Anda di halaman 1dari 10

IAIN Madura

Wajah-wajah Masjid di Madura

BAB IV
MASJID DAN PEMBERDAYAAN UMMAT

A. Masjid sebagai Pusat Pemberdayaan Ummat


Masjid sebagai tempat atau pusat pemberdayaan ummat.
“Posdaya berbasis masjid merupakan gerakan masyarakat dengan cara
menyegarkan modal sosial, memperkuat komitmen dan jejaring berbasis
kearifan dan potensi lokal yang dilakukan dari masyarakat, oleh
masyarakat, dan untuk masyarakat.” Demikian antara lain
penjabarannya yang disampaikan oleh Dr. Hj. Mufidah Ch, M Ag,
Ketua lembaga pengabdian masyarakat UIN Maliki Malang.
Posdaya berbasis masjid merupakan forum yang berfungsi
sebagai pusat dan medan budaya untuk belajar bersama antara
masyarakat, mahasiswa dan dosen, ketiga unsur ini merupakan sinergi
dan soliditas yang kuat untuk eksistensi keberadaan posdaya-posdaya
yang telah dibangun.
Kenapa Masjid pelu dijadikan sebagai pusat pemberdayaan
ummat? Beribadah itu bukan selulu pada kewajiban menjalankan sholat
wajib 5 waktu tetapi bagaimana ummat Islam dapat bangkit dari
kemiskinan, disinilah konsep pembangunan menjadi integratif antara
dunia akhirat. Konsep pengentasan kemiskinan bukan semata-mata
menjadi urusan pemerintah tetapi telah menjadi tanggung jawab
jama’ah. “Perang melawan kemiskinan merupakan jihad di jalan Allah,
ujarnya lagi.”
Tampaknya Posdaya telah mengubah pola relasi aparat di tingkat
desa atau kecamatan, para pengusaha, kalangan profesi dengan jama’ah
di masjid yang semula pola relasi out sider-in sider, “berbeda
kepentingan,” menjadi pola kekeluargaan, kepentingan bersama untuk
mengubah masyarakat menjadi sejahtera mandiri.
Berdasarkan pengalaman terjun langsung dilapangan Mufida
merasakan gerakan yang sangat dinamis, dimana sekarang ini para
aparat mendatangi masjid atau sebaliknya, para takmir masjid, kader
posdaya menghadiri forum-forum formal maupun silaturahim informal
yang produktif.
Sejumlah keluarga miskinpun telah berhasil didampingi untuk
penguatan kewirausahaan dan mengakses permodalan melalui dana

1
IAIN Madura
Wajah-wajah Masjid di Madura

masjid, dana Lakzis, BMT, dan bank UMKM dengan sistem tanggung
renteng.
Hal lain yang positif terjadi dengan optimalnya kegiatan posdaya
berbasis Masjid adalah, meningkatnya rasa percaya diri dari kalangan
masyarakat termarjinal. Mereka merasa telah memiliki teman dari
beragam unsur baik kalangan akademisi, kalangan profesi, pejabat
setempat dan tokoh-tokoh lokal yang mudah diakses dan bisa diajak
untuk diskusi. Demikian pula perubahan mindset para takmir Masjid
bahwa selama ini hanya menggunakan masjid sebagai tempat ibadah
murni menjadi masjid sebagai pusat pemberdayaan umat .
Ketika ditanya tentang program charity untuk pengentasan
kemiskinan, Mufida berkata yang sampai akhir hayatnya berkomitmen
untuk tetap aktif dalam mendampingi masyarakat melalui bidang
pemberdayaan ini, beliau berpendapat “sangat tidak setuju.”
Menurutnya, charity hanya menyuburkan mental lemah dalam
masyarakat kita. Menjadi sangat tergantung, peminta-minta, dependent
dan tidak mudah bersyukur atas nikmat Allah SWT.
Untuk itu, masjid yang sangat dekat keberadaannya dengan
lingkungan masyarakat harus dapat menjadi program kajian ke-Islaman
dan mampu menggali nilai-nilai Rahmatan Lil ‘Alamin. Bukan
dipahami mengasihi dengan membagi-bagikan harta kepada sesama,
tetapi membagi-bagikan semangat dan mengajak sesama ummat untuk
bangkit berdaya, mandiri dan memiliki integritas yang tinggi sebagai
umat yang beragama dan dimulyakan.
Kiprah Doktor lulusan IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2009
ini tak lepas dari bimbingan kedua orang tuanya yang sangat concern
dengan kegiatan kemasyarakatan, dimana sang ibunda adalah guru ngaji
di pedesaan sedangkan Bapaknya seorang veteran dan pernah menjadi
komandan Hisbullah wilayah Karesidenan Bojonegoro. Setelah merdeka
menjadi asisten wedana, mengajar ngaji di pesantren salaf dan aktif
berdakwah di berbagai komunitas.
Pendidikan agama dan kemasyarakatan memang lebih banyak
ditanamkan oleh orang tua Mufida kepada 12 anak-anaknya. Dengan
harapan kelak anak-anak ini dapat menjadi pemimpin yang berakhlak
mulia. Ditambahkan pula, ada pesan dari orang tua yang sangat
berkesan sampai saat ini, yaitu ”jangan kamu membiarkan jika ada

2
IAIN Madura
Wajah-wajah Masjid di Madura

orang yang punya kesulitan atau minta pertolongan sepanjang kamu bisa
melakukan meskipun hanya saran atau menjadi pendengar yang baik.”
Tak ada sukses jika tanpa dukungan dari pasangan hidup, Mufida
bersyukur memiliki suami yang merestui seluruh aktifitasnya diluar
rumah. Senior di kampus 4 angkatan diatasnya mampu mencuri hati
Mufida kala itu, selepas dirinya lulus dari Sarjana Muda merekapun
menikah. Komitmen membangun keluarga yang berkesetaraan saling
mendukung dan memberdayakan menjadi kunci kelanggengan rumah
tangga, dan suami adalah orang yang berjasa mengantarkan dirinya
untuk eksis hingga sekarang.
Mufida memaparkan kembali kiprahnya sebagai Ketua LPM
UIN Malang yang berawal pada bulan September tahun 2009, dimana
revitalisasi peran sosial keagamaan dosen dan mahasiswa mulai
dilakukan.
Dukungan pengembangan konsep dipelajari dari para pakar dan
lembaga-lembaga mapan dalam pengembangan masyarakat, team yang
terdiri dari sekretaris dan staff LPM di support pula oleh pimpinan
universitas, mulailah team ini bekerja dan mengedentifikasi tokoh
pemberdayaan yang akan dihadirkan sebagai narasumber seminar
nasional.
Bulan Maret 2010, ketika mengundang Prof. Dr. Haryono
Suyono Ketua Yayasan Damandiri ke kampus UIN Malang, menjadi
titik awal dari kerjasama yang solid. Gayung bersambut ini menjadi
landasan awal pengembangan Posdaya berbasis Masjid.
Kalau pada awalnya LPM UIN Maliki Malang menjadi anggota
dari UNMER Malang sebagai Korwil Jawa Timur. 2. Pada akhirnya
Satu tahun kemudian, Mufida mulai mencari teman-teman Perguruan
Tinggi Agama Islam (PTAI) lainnya untuk mengintegrasikan posdaya
ini kedalam program KKN tematik berbasis Masjid.
Respon positif tampaknya didapatkan dari 16 PTAI Yaitu UIN
Maliki Malang, IAIN Sunan Ampel Surabaya, STAIN Jember, STAIN
Pamekasan, STAIN Tulungagung, STAIN Ponorogo, STAIN Kediri,
IAI Ibrahimy Situbondo, IAI Nurul Jadid Probolinggo, STAI Zainul
Hasan Probolinggo, STAI Ibrahimy Banyuwangi, STAI At Taqwa
Bondowoso, Univ. Yudharta Pasuruan, IAI Tribhakti Kediri, UNISMA
Malang, dan STAI Al Qolam Malang.

3
IAIN Madura
Wajah-wajah Masjid di Madura

Sehingga dimulailah KKN versi baru berbasis Masjid


menjambangi 24 Kabupaten dan Kota di Jawa Timur Meliputi wilayah:
Kota Malang, Kota Batu , Kota Pasuruan, Kota Blitar, Kota Kediri, Kab.
Malang, Kab. Pasuruan, Kab. Blitar, Kab. Bojonegoro, Kab. Jombang,
Kab. Sidoarjo, Kab.Kediri, Kab. Tulungagung, Kab. Madiun, Kab.
Ponorogo, Kab. Probolinggo, Kab. Bondowoso, Kab. Jember, Kab.
Lumajang, Kab. Situbondo, Kab. Banyuwangi, Kab. Pamekasan, Kab.
Sumenep dan Kab. Sampang. Kedepannya akan dikembangkan pula
KKN berbasis Masjid ini ke NTB dan Bali.
Dukungan dari stake holder mutlak diperlukan, untuk itulah
LPM UIN Maliki Malang menggandeng Kanwil dan Kantor
Kementerian Agama Kab/Kota, Pemda (SKPD terkait), Kecamatan, dan
Desa, Dewan Masjid Indonesia Wilayah dan Kab/Kota, BKKBN, Bank
UMKM Jatim, Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah, TP-PKK,
Puskesmas, Kelompok Tani, organisasi sosial keagamaan, kepemudaan,
ormas perempuan, lembaga pendidikan, pesantren, pengusaha, kalangan
profesi, dll. Karena keberhasilan program Posdaya mengacu pada
tingginya tingkat partisipasi masyarakat dan dukungan berbagai Instansi
Pemerintah dan swasta.
Sekitar lima tahun berkiprah, Dari program KKN tematik
Posdaya berbasis masjid ini telah banyak menghasilkan berbagai produk
pemberdayaan, mulai dari tumbuh suburnya modal sosial masyarakat
sekitar masjid, menguatnya komitmen stake holders dan meluasnya
jejaring antar posdaya, lembaga, instansi terkait khususnya untuk
pengentasan kemiskinan demikian pula dengan munculnya tokoh-tokoh
local yang inspiratif untuk mengangkat pemberdayaan masyarakat serta
bertambahnya jama’ah Masjid dari semua kelompok usia.
Demikian pula berdirinya TPQ baru, majunya PAUD,
terbentuknya perpustakaan Masjid, termasuk terjadinya perubahan
materi ceramah/khothbah dari doktrin teologis menjadi doktrin
pemberdayaan, terbentuknya forum diskusi sosial keagamaan kelompok
remaja dan perempuan yang lebih substantif dan praktis turut terjadi,
dimana penggunaan IT dengan benar untuk media pendidikan bagi
anak-anak sekolah maupun bagi masyarakat, akses beasiswa bagi
jama’ah kurang mampu, pelatihan untuk guru TPQ dan PAUD,
bertambahnya jumlah penerima beasiswa setiap tingkatan serta

4
IAIN Madura
Wajah-wajah Masjid di Madura

perubahan mindset masyarakat terhadap pentingnya pendidikan semakin


tinggi/besar.
Para anggota dan pengurus Posdayapun telah Membangun
jejaring dengan dunia luar seperti Puskesmas, Bidan Desa, PLKB,
Posyandu dan PKK. dari identifikasi yang telah dilakukan sebelumnya,
akhirnya dapat dengan mudah memilah dan menfasilitasi keluarga
miskin dalam akses layanan kesehatan, termasuk prioritas bagi lansia,
ibu hamil dan bayi/balita.
Posdaya memotivasi dan memacu untuk mendorong anggotanya
untuk mandiri, pada akhirnya dapat menguatnya mental kewirausahaan
terutama bagi jama’ah yang kurang mampu dan bagi para pengangguran
serta kaum ibu-ibu rumah tangga untuk membuka usaha kecil berbasis
rumah tangga dengan beragam produk berbasis potensi lokal.
Karena masjid dijadikan pusat kegiatan pemberdayaan maka
secara sukarela terbangun kesadaran masyarakat untuk Menjaga
kebersihan lingkungannya demikian pula penanaman aneka sayuran dan
tanaman obat, masjid. Halaman Masjid menjadi ijo royo-royo dan
sampahpun mulai dipilah menjadi pupuk kompos dan lain-lainnya.
Selain berbasis Masjid, UIN Maliki Malang dan lembaga
Pendidikan Perguruan Tinggi yang tergabung dalam kegiatan Posdaya
Masjid saat ini membina pula Posdaya berbasis pesantren rakyat yang
saat ini jumlahnya ada 20 posdaya.
Lalu berapa banyak mahasiswa yang terlibat dalam program
berkesinambungan ini? Tak kurang dari 5338 mahasiswa KKN dari
sekitar 21 PTAI dengan 547 Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) telah
berdiri 640 posdaya di Masjid Se-Jawa Timur. Rencananya, di tahun
2017 ini, jumlahnya akan ditambah menjadi 2.128 posdaya berbasis
masjid.
Sebagian anggota masyarakat pernah Merasa khawatir setelah
KKN mahasiswa tidak ada tindak lanjutnya dari program ini. Namun
inilah yang menjadi tantangan bagi para akademisi untuk menunjukkan
kemampuan beradaptasi dan membina masyarakat. Kampus adalah
menara air bukan menara gading, sehingga pendampingan kepada
masyarakat dapat berlanjut dengan terjunnya mahasiswa KKN di
angkatan berikutnya.

5
IAIN Madura
Wajah-wajah Masjid di Madura

Para relawan Posdayapun dapat di rekrut, mereka ini terdiri dari


mahasiswa, dosen muda, dan kader terbaik posdaya yang mendampingi
posdaya dalam menindaklanjuti atau mengisi posdaya yang telah berdiri.
Relawan ini juga berfungsi menjembatani antara LPM dan posdaya,
serta pihak-pihak lain yang mendukung pengembangan posdaya antara
lain Dewan Masjid Indonesia dan kementerian Agama setempat serta
kantor pemberdayaan perempuan yang ada di Kabupaten untuk
memetakan masjid yang siap membentuk posdaya untuk dilatih
terutama dalam memperkuat perubahan mindset mereka tentang peran
dan fungsi masjid.
Agar program pengentasan kemiskinan berbasis Masjid ini dapat
berjalan lancar, dapat dihubungkan antara masjid yang surplus secara
SDM, dana, dan memiliki system manajemen yang baik dan telah
mapan diharapkan untuk membantu posdaya di masjid-masjid minus
yang memerlukan bantuan, agar program pengentasan kemiskinan
berbasis masjid ini berjalan lancer sesuai dengan program Pemerintah
dan program Damandiri.
Terkait dengan pengabdian dan penelitian para dosen serta
mahasiswa tentang posdaya masjid, kiranya hal ini dapat dipublikasikan
secara luas baik dalam bentuk buku agar dapat dibaca oleh semua pihak
yang ingin mendapatkan informasi tentang posdaya berbasis masjid,
atau melalui jejaring sosial dan situs Internet dengan cara ini, masjid-
masjid lain yang ingin mendirikan posdaya bisa belajar dari panduan
yang ada.
Tokoh pemberdayaan ini menyatakan keinginan dan harapan,
dimana menurutnya, sebagian besar generasi muda kita sekarang ini
sedang kehilangan figur yang menjadi role model atau uswah hasanah
yang dapat mengantarkan mereka menuju bangsa yang lebih maju, dan
lebih bermartabat serta lebih bermartabat. Untuk itu melalui posdaya,
kita semua dapat mencari tokoh-tokoh local yang ikhas, care, dan cerdas
dalam menangkap problem masyarakat serta menangkap ide-ide kreatif
mereka untuk solusi terbaik, dan mendesiminasikan figur-figur kecil,
sederhana, tidak terkenal, untuk di promosikan menjadi role model
generasi muda di lingkungannya.
Posdaya juga berfungsi mengaktifkan per group di masjid-masjid
untuk berdiskusi, belajar bersama, beraktifitas sosial agar mereka

6
IAIN Madura
Wajah-wajah Masjid di Madura

terbiasa hidup perspektif dunia akhirat tanpa dikotomi. Tetap relegius di


luar masjid, dan tetap semangat membangun masyarakat di dalam
masjid.

B. Pemberdayaan Masyarakat

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang
mengembangkan dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk terus
terlibat dalam proses pembangunan yang sedang berkembang dan
berlangsung secara dinamis sehingga masyarakat dapat menyelesaikan
masalah yang sedang dihadapi serta dapat mengambil keputusan secara
bebas (independent) dan mandiri.
Proses pemberdayaan masyarakat (community empowerment)
merupakan upaya membantu dalam mengantarkan masyarakat untuk
mengembangkan kemampuannya sendiri sehingga bebas dan mampu
untuk mengatasi masalah dan mengambil keputusan secara mandiri.
Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dengan memberikan
kewenangan (power), aksesibilitas terhadap sumberdaya dan lingkungan
yang akomodatif.1
Pemberdayaan (empowerment) muncul hampir bersamaan
dengan adanya kesadaran akan perlunya partisipasi masyarakat dalam
pembangunan. Dengan asumsi bahwa kegiatan pembangunan itu
mestinya mampu memotivasi dan merangsang proses pemandirian
masyarakat (self sustaining process). Dan ada hipotesis bahwa tanpa
partisipasi masyarakat niscaya tidak akan diperoleh kemajuan yang
berarti dalam proses pemandirian tersebut.
Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan dimana
masyarakat berinisiatif untuk mengawali dan memulai proses kegiatan
sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.2

2. Proses Pemberdayaan Masyarakat yang Terarah

1 Ress Chambers, Participatory Rural Appraisal: Memahami Desa Secara


Partisipatif. Oxfam (Kanisius: Yogyakarta, 1996) hal. 18
2 James A. Christenson & Jerry W. Robinson, Jr Ames, Community Development In
Perspective (Lowa State University Pres, 1989), hal 215.
7
IAIN Madura
Wajah-wajah Masjid di Madura

Berhubungan dengan konsep pemberdayaan masyarakat yang


harus dilakukan dan dilaksanakan dengan program yang simultan dan
jelas antara input pemberdayaan, dan outputnya. Masyarakat menjadi
bagian dari pemberdayaan dengan pelibatan langsung untuk ikut serta
memikirkan bagaimana kelanjutan dan hasil yang diharapkan.
Masyarakat bukan sebagai objek semata tapi juga sebagai subjek,
mereka adalah bagian terintegrasi yang harus mendapatkan dampak
langsung dari program pemberdayaan. Menuntut adanya pola terarah
dan tertata dengan program-program dan rumusan pelaksanaan di
lapangan yang mengarah pada aspek kebutuhan masyarakat itu sendiri.
Adanya pelibatan masyarakat yang akan dibantu mempunyai
beberapa tujuan, yakni supaya bantuan tersebut efektif karena sesuai
dengan kehendak dan kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain itu
sekaligus meningkatkan keberdayaan (empowering) masyarakat dengan
pengalaman dalam merencanakan atau merancang, melaksanakan,
mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan
ekonominya. Dengan demikian, ada proses pembelajaran manajemen
dari masyarakat sendiri. Nantinya akan didapatkan simpul-simpul
jaringan pemberdayaan yang timbul dari faktor internal.

3. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat


Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk
membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian
tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak, melaksanakn dan
mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Kemandirian
masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang dialami oleh
masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan,
memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi
mencari solusi dalam pemecahan masalah-masalah yang dihadapi
dengan mempergunakan daya kemampuan yang terdiri atas kemampuan
kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan mengerahkan semua
sumberdaya yang di miliki oleh lingkungan internal masyarakat
tersebut.
Terjadinya keberdayaan pada empat aspek tersebut yaitu terdiri
dari (afektif, kognitif dan psikomotorik) akan dapat memberikan
kontribusi dan solusi pada terciptanya kemandirian masyarakat yang

8
IAIN Madura
Wajah-wajah Masjid di Madura

dicita-citakan, dalam masyarakat akan terjadi kecukupan wawasan, yang


dilengkapi dengan kecakapan-keterampilan yang memadai, diperkuat
oleh rasa memerlukan pembangunan dan perilaku sadar akan kebutuhan
tersebut. 3

4. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan sampai target
masyarakat mampu untuk mandiri, dan kemudian dilepas untuk mandiri,
meski dari jauh dipantau dan dijaga agar tidak jatuh lagi kembali pada
asalnya. Dilihat dari pendapat tersebut berarti pemberdayaan melalui
suatu masa proses belajar, hingga mencapai status, mandiri. Meskipun
demikian dalam rangka menjaga kemandirian tersebut tetap dilakukan
pemeliharaan semangat dankepercayaan diri, kondisi, dan kemampuan
secara terus menerus supaya tidak mengalami kemunduran lagi.
Sebagaimana disampaikan dimuka bahwa proses belajar dalam
rangka pemberdayaan akan berlangsung secara bertahap. Tahapan yang
harus dilalui tersebut adalah meliputi:
a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar
dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas
diri.
b. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan,
kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan
keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam
pembangunan.
c. Tahap peningkatan intelektual, kecakapan keterampilan sehingga
terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk menghantarkan
pada kemandirian. 4
Konsep pemberdayaan ini menjadi penting karena dapat
memberikan janji pada perspektif positif terhadap orang yang lemah dan
kurang mampu. Komunitas masyarakat kurang mampu tidak dipandang
sebagai komunitas yang serba rentan dan kekurangan (kurang
pendapatan, kurang sehat, kurang pendidikan, kurang makan, kurang
dinamis dan lain-lain) dan hanya menjadi objek passif penerima
3. Ambar teguh, kemitraan dan model-model pemberdayaan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2004), hlm. 80-81.
4. Ambar teguh, kemitraan dan model-model pemberdayaan, (Jakarta: Bumi Aksara,

2004), hlm. 82-83.


9
IAIN Madura
Wajah-wajah Masjid di Madura

pelayanan, melainkan sebuah komunitas yang memiliki beragam potensi


dan kemampuan yang dapat diberdayakan.
Setelah kegiatan dilaksanakan, ternyata masih belum
menemukan format pemberdayaan yang tepat nampaknya masih
diperlukan adanya data yang yang lebih konkrit lagi, karena format
pendampingan yang dilaksanakan di setiap daerah bisa jadi tidak akan
sama. Setiap daerah mempunyai kekhasan sendiri sehingga dibutuhkan
adanya satu kontekstualitas metode pemberdayaan masyarakat adatnya
berdasarkan kekhasan tersebut.
Berdasarkan realita dan fakta di atas, maka masjid harus
kembali difungsikan untuk mencerdaskan umat di bidang muamalah
yang selama ini jauh dari kajian-kajian umat Islam. Para nazir masjid
diharapkan melakukan paket-paket kajian muamalah maliyah (ekonomi
Islam), agar materi pengajian agama di masjid tidak pincang, (melulu
ibadah mahdhah, munakahat, cerita pahala syorga dan neraka secara
sempit).

10

Anda mungkin juga menyukai