Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum Kimia Organik X

Sintesis Metil Salisilat


Fini Apryanti

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang
*
Corresponding email : finiapryanti@gmail.com
Finiapryanti@gmail.com

Masuk 07 Desember 2016; diterima 13 Desember 2016

ABSTRAK

Pada percobaan ini, sintesis metil salisilat dilakukan untuk mempelajari prinsip sintesis
senyawa ester dan mempraktekkan metode sintesis metil salisilat. Metil salisilat merupakan
senyawa ester yang diperoleh dari reaksi esterifikasi antara asam salisilat dengan metanol.
Reaksi yang terjadi dibantu oleh katalis asam sulfat (H2SO4) yang akan bereaksi dengan
asam salisilat sehingga gugus karboksil terprotonasi. Tahapan selanjutnya, terjadi adisi
alkohol dan transfer proton ke gugus karboksil, serta diakhiri dengan deprotonasi dan
eliminasi air. Pada akhir reaksi, katalis yang bereaksi dilepaskan kembali dengan
penambahan natrium karbonat yang akan mengikat ion hidrogen dari katalis tersebut. Hasil
yang diperoleh dari percobaan ini adalah 1,35 gram metil salisilat yang berupa zat cair
berwarna orange dalam fasa minyak. Berdasarkan hasil uji sifat kimia, metil salisilat
mengalami reaksi saponifikasi dengan penambahan asam kuat NaOH menghasilkan
endapan garam metilsalisilat dan metanol.

Key word: ester, esterifikasi, metil salisilat, katalis, saponifikasi

ABSTRACT

In this experiment, the synthesis of methyl salicylate aims to study the synthesis of the
principles and practice ester synthesis method metilsalisilat. Methyl salicylate is an ester
compound obtained from the reaction between salicylic acid esterification with methanol.
The reaction that occurs is assisted by the catalyst of sulfuric acid (H2SO4) which will
react with salicylic acid so protonated carboxyl groups. The next stage, occurs alcohol
adduct and proton transfer to the carboxyl group, and ending with deprotonation and
elimination of water. At the end of the reaction, the catalyst that reacts released again with
the addition of sodium carbonate that will bind the hydrogen ions from the catalyst. Results
obtained from these experiments is methyl salicylate in the form of orange-colored liquid
substance in the oil phase. Based on the test results of the chemical, methyl salicylate
undergo saponification reaction with a strong acid addition salt deposits NaOH produce
methyl salicylate and methanol.

Key word: ester, esterification, methyl salicylate, catalyst, saponification

PENDAHULUAN
Ester merupakan senyawa turunan asam karboksilat dengan rumus umum RCOOR’.
Ester merupakan senyawa turunan dari asam karboksilat dimana ion hidrogen pada gugus
hidroksil digantikan oleh radikal hidrookarbon. Ester bersifat volatil dan mudah larut dalam
pelarut organik. Ester yang memiliki 3 sampai 5 atom karbon dapat larut dalam air dan
selebihnya tidak larut dalam air Ester merupakan satu-satunya senyawa turunan alkana yang
dapat mengalami hidrolisis membentuk asam karboksilat dan alkohol. Selain itu, ester dapat
Finiapryanti_ 1
Pure and Industrial Chemistry_University f Brawijaya
Laporan Praktikum Kimia Organik X

bereaksi dengan amonia membentuk amida dan alkohol; mengalami transesterifikasi dengan
alkohol menghasilkan ester yang berbeda; serta bereaksi dengan pereaksi grignard. Ester
banyak ditemukan di alam dalam beberapa minyak nabati dan hewani. Senyawa-senyawa
ester memiliki aroma harum yang khas dan menyerupai beberapa tumbuhan[1].

Tabel 1. Contoh ester dengan aroma khas tumbuhan[1]

Jenis Ester Tumbuhan


Etil format Rum
Isopentil asetat Pisang
Etil butirat Nanas
Metil salisilat Sarsaparila
Propil asetat Pir
n-oktil asetat Jeruk manis
Metil butirat Apel

Reaksi esterifikasi adalah reaksi pembuatan ester dari suatu asam karboksilat dengan
suatu alkohol menggunakan katalis asam. Reaksi ini merupakan reaksi dapat balik(reversibel)
dimana laju esterifikasi dari suatu asam karboksilat bergantung pada halangan sterik dalam
alkohol dan asam karboksilatnya. Reaksi esterifikasi terdiri dari tiga tahapan, yaitu protonasi
gugus karboksil; adisi alkohol dan transfer proton ke gugus karboksil; serta deprotonasi dan
eliminasi air[2].

Finiapryanti_ 2
Pure and Industrial Chemistry_University f Brawijaya
Laporan Praktikum Kimia Organik X

Gambar 1. Mekanisme reaksi esterifikasi[2]

Metil salisilat disebut juga asam-2-hidroksi benzoat metil ester. Metil salisilat adalah
suatu senyawa organik yang memiliki cincin aromatik dan merupakan turunan dari metil ester
atau asam salisilat. Bentuk fisik metil salisilat adalah cairan berwarna kuning kemerahan
dengan bau wintergreen. Metil salisilat merupakan oksidator yang kuat, bersifat asam dan
alkalis. Metil salisilat mempunyai rumus molekul C8H8O3, memiliki massa molekul relatif
152,15 g/mol, tekanan uap 5,24, titik didih 214-224 °C, titik leleh -8,6 °C, dan memiliki
kelarutan dalam alkohol. Metil salisilat dapat dibuat melalui reaksi kondensasi asam salisilat
dan metanol[3].

Finiapryanti_ 3
Pure and Industrial Chemistry_University f Brawijaya
Laporan Praktikum Kimia Organik X

Gambar 2. Mekanisme reaksi pembentukan metil salisilat[3]

Prinsip kerja metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap
pada suhu tinggi, namun akan kembali didinginkan pada kondensor sehingga pelarut yang
tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah
reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung. Sementara itu, aliran gas
N2 diberikan agar tidak ada uap air atau gas oksigen yang masuk, terutama pada senyawa
organologam untuk sintesis senyawa anorganik karena sifatnya reaktif[4].
Prinsip eksraksi cair-cair (ekstraksi pelarut) adalah memisakan komponen kimia di
antara dua fasa pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian konponen larut pada
fasa pertama dan sebagian larut pada fasa kedua. Lalu kedua fasa zat yang mengandung zat
terdispersi dikocok dan didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna hingga terbentuk dua
lapisan fasa cair. Ekstraksi cair-cair didasarkan pada perbedaan kelarutan untuk memisahkan
komponen suatu campuran dengan mengontak cairan lain[5].
Reaksi esterifikasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
antara lain sebagai berikut[6]:
a. Waktu Reaksi
Semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar zat semakin besar
sehingga akan menghasilkan konversi yang besar. Jika kesetimbangan reaksi sudah tercapai

Finiapryanti_ 4
Pure and Industrial Chemistry_University f Brawijaya
Laporan Praktikum Kimia Organik X

maka dengan bertambahnya waktu reaksi tidak akan menguntungkan karena tidak
memperbesar hasil.
b. Pengadukan
Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antara molekul zat pereaksi dengan
zat yang bereaksi sehingga mempercepat reaksi dan reaksi terjadi sempurna. Sesuai dengan
persamaan Arrhenius :

dimana, T = Suhu absolut ( ºC)


R = Konstanta gas umum (cal/gmol ºK)
E = Tenaga aktivasi (cal/gmol)
A = Faktor tumbukan (t-1)
k = Konstanta kecepatan reaksi (t-1)
Semakin besar tumbukan maka semakin besar pula harga konstanta kecepatan reaksi.
Sehingga dalam hal ini pengadukan sangat penting mengingat larutan minyak-katalis metanol
merupakan larutan yang immiscible.
c. Katalisator
Katalisator berfungsi untuk mengurangi tenaga aktivasi pada suatu reaksi sehingga
pada suhu tertentu harga konstanta kecepatan reaksi semakin besar. Pada reaksi esterifikasi
yang sudah dilakukan biasanya menggunakan konsentrasi katalis antara 1- 4 % berat sampai
10 % berat campuran pereaksi.
d. Suhu Reaksi
Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka semakin banyak konversi yang
dihasilkan, hal ini sesuai dengan persamaan Archenius. Bila suhu naik maka harga k makin
besar sehingga reaksi berjalan cepat dan hasil konversi makin besar.
Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis lemak oleh basa kuat yang menghasilkan sabun
mentah dan alkhol. Lemak pada reaksi ini umumnya berupa senyawa ester. Saponifikasi
disebut juga reaksi penyabunan. Mekanisme reaksi saponifikasi melibatkan kesetimbangan
pemutusan ikatan ester oleh basa kuat. Pada tahap pertama, ion hidroksida dari basa kuat
menyerang gugus karbonil ester menghasilkan produk intermediet yan g disebut ortoester.
Pada tahap ke-dua, terjadi pemutusan alkoksida menghasilkan asam karboksilat. Pada tahap
ketiga, asam karboksilat melepaskan ion hidrogen dan menangkap kation dari basa kuat
membentuk endapan garam karboksilat. Sementara itu, ion hidrogen akan ditangkap oleh
basa konjugat membentuk alkohol. Untuk memisahkan sabun (garam karboksilat) dari
alkohol dapat ditambahkan garam NaCl sehingga sabun akan tergumpalkan menjadi sabun
padat yang memisah dari alkohol[7].

Finiapryanti_ 5
Pure and Industrial Chemistry_University f Brawijaya
Laporan Praktikum Kimia Organik X

Gambar 3. Mekanisme reaksi saponifikasi[7]

METODOLOGI
Alat dan bahan
Bahan kimia yang digunakan dalam percobaan ini adalah 3,45 gram asam salisilat
(C7H6O3, sebagai reaktan), 30 ml metanol (CH2OH, sebagai reaktan), 11 ml asam sulfat
(H2SO4, sebagai katalis yang akan mempercepat reaksi), batu didih (untuk mengurangi
letupan atau bumping saat campuran direfluks akibat perbedaan titik didih reaktan), 25 ml
natrium bikarbonat 5% (NaHCO3, sebagai zat pengekstrak untuk mengikat ion hidrogen dari
katalis asam sulfat), dan 1 ml natrium hidroksida 10% (NaOH, untuk menghidrolisis metil
salisilat dalam reaksi saponifikasi dan untuk memastikan hasil yang diperoleh adalah metil
salisilat).
Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas arloji (sebagai tempat
untuk menimbang asam salisilat), neraca analitik (untuk menimbang asam salisilat, botol
sampel, dan metil salisilat), spatula (untuk membantu memindahkan bahan dan mengaduk),
Finiapryanti_ 6
Pure and Industrial Chemistry_University f Brawijaya
Laporan Praktikum Kimia Organik X

gelas beaker 250 mL (untuk menampung zat cair sementara), gelas ukur 100 mL (untuk
mengukur volume metanol, asam sulfat, dan natrium karbonat), seperangkat alat refluks
(untuk merefluks reaktan dan katalis, sehingga memberikan tambahan energi dan
mempercepat gerakan molekul sehingga reaksi cepat berlangsung), pipet tetes (untuk
menambahkan asam sulfat), dan corong pisah (untuk memisahkan metil salisilat dari air
berdasarkan perbedaan massa jenisnya setelah mengekstrak larutan dengan natrium
karbonat), tabung reaksi (sebagai tempat untuk uji sifat kimia metil salisilat berupa hidrolisis
dengan NaOH 10%), mantel pemanas (untuk memanaskan larutan pada uji sifat kimia metil
salisilat), botol vial (untuk menampung metil salisilat hasil sintesis), dan botol semprot (untuk
menampung akuades).

Prosedur kerja
Sintesis metil salisilat
Asam salisilat 0,025 mol (3,45 gram) dimasukkan ke dalam labu alas bulat. Metanol
(30 ml) ditambahkan ke dalam labu alas bulat. Asam sulfat pekat (11 ml) ditambahkan ke
dalam labu alas bulat sedikit demi sedikit sambil digoyangkan. Campuran reaktan tersebut
ditambahkan dengan batu didih dan direfluks selama 1 jam. Campuran didinginkan selama
kurang lebih setengah jam sampai suhu ruang, kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah.
Natrium karbonat (25 ml) dimasukkan ke dalam corong pisah. Corong pisah dikocok sambil
dibuka krannya setiap beberapa kali pengocokan sampai tidak ada lagi gas yang keluar.
Corong pisah dipasang pada statif dan campuran zat di dalamnya dibiarkan sampai
membentuk dua lapis fasa (fasa organik dan fasa air). Fasa organik yang berada pada lapisan
bawah dikeluarkan dari corong pisah dan ditampung pada botol vial. Fasa organik tersebut
adalah metil salisilat. Selanjutnya, metil salisilat ditimbang pada neraca analitik.

Uji sifat kimia metil salisilat


Metil salisilat (5 tetes) dimasukkan ke dalam tabung reaksi. NaOH (1 ml, 10%)
ditambahkan ke dalam tabung reaksi, kemudian dipanaskan selama 5 menit. Selanjutnya
diamati perubahan yang terjadi pada campuran metil salisilat dan NaOH.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sintesis metil salisilat
Hasil yang diperoleh pada percobaan ini adalah senyawa metil salisilat sebanyak 1,35
gram dengan rendemen sebesar 35,49%. Persen rendemen ini menunjukkan bahwa dari 100
gram metil salisilat yang seharusnya diperoleh berdasarkan perhitungan reaktan, hanya 35,49
gram yang dapat diperoleh pada percobaan. Rendahnya persen rendemen pada percobaan ini
dapat dibebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah katalisator, suhu, pengadukan,
maupun waktu reaksi. Apabila keempat faktor tersebut belum diberikan secara optimal, maka
reaksi esterifikasi tidak akan berlangsung sempurna sehingga metil salisilat belum tersintesis
secara keseluruhan. Metil salisilat berupa zat cair berwarna kuning kemerahan yang berada
pada fasa organik (minyak). Metil salisilat diperoleh dari reaksi antara asam salisilat dan
metanol dengan bantuan katalis asam sulfat. Melalui pemanasan pada refluks, metil salisilat
akan bereaksi terlebih dahulu dengan katalis sehingga gugus karboksilatnya terprotonasi.
Kemudian metil salisilat terprotonasi diadisi dengan metanol dan terjadi transfer proton ke
gugus karbonil. Pada keadaan ini larutan yang terbentuk masih terlihat satu fasa (homogen)
dan berwarna ungu muda. Setelah dilakukan ekstraksi dengan penambahan natrium
bikarbonat, maka natrium bikarbonat tersebut akan mengikat ion hidrogen dari katalis

Finiapryanti_ 7
Pure and Industrial Chemistry_University f Brawijaya
Laporan Praktikum Kimia Organik X

sehingga terjadi deprotonasi dan eliminasi air (natrium karbonat menarik air) yang dibuktikan
dengan terbentuknya dua lapis fasa. Lapisan atas adalah fasa air yang mengandung natrium
bikarbonat dan katalis. Lapisan bawah adalah fasa organik yang merupakan metil salisilat.
Metil salisilat berada pada lapisan bawah karena memiliki massa jenis yang lebih besar
dibandingkan massa jenis air, ρmetil salisilat = 1,44 gram/cm3, ρair = 1,00 gram/ cm3[8].

Gambar 4. Mekanisme reaksi pembentukan metil salisilat

Uji sifat kimia metil salisilat


Berdasarkan hasil uji sifat kimia metil salisilat dengan penambahan natrium
hidroksida, terbentuk endapan berwarna putih dengan jumlah yang lebih banyak setelah
dipanaskan. Reaksi antara metil salisilat dan natrium hidroksida ini disebut sebagai reaksi
saponifikasi (penyabunan). Saponifikasi merupakan reaksi antara lemak (ester) dengan basa
kuat yang menghasilkan sabun dan alkohol[9]. NaOH akan terionisasi, dan ion hidroksida
akan menyerang gugus karbonil ester menghasilkan intermediet. Kemudian terjadi pemutusan
alkoksida menghasilkan asam karboksilat. Asam karboksilat ini nantinya akan melepaskan in
hidrogen dan menangkap kation alkali dari basa kuat membentuk garam karboksilat (sabun).
Sementara itu, ion hirogen akan ditangkap oleh basa konjugat membentuk alkohol. Pada
percobaan ini, metil salisilat merupakan lemaknya dan natrium hidroksida merupakan basa
kuatnya. Sementara itu, endapan putih yang terbentuk merupakan sabun (garam metil
salisilat) dan filtratnya merupakan metanol. Apabila garam metil salisilat dieliminasi dari
filtratnya, maka aroma khas dari larutan akan hilang. Hal itu terjadi karena aroma khas pada
larutan merupakan karakter dari metil salisilat.

Finiapryanti_ 8
Pure and Industrial Chemistry_University f Brawijaya
Laporan Praktikum Kimia Organik X

Gambar 5. Mekanisme saponifikasi metil salisilat dengan NaOH

KESIMPULAN
Senyawa ester dapat disintesis dari asam karboksilat dan alkohol dengan katalis asam
kuat melalui reaksi esterifikasi. Pada percobaan ini, sintesis senyawa metil salisilat dilakukan
dengan mereaksikan asam salisilat dengan metanol dengan bantuan katalis asam sulfat pekat
untuk mempercepat reaksi. Esterifikasi dalam pembentukan metil salisitat berlangsung
melalui tiga tahapan, yaitu protonasi gugus karboksil; adisi alkohol dan transfer proton ke
gugus karboksil; serta deprotonasi dan eliminasi air. Pada akhir reaksi, penambahan natrium
bikarbonat berfungsi untuk mengikat H+ dari katalis asam sulfat yang bereaksi dengan
reaktan pada awal reaksi. Pada percobaan ini, diperoleh metil salisilat sebanyak 1,35 gram
dengan rendemen sebesar 3549%. Metil salisilat merupakan zat cair berwarna kuning
kemerahan yang memiliki berat jenis lebih besar dai air. Uji sifat kimia metil salisilat
menunjukkan bahwa metil salisilat dapat mengalami reaksi saponifikasi (penyabunan)
dengan penambahan basa kuat NaOH membentuk dua fasa, yaitu endapan berwarna putih
yang merupakan garam salisilat (sabun) dan cairan tidak berwarna (metanol).

Finiapryanti_ 9
Pure and Industrial Chemistry_University f Brawijaya
Laporan Praktikum Kimia Organik X

DAFTAR PUSTAKA
[1] Hamerton, I., Chemistry of Technology of Cyanate Ester Resins, 2012, Springer Science
and Bussiness Media, USA.
[2] Freas, Raymond, Benzoic and Tolule Acid with Lower Alcohols, 2016, Eschenbach
Printing Company, Amsterdam.
[3] Thompson, Robert, Illustrated Guide to Home Chemistry Experiment, 2008, O’Reilly
Media Imc., USA.
[4] Meijere, Armin de, Sciences of Synthesis : Nouben – Weyl Methods of Molecular
Transformations, 2014, Spinger Sciences and Business Media, USA.
[5] Hanson, C., Recent Advances in Liquid-Liquid Extraction, 2013, Elsevier, USA.
[6] Maharani, Hikmah Nurul, Zuliyana, Pembuatan Metil Ester (Biodiesel) dari Minyak
Dedak dan Metanol dengan Proses Esterifikasi dan Transesterifikasi, 2010, Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.
[7] Gebelin, Charles G., Chemistry and Our World, 2005, Wm. C Brown Publishers, USA.
[8] Zatz, Joel L., Maria Glaucia Teixeira, Pharmaceutical Calculations, 2013, John Willey
and Sons, USA.
[9] Kent, James A., Handbook of Industrial Chemistry and Biotechnology, 2013, Springer
Science and Bussiness Media, New York.

Finiapryanti_ 10
Pure and Industrial Chemistry_University f Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai