Anda di halaman 1dari 20

ISLAM DAN SENI BUDAYA

DOSEN PEMBIMBING:
Moh Subhi , S. Pd.,I.,M.Pd.I

Disusun oleh kelompok 8:

Febri Wahyudi 201510370311112


Ricky Dwi Kurniawan 201510370311120
Yudhono Witanto 201510370311122

Muttawashittin - A

TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IV

1. Judul : Islam dan Seni Budaya


2. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Yudhono Witanto
b. NIM : 201510370311122
c. Jurusan : Teknik Informatika
d. Universitas : Universitas Muhammadiyah Malang
e. Alamat Rumah dan NoTel./HP : Jl. Balai Desa No. 10, Jawi Candiwates,
Prigen/0812 9412 9053
f. Email : yudhonowitanto.yw@gmail.com
3. Anggota Pelaksana Kegiatan : 3 orang
4. Dosen Pengampu
a. Nama Lengkap dan Gelar : Muhammad Subhi, SPd. MpdI.
b. NIDN : 0716018202
c. Alamat Rumah & Telp./HP : Lamongan / 081615665579

Malang, 30 April 2018

Mengetahui,
Dosen Pengampu Ketua Pelaksana Kegiatan

Muhammad Subhi, SPd. MpdI. Yudhono Witanto


0716018202 201510370311030

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, dengan
ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Al-islam dan Kemuhammadiyahan
yang berjudul "Islam dan Seni Budaya".
Adapun Makalah Al-islam dan Kemuhammadiyahan tentang "Islam dan Seni Budaya" ini
telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak,
sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah Al-islam dan Kemuhammadiyahan ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Al-islam dan
Kemuhammadiyahan tentang "Islam dan Seni Budaya" ini dapat diambil manfaatnya sehingga
dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca. Selain itu, kritik dan saran dari Anda kami
tunggu untuk perbaikan makalah ini nantinya.

Malang, 16 April 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................................... 1

MAKALAH AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IV ............................................. 1

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3

BAB I ......................................................................................................................................... 5

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 5

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 5

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 6

1.3 Tujuan .............................................................................................................................. 6

BAB II........................................................................................................................................ 7

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 7

2.1 Pengertian Seni Dan Budaya ........................................................................................... 7

2.1.1 Pengertian Seni dan Budaya menurut Islam ............................................................. 8

2.2 Prinsip Kebudayaan Islam ............................................................................................... 8

2.3 Hubungan Islam dengan Seni ........................................................................................ 10

2.4 Hubungan Islam dengan Budaya ................................................................................... 10

2.5 Prinsip Islam dalam Menjalankan Aktivitas Seni dan Budaya ...................................... 12

2.6 Seni sebagai Media Dakwah .......................................................................................... 12

2.7 Dampak Pengaruh Terhadap Masyarakat ...................................................................... 13

BAB III .................................................................................................................................... 16

PENUTUP................................................................................................................................ 16

3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 16

3.2 Saran .............................................................................................................................. 16

BAB IV .................................................................................................................................... 17

HASIL DAN LAPORAN DISKUSI ....................................................................................... 17

3
4.1 Pertanyaan ...................................................................................................................... 17

4.2 Tanggapan ...................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 19

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam merupakan agama universal dan eternal serta sempurna, yang diturunkan oleh
Allah guna memberikan petunjuk dan rahmat bagi umat manusia untuk menjalankan fungsinya
dalam kehidupan guna memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Dalam
perspektif Islam, peranan manusia tidak lain adalah sebagai khalifatullah (wakil Allah) di muka
bumi yang bertugas untuk mewujudkan pesan Islam yaitu rahmatan lil’alamin dan Abdullah
yang senantiasa harus beribadah kepada-Nya, yang dalam arti luas identik dengan aktivitas
batin dan aktivitas fisik manusia dalam rangka berhubungan dengan Allah, dengan sesama
manusia dan dengan alam semesta.
Sehubungan dengan hal tersebut, petunjuk yang ada di dalam Islam, meliputi dua
dimensi, yaitu dimensi vertikal (ibadah mahdhah) dan dimensi horizontal (muamalah,
kehudayaan). H.A.R. Gibb sebagaimana dikutip oleh Endang Syaifuddin Anshari (1990: 161)
menyatakan “Islam is indeed much more than a system of theology, it is a complete civilization”
Gibb di sini hendak menyatakan bahwa Islam itu lebih dari sekedar sistem teologi, tetapi
mencakup unsur kebudayaan yang sempurna. Demikian juga Sidi Gazalba menyatakan bahwa
Islam bukan sekedar agama (ibadah mahdah) tetapi mencakup juga kebudayaan” (Gazalba,
1978: 13). Meskipun pendapat ini ditentang oleh Endang Syaifuddin Anshari (Anshari, 1990:
162), sebagai seorang muslim yang komited dengan keislamannya, kita meyakini bahwa Islam
disamping mengatur aspek ibadah mahdhah, mengatur pula aspek ibadah gairu mahdah atau
kebudayaan. Di dalam kebudayaan, ada cultural universals, yang meliputi bidang sosial,
politik, ekonomi, iptek, filsafat dan seni. Dengan demikian setidaknya kesenian juga mendapat
perhatian dalam Islam.
Menurut Gazalba (1978: 299), seni atau kesenian adalah manifestasi dari budaya
manusia yang memenuhi syarat estetika. Inti dari seni adalah usaha untuk mencipatakan
bentuk-bentuk yang menyenangkan (indah), baik dalam bidang seni sastra, seni musik, seni
tari, seni rupa maupun seni drama. Akan tetapi mucul pertantanyaan, apakah keindahan itu?
Atau apakah nilai estetik itu? Di dalam Dictionary of Sociology and Related Science, dijelaskan
bahwa keindahan adalah The believed capacity of any object to satisfy a human desire. The
quality of any object cause it to be of interest to an individual or of a group (Kemampuan yang
dianggap ada pada suatu benda yang dapat memuaskan keinginan manusia; sifat dari suatu

5
benda yang menarik minat seseorang atau suatu kelompok) (Notowidagdo, 1997 : 85-86). Ada
beberapa petunjuk Alquran tentang kesenian, antara lain :
1. Islam adalah agama fitrah, agama yang sesuai dengan fitrah manusia (Q.S.30:30).
Kesenian bagi manusia adalah termasuk Fitrahnya. Kesanggupan berseni pulalah
yang membedakan manusia dari makhluk Tuhan lainnya.
2. Allah itu mempunyai sifat-sifat yang baik (Q.S. 7 : 180), seperti Jamal,(Maha Indah),
Jalal (Maha Agung) dan Kamal (Maha Sempurna), manusia mengemban misi sebagai
wakil Tuhan, yang harus merealisasikan sifat-sifat Tuhan , sebatas kemampuannya.
Di sini manusia bertemu dengan kesenian. Dengan berpegang pada dua prinsip di
atas, kesenian pada dasarnya (menurut hukum Islam) adalah mubah dan jaiz. Seni
pada dasarnya netral. Karena netral, maka seni bisa dijadikan sebagai sarana untuk
mencapai kebaikan (amal salih), sekaligus bisa pula diarahkan kepada kerusakan.
Islam memandang kesenian sebagai ibadah, jika dilakukan dalam kerangka etika.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari seni dan budaya?


2. Bagaimana Pandangan Islam tentang seni dan budaya?
3. Bagaimana prinsip – prinsip islam dalam melakukan aktivitas seni dan budaya?
4. Apa yang dimaksud dengan seni sebagai media dakwah?

1.3 Tujuan

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk menimbulkan persepsi baru kepada pembaca
bahwa islam dan seni budaya bukanlah dua hal yang saling bertolak belakang. Selain itu
makalah ini juga bertujuan untuk memahami pandangan dan prinsip islam tentang seni dan
budaya serta memahami fungsi dari seni budaya sebagai media dakwah.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Seni Dan Budaya

Secara Etimologi kata “seni” berasal dari bahasa Sansekerta sani yang berarti
“pemujaan”, “persembahan”, dan “pelayanan”. Dalam bahasa Inggris, “seni” disebut art yang
berasal dari bahasa Latin artem yang memiliki arti sama. pengertian seni menurut para ahli.
Menurut Aristoteles, seni adalah peniruan terhadap alam tetapi sifatnya harus ideal. Menurut
Ki Hajar Dewantara, seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaan dan sifat
indah sehingga menggerakan jiwa perasaan manusia. Sedangkan menurut Plato dan Rousseau,
seni adalah hasil peniruan alam dengan segala seginya. Secara etimologi budaya yang dalam
bahasa Sansekerta ’Bodhya’ yang berarti akal budi,sinonimnya adalah kultur yang berasal dari
bahasa Inggris Culture atau Cultuur dalam Bahasa Belanda. Kata Culture sendiri berasal dari
bahasa Latin Colere dengan akar kata “Calo” yang berarti mengerjakan tanah, mengolah
tanah atau memelihara ladang dan memelihara hewan ternak. Adapun menurut ahli antropologi
tentang kebudayaan antara lain :
1. E.B. Taylor (Inggris), dalam buku yang berjudul : Primitive
Culture, mendefinisikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan kompleks, yang
didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat-istiadat, dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat oleh manusia
sebagai anggota masyarakat.
2. R. Linton, dalam bukunya : The Cultural Background of Personality bahwa
kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah
laku, yang unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota masayarakat
tertentu.
3. A.L. Kroeber dan Clyde Kluckhon, kebudayaan adalah keseluruhan hasil perbuatan
manusia yang bersumber dari kemauan, pemikiran, dan perasaannya.
4. Prof. DR. Koentjadiningrat, kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan
dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan
belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.

7
2.1.1 Pengertian Seni dan Budaya menurut Islam

Dalam bahasa arab, terdapat istillah al-tsaqafah dan al-hadlarah. Para ahli sosial
cenderung berpendapat bahwa kata al-tsaqafah menunjuk pada aspek ide. Sedangkan kata al-
hadlarah menunjuk kepada aspek material. Maka al-hadlarah lebih tepat sebagai terjemahan
dari civilization, sementara kata al-tsaqafah lebih tepat diterjemahkan sebagai culture.

2.2 Prinsip Kebudayaan Islam

Islam merupakan agama tauhid, dalam arti bahwa tauhid merupakan intisari ajaran
Islam, yang sekaligus merupakan esensi dari seluruh ajaran Islam. Al-Faruqi menyatakan:
“There can be no doubt that essence of Islamic civilication is Islam; or that the essence of
Islam is tawhid” (Dapat dipastikan bahwa esensi dari seluruh peradaban Islam adalah Islam,
dan esensi dari Islam adalah tauhid) (al-Faruqi, 1982: 18). Ini menunjukkan bahwa kesenian
dalam Islam harus selaras dengan nilai-nilai tauhid. Kalimat tauhid yang paling singkat, tetapi
memiliki makna yang sangat dalam adalah “Laa Ilaha illa Allah”. Inti kalimat ini
adalah membebaskan manusia dari ketundukan terhadap selain Allah dan untuk menyembah
Allah semata (Tahrir al-Nas min ‘Ibad ila Ibaditillah). Jadi, berkesenian harus mencerminkan
semangat pembebasan tersebut, bukan sebaliknya. Oleh karena itu, kesenian dalam Islam
bukan hanya sekedar mengajarkan moral, tetapi harus mengandung moral. Artinya, untuk
menyampaikan pesan-pesan moral melalui kesenian, harus tetap dalam koridor moral.
Seni Islam merupakan hasil dari pengejewantahan keesaan dalam bidang
keanekaragaman. Ia harus merefleksikan kandungan prinsip keesaan ilahi. Seni Islam harus
mewujudkan, dalam taraf fisik yang secara langsung dapat dipahami oleh pikiran yang sehat,
realitas - realitas dasar dan perbuatan-perbuatan sebagai tangga bagi pendakian jiwa dari
tingkat yang dapat dilihat dan didengar menuju yang ghaib.

Ada beberapa norma yang harus dipegang dalam berkesenian menurut Islam, yaitu:
1. Dilarang melukis lukisan yang bersifat pornografi, serta melukis hal-hal yang
bernyawa.
2. Dilarang menciptakan hikayat yang menceritakan dewa-dewa, kebiasaan pengarang
yang mengkritik Tuhan.
3. Dilarang menyanyikan lagu-lagu yang berisikan kata-kata yang tidak sopan atau
cabul.
4. Dilarang memainkan musik yang merangsang kepada gerakangerakan sensual.

8
5. Dilarang berpeluk-pelukan antara laki-laki dan perempuan atas nama tarian.
6. Dilarang menampilkan drama dan film yang melukiskan kekerasan, kebencian dan
kekejaman.
7. Dilarang memakai pakaian yang memamerkan aurat.

Dengan demikian, segala bentuk kesenian di atas, dilarang oleh Islam. Islam memiliki
konsep kesenian yang sesuai dengan naluri manusia yang mengarah kepada keselamatan dan
kesenangan. Islam diturunkan untuk menuntun dan memberi petunjuk kepada manusia
bagaimana mewujudkan salam di dunia dan akhirat. Kesenian adalah jawaban terhadap fitrah
manusia yang memerlukan ketenangan itu. Oleh karena itu, kesenian halal hukumnya, bahkan
dalam perkara - perkara tertentu perlu digalakkan. Seni itu wajib mengandung moral, sehingga
kesenangan yang diusahakan tidak menyengsarakan. Seni tidak boleh melewati batas, ia harus
takluk kepada agama. Dwi tunggal antara seni dan agama, dapat ditemukan dalam filsafat
surga. Beberapa hal yang hingga kini masih sering diperselisihkan hukumnya adalah musik
dan lukisan. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari disebutkan bahwa kelak akan ada
dari umatku yang menghalalkan zina, khamr dan alat-alat musik. Dalam Alquran surat
Luqman: 6 disebutkan “Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan
yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah adalah nyanyian” (al-
Munajid, 1997: 100).
Nyanyian yang dilarang oleh Allah adalah nyanyian yang isinya bisa menyesatkan
manusia, serta mematikan hati. Namun nyanyian-nyanyian spiritual yang bernafaskan Islam
yang isinya mengajak kebaikan dibolehkan. Bahkan menurut Sayyed Hossein Nasr dalam
bukunya yang berudul “Spiritualitas dan Seni Islam”, oleh para ahli sufi, nyanyian dan musik
dijadikan sebagai sarana untuk membuka khazanah kebenaran ilahi.
Dalam hal menggambar, ada sebuah hadis riwayat Imam Bukhari-Muslim, berbunyi,
“sesungguhnya orang-orang yang melukis gambar (makhluk hidup) ini, kelak di hari kiamat
bakal disiksa dan disuruh kepada mereka ‘hidupkan hasil lukisanmu itu’”, sementara dalam
riwayat yang sama ada penjelasan “kita diperbolehkan menggambar pemandangan alam dan
hal-hal lain yang tidak bernyawa” (al-Hafidh, 1994: 790-791).
Larangan menggambar dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
tersebut, adalah larangan menggambar hal-hal yang bernyawa, tetapi menggambar
pemandangan alam dan obyek - obyek lain yang tidak bernyawa, diperbolehkan bahkan harus
digalakkan sebagai proses penemuan di dalam alam, akan esensi meta natural (al-Faruqi, 1987:
204).
9
2.3 Hubungan Islam dengan Seni

Agama Islam tidak memberikan atau maenggariskan teori dan ajaran yang rinci tentang
seni dengan bentuk-bentuknya, sehingga belum memiliki ‘batasan’ tentang seni Islam atau seni
yang Islamis yang diterima semua pihak. Meskipun demikian Seyyed H. Nasr dalam bukunya
yang berjudul “Spiritualitas dan Seni Islam” telah memberikan ciri - cirinya, yaitu bahwa:
“Seni Islam merupakan hasil dari pengejawantahan Ke-esaan pada bidang
keanekaragaman yang merefleksikan Ke-Esaan Illahi, kebergantungan keanekaragaman
kepada Tuhan Yang Maha Esa, kesementaraan dunia dan kualitas-kualitas positif dari
eksistensi kosmos atau makhluk sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an
Pendapat tersebut mirip toeri Ernst Diez yang menyatakan bahwa seni Islam atau seni
yang Islamis adalah seni yang mengungkapkan sikap pengabdian kepada Allah. Kemudian M.
Abdul Jabbar Beg dalam bukunya yang berjudul “Seni dalam Peradaban Islam” melengkapi
pernyataan-pernyataan di atas dengan pendapatnya bahwa suatu seni menjadi Islamis, jika hasil
seni itu mengungkapkan pandangan hidup kaum Muslimin, yaitu konsep tauhid, sedangkan
seniman yang membuat objek seninya tidak mesti seorang Muslim.
Seni Islam adalah seni yang dapat mengungkapkan keindahan dan konsep tauhid
sebagai esensi aqidah, tata nilai dan norma Islam, yaitu menyampaikan pesan Keesaan Tuhan.
Seni Islam diilhami oleh spiritualitas Islam secara langsung, sedangkan wujudnya dibentuk
karakteristik-karakteristik tertentu. Seuatu bentuk seni yang dilandasi oleh hikmah atau
kearifan dari spiritualitas atau kearifan dari spiritualitas Islam tidak hanya berkaitan dengan
penampakan lahir semata (wujud), akan tetapi juga realitas batinnya (makna).
Hasil perwujudan seni Islam dibentuk oleh karakteristik tertentu, di antaranya adalah
estetika dan kreatifitas. Menurut penilaian Islam bahwa segala bentuk seni selain merupakan
karya Ibadah (pengabdian kepada Allah) juga mengandung dan mengungkapkan keindahan.

2.4 Hubungan Islam dengan Budaya

Kebudayaan atau budaya berkembang sesuai atau karena adanya adaptasi dengan
lingkungan hidup dan kehidupan serta situasi dan kondisi manusia berada. Kebudayaan dikenal
karena adanya hasil-hasil atau unsur-unsurnya. Unsur-unsur kebudayaan terus menerus
bertambah seiring dengan perkembangan hidup dan kehidupan. Manusia mengembangkan
kebudayaan - kebudayaan berkembang karena manusia. Manusia disebut makhluk yang
berbudaya, jika ia mampu hidup dalam atau sesuai budayanya. Sebagian makhluk berbudaya,

10
bukan saja bermakna mempertahankan nilai-nilai budaya masa lalu atau warisan nenek
moyangnya, melainkan termasuk mengembangkan (hasil-hasil) kebudayaan.
Di samping kerangka besar kebudayaan, manusia pada komunitasnya, dalam
interaksinya mempunyai norma, nilai, serta kebiasaan turun temurun yang disebut tradisi.
Tradisi biasanya dipertahankan apa adanya, namun kadangkala mengalami sedikit modifikasi
akibat pengaruh luar ke dalam komunitas yang menjalankan tradisi tersebut. Misalnya
pengaruh agama-agama ke dalam komunitas budaya dan tradisi tertentu, banyak unsur-unsur
kebudayaan (misalnya puisi-puisi, bahasa, nyanyian, tarian, seni lukis dan ukir) di isi formula
keagamaan sehingga menghasilkan paduan atau sinkretis antara agama dan kebudayaan.
Kebudayaan dan berbudaya, sesuai dengan pengertiannya, tidak pernah berubah, yang
mengalami perubahan dan perkembangan adalah hasil-hasil atau unsur-unsur kebudayaan.
Namun, ada kecenderungan dalam masyarakat yang memahami bahwa hasil-hasil dan unsur-
unsur budaya dapat berdampak pada perubahan kebudayaan. Kecenderungan tersebut
menghasilkan dikotomi hubungan antara iman-agama dan kebudayaan. Dikotomi tersebut
memunculkan konfrontasi (bukan hubungan saling mengisi dan membangun) antara agama dan
praktek budaya, karena dianggap sarat dengan spiritisme, dinamisme, animisme, dan
totemnisme. Akibatnya, ada beberapa sikap hubungan antara Agama dan Kebudayaan, yaitu :
1. Sikap Radikal : Agama menentang Kebudayaan. Ini merupakan sikap radikal dan ekslusif,
menekankan pertantangan antara Agama dan Kebudayaan. Menurut pandangan ini, semua
sikon masyarakat berlawanan dengan keinginan dan kehendak Agama. Oleh sebab itu,
manusia harus memilih Agama atau/dan Kebudayaan, karena seseorang tidak dapat
mengabdi kepada dua tuan. Dengan demikian, semua praktek dalam unsur-unsur
kebudayaan harus ditolak ketika menjadi umat beragama. Contoh: agama menentang keras
budaya luar seperti satu rumah dengan lawan jenis yang sudah dianggap hal biasa dan
membudaya pada negara – negara barat.
2. Akomodasi : Agama Milik Kebudayaan. Sikap ini menunjukkan keselarasan antara Agama
dan kebudayaan.
3. Sikap Perpaduan : Agama di atas Kebudayaan. Sikap ini menunjukkan adanya suatu
keterikatan antara Agama dan kebudayaan. Hidup dan kehidupan manusia harus terarah
pada tujuan ilahi dan insani; manusia harus mempunyai dua tujuan sekaligus.
4. Sikap Pambaharuan : Agama Memperbaharui Kebudayaan. Sikap ini menunjukkan bahwa
Agama harus memperbaharui masyarakat dan segala sesuatu yang bertalian di dalamnya.
Hal itu bukan bermakna memperbaiki dan membuat pengertian kebudayaan yang baru;
melainkan memperbaharui hasil kebudayaan. Oleh sebab itu, jika umat beragama mau
11
mempraktekkan unsur-unsur budaya, maka perlu memperbaikinya agar tidak bertantangan
ajaran-ajaran Agama. Karena perkembangan dan kemajuan masyarakat, maka setiap saat
muncul hasil-hasil kebudayaan yang baru. Oleh sebab itu, upaya pembaharuan kebudayaan
harus terus menerus. Dalam arti, jika masyarakat lokal mendapat pengaruh hasil kebudayaan
dari luar komunitas sosio-kulturalnya, maka mereka wajib melakukan pembaharuan agar
dapat diterima, cocok, dan tepat ketika mengfungsikan atau menggunakannya.

Karena adanya aneka ragam bentuk hubungan Agama dan Kebudayaan tersebut, maka
solusi terbaik adalah perlu pertimbangan-pengambilan keputusan etis-teologis (sesuai ajaran
agama). Dan untuk mencapai hal tersebut tidak mudah.

2.5 Prinsip Islam dalam Menjalankan Aktivitas Seni dan Budaya

Seni merupakan ekspresi jiwa yang mengalir bebas maka dalam menjalankan aktivitas
seni maupun mengapresiasinya tidak pernah terlepas dari ideologi, keyakinan, pola pikir dan
unsur-unsur yang relevan. Oleh karena itu dalam menjalankan aktivitas seni perlu adanya
batas-batas syariah sehingga mampu membedakan dan memilah antara seni yang memang
bernafaskan Islam atau seni yang hanya mengatas namakan Islam.
Sebagaimana dinyatakan oleh Qardhawi dalam bukunya yang berjudul “Islam Bicara
Seni” seni dimaksudkan untuk mencapai sesuatu sehinggahukumnya menjadi seiring dengan
maksud tersebut. Apabila maksudnya halal maka menjadi halal, dan sebaliknya, bila
maksudnya haram maka hukumnya menjadi haram.
Dalam melakukan aktivitas seni maupun budaya perlu adanya pemahaman tentang
syariat, sehingga tidak menyimpang dari nilai-nilai Islam. Akal pikiran manusia tidak mampu
membedakan antara kebaikan dan keburukan jika tanpa bimbingan agama yang diwahyukan
oleh Allah melalui rasul-Nya. maka dalam melakukan aktivitas seni budaya harus mengacu
pada sumber utama ajaran Islam yaitu Al-qur’an dan Al-hadits. Sehingga dalam praktiknya
tidak akan terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan murka Allah SWT.

2.6 Seni sebagai Media Dakwah

Dalam perkembangan dakwah, khususnya di Indonesia, Islam disebarkan oleh para


wali yang dikenal dengan Wali Songo. para wali tersebut mengemas penyampaian ajaran Islam
dalam bentuk kesenian dan kebudayaan. para wali tersebut menggunakan metode asimilasi,

12
sehingga ajaran Islam disisipkan pada kebudayaan yang telah ada, sehingga masyarakat secara
tidak sadar menjalankan tradisi yang di dalamnya terdapat nilai-nilai keislaman.
penyebaran Islam melalui seni terbukti efektif karena masyarakat Indonesia sendiri
notabene merupakan masyarakat yang tidak menyukai kekerasan, sehingga dakwah melalui
seni lebih mudah dipahami daripada dengan menggunakan kekerasan. dan Islam sendiri pun
merupakan agama yang membawa perdamaian dan tidak menghendaki adanya kekerasan.
Salah satu contoh adalah sunan kalijaga, Ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis
dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk
sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud,
Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk jadi Raja. Taman pusat kota berupa Kraton, alun-
alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga. Metode dakwah
tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga.
Di antaranya adalah Adipati Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang
(sekarang Kotagede - Yogya). Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu -selatan Demak.

2.7 Dampak Pengaruh Terhadap Masyarakat

Persebaran Islam di Indonesia dilakukan bukan hanya oleh satu bangsa saja, melainkan
oleh berbagai bangsa yang berdagang di Indonesia: orang Arab sendiri, Persia, Moor, India,
bahkan Cina. Persebaran Islam di Indonesia tak serempak terjadi dalam waktu yang sama,
melainkan berproses melalui aktifitas dagang dan sosial. Oleh karena itu, kekentalan pengaruh
budaya dan ajaran Islam di tiap-tiap tempat di Indonesia tentunya berbeda - beda. Ada
masyarakat yang nuansa Islamnya kental, seperti Aceh atau Banten; adapula masyarakat yang
nilai “kefanatikan” Islamnya tidak begitu kentara, seperti di Jawa. Pengaruh Islam yang ada
antara lain sebagai berikut :
1. Huruf, Bahasa, dan Nama-Nama Arab
Al-Quran, sebagai kitab suci Islam, menggunakan bahasa Arab, bahasa-ibu
Nabi Muhammad. Dalam perkembangannya, bahasa Arab digunakan juga oleh para
muslim yang non-Arab dalam berbagai kegiatan agama, terutama shalat dan mengaji
(membaca Al-Quran). Pengaruh bahasa Arab lambat laut merambat dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat Indonesia. Persebarah bahasa Arab ini lebih cepat dari pada
persebaran bahasa Sansekerta karena dalam Islam tak ada pengkastaan, karena itu dari
raja hingga rakyat jelata mampu berbahasa Arab. Pada mulanya memang hanya kaum
bangsawan saja yang pandai menulis dan membaca huruf dan bahasa Arab, namun pada

13
selanjutnya rakyat kecil pun mampu berbahasa Arab, setidaknya membaca dan menulis
Arab kendati tak begitu paham akan maknanya. Sekarang Bahasa Arab masih
digunakan, dapat dilihat dari kosa kata Arab yang kebanyakan diambil dari kata-kata
dalam Al-Quran banyak yang dipakai sebagai nama orang, tempat, lembaga, atau
kosakata (kata benda, kerja, dan sifat) yang telah diindonesiakan, contohnya: nisa
(perempuan), rahmat, berkah (barokah), rezeki (rizki), kitab, ibadah, sejarah
(syajaratun), majelis (majlis), hebat (haibat), silaturahmi (silaturahim), hikayat,
mukadimah, dan masih banyak lagi. Banyak di antara kata-kata serapan tersebut yang
telah mengalami pergeseran makna (melebar atau menyempit), seiring dengan
perkembangan zaman.

2. Bangunan Fisik (Arsitektur)


Islam telah memperkenalkan tradisi baru dalam Bentuk bangunan. Surutnya
Majapahit yang diikuti oleh perkembangan agama Islam menentukan perubahan
tersebut. Islam telah memperkenalkan tradisi bangunan, seperti mesjid dan makam.
Islam melarang pembakaran jenazah yang merupakan tradisi dalam ajaran Hindu-
Buddha; sebaliknya jenazah bersangkutan harus dimakamkan di dalam tanah. Maka
dari itu, peninggalan berupa nisan bertuliskan Arab merupakan pembaruan seni
arsitektur pada masanya dan sampai sekarang hal tersebut masih dapat terlihat di
makam muslim. Ada juga Masjid yang bangunannya merupakan perpaduan budaya
Islam-Hindu- Buddha, misalnya Masjid Kudus meskipun pembangunannya diragukan,
apakah dibangun oleh umat Hindu atau Islam. Ini terlihat dari menara masjid yang
berwujud seperti candi dan berpatung. Masjid lain yang bercorak campuran adalah
Masjid Sunan Kalijaga di Kadilangu dan Masjid Agung Banten. Atap pada Masjid
Sunan Kalijaga berbentuk undak-undak seperti bentuk atap pura di Bali atau candi-
candi di Jawa Timur.
Terdapat kesinambungan antara seni arsitektur Islam dengan tradisi sebelum
Islam. Contoh arsitektur klasik yang berpengaruh terhadap arsitektur Islam adalah atap
tumpang, dua jenis pintu gerbang keagamaan, gerbang berbelah dan gerbang berkusen,
serta bermacam unsur hiasan seperti hiasan kaya yang terbuat dari gerabah untuk
puncak atap rumah. Ragam hias sayap terpisah yang disimpan pada pintu gerbang
zaman awal Islam yang mungkin bersumber pada relief makara atau burung garuda
zaman pra-Islam. Namun sayang, peninggalan bentuk arsitektur itu banyak yang dibuat
dari kayu sehingga sangat sedikit yang mampu bertahan hingga kini.
14
3. Kesusastraan
Karya sastra merupakan alat efektif dalam penyebaran sebuah agama. Jalur
sastra inilah yang ditempuh masyarakat muslim dalam penyebaran ajaran mereka.
Karya-karya sastra bercorak Islam yang ditulis di Indonesia, terutama Sumatera dan
Jawa, awalnya merupakan gubahan atas karya-karya sastra klasik dan Hindu-Buddha.
Cara ini ditempuh agar masyarakat pribumi tak terlalu kaget akan ajaran Islam.

Selanjutnya, tema-tema yang ada mulai bernuansa Islami seperti kisah atau
cerita para nabi dan rasul, sahabat Nabi, pahlawan-pahlawan Islam, hingga raja-raja
Sumatera dan Jawa. Adakalanya kisah-kisah tersebut bersifat setengah imajinatif;
dalam arti tak sepenuhnya benar.

4. Seni Rupa dan Kaligrafi


Seni rupa dalam dunia Islam berbeda dengan seni rupa dalam Hindu-Buddha.
Dalam ajaran Islam tak diperbolehkan menggambar, memahat, membuat relief yang
objeknya berupa makhluk hidup khususnya hewan. Maka dari itu, seni rupa Islam
identik dengan seni kaligrafi.

Seni kaligrafi adalah seni menulis aksara indah yang merupakan kata atau
kalimat. Dalam Islam, biasanya kaligrafi berwujud gambar binatang atau manusia (tapi
hanya Bentuk siluetnya saja). Ada pula, seni kaligrafi yang tidak berbentuk makhluk
hidup, melainkan hanya rangkaian aksara yang diperindah. Teks-teks dari Al-Quran
merupakan tema yang sering dituangkan dalam seni kaligrafi ini. Sedangkan, bahan -
bahan yang digunakan sebagai tempat untuk menulis kaligrafi ini adalah nisan makam,
pada dinding masjid, mihrab masjid, kain tenunan atau kertas sebagai pajangan atau
kayu sebagai pajangan. Selain huruf Arab, tradisi kaligrafi dikenal pula di Cina, Jepang,
dan Korea.

5. Seni Tari dan Musik


Dalam bidang seni tari dan musik, budaya Islam hingga sekarang begitu terasa
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Dalam perjalanannya, kebudayaan
Islam sebelum masuk ke wilayah Indonesia telah dahulu bercampur dengan
15
kebudayaan lain, misalnya kebudayaan Afrika Utara, Persia, anak Benua India, dan
lain-lain. Dan telah menjadi hukum alam, bahwa setiap tarian memerlukan iringan
musik. Begitu pula seni tari Islami, selalu diiringi alunan musik sebagai penyemangat
sekaligus sebagai sarana perenungan.

Lazimnya tarian-tarian ini dipraktikkan di daerah pesisir laut yang pengaruh


Islamnya kental, karena daerah pesisir merupakan tempat pertama kali Islam
berkembang, baik sebagai kekuatan ekonomi, sosial, budaya, dan politik.

6. Seni Busana
Dalam agama Islam, ada jenis pakaian tertentu yang menunjukkan identitas
umat Islam. Jenis pakaian tersebut adalah sarung, baju koko, kopeah, kerudung, jilbab,
dan sebagainya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian yang telah dijelaskan di atas tertera jelas bahwa seni budaya merupakan hal
yang netral dan islam tidak melarangnya selama kegiatan seni dan budaya yang dilakukan tidak
menyimpang dengan syariat dan tidak bermaksud untuk kejahatan.

3.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Untuk itu, penulis membuka
diri terhadap kritik maupun saran yang sifatnya membangun.

16
BAB IV

HASIL DAN LAPORAN DISKUSI

4.1 Pertanyaan

1. Terdapat 4 sikap yang telah dijelaskan, kenapa ada istilah radikal dan itu sumbernya
dari mana? (pertanyaan oleh Izzatul Kamelin – 201510370311012)
2. Bagaimana hukum islam tentang musik?
(pertanyaan oleh Kalistya Rizky – 201510370311034)
3. bagaimana hukumnya seseorang yang mempunyai pekerjaan yang berhubungan dengan
menggambar manusia contohnya seperti komikus atau penggambar karikatur?
(pertanyaan oleh Farid - 201510370311024)

4.2 Tanggapan

1. menurut kami terdapat istilah tersebut karena penulis buku yang kami jadikan acuan
ingin memberikan gambaran secara jelas terhadap sikap islam terhadap seni dan
budaya, meskipun kata – kata radikal dewasa ini sangat sensitif kami yakin penulis
tidak ada maksud untuk ke arah negatif hanya diksi saja.
2. Ada banyak pendapat yang mengupas hukum tentang musik, apakah boleh atau tidak.
Dalam Al-Qur’an tidak ada ayat yang melarang musik secara tegas, tetapi ada isyarat.
Allah Subhanau Wa Ta’la berfirman dalam Surat Lukman [31] ayat 6:
“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak
berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan
menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang
menghinakan.”
Berdasarkan ayat ini, banyak ahli tafsir, termasuk penafsiran sahabat Ibnu Mas’ud,
mengatakan perkataan yang tidak berguna (Lahwal hadits) ini maksudnya adalah
nyanyian dan alat musik.
Terkait larangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang musik, bisa kita
dapatkan dalam beberapa hadits. Jika telah jelas ada larangan dari Rasulullah, maka
tidak ada keraguan akan keharamannya.

17
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sungguh benar-benar akan ada di kalangan umatku sekelompok orang yang
menghalalkan zina, sutera, khamr dan alat musik.” (Sahih Al Bukhari volume 7 Book
of Drinks Hadith 5590)
Hadits ini menyebutkan bahwa kelak akan ada yang menghalalkan beberapa hal. Dan
kita telah tahu bahwa khamr hukumnya haram, kita sudah tahu zina itu haram. Karena
alat musik disebutkan bersama-sama dengan hal-hal yang diharamkan tersebut, itu
artinya Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam mengharamkannya.
Tetapi ada sebagian orang yang tetap menghalalkannya, kita tahu ada beberapa ulama
kontemporer yang membolehkan. Dari hadits ini secara jelas mengatakan bahwa alat
musik itu haram.
Tetapi ada hadits shahih lainnya yang membolehkan alat musik tertentu, yaitu duff
(rebana).
3. Kalua berhubungan dengan pekerjaan hukumnya sah – sah saja diperbolehkan asal apa
yang Digambar tidak berbau pornografi atau hal – hal yang dilarang oleh islam.

4.3 Kesimpulan Diskusi


Dari diskusi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa islam sebenarnya sangat
terbuka dengan seni dan budaya, islam pun memiliki sikap – sikapnya sendiri sehubungan
dengan seni dan budaya. Musik hukumnya haram apabila musik tersebut mengandung unsur –
unsur yang menyesatkan dalam liriknya, apabila musik tidak menjuruskan ke kesesatan hokum
musik menjadi halal. Hukum menggambar karikatur atau sesuatu yang memiliki nyawa
hukumnya haram namun kalua hal tersebut berhubungan dengan pekerjaan ialah sah sah saja.

18
DAFTAR PUSTAKA

Kusuma, Ida. 2017. Islam dan Seni Budaya(online), Diakses, Selasa 17 April 2018
Madani, bacaan. 2018. Metode dan Media Dakwah Wali Songo dalam Menyebarkan
Islam(online), Diakses, Selasa 17 April 2018.
Hana, Humaira. 2012. Agama Kebudayaan dan Seni Islam(online), Diakses, Minggu 15 April
2018.
Asy’ari. 2007. Islam dan Seni. Jurnal Hunafa. Vol. 4, No. 2.
Qardhawi, Yusuf. 2004. Islam Bicara Seni. Era Intermedia: Solo.
Beg, M. Abdul Jabbar (ed). (terj. Yustiono dan Edi Sutriyono). 1981. Seni
dalam Peradaban Islam. Bandung: Pustaka.
Nasr, Sayyed Hossein (terj. Afif Muhammad). 1933. Spiritualitas dan Seni Islam.
Bandung: Mizan.

19

Anda mungkin juga menyukai