaruh penambahan beberapa asam


pada proses isolasi protein terhadap tepung protein isolat kacang
hijau (Phaseolus radiatus l.). Seminar Rekayasa Kimia dan Proses.
P. 3.
Tsuroyya, M. 2014. Pengaruh suhu dan komposisi penambahan α-kasein
terhadap gelatin tulang ikan gabus (Channa striata). P. 20-22.

Anda mungkin juga menyukai