Anda di halaman 1dari 12

Diagram Kesetimbangan Besi-Karbon

Fasa – fasa yang terjadi dan keterangan pada diagram diatas sebagai
berikut.

Diagram Kesetimbangan Besi-Karbon

Austenite (γ)
Fasa ini disebut gamma (γ) dan merupakan larutan padat interstisi karbon
dengan sel satuan berupa kubik pemusatan sisi. Ruang antar atomnya lebih besar
dibandingkan ferit dan fasa ini stabil pada temperatur tinggi, yaitu antara 912°C,
pada besi murni. Kadar karbon maksimum gamma sebesar 2,14% pada temperatur
1147°C. Pada temperatur stabil austenit bersifat lunak dan liat sehingga mudah
dibentuk. Austenit merupakan fasa penting sebagai dasar pembentuk fasa-fasa
lainnya dalam proses perlakuan panas termasuk perlakuan panas pada permukaan
baja.

Ferrite (α)
Fasa ini disebut alpha (α) dan merupakan larutan padat intersrisi karbon
dengan sel satuan berupa kubik pemusatan ruang. Ruang antar atomnya kecil dan

1
rapat sehingga kelarutan karbon sangat kecil. Pada temperatur ruang, kadar
karbonnya hanya 0,008% sehingga dapat dianggap besi murni. Kadar maksimum
karbon sebesar 0,02% pada temperatur 727°C, lunak dan liat. Kekerasan dari ferit
berkisar antara 140-180 HVN.

Cementite (Fe3C)
Fasa ini disebut karbida besi yang merupakan senyawa kimia dengan
umus (Fe3C). Sel satuan sementit berbentuk orthorombik. Kadar karbon dalam
sementit 6,67% dan senyawa ini bersifat keras tetapi getas. Pada baja, fasa ini
dapat meningkatkan kekuatan dan kekerasan. Kekerasan sementit adalah lebih
kurang berkisar antara 800 HVN.

Perlite
Perlit adalah campuran sementit dan ferit yang tersebar merata pada
seluruh penampang dengan kadar karbon 0.83%,. Struktur ini barasal dari
perubahan austensit pada pendinginan normal udara setelah melewati temperature
kritis (700°C sampai 900°C). Kekerasan dari perlit kurang lebih 180-250 HVN.

Martensite
Merupakan fasa dimana ferit dan sementit bercampur. Tetapi bukan dalam
lamellar.Fasa ini terbentuk dari austensit metastabil didinginkan dengan laju
pendinginan cepat. Terjadi hanya presipitasi Fe3C unsur paduan lainnya tetapi
larut transformasi isothermal pada 260°C untuk membentuk dispersi karbida yang
halus dalam matriks ferit. Martensit bilah terbentuk jika kadar C dalam baja
sampai 0,6% sedangkan di atas 1% akan terbentuk martensit pelat. Kekerasan dari
martensit lebih dari 500 HVN.

Bainite
Merupakan fasa yang terjadi akibat transformasi pendinginan yang sangat
cepat dimana semua unsur paduan masih larut dalam keadaan padat dan atom
karbon tidak sempat berdifusi keluar. Pada proses pembentukan bainit, austenit
dibiarkan bertransformasi secara isothermal menjadi ferit dan karbida diatas
temperatur MS ( temperatur permulaan reaksi martensit). Untuk ini diperlukan
celup pada air garam untuk mencegah terbentuknya perlit pada temperatur yang
lebih tinggi. Sehingga akan membentuk sifat bainit yang kuat dan tangguh.
Kekerasan bainit kurang lebih berkisar antara 300 –400 HVN.

Kandungan Carbon
 0,008%C = Batas kelarutan maksimum Carbon pada Ferrite pada
temperature kamar.
 0,025%C = Batas kelarutan maksimum Carbon pada Ferrite pada
temperature 723oC.

2
Derajat Celcius
 0,83%C = Titik Eutectoid.
 2%C = Batas kelarutan Carbon pada besi Gamma pada
temperatur 1130oC.
 4,3%C = Titik Eutectic.
 0,1%C = Batas kelarutan Carbon pada besi Delta pada temperature
o
1493 C.

Keterangan garis - garis


 Garis Liquidus = garis yang menunjukan awal dari proses
pendinginan.
 Garis Solidus = garis yang menunjukan akhir dari proses
pembekuan.
 Garis Solvus = garis yang menunjukan batas antara fasa padat
dengan fasa padat atau solid solution dengan solid solution.
 Garis Acm = garis kelarutan Carbon pada besi Autenite
(Gamma)
 Garis A3 = garis temperature dimana terjadi perubahan
Ferrite menjadi Autenite (Gamma) pada pemanasan.
 Garis A1 = garis temperature dimana terjadi perubahan
Austenite (Gamma) menjadi Ferrite pada proses pendinginan.
 Garis A0 = Garis temperatur dimana terjadi transformasi
magnetic pada Cementid.
 Garis A2 = Garis temperatur dimana terjadi transformasi
magnetic pada Ferrite.

Klasifikasi Logam dan Baja Karbon

Berdasarkan unsur-unsur yang terdapat dalam logam dan paduannya, maka


logam dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan utama, yaitu logam ferro dan
logam non ferro.

Logam Ferro
Logam Ferro disebut juga Besi Karbon atau Baja Karbon, dimana unsur
dasarnya terdiri dari unsur besi (Fe), dan karbon (C), tetapi disamping itu masih
terdapat unsur-unsur tambahan lain seperti sulfur (S), mangan (Mn), krom (Cr),
pospor (P), dan lain-lain. Unsur-unsur campuran tersebut juga sangat
mempengaruhi sifat-sifat dan berat jenis logam ferro, sehingga persentase
campurannya harus tepat dan sesuai dengan kebutuhan.

Logam Non Ferro


Logam Non Ferro adalah logam yang tidak mengandung unsur besi (Fe)
dan karbon (C) sebagai unsur dasarnya. Jenis-jenis dari logam Non Ferro antara

3
lain aluminium (Al), magnesium (Mg), tembaga (Cu), seng (Zn), nikel (Ni), timah
hitam (Pb), timah putih (Sn) dan logam-logam mulia lainnya.

Baja Karbon
Baja karbon merupakan logam yang terdiri dari unsur dasar Besi dan
Karbon serta unsur-unsur lainnya. Baja merupakan material yang paling banyak
dipakai sebagai bahan industri karena sangat baik nilai ekonomisnya. Sifat baja
sangat variatif dari yang sangat lunak sampai yang paling keras, tergantung dari
banyaknya kandungan karbon yang dimilikinya. Semakin tinggi kadar karbon
maka semakin tinggi kekerasan baja tersebut.
Pemakaian baja karbon tidak selalu menguntungkan karena mempunyai
banyak kekurangan. Selain memiliki sifat mampu keras juga memiliki sifat getas.
Klasifikasi baja karbon berdasarkan prosentase karbon dibagi menjadi 3, yaitu:

 Baja Karbon Rendah


Baja karbon rendah adalah baja yang mengandung unsur
karbon sangat rendah, antara 0,1% - 0,2% C. Baja karbon rendah
ini memiliki kekerasan yang rendah dengan keuletan yang tinggi,
sehingga baja karbon rendah ini banyak digunakan untuk membuat
baut, paku, kawat, sekrup, pelat baja dan untuk berbagai keperluan
konstruksi.

 Baja Karbon Medium


Baja karbon medium mengandung kadar karbon antara
0,2% - 0,5% C. Baja karbon medium ini sifatnya lebih keras dari
baja karbon rendah, sehingga banyak digunakan untuk keperluan
alat-alat perkakas dan bagian-bagian dari mesin seperti poros,
batang torak, dan lain sebagainya.

 Baja Karbon Tinggi


Baja karbon tinggi memiliki kandungan karbon antara 0,5%
- 1,7% C. Baja karbon tinggi ini sifatnya sangat keras dan getas
sehingga sering kali harus diperlakukan panas untuk memperbaiki
asifat-sifatnya. Baja ini seringkali digunakan untuk membuat mata
pahat, gergaji, dan perkakas lainnya.

4
Struktur Mikro, Sifat Mekanik, dan Aplikasi

Diagram Fasa Baja-Karbon

Ferrite (α)
Ferit atau besi α yang mempunyai struktur kristal BCC, terbentuk pada
temperatur sekitar 300-723 oC. Ferit akan berubah menjadi austenit atau besi γ
pada temperatur 912oC(1674oC) dengan struktur kristal FCC. Pada temperatur
1538oC (2800oF) austenit akan berubah menjadi besi ferit  dan struktur kristal
BCC. Ruang antar atomnya kecil dan rapat sehingga kelarutan karbon sangat
kecil. Pada temperatur ruang, kadar karbonnya hanya 0,008% sehingga dapat
dianggap besi murni. Kadar maksimum karbon sebesar 0,02% pada temperatur
727°C, lunak dan liat. Kekerasan dari ferit berkisar antara 140-180 HVN.

5
Struktur mikro pada ferit dan struktur kristal BCC

Sifat mekanik pada ferit yaitu lunak dan ulet dengan kerapatan/densitas :
9,88 gr/cm3, memberikan kemampuan bentuk pada logam dan bisa dibuat magnet
pada temperatur dibawah 768oC.

Perlite (α + Fe3C)
Perlit (α + Fe3C) merupakan campuran dari ferit dan simentit yang tersebar
merata pada seluruh penampang dengan kadar karbon 0.83%. Kedua fasa ini
tersusun dengan bentuk lapisan-lapisan halus dan terjadi di bawah temperatur
723oC. Perlit dianggap sebagai satu fasa sendiri, karena memberikan kontribusi
sifat yang seragam. Di dalam satu fasa, biasanya terbentuk dalam satu butir.
Namun, untuk Perlit berbeda, karena ada dua fasa dalam satu butir. Kekerasan dari
perlit kurang lebih 180-250 HVN.

Struktur mikro pada perlit

6
Sementit bersifat lebih keras dan lebih rapuh dari perlit karena itu dengan
menaikan fraksi Fe3C pada baja sementara elemen lain konstan maka material
akan lebih keras dan lebih kuat. Ketebalan lapisan pearlit sementit juga
mempengaruhi sifat mekanik sifat bahan. Pearlit halus lebih keras dan kuat
dibandingkan deengan pearlit kasar. Alasan kenapa pearlit mempunyai sifat ini
dikarenakan fase sementit lebih kuat dan kaku dibandingkan ferit yang lebih lunak
sehingga bisa menahan deformasi dan dengan kata lain sementit sebagai penguat
ferit. Pearlite halus akan lebih kuat di bandingkan dengan pearlit kasar karena
butiran pearlit halus lebih banyak sehingga luas batas fase perunit volume akan
lebih kasar sehingga mempunyai kemampuan yang lebih besar menahan gerakan
dislokasi.

Austenite (γ)
Gamma Iron merupakan fasa yang terbentuk pada terbentuk pada
temperatur 1140 derajat celcius, dengan kelarutan karbon 2,08% dan struktur
kristal FCC. Kelarutan karbon akan turun menjadi 0,08% pada 723oC. Fasa
austenit terlihat jelas pada gambar di bagian Ferrite di atas, berwarna putih. Hal
ini menunjukkan bahwa fasa ini memiliki ketahanan karat yang lebih baik
daripada fasa yang lain. Austenite merupakan fasa yang tidak stabil di temperatur
kamar, sehingga dibutuhkan komposisi paduan lain yang akan berungsi sebagai
penstabil fasa austenite pada temperatur kamar, contohnya adalah mangan (Mn).

Struktur mikro pada austenit dan struktur kristal FCC

Fasa austenit memiliki sifat fisik yaitu mudah dibentuk, tahan terhadap
korosi yang paling baik pada jenis baja stainless steel, maka dari itu baja dengan
fasa austenit adalah baja yang paling banyak di gunakan dalam industri.
Selainkarena sifat fisik tersebut, baja dengan fasa austenit memiliki sifat mekanik
yangcukup baik untuk di aplikasikan pada kehidupan sehari-hari dan pada
bidangindustri, sifat mekanik tersebut adalah non magnet, yield strength
±190MPa, dan ultimate tensile strength ± 490MPa.

7
Martensite
Merupakan fasa dimana ferit dan sementit bercampur. Fasa ini terbentuk
dari austensit metastabil didinginkan dengan laju pendinginan cepat. Terjadi
hanya presipitasi Fe3C unsur paduan lainnya tetapi larut transformasi isothermal
pada 260°C untuk membentuk dispersi karbida yang halus dalam matriks ferit.
Struktur FCC austensit akan berubah menjadi struktur BCT (body centered
tetragonal). Martensit adalah fasa tunggal yang tidak seimbang yang terjadi karena
transformasi tanpa difusi dari austenit. Pada transformasi membentuk martensit,
hanya terjadi sedikit perubahan posisi atom relatif terhadap yang lainnya.
Martensit bilah terbentuk jika kadar C dalam baja sampai 0,6% sedangkan di atas
1% akan terbentuk martensit pelat. Kekerasan dari martensit lebih dari 500 HVN.

Struktur mikro pada martensit dan struktur kristal BCT

Dari bagian bentuk struktur mikro panduan baja, martensit adalah yang
paling kuat dan keras namun paling rapuh. Kekerasannya tergantung kandungan
karbon. Kekuatan dan kekerasan martensite tidak dikaitkan dengan struktur mikro
tetapi lebih dikaitkan dengan efektifitas atom karbon yang larut dalam bentuk
interstisi yang akan menghalangi gerakan dislokasi dan juga karena sistem slip
yang lebih sedikit untuk kristal BTC.

Besi Tuang Kelabu (Grey Cast Iron)


Besi cor kelabu adalah besi cor yang kandungan karbonnya bervariasi
antara 2,5% - 4% sementara kandungan silikon antara 1% - 3%. Sebagian besar
grafit yang terbentuk pada besi cor jenis ini adalah serpihan (flakes), yang
sekitarnya dilingkupi matrik ferit α atau perlit. Secara umum bentuk mikrostruktur
besi cor kelabu tidak selalu sama, hal ini dipengaruhi oleh komposisi atau
pengaruh dari perlakuan panas.

8
Besi cor kelabu terbentuk dari paduan besi dan karbon dengan laju
pendinginan medium (dengan matrik berupa perlit) dan pendinginan lambat
(dengan matrik berupa ferit).

Komposisi Kimia Besi Cor Kelabu

Sifat Mekanis Besi Cor Kelabu

Dari tabel tersebut diketahui besi cor kelabu memiliki kekerasan 156 – 302
HB dan kekuatan tarik 152 – 431 MPa. Berat jenis besi cor kelabu 7,1 gr/cm3
sampai 7,3 gr/cm3 pada temperatur kamar dan dipengaruhi oleh kandungan grafit.
Sedangkan dalam keadaan cair berat jenisnya berkisar antara 6,78 gr/cm3 sampai
dengan 6,95 gr/cm3. Dalam keadaan padat penurunan berat jenis berbanding lurus
dengan tingginya temperatur.

9
Struktur mikro pada besi tuang kelabu

Ditinjau dari sifat mekanisnya, besi cor kelabu mempunyai kekuatan


tegangan yang rendah dibanding jenis besi cor yang lain. Hal ini karena bentuk
mikrostrukturnya berupa grafit yang meruncing diujungnya sehingga dapat
menyebabkan konsentrasi tegangan pada daerah tersebut. Salah satu sifat yang
paling efektif dari, besi cor kelabu adalah kemampuan meredam energi getaran
dibandingkan baja. Besi tuang kelabu (grey cast iron) digunakan dalam
pembuatan crank cases, machine tool bed, brake drums, cylinder head dan lain-
lain.

Besi Tuang Nodular (Nodular Cast Iron / Ductile Iron)


Penambahan magnesium dan atau serium (saat fasa cair belum terbentuk
grafit atau sementit) terhadap besi ketika dalam fasa cair dapat menyebabkan
karbon yang terbentuk dalam besi berubah bentuk yang semula serpihan menjadi
bulat. Dan perubahan ini menimbulkan karakter keuletan (ductility) dari besi cor
meningkat.

10
Struktur mikro pada besi tuang nodular

Fasa matrik yang mengelilingi grafit berupa perlit dan ferit bergantung
pada perlakuan panas setelah proses pengecoran, Dalam keadaan normal setelah
pengecoran, matrik didominasi oleh perlit tetapi setelah mengalami perlakuan
panas dengan temperatur 700oC, matrik ferit mendominasi di sekitar grafit. Besi
cor nodular mempunyai karakteristik mendekati baja, sebagai contoh besi cor
nodular ferit mempunyai kekuatan tarik 380-480 MPa dengan keuletan 10 – 20%.
Besi cor jenis ini banyak digunakan sebagai bahan pembuat roda gigi, katup, bodi
pompa dan berbagai komponen mesin lainnya.

Besi Tuang Mampu Tempa (Malleable Cast Iron)


Pada umumnya besi tuang mampu tempa merupakan besi tuang putih yang
sudah mengalami perlakuan panas pada temperatur 800oC dan 900oC sehingga
menyebabkan dekomposisi pada sementit membentuk grafit yang menyebar
dikelilingi oleh matrik ferit atau perlit bergantung pada laju pendinginannya.
Komposisi kimia besi cor ini sama dengan komposisi dari besi cor putih,
kandungan karbonya sekitar (2,0 – 2,6)%, silikon (1,1 – 1,6) %, mangan (0,2 –
1,0) %, sulfur (max. 0,18%), dan fosfor (max. 0,18%). Besi cor mampu tempa
mempunyai sifat yang mirip dengan besi cor nodular yaitu keras tetapi ulet karena
hasil dari kombinasi grafit nodular dan matrik logam yang rendah karbon. Karena
sifatnya yang ulet, maka pada besi cor mampu tempa dapat dilakukan proses
pemesinan. Besi cor mampu tempa banyak digunakan untuk membuat benda-
benda yang memerlukan ketahanan bentur yang besar.
Aplikasi dari besi cor malleable ini antara lain peralatan agrikultur,
komponen lokomotif, jangkar kapal, dan komponen mesin industri.

11
Struktur mikro pada besi tuang malleable

Besi Tuang Putih (White Cast Iron)


Besi cor putih mempunyai kandungan silikon di bawah 1%, karbon antara
2,8 – 3,6 %. merupakan paduan besi dan karbon dengan waktu pendinginan yang
cepat dan mempunyai fasa sementit sehingga mempunyai karakteristik yang keras
tetapi sangat rapuh, serta tidak terbentuk grafit seperti besi cor lainnya karena
unsur silikonnya rendah dan tingginya laju pendinginan dan warna patahannya
berwarna putih, sehingga dinamakan besi cor putih.
Sifat besi cor putih ini lebih keras dari besi cor kelabu dan juga tidal(tidak
dapat dimesin)

Struktur mikro pada besi tuang putih

12

Anda mungkin juga menyukai