Anda di halaman 1dari 22

DETEKSI DAN INTERPRENTASI ALIRAN FLUIDA (AIR)

MENGGUNAKAN METODE SELF POTENSIAL DI


LAPANGAN UNIVERSITAS JEMBER
LAPORAN GEOFISIKA

Oleh :
Nama : Muhamad Rony Febiantoro
NIM : 161810201024
Kelompok : B2
Tanggal Eksperimen/ Waktu : 26 April 2019 / 08.30-11.30
Asisten : Andrian Dwi A.

LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metode yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah metode self
potential . Metode self potential merupakan metode yang paling sederhana yang
digunakan untuk eksplorasi geofisika. Metode self potential juga dapat dikatakan
metode yang paling murah. Metode ini mengukur perbedaan potensial setiap titik
pada lokasi yang sudah ditentukan. Metode self potential merupakan metode pasif
dalam bidang geofisika karena untuk mendapatkan informasi bawah tanah melalui
pengukuran tanpa menginjeksi arus listrik melalui permukaan tanah.
Metode Self Potensial dengan tujuan untuk menganalisa sumber mineral
permukaan tanah di Lapangan Universitas Jember, mengenalkan prinsip dan cara
kerja alat yang dipakai dalam metode self potensial , memperoleh gambaran
struktur lapisan bawah permukaan bumi dari variasi distribusi tegangan statis yang
terukur, dan berdasarkan hasil intrepetasi dan data geologi daerah eksplorasi , dapat
ditentukan daerah- daerah prospek ditempat tersebut, yang sesuai dengan tujuan
eksplorasi. Prinsip kerja pada percobaan metode self potensial yaitu dengan
memanfaatkan empat elektroda, dimana dua elektroda dihubungkan dengan
voltmeter melalui kabel sebagai base (elektroda tetap), dan elektroda lainnya
dihubungkan dengan voltmeter sebagai rover (elektroda bergerak). Proses ini
dimulai pada tahap akuisisi data dengan menetukan 6 line sepanjang 40 meter dan
dengan spasi 4 meter. Pengukuran dilakukan setiap 4 meter terdapat porouspot.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan 1 set alat metode SP, diantaranya, 6
buah porouspot, kabel penjepit, 3 buah palu geologi, multimeter, meteran,larutan
CuSO4 dan prouspot. Pengolahan data menggunakan Software Surfare. Hasil
pengolahan data adalah berupa kontur Self Potensial dengan warna yang berbeda,
dimana setiap warna menggambarkan anomali tertentu.
Metode Self Potensial banyak diaplikasikan dalam ilmu fisika terutama
bidang kelistrikan dan kemagnetan belum lengkap jika tanpa mengetahui aplikasi
dari ilmu tersebut , sementara itu untuk mengetahui apa kandungan dalam tanah
kita memerlukan salah satunya yaitu ilmu dasar kelistrikan, maka dari itu
dimanfaatkannya ilmu dasar kelistrikan tersebut dalam aplikasi menentukan
kandungan bawah tanah dengan metode self potensial. Metode Potensial Diri dapat
digunakan untuk mendeteksi reservoir panas bumi, mineral logam, air bawah tanah
dan sebagainya. Selain itu, metode ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi
rembesan limbah cair bawah permukaan dan analisis geokimia.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana hubungan jarak pada lintasan dengan potensial base dan rover?
2. Bagaimana kontur anomali self potensial pada daerah penelitian menngunakan
surfer?

1.2 Tujuan
Tujuan pada praktikum Penentuan Sumber Air/ Mineral Menggunakan Metode
Self Potensial :
1. Mengetahui arah hubungan jarak pada lintasan dengan potensial base dan rover.
2. Mengetahui kontur anomali self potensial pada daerah penelitian menngunakan
surfer.

1.3 Manfaat
Geolistrik sebagai salah satu cabang dari geofisika merupakan ilmu yang dapat
digunakan untuk menemukan letak air di bawah tanah, kedalaman, ketebalan dan
sebaran serta kualitasnya dengan tingkat ketepatan yang tinggi. Geolistrik juga bisa
digunakan untuk menentukan arah aliran air dibawah permukaan tanah. ecara alami
selalu terdapat tegangan dalam elemen Volta yang dibangkitkan unsur-unsur pada
tanah. Dalam sistem pengukuran resistivity, potensial voltaik ini dikenal sebagai SP
(Self Potential). Adanya SP perlu di perhitungkan pada proses pengukuran nilai
resistansi.Hasil pemodelan fisik dapat diketahui arah aliran air bawah permukaan
serta pola sebaran air tanah dilokasi penelitian dan mengetahui langkah antisipasif
jika terjadi polusi air tanah dari limbah industri dan air laut
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Metode Self Potensial


Metode Self Potential (Self Potensial) pertama kali ditemukan pada tahun
1830 oleh Robert Fox dengan menggunakan elektroda tembaga yang dihubungkan
ke sebuah galvanometer untuk mendeteksi lapisan coppere sulfida di Carnwall
(Inggris). Metode self potensial selama ini dimanfaatkan sebagai secondary tool
dalam eksplorasi logam dasar khususnya untuk mendeteksi adanya bijih sulfida dan
pada dekade terakhir metode Self Potensial banyak digunakan untuk meneliti air
tanah, panas bumi, dan untuk membantu pendeteksian patahan dekat permukaan.
Suatu proses mekanik yang menghasilkan potensial elektrolisis, terdiri dari tiga
elektrokimia yang terdiri dari potensial liquid-junction, potensial shale dan
potensial mineralisasi yang merupakan suatu proses yang menjelaskan mekanisme
dari Self Potensial (Reynolds, 1997).
Metode Self potential (SP) adalah metode pasif, karena pengukurannya
dilakukan tanpa menginjeksikan arus listrik lewat permukaan tanah, perbedaan
potensial alami tanah diukur melalui dua titik dipermukaan tanah. Potensial yang
dapat diukur berkisar antar beberapa millivolt (mV) hingga 1 volt. Self potensial
adalah potensial spontan yang ada di permukaan bumi yang diakibatkan oleh
adanya proses mekanis ataupun oleh proses elektrokimia yang di kontrol oleh air
tanah. Proses mekanis akan menghasilkan potensial elektrokinetik sedangkan
proses kimia akan menimbulkan potensial elektrokimia (potensial liquid-junction,
potensial nernst) dan potensial mineralisasi. (Hendrajaya, 1988)

2.2 Asal usul Self Potensial


Metode SP merupakan metode pasif, dimana perbedaan dari potensial
alamiah bumi terukur diantara dua elektroda yang tertancap pada permukaan bumi.
Potensial yang diukur dapat bernilai antara kurang dari satu milivolt (mV) sampai
lebih besar dari satu volt, dan nilai yang bertanda positif (+) atau negatif (-) dari
potensial terukur merupakan faktor penting dalam interpretasi dari anomali SP. Self
Potensial dihasilkan dari sumber alamiah, walaupun proses alam yang terjadi belum
dapat dijelaskan secara jelas. Tetapi dari beberapa hal dapat dikategorikan, dan pada
tabel di bawah diberikan beberapa contoh dari sumber dan tipe anomali SP.

Tabel 1. Sumber dan tipe anomali SP (Reynold., 1997)

Potensial alamiah tanah mengandung dua komponen, yaitu potensial yang


konstan tidak berarah dan yang kedua adalah berfluktuasi terhadap waktu.
Komponen yang konstan terhadap waktu terutama disebabkan oleh proses
elektrokimia dan komponen yang bervariasi disebabkan oleh macam-macam mulai
dari arus AC yang diinduksikan oleh petir dan variasi medan magnetik bumi sampai
kepada yang diakibatkan oleh hujan deras. Dalam eksplorasi SP dua komponen ini
disebut sebagai potensial mineral dan potensial background.

2.2 Prinsip Kerja Metode Potensial Diri


Gambar 2.1 Pemodelan metode gradien dan metode potensial amplitude
(Sumber : Raharjo, 2011)

Metode Potensial Diri yang didesain dengan elektroda pot berpori (porous
pot) sangat tepat diterapkan untuk penelitian panas bumi, karena pada umumnya
reservoir panas bumi berisi fluida panas yang mengandung mineral-mineral sulfida
yang bersifat konduktif. Metode potensial diri diperlukan untuk mengetahui jalur
komunikasi, arah aliran air injeksi di bawah permukaan. Metode potensial diri
sangat tepat untuk digunakan dalam memetakan distribusi anomali yang
berhubungan dengan arah dan besaran relatif aliran fluida (Moore, 2011).
Elektroda ditancapkan ke tanah sebagai elektroda potensial, maka resultan
gaya elektrokimia pada bidang kontak antara elektroda dengan tanah air
akan membentuk potensial palsu (spurious) meski tidak ada arus yang melaluinya.
Potensial palsu ini mempunyai nilai berbeda-beda antara satu tempat dengan tempat
yang lain, atau antara satu tempat dengan tempat lain, atau antara satu waktu
terhaap waktu yang lain, sehingga sangat sulit membuat faktor koreksinya untuk
mereduksi nilai potensial ini. Konsenkuensinya diperlukan yang bersifat non
polarisasi, sehingga nilai potensialnya tidak dipengaruhi oleh arus yang
melewatinya. Elektroda semacam ini dapat didesain dari logam penghantar yang
dicelupkan ke dalam larutan jenuhnya, misalnya logam Cu dalam larutan CuSO4,
logam Zn dalam larutan ZnSO4 dan sebagainya. Logam dan larutan tersebut
dikemas dalam sebuah container berbentuk pot berpori (porous pot). Penggunaan
pot berpori dimaksudkan agar larutan dapat merembes secara perlahan sehingga
membuat kontak dengan tanah (Mahendra, et. al., 2013).
Beda potensial alami (background potential) ini akan muncul akibat beberapa hal.
Aliran Fluida, aliran fluida ini juga dikontrol oleh suhu, baik akibat cuaca, suhu permukaan
maupun suhu bawah permukaan dari mediumnya.Aktivitas bioelektrik akibat organisme
(tumbuhan), biasanya diakibatkan oleh proses penyerapan air oleh akar tumbuhan berupa
penerapan ion-ion negatif. Konsentrasi larutan elektrolit pada air tanah, yaitu berpindahnya
ion-ion dalam larutan elektrolit pada air bawah permukaan untuk mencapai kesetimbangan
atau akibat pengaruh dari luar.Reaksi geokimia lain, yaitu reaksi reduksi dan oksidasi
(redoks) pada zona mineralisasi.Nilai potensial yang dihasilkan akan bervariasi, namun
secara umum nilainya kurang dari 100 mV. Nilai yang terukur dapat berupa negatif atau
positif (Raharjo, 2011).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum kali ini adalah sebagai
berikut :
1. Gps untuk menentukan koordinat lokasi
2. Meteran untuk alat ukur
3. 3 buah palu geologi untuk membuat lubang tempat di taruhnya porous spot
4. 6 buah porous pots untuk elektroda nonpolarisasi
5. Kabel
6. Larutan CuSo4 1M
7. 2 buah multimeter

3.2 Langkah Kerja


Langkah langkah yang dilakukan dalam praktikum kali ini adalah
1. Ditentukan lokasi untuk pengambilan data yang terletak di FMIPA Universitas
Jember sebanyak 6 lintasan yang sejajar dengan panjang 48 meter dengan spasi
antar line sebesr 4 meter dan spasi prousspot 4 meter.
2. Dilakukan pengambilan data pada setiap lintasan. Pada lintasan yang pertama
dan kedua hingga ke enam dilakukan penggalian tanah untuk menanam porous
pots yang berpindah setelah pengambilan data.
3. Di tuangkan CuSo4 ke porous pots.
4. Pada tiap lintasan dilakukan pengambilan data yang dengan menggunakan GPS
untuk mencatat nilai koordinat x dan y di tiap titik setiap 4 meter.
5. Penanaman porouspot dan dihitung beda potensial dengan menggunakan
multimeter yang disediakan. Saat penanaman porouspot di usahakan porous
pots tetap diam dengan cara tanah dibuat padat.
6. Data yang didapat berupa besar beda potensial.
7. Mengolah data yang telah di catat untuk di salin di excel.
8. Dilanjutkan pengolahan menggunakan Software pengolah data bernama
Surfer. Software tersebut berfungsi untuk mengolah data secara kualitatif yang
berupa angka-angka untuk di ubah dalam bentuk gambar anomaly anomaly.
Selanjutnya, dari anomaly tersebut dibuat visualisasi sedemikian rupa.
Start

Mempersiapkan peralatan dan bahan yang di gunakan

Membuat lubang untuk tempat porous pot

Mengkalibrasi Porous pot

Mencatat posisi lintang dan bujur pada


titik pengukuran dengan GPS

Menentukan titik base station Menentukan letak 6 line sejauh


40m spasi 4m

Melakukan pengukuran tegangan


Melakukan Pengukuran tegangan
Base Station setiap 10 menit
setiap 4 m

Mencatat data tegangan yang Mencatat data tegangan yang


terbaca oleh multimeter terbaca oleh multimeter

Apakah Sudah
melakukan di semua
titik di 6 line?

Melakukan pengolahan data


dengan Sotware Surfer

Finish

Gamabar 3.1 flow chart


3.3 Desain

3.2 Porous Pot Electrode

Gambar 3.3 Pemodelan metode gradien dan metode potensial amplitudo


Pengukuran potensial dalam metode SP menggunakan Digital
Milivoltmeter. Untuk menghindari kesalahan pengukuran potensial (alam) karena
adanya potensial polarisasi yang timbul pada permukaan elektroda logam, maka
pengukuran SP menggunakan elektroda khusus yang disebut non polarisable
electrode. Elektroda ini dibuat dari logam yang dicelupkan dalam larutan jenuh
yang ditempatkan dalam wadah yang berpori-pori (keramik), elektroda ini sering
disebut juga dengan porous pot electrode (Gambar 3.2). Percobaan ini
menggunakan larutan CuSO4 1M. Penggunaaan larutan ini supaya elektroda
bersifat non polarisasi, sehingga nilai potensialnya tidak dipengaruhi oleh arus yang
melewati elektroda tersebut.

3.4 Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk mengolah data beda potensial yang
didapat, digunakan persamaan berikut :

Vkoreksi harian = Vrover - Vbase (1)

ΔH = Vkoreksi harian + V lintasan (2)

Tabel Pengamatan

Device
Localicity
Operator
Date
Profile (m) Stasion (m) Voltage (mV) Stdef (%)
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil yang dieproleh dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Lintasan 1 Base

T1 V1 T2 V2
No (detik) (mV) (detik) (mV) S E elevasi
1 3,73 4,1 4,53 3,6 08°09'55.3' 113°43'07.0" 107
2 3,67 3,9 4,1 3,7 08°09'55.2' 113°43'06.9" 107
3 3,65 3,9 6,87 3,7 08°09'55.3' 113°43'06.8" 106
4 3,81 3,9 5,52 3,7 08°09'55.2' 113°43'06.7" 106
5 3,31 3,9 3,56 3,7 08°09'55.1' 113°43'06.7" 107
6 3,34 4 6,39 3,7 08°09'55.1' 113°43'06.6" 106
7 3,27 3,9 2,34 3,7 08°09'55.1' 113°43'06.6" 106
8 3,24 3,7 3,7 3,7 08°09'55.1' 113°43'06.5" 106
9 2,01 3,7 3,26 3,7 08°09'55.1' 113°43'06.4" 106
10 2,79 3,7 3,73 3,7 08°09'55.0' 113°43'06.4" 105
11 2,86 3,7 2,86 3,7 08°09'55.0' 113°43'06.3" 106
12 3,04 3,6 4,39 3,7 08°09'55.0' 113°43'06.3" 106
13 3,85 3,6 3,37 3,7 08°09'55.0' 113°43'06.3" 105
14 2,02 3,6 2,43 3,7 08°09'55.0' 113°43'06.2" 105
15 2,54 3,5 2,79 3,7 08°09'55.9' 113°43'06.1" 105
16 2,41 3,5 2,29 3,7 08°09'55.9' 113°43'06.1" 105
17 4,68 3,5 2,78 3,7 08°09'55.9' 113°43'06.1" 105
18 3,41 3,5 3,7 3,7 08°09'55.9' 113°43'06.0" 105
19 4,36 3,5 3,17 3,7 08°09'55.8' 113°43'05.9" 105
20 3,03 3,5 2,7 3,7 08°09'55.8' 113°43'05.8" 105
21 2,63 3,5 3,73 3,8 08°09'55.8' 113°43'05.8" 105
22 4 3,5 3,34 3,8 08°09'55.8' 113°43'05.7" 105
23 2,21 3,5 2,12 3,8 08°09'55.7' 113°43'05.6" 105
24 3,44 3,5 3,02 3,8 08°09'55.7' 113°43'05.6" 105

Tabel 4.2 Lintasan 2 base

T1 V1 T2 V2
No (detik) (mV) (detik) (mV) S E elevasi
1 6,43 1,9 3,9 2,3 08'09'55.4 113'43'06.9 104
2 2,68 2 3,8 2,3 08'09'55.5 113'43'06.8 104
3 4,18 2 5,16 2,3 08'09'55.4 113'43'06.8 104
4 4,46 2,1 4,67 2,3 08'09'55.4 113'43'06.7 104
5 3,48 2,1 2,89 2,3 08'09'55.4 113'43'06.7 104
6 3,2 2,1 2,63 2,3 08'09'55.3 113'43'06.6 104
7 3,4 2,1 4,07 2,3 08'09'55.3 113'43'06.5 104
8 3,28 2,1 3,52 2,3 08'09'55.3 113'43'06.5 104
9 3,04 2,1 3,65 2,3 08'09'55.2 113'43'06.5 104
10 3,84 2,2 3,07 2,3 08'09'55.2 113'43'06.4 104
11 4 2,2 4,34 2,4 08'09'55.2 113'43'06.3 104
12 3,49 2,2 2,81 2,4 08'09'55.1 113'43'06.3 104
13 2,07 2,2 3,73 2,4 08'09'55.0 113'43'06.2 104
14 3,49 2,2 2,8 2,4 08'09'55.0 113'43'06.1 103
15 3,25 2,2 3,16 2,4 08'09'55.0 113'43'06.1 104
16 3,1 2,2 3,45 2,4 08'09'55.0 113'43'06.1 104
17 3,62 2,2 3,47 2,4 08'09'55.0 113'43'06.0 103
18 3,61 2,3 3,08 2,5 08'09'55.0 113'43'05.9 103
19 3,63 2,3 2,91 2,5 08'09'55.9 113'43'05.9 103
20 5,53 2,3 3,18 2,5 08'09'55.9 113'43'05.8 104
21 4,33 2,3 3,21 2,5 08'09'55.9 113'43'05.8 104
22 4,2 2,3 4,6 2,5 08'09'55.7 113'43'05.6 103
23 3,58 2,3 2,74 2,5 08'09'55.8 113'43'05.6 104
24 3,81 2,3 3,12 2,5 08'09'55.8 113'43'05.5 104

Tabel 4.3 Lintasan

T1
No (detik) V1 (V) T2 (detik) V2 (V) S E elevasi
1 4,61 5 2,9 7 08°09'55,3' 113°43'07,0" 107
2 6,9 9 3,26 9 08°09'55,2' 113°43'06,9" 107
3 8,69 10 5,65 11 08°09'55,3' 113°43'06,8" 106
4 4,65 11 5,81 11 08°09'55,2' 113°43'06,7" 106
5 15,43 9 6,44 11 08°09'55,1' 113°43'06,7" 107
6 4,86 9 6,97 11 08°09'55,1' 113°43'06,6" 106
7 4,06 11 3,81 13 08°09'55,1' 113°43'06,6" 106
8 8,29 6 5 13 08°09'55,1' 113°43'06,5" 106
9 5,85 7 4,84 12 08°09'55,1' 113°43'06,4" 106
10 4,79 8 4,83 11 08°09'55,0' 113°43'06,4" 105
11 5,02 9 5,08 11 08°09'55,0' 113°43'06,3" 106
12 5,36 9 4,89 11 08°09'55,0' 113°43'06,3" 106
13 6,05 10 5,72 11 08°09'55,0' 113°43'06,3" 105
14 4,17 9 6,93 11 08°09'55,0' 113°43'06,2" 105
15 4,84 10 5,23 10 08°09'55,9' 113°43'06,1" 105
16 5,79 10 5,7 12 08°09'55,9' 113°43'06,1" 105
17 6,68 10 5,44 13 08°09'55,9' 113°43'06,1" 105
18 9,64 9 5,29 12 08°09'55,9' 113°43'06,0" 105
19 4,68 14 3,92 11 08°09'55,8' 113°43'05,9" 105
20 5,47 8 4,92 11 08°09'55,8' 113°43'05,8" 105
21 5,2 9 7,94 10 08°09'55,8' 113°43'05,8" 105
22 4,21 9 4,39 9 08°09'55,8' 113°43'05,7" 105
23 4,81 10 4,53 11 08°09'55,7' 113°43'05,6" 105
24 6,2 10 4,57 13 08°09'55,7' 113°43'05,6" 105

Tabel 4.4 Lintasan 2

T1
No (detik) V1 (V) T2 (detik) V2 (V) S E elevasi
1 4,11 7 4,75 9 08'09'55,4 113'43'06,9 104
2 3,86 7 4,02 10 08'09'55,5 113'43'06,8 104
3 5,52 9 7,35 11 08'09'55,4 113'43'06,8 104
4 7,27 9 3,04 9 08'09'55,4 113'43'06,7 104
5 4,09 10 4,83 11 08'09'55,4 113'43'06,7 104
6 4,89 9 6,63 11 08'09'55,3 113'43'06,6 104
7 4,2 10 4,73 10 08'09'55,3 113'43'06,5 104
8 4,79 11 5,73 11 08'09'55,3 113'43'06,5 104
9 3,91 11 4,64 10 08'09'55,2 113'43'06,5 104
10 4,63 12 3,87 11 08'09'55,2 113'43'06,4 104
11 5,48 11 5,28 11 08'09'55,2 113'43'06,3 104
12 4,88 9 4,71 10 08'09'55,1 113'43'06,3 104
13 5,03 13 4,36 11 08'09'55,0 113'43'06,2 104
14 3,58 13 6,03 11 08'09'55,0 113'43'06,1 103
15 3,98 13 6,6 11 08'09'55,0 113'43'06,1 104
16 4,67 12 4,6 10 08'09'55,0 113'43'06,1 104
17 7,66 12 6,71 11 08'09'55,0 113'43'06,0 103
18 4,83 12 3,56 10 08'09'55,0 113'43'05,9 103
19 6,8 13 4,62 11 08'09'55,9 113'43'05,9 103
20 6,3 14 6,82 13 08'09'55,9 113'43'05,8 104
21 4,51 13 4,11 12 08'09'55,9 113'43'05,8 104
22 6,92 14 4,67 13 08'09'55,7 113'43'05,6 103
23 6,2 15 5,05 14 08'09'55,8 113'43'05,6 104
24 6,45 13 5,11 10 08'09'55,8 113'43'05,5 104
Gambar 4.1 Plot Daerah 2D Menggunakan Surfer

Gambar 4.2 Plot Daerah 2D Menggunakan Surfer


Gambar 4.3 Plot Daerah 3D pada Lntasan 1 Menggunakan Surfer

Gambar 4.4 Plot Daerah 3D pada Lntasan 2 Menggunakan Surfer


4.2 Pembahasan

Praktikum self potensial menggunakan alat GPS dan alat sel potensial
dengan cairan CuSO4 di daerah lapangan Unej dengan cara menandai sebuah
koordinat. Praktikum ini dilakukan untuk melakukan Pemetaan Sederhana dengan
menggunakan Global Positioning System (GPS). GPS merupakan system navigasi
satelit yang berfungsi sebagai penentu arah suatu tempat dengan menampilkan
koordinat suatu lokasi. GPS memiliki kekuatan sinyal satelit yang membantu dalam
perhitungan. Kekuatan sinyal dari GPS dipengaruhi oleh lokasi satelit dengan
pengamatan simultan ke minimal 4 satelit koordinatnya. Praktikum ini dilakukan
dengan menggunakan 150 data dengan penambilan data dengan cara mengambil
kordinat. Pada percobaan didapatkan 3 jenis data,yaitu Sourth,East,dan Elevation.
Data tersebut digunakan untuk membuat peta dasar yang berbentuk dua dimensi
dan tiga dimensi. Dalam pembuatan peta dasar hal pertama yang dilakukan adalah
mengkonversi Sourth(S) dan East menjadi x dan y.

Pada peta kontur bentuk dan ketinggian permukaan ditunjukkan oleh garis-
garis. Garis kontur pada prinsipnya adalah garis perpotongan bentuk muka bumi
dengan bidang horizontal pada suatu ketinggian yang tetap. Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan gambar peta kontur yang dihasilkan telah menunjukkan
bentuk cekungan. Hal ini sesuai dengan apa yang kita hasilkan. Sehingga dapat
diasumsikan bahwa aplikasi surfer dapat memetakan wilayah yang telah di amati
seperti keadaan aslinya.

Self potensial didapat dengan hasil yaitu beda tegangan. Setelah


mendapatkan tegangan maka akan digabungkan dengan titik kordinat yang sudah
didapatkan Pengukuran beda self potential (SP) dilakukan di sepanjang jalur
lintasan tanah dengan interval setiap elektroda 2 meter dan panjang lintasan
sepanjang 50 meter. Percobaan yang telah dilakukan menghasilkan beberapa data
yaitu potensial elektroda base, potensial elektroda rover dan posisi (jarak). Dari data
yang diperoleh kemudian dianalisis dan ditentukan hubungan grafik antara
potensial (baik untuk potensial elektroda base maupun potensial elektroda rover)
dengan jarak pada masing-masing lintasan. Nilai potensial sebagai sumbu y dan
jarak masing-masing lintasan sebagai sumbu x. Hasil pengukuran berupa data
dengan 2 lintasan. Data tersebut menunjukkan potensial listrik pada permukaan
tanah yang memiliki tahanan sangat besar, sehingga terdapat kontak dari voltmeter
yang terhubung dengan elektroda yang berisi larutan CuSO4.

Berdasarkan data pengamatan diperoleh perbedaan dari hubungan pada


masing-masing lintasan yang diukur sehingga menunjukkan gambaran dari pola
respon anomali yang terdapat dalam daerah tersebut. Dari data yang diperoleh
terdapat beberapa data yang menghasilkan potensial yang bernilai positif. Sehingga
dapat ditafsirkan bahwa daerah yang mengandung adanya resapan air yang melalui
endapan atau material di bawah permukaan jalur pengukuran sangat kecil.
Berdasarkan keadaan tersebut ditafsirkan, bahwa harga self potential pada titik
tersebut dipengaruhi oleh adanya sumber resapan air pada daerah tanah lapang.
Karena titik tersebut terletak pada morfologi daerah yang ditumbuhi berbagai
macam tumbuhan dan semak-semak yang rimbun. Untuk harga self potential yang
bernilai negatif. Dapat diasumsikan bahwa titik tersebut terletak di atas
endapan/material agak kering seperti pasir dan kerikil, sehingga daerah tersebut
sulit untuk menyerap resapan air.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah sebagai
berikut . Hubugan jarak pada lintasan dengan potesnial base dan rover yaitu
hubungan anatara panjang lintasan dengan potensial memiliki nilai yang bervariasi.
Berdasarkan hasil dari praktikum Metode self potential dapat disimpulkan bahwa
grafik hubungan antara panjang lintasan dengan potensial memiliki nilai yang
bervariasi.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu hendaknya praktikan mempelajari
terlebih dahulu lokasi yang akan diamati sehingga data yang dihasilkan akan sesuai
dengan lokasi yang sebenarnya. Praktikan diharapkan lebih tertib dalam
pengambilan data. Pengetahuan tentang software surver lebih ditekankan.
DAFTAR PUSTAKA

Ferum Mahendra, Markus, Burhan Indriawan.2013. ”Pemetaan Permukaan Bawah


Tanah di Taman Perpustakaan UNM dengan Metode Geolistrik Potensial
Diri”. Malang:Universitas Negeri Malang.
Hendrajaya, L., dan Arif, I. 1988. Geolistrik Tahanan Jenis. Laboratorium Fisika
Bumi. Jurusan FMIPA. ITB. Bandung.

Moore, J.R., John W., Sanders John J.C., and Steven D.G. 2011.”Self-Potential
Investigation Of Moraine & Seepage”. New York: Cambridge University
Press.
Raharjo, S, Sehah. 2011. “Survei Metode Self Potential Menggunakan Elektroda
Pot Berpori untuk Mendeteksi Aliran Fluida Panas Bawah Permukaan di
Kawasan Baturaden Kabupaten Banyumas Jawa Tengah”.Berkala Fisika
Flux, Vol 8, No.1, Februari 2011, Hal. 7-21.
Reynolds, John. 1997. An Introductions to Applied and Enviromental Geophysics.
Singapore: John Willey and Sons.

Anda mungkin juga menyukai