Laporan Ovariohysterectomy Oh
Laporan Ovariohysterectomy Oh
DISUSUN OLEH:
DINA ANISA ISNU HIDAYATI
115130100111046
KELAS B
KELOMPOK 5
ASISTEN PRAKTIKUM:
MONIKA
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1.2.1 Untuk mengetahui pengertian Ovariohysterectomy (OH)
1.2.2 Untuk mengetahui system organ reproduksi betina
1.2.3 Untuk mengetahui persiapan sebelum dan sesudah operasi
1.2.4 Untuk mengetahui penggunaan obat-obatan yang tepat mulai dari sedative,
premedikasi, anastesi, dan obat pasca operasi
1.2.5 Untuk mengetahui teknik bedah Ovariohysterectomy (OH)
1.2.6 Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian dilakukan Ovariohysterectomy (OH)
1.3 Manfaat
Ovariohysterectomy bermanfaat untuk :
1.3.1 Mencegah meningkatnya populasi hewan
1.3.2 Terapi, karena adanya tumor pada ovarium, kista ovari atau tumor pada uterus, atau
terjadi pyometra.
1.3.3 Perubahan tingkah laku sehingga mudah dikendalikan dan lebih jinak
1.3.4 Melatih dan meningkatkan keterampilan mahasiswa PPDH dalam persiapan
preoperasi, operasi dan perawatan post operasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
D. Kontrol Anastesi
Dosis Volume
Konsentrasi
Obat Golongan Obat (mg/kg Obat Rute Waktu
(mg/ml)
BB) (ml)
Betamox Antibiotik 15 150 IM 13:05
Castran 0.02 0,0 0,05 IM 13:10
Atropin Premedikasi 0.04 1 0,1 SC 13:25
Ketamin Anestesi umum 10 100 0,25 IM 13:40
Xylazine Anestesi umum 2 20 0,25 IM 13:40
Xylazine Anestesi umum 2 20 0,0625 IM 14:45
Xylazine Anestesi umum 2 20 0,0625 IM 15:16
Xylazine Anestesi umum 2 20 0,0625 IM 15:52
Xylazine Anestesi umum 2 20 0,0625 IM 16:20
E. Kontrol Pemeriksaan
Menit 0 15 30 45 60 75 90 105 120
Pulsus(/menit) 148 144 132 132 128 128 124 128 120
Temp (oC) 38,9 38,9 38,1 38,0 38,2 38,0 37,8 37,9 37,5
Menit 135 150 165 180 195 210 225 240 255
Pulsus(/menit) 116 112 96 100 96 92 96 88 92
Temp (oC) 37,1 37,2 37,5 37,8 37,5 37,9 37,7 37,6 37,5
Menit 270 285 300 315 330 345 360 375 390
Pulsus(/menit) 80 84 80 88 88 84 88 96 92
Temp (oC) 37,1 37,3 37,0 36,8 36,5 36,1 36,2 36,0 35,9
Menit 405 420 435 450 465 480 495 510 525
Pulsus(/menit) 96 96 112 100 112 96 100 112 112
Temp (oC) 35,8 35,5 35,1 35,2 35,1 35,4 35,6 35,5 35,6
4.2 Pembahasan
Ovariohisterectomy (OH) merupakan tindakan bedah/operasi pengangkatan organ
reproduksi betina dari ovarium sampai dengan uterus. Banyak hal yang harus diperhatikan
sebelum operasi dilakukan yaitu preparasi hewan, pembiusan, pencukuran/pembersihan
daerah sayatan. Preparasi hewan dilakukan untuk memastikan hewan benar-benar dalam
kondisi sehat dan layak untuk dilakukan operasi. Pemeriksaan meliputi umur hewan, suhu,
frekuensi nafas, frekuensi jantung, dan berat badan untuk menentukan dosis obat bius.
Pembiusan dilakukan dengan menggunakan anestesi umum yaitu kombinasi
ketamin dan xylazine. Pemilihan anestesi umum ini harus sesuai dengan syarat anestesi
umum yaitu antara lain:
a. Tidak bergantung pada mekanisme metabolisme di dalam tubuh untuk
menghancurkan dan mengeliminasinya,
b. Proses pengindukan yang cepat , kedalaman anestesi yang dapat cepat dirubah dan
masa pemulihan yang cepat,
c. Tidak menekan pusat respirasi dan jantung,
d. Tidak mengiritasi jaringan tubuh,
e. Murah, stabil, tidak mudah meledak dan terbakar,
f. Tidak membutuhkan peralatan tertentu untuk mengaplikasikannya,
g. Durasi lama dan onset cepat.
Anestesi umum dilakukan untuk menghilangkan kesadaran hewan, menghilangkan
rasa sakit, memudahkan pelaksanaan operasi dan menjaga keselamatan operator maupun
hewan itu sendiri. Pembiusan anestetikum harus memperhatikan ukuran relatif hewan, umur
hewan, dan kondisi fisik. Xylazine mempunyai daya kerja sebagai hipnotikum, anoksia,
analgesia, muscle relaxan berpengaruh terhadap sistem kardiovascular. Sedangkan ketamin
merupakan golongan anestetikum disosiatif, mempunyai margin of safety yang cukup luas,
mendepres fungsi respirasi, menyebabkan adanya reflek menelan. Pemberian obat anestesi
diberikan secara intra muscular (IM).
Penggunaan kombinasi ketamin dan xylazine ini harus hati-hati karena memberikan
efek samping seperti meningkatkan cardiac output, tachycardia, hipotensi, hipersalivasi,
meningkatkan kontraksi dan konvulsi otot pada kucing serta mengakibatkan defisiensi hati
dan ginjal. Oleh karena itu, pemeriksaan hewan sebelum dilakukan operasi sangat penting
untuk memastikan hewan benar-benar dalam keadaan sehat. Namun pemberian kombinasi
dari kedua anastesi ini juga bertujuan untuk mencegah vomitus.
Mengurangi efek dari anestetikum ini sebaiknya diberikan medikasi preanestetic
yaitu dengan menggunakan atrophin sulfat. Atrophin sulfat merupakan anti kolinergik yang
kerjanya memblokir kerja acetilcholin pada terminal-terminal ganglion dan syaraf otonom,
mengurangi kerja kelenjar saliva dan bronchial, serta meningkatkan kerja jantung. Tujuan
medikasi preanestetik adalah untuk mengurangi jumlah anestetikum umum yang diperlukan
dan meningkatkan batas keamanan, mengurangi rasa takut, menenangkan pasien,
mengurangi sekresi kelenjar saliva dan kelenjar selaput lendir saluran pernafasan,
mengurangi pergerakan lambung dan usus serta mencegah muntah ketika pasien dalam
keadaan tidak sadar, menghambat refleks vaso-vagal sehingga mencegah perlambatan dan
henti denyut jantung, mengurangi rasa sakit, rontaan dan rintihan selama masa pemulihan.
Sedangkan menurut Ganiswara (1995), medikasi preanestetik bertujuan untuk mengurangi
efek negatif dari anestesi seperti mengurangi timbulnya hipersalivasi, bradycardia, muntah
sebelum dan sesudah operasi, kecemasan, memperlancar induksi, dan mengurangi keadaan
gawat anestesi.
Sebelum obat anestesi diberikan pasien diberikan obat antibiotik berupa Betamox
dengan sediaan dosis 15 mg/kg BB dan konsentrasi 150 mg/ml, sehingga dosis yang
diinjeksikan adalah (15 mg/kg x 2,5 kg)/150 mg/ml = 0,25 ml dengan rute pemberian secara
IM. Setelah ditunggu selama 5 menit, injeksi selanjutnya berupa obat sedativa berupa
Castran dengan sediaan dosis 0,02 mg/kg, sehingga dosis yang di injeksikan adalah 0,02
mg/kg x 2,5 kg = 0,05 ml dengan rute pemberian secara IM. Setelah diberikan castran,
kemudian ditunggu selama 15 menit dan diinjeksikan obat premedikasi berupa Atropin
dengan sediaan dosis 0,04 mg/kg dan konsentrasi 1 mg/ml, sehingga dosis yang di
injeksikan secara subcutan (SC) pada kucing tersebut adalah (0,04 mg/kg x 2,5 kg) / 1
mg/ml = 0,1 ml. Setelah premedikasi diberikan kemudian tunggu 10 menit , dilanjutkan
dengan pemberian obat anastesi berupa campuran antara Ketamin dan Xylazine dengan
dosis masing-masing Ketamin dengan dosis (2 mg/kg x 2,5 kg) / 20 mg/ml = 0,25 ml dan
xylazine dengan dosis (2 mg/kg x 2,5 kg) / 20 mg/ml = 0,25 ml. Pemberian obat anastesi
tersebut di berikan secara intramuscular (IM) pada kaki sebelah yang belum diinjeksikan
obat (bukan pada kaki yang telah diinjeksikan betamox dan castran).
Pemeriksaan fisik harus selalu dilakukan dan dipantau setiap 15 menit sekali baik
sebelum proses operasi berlangsung, selama proses operasi berlangsung, dan setelah proses
operasi berlangsung. Segera stelah diberikan obat anestesi, seharusnya kita langsug
memasang infus dengan IV cateter pada kucing tetapi percobaan pertama gagal dikarenakan
penusukan jarum tidak pas sehingga terjadi hematoma. Infus baru dapat dipasang ketika
setengah perjalanan dari operasi sedang berlangsung yang dipindahkan pada kaki depan
sebelah sinister.
Ovariohisterectomy ini menggunakan teknik laparotomi posterior dimana dengan
sayatan medianus sesuai dengan posisi ovarium uterus. Uterus tersebut berada pada daerah
abdominal (flank) bagian posterior, tepatnya di anterior dari vesica urinaria. Setelah kucing
tersebut teranastesi atau pingsan, kucing tersebut diletakkan diatas meja operasi dengan
posisi dorsal recumbency. Kemudian bersihkan bulu pada daerah yang akan dilakukan
incise atau pembedahan dengan disemprotkan terlebih dahulu sabun pada area yang akan
dicukur, kemudian cukur di daerah abdomen, posterior umbilical. Setelah semua bulu
tercukur dengan bersih, kemudian daerah yang akan diincisi dibersihkan dan disinfeksi
dengan menggunakan iodine dan alcohol, caranya dengan arah memutar dari dalam keluar,
hal ini berfungsi untuk menjaga kesterilan area yang akan diincisi. Setelah itu, buatlah
sayatan sekitar 2-3 cm dari umbilicus arah caudal, pada linea alba dengan panjang kurang
lebih 3 - 4 cm. Lapisan pertama yang disayat adalah kulit kemudian subkutan. Daerah di
bawah subkutan kemudian dipreparir sedikit hingga bagian peritoneum dapat terlihat.
Setelah itu, bagian peritoneum tersebut dijepit menggunakan pinset, disayat sedikit tepat
pada bagian linea alba menggunakan scalpel hingga ruang abdomen terlihat. Kemudian,
sayatan tersebut diperpanjang ke arah anterior dan posterior menggunakan gunting dengan
panjang sesuai dengan sayatan yang telah dilakukan pada kulit. Diusahakan sayatan
seminimal mungkin dengan tujuan agar proses penjahitan dan penyembuhan tidak terlalu
lama, karena semakin sedikit luka yang dibuat makan proses kesembuhan akan semakin
cepat. Setelah rongga abdomen terbuka, kemudian dilakukan pencarian organ uterus dan
ovarium dengan cara memasukkan jari kelingking dan melakukan perabaan pada daerah
uterus, tepat didaerah dorsal disebalah kanan dan kiri. Setelah di dapat organ uterus, uterus
ditarik keluar hingga daerah percabangan uterus (bivurcatio uteri) dan terlihat ovarium.
Penarikan uterus dilakukan secara perlahan agar tidak terputus. Selanjutnya, klem tepat
diatas ovarium dan tepat diatas cervix. Ligasi diatas klem pertama (diatas ovarium) dan
klem kedua (diatas cervix). Ligasi dilakukan dengan kuat dan terikat erat agar tidak terjadi
kebocoran pembuluh darah. Lakukan ligase pada 2 ovarium sebelah kanan dan kiri secara
bergantian. Setelah diligasi dengan kuat potong uterus, lepas klem. Pastikan ligasi kuat dan
tidak lepas, serta tidak ada rembesan darah dari saluran yang telah di potong. Setelah proses
pemotongan selesai, masukkan kembali peritoneum. Bagian linea alba ditutup kembali tapi
sebelum itu diberi antibiotic kemudian ditutup dengan penjahitan aponeurose di m.obliqous
abdominis externus m. abdominis externus dengan menggunakan teknik terputus sederhana.
Dan pastikan jahitan tidak melukai atau mengenai organ didalamnya. Penjahitan pada kulit
dengan menggunakan benang silik dengan teknik jahitan simple terputus, dan dilanjutkan
dengan jahitan terputus sederhana. Selama penjahitan diberi vicilin sebagai antibiotik pada
bagian dalam organ sedikit demi sedikit hingga merata, kemudian diusap dengan betadin
diatas jahitan, diberi bioplacenton pas pada jahitan secara merata kemudian ditutup dengan
hypavix dan gurita untuk melindungi jahitan agar cepat kering, tidak ada kontaminasi dan
tidak lepas.
Perawatan Post Operasi
Tepat setelah operasi dilaksanakan, kucing telah sadar. Namun setelah dilakukan
pengaturan suhu tubuh, pasien mengalami penurunan suhu hingga 35,1oC dan ketika pulang
masih dalam suhu rendah sebesar 35,6oC karena batas waktu dilaboratorium hanya sampai
jam 7 malam. Terapi yang diberikan saat suhu turun dengan pemberian lampu di atas
kandang sebagai penghangat, pemberian kain handuk sebagai alas kandang, pemberian
sangobion yang bertujuan agar nafsu makan pasien segera kembali, serta pemberian makan
dan minum dalam kandang. Pasien selama proses operasi hingga operasi selesai sering
mengalami muntah, kemungkinan dikarenakan masih adanya efek ketamin. Penghangatan
menggunakan lampu dilanjutkan saat pasien telah berada dirumah salah satu kelompok dan
terus diukur suhunya dan dijaga, hingga keesokan harinya suhu sudah mulai naik menjadi
37,8°C. Tetapi kucing masih tidak mau makan dan mengalami vomit sebanyak 2 kali. Selain
itu kucing juga tidak melakukan defekasi dan urinasi hampir selama 2 hari pasca operasi.
Keesokan harinya perawatan post operasi dilakukan dengan pemberian amoxilin
syrup 2 kali sehari pada pagi jam 07.00 dan sore jam 16.00 selama 5 hari dengan dosis 2ml
setiap minum dengan rute pemberian berupa per oral (PO), serta pemberian betadine dan
nebacetin powder 1 kali sehari setiap dilakukan penggantian hypafix hingga jahitan
mengering. Injeksi Tolfenamic acid dengan dosis 0,025 ml secara intramuscular (IM)
diberikan setiap 2 hari sekali sebanyak pada hari saat operasi (senin), hari rabu, dan hari
jumat. Selain pemberian obat, perawatan pasca operasi dilakukan juga pembersihan
kandang, pemberian makan dan minum, serta pemeriksaan fisik sederhana (suhu, pulsus,
nafas, dan CRT) serta pengoreksian terhadap sikap kucing berupa appetice (nafsu makan),
defekasi, urinasi, dan adanya sekresi lender. Pemberian pakan kami berikan pakan basah
selama 7 hari agar perut atau lambung mudah untuk mencerna makanan. Pada hari pertama
dan kedua setelah operasi, kucing tidak melakukan defekasi dan urinasi, bahkan nafsu
makan tidak ada dan harus kami lakukan sonde (ndulang makanan) agar kucing tetap
makan. Tetapi pada hari ketiga dan selanjutnya, nafsu makan kucing sudah mulai muncul
kembali dan sudah mulai dapat defekasi dan urinasi. Pada hari-hari ke-4 dan ke-5 kucing
sempat mengalami diare.
Jahitan pada pasien dilepas setelah kurang lebih 10 hari post operasi, namun pasien
masih tetap dalam pengawasan karena ditakutkan terjadi pembukaan luka kembali atau
infeksi yang diakibatkan bakteri. Sehingga pengawasan akan tetap dilakukan hingga
seminggu kedepan sampai dipastikan bahwa pasien benar - benar sembuh dan sehat kembali
serta siap untuk dilepaskan.
5.1 Kesimpulan
Ovariohysterectomy merupakan tindakan bedah/operasi pengangkatan organ
reproduksi betina dari ovarium sampai dengan uterus. Ovariohysterectomy ini
menggunakan teknik laparotomi posterior dimana dengan sayatan medianus sesuai dengan
posisi ovarium uterus. Uterus tersebut berada pada daerah abdominal (flank) bagian
posterior, tepatnya di anterior dari vesica urinaria.
Setelah dilakukan operasi, kucing tersebut dirawat kurang lebih selama 2 minggu.
Setiap harinya dilakukan Pemeriksaan Fisik (PE) meliputi suhu, pulsus, nafas, dan CRT
serta dilakukan pemeriksaan terhadap appetience (nafsu makan), defekasi, urinasi, dan ada
tidaknya sekresi lendir. Treatment yang dilakukan memberikan amoxilin syrup 2 kali sehari
secara per oral selama 5 hari, serta pemberian betadine dan nebacetin powder 1 kali sehari
setiap penggantian hypafix hingga jahitan mengering. Selain itu juga diberikan injeksi
Tolfenamic acid dengan dosis 0,025 ml secara intramuscular (IM) 2 hari sekali sebanyak
3x. Selain pemberian obat, pembersihan kandang, pemberian makan dan minum,
Pembukaan jahitan dilakukan setelah daerah tersebut susah benar – benar kering.
DAFTAR PUSTAKA