Anda di halaman 1dari 10

IAIN Madura

Wajah-wajah Masjid di Madura

BAB II
TINJAUAN TENTANG MASJID

A. Pengertian Masjid
Masjid berasal dari kata “sajada”, artinya tempat sujud atau
tempat shalat, dan dalam Islam, membangun masjid termasuk salah satu
investasi amal yang tak putus-putus walaupun orang tersebut sudah
meninggal dunia. Setiap muslim juga dianjurkan untuk senantiasa
mendatangi dan memakmurkan masjid.
Masjid (ٌ‫ ) َمس ِْجد‬dengan huruf jiim yang dikasrahkan adalah
tempat khusus yang disediakan untuk sujud shalat dalam lima waktu,
sedangkan jika yang dimaksud adalah tempat meletakkan dahi ketika
sujud, maka huruf jiim-nya di fat-hah-kan.1 ٌ ‫ َم ْس َجد‬Secara bahasa, kata
masjid (ٌ‫ ) َمس ِْجد‬adalah tempat yang dipakai untuk bersujud, kemudian
maknanya meluas menjadi bangunan khusus yang dijadikan oleh orang-
orang untuk tempat berkumpul menunaikan shalat berjama’ah. Az-
Zarkasyi berkata, “Manakala sujud adalah perbuatan yang paling mulia
dalam shalat, disebabkan kedekatan hamba Allah kepada-Nya di dalam
sujud, maka tempat melaksanakan shalat diambil dari kata sujud (yakni
masjad = tempat sujud), mereka tidak menyebutnya ٌ‫( َم ْركَع‬tempat ruku’)
atau yang lainnya. Kemudian perkembangan berikutnya lafazh masjad
berubah menjadi masjid, yang secara istilah berarti bangunan khusus
yang disediakan untuk melakukan shalat lima waktu. Berbeda dengan
tempat yang digunakan untuk shalat ‘Id atau sejenisnya (seperti shalat
Istisqa’) yang dinamakan ‫صلَّى‬ َ ‫( ا َ ْل ُم‬mushallaa = lapangan terbuka yang
digunakan untuk shalat ‘Id atau sejenisnya), hukum bagi masjid tidak
dapat diterapkan pada mushalla.2
Istilah masjid menurut syara’ adalah tempat yang disediakan
untuk shalat yang di dalam dan sifatnya tetap, bukan hanyaa untuk
sementara3, pada dasarnya, istilah masjid menurut syara adalah setiap
tempat di bumi yang digunakan untuk bersujud karena Allah di tempat

1. Lihat Lisaanul Arab karya Ibnu Manzhur, bab ad-Daal, fasal al-Miim (III/204-205)
dan Subulus Salaam karya ash-Shan’ani (II/179)
2. Maka tidak ada shalat tahiyatul mushalla, yang ada hanya tahiyatul masjid. Demikian

pula hukum-hukum lain yang berkaitan dengan masjid, tidak dapat diterapkan
pada mushalla
3. Mu’jamu Lughatil Fuqahaa’ karya ustadz Dr. Muhammad Rawas (hal. 397)

1
IAIN Madura
Wajah-wajah Masjid di Madura

itu.4, ini berdasarkan hadits Jabir Radhiyallahu anhu dari Nabi


Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda.
ٌِ ‫ص‬
‫ل‬ َّ ‫اٌر ُج ٍلٌمٌِ ْْنٌُأ ُ َّمِتِ ْيٌُأَْد َْر َكِتُْهٌُال‬
َ ُ‫ٌفٌَْلي‬،ُ‫صَالَُة‬ َ ‫ٌفَأَيُّ َم‬،‫ط ُه ْو ًرا‬ َ ‫ضٌ َمس ِْجد ًَاو‬ُ ‫ِيٌاْأل َ ْر‬
َ ‫َوٌ ُج ِعلَتْ ٌل‬
Artinya: “..dan Bumi ini dijadikan bagiku sebagai tempat shalat serta
sarana bersuci (tayammum). Maka siapa pun dari umatku
yang datang waktu shalat (di suatu tempat), maka hendaklah
ia shalat (di sana).5
Ini adalah kekhususan Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
dan ummatnya, sementara para Nabi sebelum beliau di utus hanya
diperbolehkan shalat di tempat tertentu saja, seperti sinagog dan gereja
saja.6
Dari Abu Dzar Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam beliau bersabda:
َّ ‫َوا َ ْينَ َماُأَْد َْر َكِتْكَ ٌال‬
َ َ‫صَالَُةٌُف‬
ٌ‫ٌفَ ُه َو َمس ِْجد‬،‫ص ِل‬
Artinya: “Dan di tempat mana saja waktu shalat tiba kepadamu, maka
shalatlah, karena tempat itu adalah masjid.7
Imam An-Nawawi Rahimahullah berkata, “Hadits itu
menunjukkan bahwa dibolehkannya shalat di semua tempat, kecuali
yang dikecualikan oleh syara’, tempat yang dikecualikan tersebut adalah
pekuburan dan tempat lainnya yang bernajis seperti tempat sampah dan
pejagalan (tempat penyembelihan hewan), demikian pula tempat yang
dilarang untuk melakukan shalat dikarenakan alasan tertentu yang lain,
yang terakhir ini semisal tempat unta-unta menderum, dan lain-lainnya
seperti di tengah jalan, di kamar mandi (sekalipun suci), dan tempat
selain itu, alasannya adalah karena ada hadits yang melarangnya.8
Lafazh Al-Jaami’ (ٌ‫ )ا َ ْل َجامِ ُع‬adalah sifat dari Masjid Al-Masjid
ْ
(ٌُ‫)اَل َمس ِْجد‬, disifati demikian karena masjid adalah tempat yang
menghimpun ahli masjid di sana. Berdasarkan hal ini maka orang

4. Lihat I’laamus Saajid bi Ahkaamil Masajid karya az-Zarkasyi (hal.27)


5. Muttafaq ‘alaih : al-Bukhari, kitab at-Tayammum, bab Haddatsanaa Abdullah bin
Yusuf (no. 335) dan Muslim kitab al-Masaajid, bab al-Masaajid wa
maudhi’ush shalaah (no. 521)
6. Lihat al-Mufhim lima Asykala min Talkhiishi Kitaabi Muslim karya al-Qurthubi

(II/117)
ِ َّ ِ َ ٌْ ‫سلَ ْي َمانَ ٌبِ ْع َم‬
7. Muttafaq ‘alaih : al-Bukhari kitab al-Anbiyaa, babٌ‫ٌالع ْبد ٌُإنَُه ٌُُأَواب‬
ُ ٌَ‫( َو َوٌ َه ْبنَاٌ ِلد َُاووْد‬no.
425) dan Muslim, kitab al-Masaajid wa Maudhi’ush Shalaah, bab al-Masaajid
wa maudhi’ush shalaah (no. 520)
8. Syarhus Nawawi ‘alaa Shahiihi Muslim (V/5)

2
IAIN Madura
Wajah-wajah Masjid di Madura

mengatakannya: ‫ٌال َجا ِم ٌُع‬ْ ُ‫( ا َ ْل َمس ِْجد‬dengan susunan sifat dan maushuf-nya).
Namun boleh juga dikatakan (‫ٌال َجامِ ع‬ ْ ُ‫ ) َمس ِْجد‬dengan susunan idhafat
(susunan mudhaf dengan mudhaf ilaihnya) dengan makna ٌ ‫ٌاليَ ْو ِم‬ ْ ُ‫َمس ِْجد‬
‫ ْال َجامِ ٌُع‬artinya: tempat orang bersujud (shalat) di hari mereka berkumpul
(hari Jum’at).9 Dan istilah ‫ٌُال َجامِ ٌُع‬ ْ ‫ ا َ ْل َمس ِْجد‬atau ‫ٌُال َجامِ ع‬
ْ ‫ َمس ِْجد‬digunakan untuk
masjid yang dipakai untuk shalat Jum’at, sekalipun masjid itu kecil,
asalkan orang-orang berkumpul di waktu yang diketahui (hari Jum’at)
untuk shalat Jum’at10

B. Hubungan Pesantren dan Masjid


Menurut Zamakhsari Dhofier pesantren tidak hanya terdiri dari
tiga unsur, tetapi lebih dari itu, yaitu antara lain pondok, masjid, kyai,
santri, dan pengajaran kitab-kitab klasik (dalam sejarah kebanyakan kyai
hanya mengajarkan kitab kuning karangan ulama salaf dulu, tapi pada
perkembangan selanjutnya, tidak jarang kyai menambah khazanah
keilmuan Islam dengan mengarang kitab sendiri, yang kemudian juga
diajarkan kepada santri-santrinya).11 Berdasarkan penjelasan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa elemen-elemen pondok pesantren ada
lima, yaitu kyai, santri, pondok/asrama, masjid, dan pengajaran ilmu-
ilmu keagamaan.
“Kedudukan Masjid sebagai sebagai pusat pendidikan dalam
tradisi pesantren merupakan manifestasi universalisme dari sistem
pendidikan Islam tradisional, dengan kata lain kesinambungan sistem
pendidikan Islam yang berpusat di Masjid sejak Masjid Quba’ didirikan
di dekat Madinah pada masa Nabi Muhammad SAW tetap terpancar
dalam sistem pesantren sampai saat ini. Sejak zaman Nabi, Masjid telah
menjadi pusat pendidikan Islam”
Lembaga-lembaga pesantren di Jawa memelihara terus tradisi
tersebut, bahkan pada zaman seperti sekarang di daerah umat Islam

9. Lihat Lisaanul ‘Arab karya Ibnu Maznhur, bab al-Ain fasal al-Jiim (VIII/55) Sumber:
https://almanhaj.or.id/2524-pengertian-masjid.html
10. Disalin dari kitab Al-Mabhatsus Saadisu wal Isyruun Shalaatul Maaridh (Juz-un min

Shalaatul Mu’min), Penulis Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani, Edisi
Indonesia Akhlak Bertamu Ke Baitullah, Panduan Lengkap Etika Di Dalam
Masjid, Penerjemah Ade Ikhwan Ali, Penerbit Pustaka Ibnu Umar–Jakarta
11 Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang, (Malang: el-Hikmah: Jurnal Kependidikan dan Keagamaan, Volume
III, 2011) hlm 153.
3
IAIN Madura
Wajah-wajah Masjid di Madura

begitu terpengaruh oleh kehidupan Dunia Barat, masih ditemui beberapa


ulama dengan penuh pengabdian mengajar kepada para santri di masjid-
masjid serta memberi wejangan dan anjuran kepada murid-muridnya.
Di Jawa biasanya bagi seorang Kyai yang mengembangkan suatu
pesantren pertama-tama dengan mendirikan Masjid di dekat rumahnya.
Langkah ini biasanya diambil atas perintah Kyainya yang telah menilai
bahwa ia merasa sanggup mengelola dan memimpin sebuah pesantren.
Selanjutnya Kyai tersebut akan mengajar murid-muridnya (para santri)
di masjid, sehingga Masjid merupakan elemen yang sangat penting dari
pesantren.
Masjid pada hakikatnya menjadi pusat dan merupakan sentral
kegiatan ummat muslim baik dalam dimensi ukhrawi maupun maknawi,
Masjid memberikan indikasi sebagai kemampuan seorang abdi dalam
mengabdi kepada Allah yang disimbolkan dengan adanya masjid.12
Masjid merupakan elemen yang tak dapat dipisahkan dengan pesantren
dan di anggap sebagai tempat yang paling tepat untuk dijadikan tempat
untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek-praktek
keberagaamaan misalnya, shalat lima waktu, khotbah, dan pengajaran
kitab-kitab klasik, kedudukan Masjid dipandang sangat penting sebagai
salah satu pusat pendidikan dalam tradisi pesantren yang merupakan
manivestasi universalisme dari sistem pendidikan Islam tradisional.
Masjid telah menjadi pusat pendidikan Islam sejak zaman Nabi,
dan mereka selalu menggunakan Masjid sebagai tempat pertemuan
untuk bermusyawarah, sebagai pusat pendidikan, dan sebagainya.
Bahkan di zaman sekarang seringkali kita temukan para ulama penuh
pengabdian menggunakan Masjid sebagai tempat mengajar murid-
muridnya, memberikan nasehat dan apa sajayang berhubungan dengan
ilmu pendidikan atau Ilmu Pengetahuan. Apabila seorang Kyai yang
ingin mengembangkan lembaganya yang dikenal dengan nama
“Pesantren”, biasanya akan mendirikan Masjid di dekat rumahnya.
Langkah ini biasanya di ambil atas perintah gurunya yang telah menilai
bahwa ia akan sanggup mengelola dan memimpin sebuah lembaga
pesantren. Keberadaan Masjid juga digunakan para Kyai untuk
menyelenggarakan pengajian yang sifatnya umum yakni pengajian

12 Ghozali, Bahri, Pesantren Berwawasan Lingkungan, Jakarta: PT Prasasti, 2001, 19.

4
IAIN Madura
Wajah-wajah Masjid di Madura

kitab-kitab klasik yang diikuti para santri dengan masyarakat sekitar


pesantren.
Seni sebagai suatu bentuk ekspresi seniman memiliki sifat-sifat
kreatif, emosional, individual, abadi dan universal. Sesuai dengan salah
satu sifat seni yakni kreatif, maka seni sebagai kegiatan manusia selalu
melahirkan kreasi-kreasi baru, mengikuti nilai-nilai yang berkembang di
masyarakat pada setiap jamannya. Seni juga merupakan hal yang
menjadikan dunia terasa indah dan sejuk, karena tanpa seni tidak ada
yang dapat dirasakan begitu indah. Tuhan menciptakan dunia dan
seluruh kekayaan yang ada di dalamnya dengan seni dan penuh dengan
keindahan. Hal ini dapat terlihat dari beragamnya warna yang ada dalam
dunia ini, air bewarna bening, tanah bewarna coklat, pepohonan yang
berwarna hijau, langit bewarna biru. Semuanya diciptakan penuh
dengan seni, sampai kepada ciptaanNya yang paling megah dan penuh
dengan seni, yaitu manusia. Setiap manusia adalah seniman, disadari
ataupun tidak karena manusia adalah suatu karya seni Tuhan Yang
Maha Kuasa. Sehingga dapat dikatakan bahwa dimanapun manusia
berada adalah makhluk Tuhan yang diciptakan penuh dengan seni akan
selalu melakukan seni dengan cara-cara dan kebudayaannya masing-
masing. Berkesenian adalah salah satu ekpresi proses kebudayaan
manusia. kesenian adalah salah satu ciri utama suatu kebudayaan. Bagi
manusia kesenian memiliki dua dimensi, yaitu dimensi budaya
(pemerdekaan diri) dan dimensi fungsional (kegunaan, efisiensi, teknis
dan komersil). Manusia ingin menikmati dan membagikan pengalaman
nilai estetis dalam kehidupannya, sehingga berkesenian menjadi penting
dalam hidup. Seperti yang telah diketahui bahwa seni sebagai suatu
bentuk ekspresi seniman yang memiliki sifat-sifat kreatif, emosional,
individual, abadi dan universal, maka seni memiliki berbagai jenis
seperti seni rupa, seni tari, seni lukis, seni bangunan (arsitektur) dan lain
sebagainya yang memiliki berbagai macam ciri khas dari masing-
masing seni. Berhubung karena banyaknya jenis seni untuk itu dalam
buku ini penulis hanya membatasi pembahasan yaitu seni bangunan
(arsitektur). Seni Arsitektur adalah merupakan seni dan ilmu dalam
merancang bangunan, dalam arti yang lebih luas, seni arsitektur
mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan,
mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan,

5
IAIN Madura
Wajah-wajah Masjid di Madura

arsitektur lanskap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain


perabot dan desain produk. Seni Arsitektur juga merujuk kepada hasil-
hasil proses perancangan tersebut. Seni Arsitektur menurut Islam
merupakan wujud perpaduan antara kebudayaan manusia dan proses
penghambaan diri seorang manusia kepada Tuhannya, yang berada
dalam keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan dan
Penciptanya. Seni Arsitektur Islam mengungkapkan hubungan tentang
geometris yang komplek, hirarkhi bentuk dan ornamen, serta makna
simbolis yang sangat dalam. Seni Arsitektur Islam merupakan salah satu
jawaban yang dapat membawa pada perbaikan peradaban, dalam Seni
Arsitektur Islam terdapat esensi dan nilai-nilai Islami yang harus
dilaksanakan dan yang dapat diterapkan tanpa menghalangi dari
pemanfaatan teknologi bangunan di era modern ini sebagai alat dalam
mengekspresikan esensi tersebut Arsitektur yang merupakan bagian dari
budaya, selalu berkembang seiring dengan berkembangnya peradaban
manusia. Islam merupakan agama yang ikut membentuk sebuah
peradaban dunia, oleh karena itu, Islam juga turut membentuk
peradaban manusia memiliki budaya berarsitektur. Seni Budaya
arsitektur dalam Islam dimulai dengan dibangunnya Ka’bah oleh Nabi
Adam as sebagai pusat beribadah umat manusia kepada Allah SWT.
Bangunan yang pertama kali dibangun yang didirikan di muka bumi
adalah bangunan Ka’bah. Masa berikutnya dilanjutkan oleh seorang
Nabi yaitu Nabi Ibrahim AS bersama Putranya yaitu Nabi Ismail AS.
Beliau berdua memugar kembali bangunan Ka’bah. Berikutnya Nabi
Muhammad SAW melanjutkan misi pembangunan Ka’bah ini sebagai
bangunan yang bertujuan sebagai tempat beribadah kepada Allah. seni
budaya arsitektur dalam Islam terus berkembang dan memiliki daya
dorong yang belum pernah terjadi sebelumnya, serta mencapai arti
secara fungsional dan simbolis. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an
Surat Ali Imran ayat 96: “Sesungguhnya rumah yang mula-mula
dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di
Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua
ummat manusia.”
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Seni Arsitektur
Islam adalah cara membangun yang Islami sebagaimana ditentukan oleh
hukum syariah, tanpa batasan terhadap tempat dan fungsi bangunan,

6
IAIN Madura
Wajah-wajah Masjid di Madura

namun lebih kepada karakter Islaminya dalam hubungannya dengan


desain bentuk dan dekorasi. Pemahaman ini adalah suatu definisi yang
meliputi semua jenis bangunan, bukan hanya monumen ataupun
bangunan religius. Sebagaimana telah kita ketahui bersama, Arsitektur
Islam merupakan salah satu gaya seni arsitektur yang menampilkan
suatu keindahan yang kaya akan makna dari setiap detilnya mengandung
unsur simbolisme dengan makna yang sangat dalam. Makna yang
tertangkap dan terbaca pada arsitektur Islam itu adalah bahwa rasa
kekaguman kita terhadap keindahan dan estetika dalam arsitektur tidak
terlepas dari kepasrahan dan penyerahan diri kita terhadap kebesaran
dan keagungan Allah SWT sebagai Dzat yang memiliki segala
keindahan. Seni Arsitektur Islam lebih mengusung dan mengungkap
pada nilai-nilai universal yang dimuat oleh ajaran Islam. Nilai-nilai ini
nantinya dapat diterjemahkan ke dalam bahasa arsitektur dan tampil
dalam berbagai bentuk tergantung konteksnya, dengan tidak melupakan
esensi dari arsitektur itu sendiri, serta tetap berpegang pada tujuan utama
proses berarsitektur, yaitu sebagai bagian dari beribadah kepada Allah.
Seni Arsitektur Islam berkembang sangat luas baik itu di bangunan
sekuler maupun dibangunan keagamaan yang keduanya terus
berkembang sampai saat ini. Seni Arsitektur juga telah turut membantu
membentuk peradaban Islam yang kaya. Bangunan-bangunan yang
sangat berpengaruh dalam perkembangan seni arsitektur Islam adalah
masjid, kuburan, istana dan benteng yang kesemuanya itu memiliki
pengaruh yang sangat luas ke bangunan lainnya, yang kurang signifikan,
seperti misalnya bak pemandian umum, air mancur dan bangunan
domestik lainnya. Perkembangan dan pengembangan seni dalam ruang,
termasuk di dalamnya seni arsitektur berdasar pada nilai-nilai yang ada
dalam Al-Qur’an, apabila diterjemahkan secara fisik, memiliki beberapa
ciri utama.
Menurut Ismail Raji Al-Faruqi, ciri utama yang digolongkan
dalam empat kategori tersebut didasarkan pada ciri-ciri utama yang
dimiliki semua seni Islam, yaitu sebagai berikut:
1. Unit-unit isi
2. Arsitektur atau struktur dengan ruang interior
3. Lanskaping (holtikultura maupun akuakultura)
4. Desain kota dan desa

7
IAIN Madura
Wajah-wajah Masjid di Madura

Menurut Ismail Raji Al Faruqi pula, ajaran tauhid yang dapat


menstimulasi kesan infinitas dan transendensi melalui isi dan bentuk
estetis dapat direpresentasikan dalam karya seni Islam,yang ciri-ciri di
dalamnya mengandung kaidah-kaidah sebagai berikut :
1. Abstraksi
2. Unit/Modul
3. Kombinasi suksesif
4. Pengulangan
5. Dinamisme
6. Kerumitan.
Nabi Muhammad SAW bersabda dalam salah satu hadis bahwa
“Seluruh permukaan bumi ini adalah tempat sujud” Maksudnya, adalah
bahwa dimana saja tempat di muka bumi ini dapat digunakan untuk
tempat shalat, tentunya tempat yang bersih dan tidak bemajis, dan untuk
lebih tenang dan sesuai dengan ajaran Islam, dibangunlah Masjid
sebagai tempat untuk Shalat. Masjid digunakan untuk Shalat bersama-
sama (berjamaah) yang menurut ajaran Islam lebih utama dari pada
shalat sendiri (munfarid).

C. Sejarah Masjid
Setelah Nabi Muhammad SAW Hijrah dari Mekkah ke Madinah
maka yang pertama kali dibanguna adalah Masjid sedangkan Masjid
yang pertama yang didirikan oleh beliau adalah Masjid Quba, kemudian
Masjid Nabawi. Ciri dari kedua masjid ini hampir sama dengan masjid-
masjid Madinah lainnya mengikutinya kemudian, yaitu sangat
sederhana. Bentuknya empat persegi panjang, berpagar dinding batu
gurun yang cukup tinggi, tiangnya dibuat dari batang pohon kurma,
atapnya terbuat dari pelepah daun kurma yang dicampur dengan tanah
liat, mimbarnya juga dibuat dari potongan batang pohon kurma,
memiliki mihrab, serambi dan sebuah sumur, pola ini mengarah pada
bentuk fungsional sesuai dengan kebutuhan yang diajarkan oleh Nabi.
Biasanya Masjid pada waktu itu memiliki halaman dalam yang disebut
“Shaan”, dan tempat Shalat berupa bangunan yang disebut “Liwan”.
Beberapa waktu kemudian, pada masa khalifah yang dikenal
dengan sebutan Khulafaur Rasyidin pola masjid bertambah dengan
adanya “Riwaqs” atau serambi/selasar, ini terlihat pada Masjid Kuffah.

8
IAIN Madura
Wajah-wajah Masjid di Madura

Masjid yang dibangun pada tahun 637 M ini tidak lagi dibatasi oleh
dinding batu atau tanah liat yang tinggi sebagaimana layaknya Masjid-
masjid terdahulu, melainkan dibatasi dengan kolam air. Masjid ini
terdiri dan tanah lapang sebagai “Shaan” dan bangunan untuk shalat
(liwan) yang sederhana namun terasa suasana keakraban dan suasana
demokratis (Ukhuwah Islamiah). Islam masuk ke Indonesia melalui
pedagang-pedagang Gujarat, yang mengembangkan Islam ke Timur
pada masa Khalifah bani Ummaiyah/Muawiyah dimana pusat
pemerintahannya tidak lagi di Mekkah atau Madinah melainkan sudah
dipindahkan ke Damsyik/Damaskus di Syria. Daerah yang mula-mula
mendapat tebaran agama Islam antara lain Perlak, Samudra Pasai (Aceh)
dan Palembang, pantai utara Jawa yaitu Jepara dan Tuban serta
Indonesia Timur seperti Ternate, Ambon dan lain-lain, yaitu sekitar
tahun 1500 M.

D. Masjid Sebagai Tempat Ibadah


Masjid dapat diartikan sebagai suatu bangunan tempat
melakukan ibadah shalat secara berjamaah atau sendiri-sendiri, serta
kegiatan lain yang berhubungan dengan Islam. Selain masjid ada juga
yang dikenal dengan istilah lain seperti mushalla, langgar atau surau.
Mushalla atau langgar biasanya digunakan untuk shalat wajib (fardu)
sebanyak lima kali sehari semalam, serta untuk pendidikan dan
pengajaran masalah-masalah keagamaan. Sedangkan Masjid, digunakan
juga sebagai tempat Shalat berjamaah seperti Shalat Jum’at, shalat hari
Raya (kalau tidak di tanah lapang), shalat tarawih serta tempat i’tikaf.
Masjid biasanya digunakan sebagai tempat bermusyawarah,
belajar, beribadah dan lain-lain yang tujuannya adalah mengarah pada
kebaikan. Karena sesuai dengan hadits, dikatakannya: “dimana kamu
bersembahyang, disitulah masjidmu” Pada setiap masjid, tentunya ada
hal-hal khusus yang perlu diperhatikan sesuai dengan kebutuhan
peribadatan, yang perlu diperhatikan adalah antara lain urut-urutan
kegiatan shalat baik bagi laki-laki maupun wanita dalam Islam secara
tegas dipisahkan antara jamaah laki-laki dan wanita, dengan demikian,
sejak awal masuk, bersuci (wudlu) sampai pada waktu shalat sebaiknya
pemisahan itu telah dilakukan. Ruang untuk Shalat atau yang disebut
“Liwan”, biasanya berdenah segi empat. Hal ini sesuai dengan tuntunan

9
IAIN Madura
Wajah-wajah Masjid di Madura

dalam shalat bahwa setiap jemaah menghadap kearah kiblat.dengan


pandangan yang sama dan satu sama lain berdiri rapat. Shalat berjamaah
dipimpin oleh seorang Imam, yang berada ditengah pada posisi
terdepan.

10

Anda mungkin juga menyukai