PENDAHULUAN
Suatu sistem pendidikan yang baik harus disusun atas dasar kondisi
lingkungan masyarakat, baik kondisi masa kini maupun antisipasi kondisi masa
yang akan datang. Perubahan kondisi lingkungan adalah suatu tantangan dan
peluang yang harus direspon secara tepat sehingga memberikan suatu nilai
tambah. Dengan adanya berbagai tuntutan tersebut, maka perguruan tinggi
termasuk di dalamnya antara lain Fakultas Teknik dituntut untuk menyiapkan
hasil didikannya yang memiliki kemampuan yang tangguh akan perkembangan
teknologi dan kebutuhan masyarakat.
Secara tidak langsung dengan melakukan kerja praktek, maka akan terjadi
penyesuaian diri dengan lingkungan pekerjaan yang akan dihadapi kelak.
Bagaimana kondisi yang sebenarnya dilapangan, hingga kerja antara pekerjaan,
mekanisme pekerjaan, managemen proyeknya, serta penyediaan alat dan
bahannya itu semua perlu diketahui untuk bekal kerja.
1
1.2. Tujuan Dan Manfaat Kegiatan Magang
Adapun waktu kegiatan magang yaitu mulai pukul 08.00 s/d 12.00 WIB dan
13.00 s/d 16.00 WIB ( interval waktu pukul 12.00 s/d 13.00 WIB digunakan untuk
istirahat ).Dan berlangsung selama 2 bulan dari 25 Februari s/d 25 April 2019.
2
1.4. Sistematika Penulisan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
3
BAB II
GAMBARAN UMUM
Peristiwa ini berawal pada 3 Desember 1945 kota bandung yang pada saat
itu sedang memuncak perjuangan fisik bangsa Indonesia melawan sekutu untuk
mempertahankan kemerdekaan republik indonesiakan yang telah di
proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 .
2.2 Visi dan Misi Dinas Bina Marga dan Bina Kontruksi
Visi :
Terwujudnya jaringan jalan dan jembatan provinsi yang mantap di Sumatera
Utara.
Misi :
1. Melakukan pembangunan dan peningkatan ruas jalan provinsi secara
bertahap
2. Melakukan preservasi rutin dan berkala ruas jalan provinsi
3. Mengantisipasi kerusakan pada daerah rawan bencana
4. Memberikan peran serta dunia swasta untuk pembanguan jalan tol
pada ruas lintas timur di Sumtera Utara secara bertahap mulai tahun
2010
5. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang
perencanaan/pelaksanaan / pengawasan jaringan jalan provinsi di
Sumatera Utara
4
2.3 Perkembangan Dinas Bina Marga Dan Bina Kontruksi
Pada mulanya Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga ini sesuai dengan surat
keputusan Gubernur Nomor 651 KPTSXII1989 pada tanggal 28 Oktober 1989
hanya merupakan Sub Bagian dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan.Akan
tetapi karna semakin meningkatnya volume pekerjaan yang harus di kelola dan di
laksanakan serta adanya tantangan kemajuan teknologi dan globalisasi politik,
ekonomi, sosial dan budaya, pertahanan dan kemanan rakyat yang menghendaki
pembangunan di segala bidang, dalam hal ini pemerintah mengambil
kebijaksanaan mengadakan reorganisasi baik administrasi maupun teknis. Dalam
rangka ikut serta, Universitas Sumatera Utara memperdayakan sumber daya
manusia ke sektor sektor dan unit terkecil untuk menjangkau dan menyebar
luaskan pemerataan pembangunan di segala pelosok desa terpencil dan langkah
yang di ambil adalah menjadikan Bina Marga yang semula hanya sub bagian
menjadi sebuah Dinas.
Sekretariat
Bidang Perencanaan Dan Evaluasi
Bidang Bina Kontruksi
Bidang Pembangunan Jalan Dan Jembatan
Bidang Pemeliharaan Jalan Dan Jembatan
5
BAB III
Waktu pelaksanaan dari hari seni s/d sabtu terhitung dari tanggal 25 Februari s.d
25 april 2019 tidak termasuk hari besar dan hari libur kantor.
Tempat pelaksanaan Dinas Bina Marga dan Bina Kontruksi Yang Berlokasi Di
Jl.Sakti Lubis No.7 R.
6
3.3 Job Description
Berikut adalah job description dinas bina marga dan bina kontruksi :
Kepala Dinas
7
2. Melaksanakan penyusunan perencanaan/program kerja sekretariat
dan Sub Bagian Umum .
3. Melaksanakan penyusunan dan pengolahan data kepegawaian .
4. Melaksanakan penggandaan naskah dinas.
5. Melaksanakan pengelolaan dan pembinaan perpustakaan dinas
Sub Bagian keuangan
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas :
1. Melaksanakan pembinaan, bimbingan, dan arahan kepada pegawai .
2. Melaksanakan penyusunan bahan dan penyiapan anggaran dinas .
3. Melaksanakan penyusunan pembuatan daftar gaji dan tunjangan
Daerah .
4. Melaksanakan pembinaan perbendaharaan keuangan .
Sub Bagian Program
Sub Bagian Program mempunyai tugas :
8
Bidang pembangunan/peningkatan mempunyai tugas :
9
Seksi pemeliharaan rutin jalan mempunyai tugas :
10
BAB IV
Perkerasan jalan raya adalah bagian jalan raya yang diperkeras dengan lapis
konstruksi tertentu yang memiliki ketebalan, kekuatan, dan kekakuan, serta
kestabilan tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu lintas diatasnya ke tanah
dasar secara aman dan nyaman tanpa terjadi kerusakan yang berarti.
Struktur perkerasan jalan sendiri terbagi menjadi tiga tipe, yaitu struktur
perkerasan lentur, perkerasan kaku dan perkerasan komposit. Ketiga jenis
perkerasan tersebut memiliki perbedaan baik dalam hal proses pembuatan kelas
mutu dan spesifikasinya. Yang digunakan untuk lapis perkerasan adalah beton
aspal.
11
a) Kedap air
b) Tahan terhadap keausan akibat lalu lintas
c) Mempunyai nilai structural
d) Mempunyai nilai stabilitas yang tinggi
Bahan dan Persyaratan Aspal Beton
Bahan laston terdiri dari aspal, agregat kasar, agregat halus, dan filler (jika
dibutuhkan). Pada laporan ini akan dibahas mengenai bahan-bahan penyusun
laston tersebut, dimulai dari sifat materialnya hingga pengujian yang perlu
dilakukan.
1. Aspal
Dalam perkerasan jalan terutama untuk perkerasan lentur, material aspal adalah
material yang sangat penting sebagai pengikat antar agregat. Aspal atau bitumen
merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan yang bersifat viskoelastis
sehingga akan melunak dan mencair bila terdapat cukup pemanasan dan
sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat menyelimuti dan
menahan agregat tetap pada tempatnya selama proses produksi dan masa
pelayanannya.
Persyaratan aspal sendiri adalah aspal yang berasal dari minyak bumi,
mempunyai sifat sejenis dengan kadar parafine dalam aspal tidak melebihi 2 %,
tidak mengandung air dan tidak berbusa jika dipanaskan sampai suhu 75 derajat
celsius.
Jenis Aspal
Aspal terbagi menjadi 2 tipe, yaitu aspal buatan dan aspal alam.
12
Asbuton 10 → kadar aspal 9-11%
o Penggunaan
Sebagai lapis permukaan pada jalan dengan volume lalu lintas 200-
1500 kendaraan perhari.
b) Aspal Buatan
o Merupakan hasil akhir dari penyaringan minyak (biasanya aspal +
parafine)
o Klasifikasi aspal buatan :
a. Aspal cair
b. Aspal Emulsi
c. Aspal Semen (Asphalt Cement/AC)
Untuk asphalt cement sendiri terdiri dari beberapa tipe yaitu:
a. AC 40-50
b. AC 60-70
c. AC 85-100
d. AC 120-150
e. AC 200-300
13
Pengujian pertama yang dilakukan adalah penetrasi. Hal ini karena mutu aspal
ditentukan oleh angka penetrasinya.
Dalam praktikum ini bertujuan membuat job mix formula (rancangan campuran
rencana) beton aspal jenis AC dengan spesifikasi aspal yang digunakan untuk
campuran beton aspal jenis AC terlihat dalam Tabel 1.1
Tabel 1.1 Spesifikasi Semen Aspal untuk Campuran Beton Aspal tipe AC
Persyaratan
Karakteristik Pen. 60 Pen. 80 Satuan
(Titik
25 ºC ; 100gr ; 5 detik; 0,1
lembek
48 58 46 54 ºC
mm )
( Ring & Ball )
Titik nyala
200 - 225 - ºC
( Clev. Open cup)
Kehilangan berat - 0,4 - 0,6 %berat
o
(163 C ; 5 jam)
Daktilitas
100 - 100 - Cm
( 25 ºC ; 5 cm/menit )
Kelarutan
99 - 99 - % berat
( CCl 3 )
14
Berat jenis
1 - 1 - -
( 25º)
a) Uji Penetrasi
Pengujian tersebut bertujuan untuk menentukan angka penetrasi aspal yang
akan menjadi acuan spesifikasi pada karakteristik lainnya.
b) Uji Daktilitas
Uji daktilitas aspal adalah suatu uji kualitatif yang secara tidak langsung
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat adhesiveness atau daktilitas
aspal keras. Aspal dengan nilai daktilitas yang rendah adalah aspal yang
memiliki gaya adesi yang kurang baik dibandingkan dengan aspal yang
memiliki nilai daktilitas yang tinggi
d) Uji Viskositas
Uji viskositas bertujuan untuk mengetahui tingkat kekentalan aspal.
15
Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kemurnian aspal
dengan menggunakan larutan CCl4.
Deskripsi khusus kegiatan magang yaitu uji coba terhadap bahan perkerasan
khususnya bahan agregat.Selain aspal material lain yang memiliki peran yang sangat
penting adalah agregat. Pada campuran beraspal, agregat memberikan kontribusi 90-
95% terhadap berat campuran sehingga sifat-sifat agregat merupakan salah satu
faktor penentu dari kinerja campuran tersebut untuk tujuan ini, sifat agregat yang
harus diperiksa antara lain :
a) Ukuran Butir
Ukuran agregat dalam suatu campuran beraspal terdistribusi dari yang berukuran
besar sampai yang kecil. Semakin besar ukuran maksimum agregat yang dipakai
semakin banayak variasi ukurannya dalam campuran tersebut.
b) Gradasi
Gradasi agregat ditentukan oleh analisis saringan, dimana contoh agregat harus
memenuhi satu set saringan. Gradasi agregat dapat dibedakan atas beberapa jenis, di
antaranya :
Gradasi seragam (uniform graded) atau gradasi terbuka (open graded) adalah
gradasi agregat dengan ukuran hampir sama. Gradasi seragam disebut juga
gradasi terbuka atau open graded karena hanya mengandung sedikit agregat
halus sehingga terdapat banyak rongga/ruang kosong antar agregat. Campuran
beraspal yag dibuat dengan gradasi ini bersifat porous atau memiliki
permeabilitas yang tinggi, stabilitas rendah, dan memiliki berat isi yang kecil.
16
Gradasi rapat (dense graded) adalah gradasi agregat di mana terdapat butiran
dari agregat kasar sampai halus sehingga sering juga disebut gradasi menerus,
atau gradasi baik (well graded). Campuran dengan gradasi ini memiliki
stabilitas yang tinggi, agak kedap air, dan memiliki berat isi yang besar.
Gradasi senjang (gap graded) adalah gradasi agregat di mana ukuran agregat
yang ada tidak lengkap atau ada fraksi agregat yang tidak ada atau jumlahnya
sedikit sekali. Campuran agregat dengan gradasi ini memiliki kualitas
peralihan dari kedua gradasi yang disebutkan diatas.
Ukuran
Spesifikasi
Saringan
9,500 3/8" 60 85
4,760 No.4 38 55
2,380 No.8 27 40
1,190 No.16 - -
17
0,590 No.30 14 24
0,279 No.50 9 18
0,149 No.100 5 12
0,074 No.200 2 8
Pan 2 8
Dengan adanya spesifikasi, maka untuk gradasi agregat yang dihasilkan yang
baik harus masuk dalam batas atas dan batas bawah dari spesifikasi tersebut sehingga
mendapakan campuran yan baik pula.
c ) Kebersihan Agregat
d) Kekerasan
Semua agregat yang digunakan harus kuat, mampu menahan abrasi dan degradasi
selama proses produksi dan operasionalnya di lapangan. Agregat yang akan
digunakan sebagai lapis permukaan perkerasan harus lebih keras (lebih tahan) dari
pada agregat yang digunakan untuk lapis bawahnya. Hal tersebut disebabkan karena
lapisan permukaan perkerasan akan menerima dan menahan tekanan dan benturan
akibat beban lalu lintas paing besar. Oleh karena itu, kekuataan agregat terhadap
beban merupakan suatu persyaratan yang mutlak harus dipenuhi oleh agregat yang
akan digunakan sebagai bahan jalan.
18
e) Bentuk Butir Agregat
Bentuk partikel agregat yang bersudut memberikan ikatan antara agregat (agregat
interlocking) yang baik yang dapat menahan perpindahan (displacement) agregat
yang mungkin terjadi. Agregat yang bersudut tajam, berbentuk kubikal dan agregat
yang memiliki lebih dari 1 bidang pecah akan menghasilkan ikatan antar agregat
yang paling baik. Dalam campuran beraspal, penggunaan agregat yang bersudut saja
atau bulat saja tidak akan menghasilkan campuran beraspal yang baik. Kombinasi
pengunaan kedua bentuk partikel agregat ini sangatlah dibutuhkan untuk menjamin
kekuatan pada struktur perkerasan dan workability yang baik dari campuran tersebut.
Jika daya serap agregat sangat tinggi, agregat ini akan terus menyerap aspal baik
pada saat maupun setelah proses pencampuran agregat dengan aspal di unit
pencampur aspal (AMP). Hal ini akan menyebabkan aspal yang berada pada
permukaan agregat yang berguna untuk mengikat partikel agregat menjadi lebih
sedikit sehingga akan menghasilkan film aspal yang tipis. Oleh karena itu, agar
campuran yang dihasilkan tetap baik agregat yang porus memerlukan aspal yang
lebih banyak dibandingkan dengan yang kurang porus.
Jenis agregat
Persyaratan :
Untuk agregat kasar harus memenuhi syarat sebagai berikut : abrasi maksimal 40
%,kelekatan terhadap aspal minimal 95 %, bagian yang lunak maksimal 5 %, berat
jenis semu minimal 2,5, penyerapan air maksimal 3 %, kadar lempung maksimal
0,25 %, kadar debu maksimal 1 %, indeks kepecahan maksimal 25%, bidang pecah
maksimal 50%, dan gradasi lolos saringan ¾” serta tertahan no.4
19
Fungsi :
Karakteristik :
Agregat yang digunakan dalam pembuatan aspal beton adalah batu pecah atau kerikil
dalam keadaan kering dengan persyaratan sebagai berikut :
a. Keausan agregat yang diperiksa dengan mesin Los Angeles pada 500 putaran
harus mempunyai nilai maksimum 40%.
b. Kelekatan terhadap aspal harus lebih besar dari 95%.
c. Indeks kepipihan agregat maksimum 25%.
Agregat halus harus terdiri dari bahan-bahan berbidang kasar, bersudut tajam, dan
bersih dari kotoran-kotoran. Agregat halus terdiri dari pasir, bahan-bahan halus, hasil
pemecahan batu atau kombinasi bahan-bahan tersebut dalam keadaan kering yang
memenuhi syarat :
20
Filler merupakan salah satu bahan pengisi rongga campuran aspal, sebagai bahan
pengisi rongga udara pada material sehingga dapat memperkaku lapisan aspal.
Adapun karakternya:
Pengujian agregat
Pengujian agregat yang diperlukan untuk mendapatkan agregat yang baik adalah
sebagai berikut :
Gradasi agregat adalah pembagian ukuran butiran yang dinyatakan dalam persen dari
berat total. Tujuan utama pekerjaan analisIS ukuran butir agregat adalah untuk
pengontrolan gradasi agar diperoleh konstruksi campuran yang bermutu tinggi. Suatu
lapisan yang semuanya terdiri dari agregat kasar dengan ukuran yang kira-kira sama
mengandung rongga udara sekitar 35%. Apabila lapisan tersebut terdiri atas agregat
kasar, sedang, dan halus dengan perbandingan yang benar akan dihasilkan lapisan
agregat yang lebih padat dan rongga udara yang kecil.
Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui berat jenis dan penyerapan agregat.
c) Uji Keausan
Pada pekerjaan jalan, agregat akan mengalami proses tambahan seperti pemecahan,
pengikisan akibat cuaca, pengausan akibat lalu lintas. Guna mengatasi hal tersebut,
agregat harus mempunyai daya tahan yang cukup terhadap pemecahan (crushing),
penurunan (degradation), dan penghancuran (disintegration). Agregat pada atau di
dekat permukaan perkerasan memerlukan kekerasan dan mempunyai daya tahan
terhadap pengausan yang lebih besar dibandingkan dengan agregat yang letaknya
pada lapisan lebih bawah karena bagian atas perkerasan menerima beban terbesar.
21
d) Pengujian setara pasir
Agregat yang digunakan sebagai bahan jalan harus bersih, bebas dari zat-zat asing,
seperti tumbuhan, butiran lunak, gumpalan tanah liat (lempung), atau lapisan tanah
liat (lempung). Pengujian setara pasir (sand equivalent test) dilakukan untuk
menentukan perbandingan relatif dari bagian yang dapat merugikan (seperti butiran
lunak dan lempung) terhadap bagian agregat yang lolos saringan no.4.
e) Pemeriksaan gumpalan lempung dan butiran yang mudah pecah dalam agregat
Butiran agregat jika terkena air akan mudah pecah sehingga lebih baik tidak
digunakan, karena jika perkerasan jalan tergenang air, selain mudah pecah biasanya
menunjukkan suatu kecenderungan bahwa butiran ini mengandung lempung.
g) Angularitas
Bentuk butir (particle shape) pada agregat dibedakan menjadi 6 kategori, yaitu bulat,
tidak beraturan, berbidang pecah (angular), pipih, panjang, pipih, dan lonjong.
Agregat yang pipih dan atau panjang akan mudah patah apabila mendapat beban lalu
lintas. Besarnya kepipihan dinyatakan dalam indeks kepipihan. Banyaknya agregat
yang pipih dinyatakan dengan indeks kepipihan (flackiness index) dan agregat yang
panjang dinyatakan dengan indeks kelonjongan (elongatian index).
22
Adanya partikel ringan pada agregat dengan jumlah besar yang digunakan sebagai
campuran aspal panas akan mengganggu stabilitas campuran. Partikel ringan yang
dimaksud adalah partikel yang mengapung di atas larutan yang berat jenisnya
2.Bahan yang digunakan untuk memisahkan partikel ringan adalah larutan seng
khlorida (ZnCl2) berat jenis 2.
Dalam pengujian agregat terdapat beberapa macam standar yang digunakan untuk
masing-masing proses pengujian agregat ditunjukkan pada Tabel 1.4
C-535
23
4.3 EVALUASI
1. Timbangan bahan
2. Saringan
Perlu juga ketelitian dalam menginput data baik berat bahan yg di timbang
sebelum penyaringan maupun timbangan bahan yg lolos pada nomor saringan
terakhir yg di gunakan.
4. Mencuci bahan
Kesalahan di sini adalah ketika mencuci bahan dengan tidak teliti juga
berakibat pada hasil pengujian yg tidak akurat, misalnya ketika berat yg di tulis di
kertas yg di letakkan di atas bahan tertukar dengan bahan lain yg memiliki berat
tidak sama.Atau membiarkan bahan tumpah bersamaan bersamaan dengan air tentu
juga tidak baik .
24
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
Dalam penulisan laporan ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesilafan
baik dari segi penulisan atau pun dari segi kata kata yg penulis buat secara tidak
sengaja untuk itu penulis megharapkan saran dan masukkan dari berbagai pihak agar
laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
25
DAFTAR PUSTAKA
SNI-SNI terkait pengujian aspal, agregat, campuran panas beton aspal, struktur
perkerasan.
Buku panduan praktikum material jalan PDTS SV UGM
The Asphalt Institute, 1983, Asphalt Technology and Construction Practices,
Instructor’s Guide, The Asphalt Institute, Second Edition.
Sukirman, S., 1994, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit NOVA, Bandung.
26