Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kegiatan Magang

Dalam rangka mempersiapkan manusia untuk memecahkan persoalan


yang terjadi dalam kehidupan di masa kini maupun dimasa yang akan datang,
maka salah satu wahana adalah pendidikan. Oleh karena itu sistem pendidikan
yang di kembangkan oleh masyarakat harus mampu membangun kompetensi
manusia untuk mempersiapkan kehidupan yang lebih baik.

Suatu sistem pendidikan yang baik harus disusun atas dasar kondisi
lingkungan masyarakat, baik kondisi masa kini maupun antisipasi kondisi masa
yang akan datang. Perubahan kondisi lingkungan adalah suatu tantangan dan
peluang yang harus direspon secara tepat sehingga memberikan suatu nilai
tambah. Dengan adanya berbagai tuntutan tersebut, maka perguruan tinggi
termasuk di dalamnya antara lain Fakultas Teknik dituntut untuk menyiapkan
hasil didikannya yang memiliki kemampuan yang tangguh akan perkembangan
teknologi dan kebutuhan masyarakat.

Pada dasarnya sasaran pendidikan program sarjana dipandang dari


kacamata kontruksi adalah pencapaian kemampuan mobilitas profesional,
keluasan yang tinggi dan kemampuan penyesuaian diri secara tepat pada tuntutan
pekerjaan, di lain pihak juga di tuntut untuk memenuhi tugas barunya ditempat
kerja secara efesien, yang pada umumnya di peroleh dari pengalaman kerja
praktek.

Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia ( UPMI ) sebagai


salah satu Universitas yang ada di Medan, berusaha turut serta dalam upaya
menghasilkan sumber daya yang berkualitas. Persaingan dalam mendapatkan
pekerjaan pada saat ini sangat ketat, sehingga dibutuhkan kemampuan keuletan
dan kecakapan penguasaan bidang pekerjaan. Untuk itu diperlukan latihan kerja
praktek guna menyiapkan diri dalam menghadapi tantangan dilapangan.

Secara tidak langsung dengan melakukan kerja praktek, maka akan terjadi
penyesuaian diri dengan lingkungan pekerjaan yang akan dihadapi kelak.
Bagaimana kondisi yang sebenarnya dilapangan, hingga kerja antara pekerjaan,
mekanisme pekerjaan, managemen proyeknya, serta penyediaan alat dan
bahannya itu semua perlu diketahui untuk bekal kerja.

1
1.2. Tujuan Dan Manfaat Kegiatan Magang

Secara akademik kegiatan magang merupakan Sebagai salah satu syarat


mencapai gelar sarjana teknik pada jurusan teknik sipil Fakultas Teknik
Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia.

Tujuan pelaksanaan magang secara spesifik adalah, sbb :

1. Menguasai Keterampilan dalam penerapan ilmu teknik sipil


2. Mampu mengambil peran teknis dalam suatu penyelesaian masalah
maupun tugas pekerjaan yg di tangani secara individu maupun
berkelompok/tim.
3. Mampu menerapkan teori ke dalam praktek, baik secara aspek survei,
investigasi, perancangan, pelaksanaan maupun pemberdayaan prasarana
yg ada.

Adapun manfaat dilaksanakannya magang ( Kerja Praktek ) adalah :

1. Mahasiswa dapat berfikir dan mempunyai wawasan yang luas mengenai


pelaksanaan suatu proyek yang baik.
2. Mahasiswa dapat mengetahui secara langsung teknik pelaksanaan dan
pemecahan masalah baik teknis maupun non teknis yang dilakukan oleh
pengawas lapangan.
3. Mahasiswa dapat memahami tahap demi tahap suatu pengerjaan.
4. Mendidik sikap, mental dan displin kerja yang profesional pada
mahasiswa.
5. Sebagai bekal mahasiswa untuk terjun dalam dunia kerja dan membuka
komunikasi yang baik antara masyarakat yang berkecimpung dalam dunia
kontruksi.

1.3. Waktu Dan Tempat Kegiatan Magang

Adapun waktu kegiatan magang yaitu mulai pukul 08.00 s/d 12.00 WIB dan
13.00 s/d 16.00 WIB ( interval waktu pukul 12.00 s/d 13.00 WIB digunakan untuk
istirahat ).Dan berlangsung selama 2 bulan dari 25 Februari s/d 25 April 2019.

Tempat kegiatan magang adalah laboratorium pengujian dan pengendalian Mutu


Jalan dan Jembatan di Dinas Bina Marga.

2
1.4. Sistematika Penulisan

 PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN MAGANG


 PENGESAHAN KETUA LPM
 PERSETUJUAN PEMBIMBING
 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
 KATA PENGANTAR
 DAFTAR ISI
 DAFTAR GAMBAR
 DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kegiatan Magang
1.2 Tujuan dan Manfaat Kegiatan Magang
1.3 Waktu dan Tempat Kegiatan Magang
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II GAMBARAN UMUM
2.1 Sejarah Berdirinya Dinas Bina Marga
2.2 Visi dan Misi Dinas Bina Marga
2.3 Perkembangan Dinas Bina Marga
2.4 Bidang Usaha Dinas Bina Marga
BAB III TINJAUAN SITUASI PRAKTIK MAGANG
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
3.2 Struktur Instansi Berdasarkan Fungsi Utama
3.3 Job Description
BAB IV KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Umum Kegiatan Magang
4.2 Deskripsi Khusus Kegiatan Magang
4.3 Evaluasi
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

 DAFTAR PUSTAKA
 LAMPIRAN
 RIWAYAT HIDUP

3
BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Sejarah Berdirinya Dinas Bina Marga dan Bina Kontruksi

Peristiwa ini berawal pada 3 Desember 1945 kota bandung yang pada saat
itu sedang memuncak perjuangan fisik bangsa Indonesia melawan sekutu untuk
mempertahankan kemerdekaan republik indonesiakan yang telah di
proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 .

Pada pertempuan itu telah gugur 7 orang pemuda / pegawai Pekerjaan


Umum (PU) untuk mempertahakan gedung “V&W”yang terletak di jl.Diponegoro
No.22. Gedung ini di pertahankan mati matian oleh pemuda / pegawai PU karna
mereka sadar bahwa gedung itu di pergunakan sebagai kantor pusat Departemen
Pemerintah Republik Indonesia pada waktu itu .

Oleh karna perjuangan mereka itu 3 Desember 1945 di kenang sebagai


Hari Kebangkitan pekerjaan Umum dan dengan kebulatan tekat untuk meneruskan
perjuangan dan pengabdian “Sapta Taruna dan Kesatria”.PU kemudian
berkembang dan membentuk Dinas Bina Marga.

2.2 Visi dan Misi Dinas Bina Marga dan Bina Kontruksi

 Visi :
Terwujudnya jaringan jalan dan jembatan provinsi yang mantap di Sumatera
Utara.

 Misi :
1. Melakukan pembangunan dan peningkatan ruas jalan provinsi secara
bertahap
2. Melakukan preservasi rutin dan berkala ruas jalan provinsi
3. Mengantisipasi kerusakan pada daerah rawan bencana
4. Memberikan peran serta dunia swasta untuk pembanguan jalan tol
pada ruas lintas timur di Sumtera Utara secara bertahap mulai tahun
2010
5. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang
perencanaan/pelaksanaan / pengawasan jaringan jalan provinsi di
Sumatera Utara

4
2.3 Perkembangan Dinas Bina Marga Dan Bina Kontruksi

Pada mulanya Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga ini sesuai dengan surat
keputusan Gubernur Nomor 651 KPTSXII1989 pada tanggal 28 Oktober 1989
hanya merupakan Sub Bagian dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan.Akan
tetapi karna semakin meningkatnya volume pekerjaan yang harus di kelola dan di
laksanakan serta adanya tantangan kemajuan teknologi dan globalisasi politik,
ekonomi, sosial dan budaya, pertahanan dan kemanan rakyat yang menghendaki
pembangunan di segala bidang, dalam hal ini pemerintah mengambil
kebijaksanaan mengadakan reorganisasi baik administrasi maupun teknis. Dalam
rangka ikut serta, Universitas Sumatera Utara memperdayakan sumber daya
manusia ke sektor sektor dan unit terkecil untuk menjangkau dan menyebar
luaskan pemerataan pembangunan di segala pelosok desa terpencil dan langkah
yang di ambil adalah menjadikan Bina Marga yang semula hanya sub bagian
menjadi sebuah Dinas.

Selanjutnya pada tahun 2000 dengan peraturan Daerah Kota Medan


Nomor 18 tahun 2000 , seksi Bina Marga dan seksi pengairan di gabung menjadi
satu dinas menjadi Dinas Bina Marga dan pengairan.Pada tahun 2007 dengan
peraturan pemerintah Nomor 10 tahun 2007, Dinas Pekerjaan umum dalam
keorganisasiannya membawahi bidang Bina Marga, Bidang pengembangan
kontruksi, Bidang pengairan, dan Bidang Cipta Karya.

2.4 Bidang Usaha

 Sekretariat
 Bidang Perencanaan Dan Evaluasi
 Bidang Bina Kontruksi
 Bidang Pembangunan Jalan Dan Jembatan
 Bidang Pemeliharaan Jalan Dan Jembatan

5
BAB III

TINJAUAN SITUASI PRAKTEK MAGANG

3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan dari hari seni s/d sabtu terhitung dari tanggal 25 Februari s.d
25 april 2019 tidak termasuk hari besar dan hari libur kantor.

Tempat pelaksanaan Dinas Bina Marga dan Bina Kontruksi Yang Berlokasi Di
Jl.Sakti Lubis No.7 R.

3.2 Struktur Dinas Bina Marga Berdasarkan Fungsi Utama

6
3.3 Job Description

Berikut adalah job description dinas bina marga dan bina kontruksi :
 Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai uraian tugas :

1. Menyelenggarakan pembinaan, bimbingan, arahan dan penegakan disiplin


pada lingkup dinas
2. Menyelenggarakan dan memimpin, membina, mensinkronisasikan,
mengendalikan tugas dan fungsi Dinas .
3. Menyelenggarakan penetapan program kerja dan rencana kegiatan dinas,
sesuai dengan arahan pembangunan nasional dan pembangunan daerah .
4. Menyelenggarakan pengkajian dan menetapkan pemberian dukungan
dengan kebijakan umum dan kebijakan pemerintah daerah .
5. Menyelenggarakan koordinasi kegiatan teknis dalam rangka
penyelenggaraan pelayanan dibidang kebinamargaan
 Sekretariat
Sekretariat menyelenggarakan fungsi :

1. Menyelenggarakan pembinaan, bimbingan, dan arahan kepada


pegawai pada lingkup sekretariat .
2. Menyelenggarakan pengkajian dan koordinasi perencanaan dan
program dinas.
3. Menyelenggarakan pengelolaan dan pembinaan administrasi
keuangan .
4. Menyelenggarakan pengkajian anggaran belanja
5. Menyelenggarakan pengelolaan dan pembinaan administrasi
keuangan .
 Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Sub Bagian Umum mempunyai tugas :
1. Melaksanakan pembinaan, bimbingan, dan arahan kepada pegawai
lingkup Sub Bagian Umum .

7
2. Melaksanakan penyusunan perencanaan/program kerja sekretariat
dan Sub Bagian Umum .
3. Melaksanakan penyusunan dan pengolahan data kepegawaian .
4. Melaksanakan penggandaan naskah dinas.
5. Melaksanakan pengelolaan dan pembinaan perpustakaan dinas
 Sub Bagian keuangan
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas :
1. Melaksanakan pembinaan, bimbingan, dan arahan kepada pegawai .
2. Melaksanakan penyusunan bahan dan penyiapan anggaran dinas .
3. Melaksanakan penyusunan pembuatan daftar gaji dan tunjangan
Daerah .
4. Melaksanakan pembinaan perbendaharaan keuangan .
 Sub Bagian Program
Sub Bagian Program mempunyai tugas :

1. Melaksanakan pembinaan, bimbingan, dan arahan kepada pegawai .


2. Melaksanakan penghimpunan bahan rencana strategis, Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dinas .
3. Melaksanakan evaluasi kinerja internal dinas .
4. Melaksanakan pengelolaan data sistem website kebinamargaan .
5. Melaksanakan pelaporan data sistem website kebinamargaan.
 Bagian Pengaturan dan Evaluasi
Bagian pengaturan dan evaluasi menyelenggarakan fungsi :

1. Penyelenggaraan pembinaan, bimbingan, arahan, dan penegakan


disiplin pegawai pada lingkup Bidang .
2. Penyelenggaraan penyusunan, pembuatan konsep rencana strategis
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), dan
LKPD.
3. Penyelenggaraan penyusunan, pembuatan konsep perencanaan
jangka pendek, menengah, dan panjang .
 Bidang Pembangunan/Peningkatan

8
Bidang pembangunan/peningkatan mempunyai tugas :

1. Pembinaan dan verifikasi perencanaan teknis untuk kegiatan


pembangunan/peningkatan jalan dan jembatan .
2. Pelaksanaan kegiatan pembangunan serta peningkatan jalan dan
jembatan kabupaten dan pedesaan .
 Seksi Pembangunan/Peningkatan Jalan
Seksi Pembangunan/Peningkatan Jalan mempunyai tugas :

1. Membantu dalam pencapaian tujuan melalui prinsip dan kebijakan


pembangunan/peningkatan jalan .
2. Melaksanakan survei dan mengumpulkan data pendukung
pembangunan/peningkatan jalan .
3. Memberikan pembinaan teknis terhadap detail perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pembangunan/peningkatan
jalan .
4. Pengendalian dan pengawasan kualitas pekerjaan pada kegiatan
pembangunan/peningkatan jalan .
 Seksi Pembangunan Jalan Dan Jembatan Pedesaan
Seksi pembangunan jalan dan jembatan pedesaan mempunyai tugas :

1. Membantu dalam pencapaian tujuan, prinsip dan kebijakan


pembanguna/peningkatan jalan dan jembatan desa .
2. Pelaksanaan kegiatan pembangunan serta peningkatan jalan dan
jembatan kabupaten dan pedesaan .
 Bidang Pemeliharaan

Bidang pemeliharaan mempunyai tugas :

1. Melaksanakan sebagian tugas Dinas Bina Marga dibidang


pemeliharaan jalan dan jembatan .
2. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan bidang tugas .
 Seksi Pemeliharaan Rutin Jalan

9
Seksi pemeliharaan rutin jalan mempunyai tugas :

1. Menetapkan rencana kebutuhan penanganan pemeliharaan rutin jalan


dan jembatan sebagai bahan rancangan penanganan teknis .
2. Melaksanakan kegiatan pemeliharaan teknis terhadap perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan terhadap kegiatan pemeliharaan rutin
jalan, pembangunan kontruksi penunjang jalan dan bangunan
tanggapan bencana .
 Seksi Rehabilitasi Jalan
Seksi rehabilitasi jalan mempunyai tugas :

1. Menetapkan rencana kebutuhan penanganan rehabilitasi jalan


sebagai bahan rancangan penanganan teknis .
2. Melaksanakan pengolahan kegiatan rehabilitasi jalan, memberikan
pembinaan teknis terhadap perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan terhadap kegiatan rehabilitasi jalan .
 Seksi Peralatan dan Perbekalan
Seksi peralatan dan perbekalan mempunyai tugas :

1. Menyusun rencana kebutuhan peralatan berat termasuk angkatan dan


pembengkelan serta suku untuk menunjang pelaksanaan tugas Dinas
Bina Marga Provinsi Sumatera Utara .
2. Melaksanakan pemeliharaan dan pemanfaatan peralatan .
 Bidang Fasilitas Jalan
Bidang fasilitas jalan mempunyai tugas :

1. Menyelenggarakan administrasi serta melakukan pengolahan fasilitas


dan pemanfaatan jalan .
2. Melaksanakan dan memverisifikasi perencanaan teknis bidang
fasilitas jalan.
3. Melaksanakan pembangunan, pemeliharaan, penataan, pemerataan,
pemantauan dan pengamatan serta pendataan fasilitas
 Bidang Pembinaan Teknik

10
BAB IV

KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 DESKRIPSI UMUM KEGIATAN MAGANG

Deskripsi umum kegiatan magang yang di laksanakan di Dinas Bina Marga


Dan Bina Kontruksi yg beralamat di Jl.Sakti Lubis No.7R adalah pengujian
terhadap bahan perkerasan jalan raya.

Perkerasan jalan raya adalah bagian jalan raya yang diperkeras dengan lapis
konstruksi tertentu yang memiliki ketebalan, kekuatan, dan kekakuan, serta
kestabilan tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu lintas diatasnya ke tanah
dasar secara aman dan nyaman tanpa terjadi kerusakan yang berarti.

Struktur perkerasan jalan sendiri terbagi menjadi tiga tipe, yaitu struktur
perkerasan lentur, perkerasan kaku dan perkerasan komposit. Ketiga jenis
perkerasan tersebut memiliki perbedaan baik dalam hal proses pembuatan kelas
mutu dan spesifikasinya. Yang digunakan untuk lapis perkerasan adalah beton
aspal.

 Lapis Aspal Beton (LASTON)


Lapis aspal beton (laston) atau dapat disebut juga asphalt concrete (AC)
merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal
keras dan agregat yang mempunya gradasi menerus, dicampur, dihampar, dan
dipadatkan pada suhu tertentu. asphalt concrete cocok untuk jalan yang dilalaui
kendaraan berat dan biasa digunakan untuk lapis permukaan perkerasan.

Fungsi Laston antara lain :

a) Sebagai pendukung beban lalu lintas


b) Sebagai pelindung konstruksi dibawahnya
c) Sebagai lapisan aus

Sifat-sifat laston adalah sebagai berikut :

11
a) Kedap air
b) Tahan terhadap keausan akibat lalu lintas
c) Mempunyai nilai structural
d) Mempunyai nilai stabilitas yang tinggi
 Bahan dan Persyaratan Aspal Beton
Bahan laston terdiri dari aspal, agregat kasar, agregat halus, dan filler (jika
dibutuhkan). Pada laporan ini akan dibahas mengenai bahan-bahan penyusun
laston tersebut, dimulai dari sifat materialnya hingga pengujian yang perlu
dilakukan.

1. Aspal
Dalam perkerasan jalan terutama untuk perkerasan lentur, material aspal adalah
material yang sangat penting sebagai pengikat antar agregat. Aspal atau bitumen
merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan yang bersifat viskoelastis
sehingga akan melunak dan mencair bila terdapat cukup pemanasan dan
sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat menyelimuti dan
menahan agregat tetap pada tempatnya selama proses produksi dan masa
pelayanannya.

Persyaratan aspal sendiri adalah aspal yang berasal dari minyak bumi,
mempunyai sifat sejenis dengan kadar parafine dalam aspal tidak melebihi 2 %,
tidak mengandung air dan tidak berbusa jika dipanaskan sampai suhu 75 derajat
celsius.

 Jenis Aspal
Aspal terbagi menjadi 2 tipe, yaitu aspal buatan dan aspal alam.

a) Aspal Alam (Asbuton)


o Langsung tersedia di alam, jika di Indonesia dapat diperoleh disumber
terbesarnya yaitu di Pulau Buton.
o Sifat asbuton sangat dipengaruhi oleh suhu, yang mana jika suhu
semakin meningkat maka aspal akan semakin cepat mencapai plastis.
Selain itu sifat asbuton pun dipengaruhi oleh bahan pelarut, yang jika
asbuton diresapi oleh flux oil (bahan perangsang) maka asbuton akan
menjadi lembek.
o Klasifikasi

12
Asbuton 10 → kadar aspal 9-11%

Asbuton 13 → kadar aspal 11,5-14,5%

Asbuton 16 → kadar aspal 15-17 %

Asbuton 20 → kadar aspal 17,5-22,5%

Asbuton 25 → kadar aspal 23-27 %

Asbuton 30 → kadar aspal 27,5-32,5 %

o Penggunaan
Sebagai lapis permukaan pada jalan dengan volume lalu lintas 200-
1500 kendaraan perhari.

b) Aspal Buatan
o Merupakan hasil akhir dari penyaringan minyak (biasanya aspal +
parafine)
o Klasifikasi aspal buatan :
a. Aspal cair
b. Aspal Emulsi
c. Aspal Semen (Asphalt Cement/AC)
Untuk asphalt cement sendiri terdiri dari beberapa tipe yaitu:

a. AC 40-50
b. AC 60-70
c. AC 85-100
d. AC 120-150
e. AC 200-300

Angka di atas menunjukan angka penetrasi aspal, semakin tinggi nilai


penetrasi maka akan semakin lembek aspal tersebut. AC dengan penetrasi rendah
digunakan di daerah bercuaca panas atau lalu lintas volume tinggi sedangkan yang
berpenetrasi tinggi digunakan pada daerah bercuaca dingin atau berlalulintas redah.
Oleh karena aspal merupakan material yang penting, maka diperlukan adanya
pengujian untuk mengetahui apakah aspal tersebut memenuhi spesifikasi atau tidak.

13
Pengujian pertama yang dilakukan adalah penetrasi. Hal ini karena mutu aspal
ditentukan oleh angka penetrasinya.
Dalam praktikum ini bertujuan membuat job mix formula (rancangan campuran
rencana) beton aspal jenis AC dengan spesifikasi aspal yang digunakan untuk
campuran beton aspal jenis AC terlihat dalam Tabel 1.1

Tabel 1.1 Spesifikasi Semen Aspal untuk Campuran Beton Aspal tipe AC

Persyaratan
Karakteristik Pen. 60 Pen. 80 Satuan

Min. Maks. Min. Maks.


penetrasi 60 79 80 99 0,1 mm

(Titik
25 ºC ; 100gr ; 5 detik; 0,1
lembek
48 58 46 54 ºC
mm )
( Ring & Ball )
Titik nyala
200 - 225 - ºC
( Clev. Open cup)
Kehilangan berat - 0,4 - 0,6 %berat
o
(163 C ; 5 jam)
Daktilitas
100 - 100 - Cm
( 25 ºC ; 5 cm/menit )

Penetrasi setelah kehilangan %


75 - 75 -
berat terhadap
asli
Penetrasi aspal hasil %
55 - 55 -
ekstraksi benda uji terhadap
asli
Daktilitas aspal hasil
Cm 40 - 40 -
ekstraksi benda uji

Kelarutan
99 - 99 - % berat
( CCl 3 )

14
Berat jenis
1 - 1 - -
( 25º)

 Pengujian Terhadap Aspal


Adapun macam-macam pengujian aspal, di antaranya adalah sebgaia berikut :

a) Uji Penetrasi
Pengujian tersebut bertujuan untuk menentukan angka penetrasi aspal yang
akan menjadi acuan spesifikasi pada karakteristik lainnya.

b) Uji Daktilitas
Uji daktilitas aspal adalah suatu uji kualitatif yang secara tidak langsung
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat adhesiveness atau daktilitas
aspal keras. Aspal dengan nilai daktilitas yang rendah adalah aspal yang
memiliki gaya adesi yang kurang baik dibandingkan dengan aspal yang
memiliki nilai daktilitas yang tinggi

c) Uji Titik Lembek Aspal


Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat suhu di mana aspal
mulai lembek akibat suhu udara sehingga dalam perencanaan jalan dapat
diperkirakan bahwa aspal yang digunakan masih tahan dengan suhu di
lokasi perencanaan jalan tersebut.

d) Uji Viskositas
Uji viskositas bertujuan untuk mengetahui tingkat kekentalan aspal.

e) Kehilangan Berat Aspal


Pengujan tersebut bertujuan untuk mengetahui presentase kehilangan berat
aspal.

f) Uji Titik Nyala dan Titik Bakar Aspal


Pengujian titik nyala dilakukan untuk memperkirakan temperatur
maksimum dalam pemanasan aspal sehingga dalam praktik di lapangan
pemanasan aspal tidak boleh melebihi titik nyala dan titik bakarnya. Dalam
percampuran aspal diusahakan untuk tidak melebihi titik nyala karena bila
dipanaskan melebihi titik nyala, aspal dapat menjadi keras dan getas.

g) Uji Kearutan Aspal dengan CCl4

15
Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kemurnian aspal
dengan menggunakan larutan CCl4.

h) Uji Berat Jenis Aspal


Pada pengujian tersebut dihasilkan berat jenis aspal yang akan digunakan
dalam analisis campuran, yaitu pada formula berat jenis maksimum
campuran dan presentase rongga terisi aspal.

 Standar Pengujian Aspal

Dalam pengujian aspal terdapat beberapa macam standar yang digunakan


untuk masing-masing proses pengujian.

4.2 DESKRIPSI KHUSUS KEGIATAN MAGANG

Deskripsi khusus kegiatan magang yaitu uji coba terhadap bahan perkerasan
khususnya bahan agregat.Selain aspal material lain yang memiliki peran yang sangat
penting adalah agregat. Pada campuran beraspal, agregat memberikan kontribusi 90-
95% terhadap berat campuran sehingga sifat-sifat agregat merupakan salah satu
faktor penentu dari kinerja campuran tersebut untuk tujuan ini, sifat agregat yang
harus diperiksa antara lain :

a) Ukuran Butir
Ukuran agregat dalam suatu campuran beraspal terdistribusi dari yang berukuran
besar sampai yang kecil. Semakin besar ukuran maksimum agregat yang dipakai
semakin banayak variasi ukurannya dalam campuran tersebut.

b) Gradasi
Gradasi agregat ditentukan oleh analisis saringan, dimana contoh agregat harus
memenuhi satu set saringan. Gradasi agregat dapat dibedakan atas beberapa jenis, di
antaranya :

 Gradasi seragam (uniform graded) atau gradasi terbuka (open graded) adalah
gradasi agregat dengan ukuran hampir sama. Gradasi seragam disebut juga
gradasi terbuka atau open graded karena hanya mengandung sedikit agregat
halus sehingga terdapat banyak rongga/ruang kosong antar agregat. Campuran
beraspal yag dibuat dengan gradasi ini bersifat porous atau memiliki
permeabilitas yang tinggi, stabilitas rendah, dan memiliki berat isi yang kecil.

16
 Gradasi rapat (dense graded) adalah gradasi agregat di mana terdapat butiran
dari agregat kasar sampai halus sehingga sering juga disebut gradasi menerus,
atau gradasi baik (well graded). Campuran dengan gradasi ini memiliki
stabilitas yang tinggi, agak kedap air, dan memiliki berat isi yang besar.
 Gradasi senjang (gap graded) adalah gradasi agregat di mana ukuran agregat
yang ada tidak lengkap atau ada fraksi agregat yang tidak ada atau jumlahnya
sedikit sekali. Campuran agregat dengan gradasi ini memiliki kualitas
peralihan dari kedua gradasi yang disebutkan diatas.

Pada praktikum yang telah dilakukan menggunakan spesifikasi gradasi agregat


seperti terlihat pada tabel 1.3

Ukuran
Spesifikasi
Saringan

Mm Inch Bawah Atas

25,400 1" 100 100

19,100 3/4" 100 100

12,700 1/2" 75 100

9,500 3/8" 60 85

4,760 No.4 38 55

2,380 No.8 27 40

1,190 No.16 - -

17
0,590 No.30 14 24

0,279 No.50 9 18

0,149 No.100 5 12

0,074 No.200 2 8

Pan 2 8

Dengan adanya spesifikasi, maka untuk gradasi agregat yang dihasilkan yang
baik harus masuk dalam batas atas dan batas bawah dari spesifikasi tersebut sehingga
mendapakan campuran yan baik pula.

c ) Kebersihan Agregat

Dalam spesifikasi biasanya memasukkan syarat kebersihan agregat, yaitu dengan


memberikan suatu batasan jenis dan jumlah material yang tidak diinginkan (seperti
tanaman, partikel lunak, lumpur dan lain sebagainya) yang berada dalam atau
melekat pada agregat. Agregat yang kotor akan memberikan pengaruh yang jelek
pada kinerja perkerasan, seperti berkurangnya ikatan antara aspal dengan agregat
yang disebabkan karena banyaknya kandungan empung pada agregat tersebut.

d) Kekerasan

Semua agregat yang digunakan harus kuat, mampu menahan abrasi dan degradasi
selama proses produksi dan operasionalnya di lapangan. Agregat yang akan
digunakan sebagai lapis permukaan perkerasan harus lebih keras (lebih tahan) dari
pada agregat yang digunakan untuk lapis bawahnya. Hal tersebut disebabkan karena
lapisan permukaan perkerasan akan menerima dan menahan tekanan dan benturan
akibat beban lalu lintas paing besar. Oleh karena itu, kekuataan agregat terhadap
beban merupakan suatu persyaratan yang mutlak harus dipenuhi oleh agregat yang
akan digunakan sebagai bahan jalan.

18
e) Bentuk Butir Agregat

Bentuk partikel agregat yang bersudut memberikan ikatan antara agregat (agregat
interlocking) yang baik yang dapat menahan perpindahan (displacement) agregat
yang mungkin terjadi. Agregat yang bersudut tajam, berbentuk kubikal dan agregat
yang memiliki lebih dari 1 bidang pecah akan menghasilkan ikatan antar agregat
yang paling baik. Dalam campuran beraspal, penggunaan agregat yang bersudut saja
atau bulat saja tidak akan menghasilkan campuran beraspal yang baik. Kombinasi
pengunaan kedua bentuk partikel agregat ini sangatlah dibutuhkan untuk menjamin
kekuatan pada struktur perkerasan dan workability yang baik dari campuran tersebut.

f) Tekstur Permukaan Agregat

g) Daya Serap Agregat

Jika daya serap agregat sangat tinggi, agregat ini akan terus menyerap aspal baik
pada saat maupun setelah proses pencampuran agregat dengan aspal di unit
pencampur aspal (AMP). Hal ini akan menyebabkan aspal yang berada pada
permukaan agregat yang berguna untuk mengikat partikel agregat menjadi lebih
sedikit sehingga akan menghasilkan film aspal yang tipis. Oleh karena itu, agar
campuran yang dihasilkan tetap baik agregat yang porus memerlukan aspal yang
lebih banyak dibandingkan dengan yang kurang porus.

 Jenis agregat

Agregat terbagi menjadi agregat kasar,agregat halus,dan filler.

a) Agregat Kasar (tertahan #8)

Persyaratan :

Untuk agregat kasar harus memenuhi syarat sebagai berikut : abrasi maksimal 40
%,kelekatan terhadap aspal minimal 95 %, bagian yang lunak maksimal 5 %, berat
jenis semu minimal 2,5, penyerapan air maksimal 3 %, kadar lempung maksimal
0,25 %, kadar debu maksimal 1 %, indeks kepecahan maksimal 25%, bidang pecah
maksimal 50%, dan gradasi lolos saringan ¾” serta tertahan no.4

19
Fungsi :

Memberikan stabilitas campuran dari kondisi saling mengunci (interlocking) dari


masing-masing agregat kasar dan dari tahanan gesek terhadap suatu aksi
perpindahan. Stabilitas ditentukan oleh bentuk dan tekstur permukaan agregat kasar
(kubus dan kasar).

Karakteristik :

1. Mempunyai kekuatan atau kekasaran (crusshing strenght).

2. Mempunyai bentuk yang relatif kotak atau kubus.

3. Mempunyai bidang permukaan yang relatif kasar.

Agregat yang digunakan dalam pembuatan aspal beton adalah batu pecah atau kerikil
dalam keadaan kering dengan persyaratan sebagai berikut :

a. Keausan agregat yang diperiksa dengan mesin Los Angeles pada 500 putaran
harus mempunyai nilai maksimum 40%.
b. Kelekatan terhadap aspal harus lebih besar dari 95%.
c. Indeks kepipihan agregat maksimum 25%.

kelekatan terhadap aspal minimal 95 %, bagian yang lunak maksimal 5 %,


berat jenis semu minimal 2,5, penyerapan air maksimal 3 %, kadar lempung
maksimal 0,25 %, kadar debu maksimal 1 %, indeks kepecahan maksimal
25%, bidang pecah maksimal 50%, dan gradasi lolos saringan ¾” serta
tertahan no.4

Agregat halus harus terdiri dari bahan-bahan berbidang kasar, bersudut tajam, dan
bersih dari kotoran-kotoran. Agregat halus terdiri dari pasir, bahan-bahan halus, hasil
pemecahan batu atau kombinasi bahan-bahan tersebut dalam keadaan kering yang
memenuhi syarat :

a. Nilai sand equivalent dari agregat minimum 50.


b. Berat jenis semu minimum 2,5.
c. Dari pemeriksaan Atterberg, agregat harus non-plastis.
d. Peresapan agregat terhadap air maksimum 3%.
b) Filler (lolos #200)

20
Filler merupakan salah satu bahan pengisi rongga campuran aspal, sebagai bahan
pengisi rongga udara pada material sehingga dapat memperkaku lapisan aspal.

Adapun karakternya:

a. Mengisi ruang kosong.


b. Membuat mix stiff / stable.

 Pengujian agregat

Pengujian agregat yang diperlukan untuk mendapatkan agregat yang baik adalah
sebagai berikut :

a) Pengujian analisa saringan (gradasi)

Gradasi agregat adalah pembagian ukuran butiran yang dinyatakan dalam persen dari
berat total. Tujuan utama pekerjaan analisIS ukuran butir agregat adalah untuk
pengontrolan gradasi agar diperoleh konstruksi campuran yang bermutu tinggi. Suatu
lapisan yang semuanya terdiri dari agregat kasar dengan ukuran yang kira-kira sama
mengandung rongga udara sekitar 35%. Apabila lapisan tersebut terdiri atas agregat
kasar, sedang, dan halus dengan perbandingan yang benar akan dihasilkan lapisan
agregat yang lebih padat dan rongga udara yang kecil.

b) Berat jenis dan penyerapan

Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui berat jenis dan penyerapan agregat.

c) Uji Keausan

Pada pekerjaan jalan, agregat akan mengalami proses tambahan seperti pemecahan,
pengikisan akibat cuaca, pengausan akibat lalu lintas. Guna mengatasi hal tersebut,
agregat harus mempunyai daya tahan yang cukup terhadap pemecahan (crushing),
penurunan (degradation), dan penghancuran (disintegration). Agregat pada atau di
dekat permukaan perkerasan memerlukan kekerasan dan mempunyai daya tahan
terhadap pengausan yang lebih besar dibandingkan dengan agregat yang letaknya
pada lapisan lebih bawah karena bagian atas perkerasan menerima beban terbesar.

21
d) Pengujian setara pasir

Agregat yang digunakan sebagai bahan jalan harus bersih, bebas dari zat-zat asing,
seperti tumbuhan, butiran lunak, gumpalan tanah liat (lempung), atau lapisan tanah
liat (lempung). Pengujian setara pasir (sand equivalent test) dilakukan untuk
menentukan perbandingan relatif dari bagian yang dapat merugikan (seperti butiran
lunak dan lempung) terhadap bagian agregat yang lolos saringan no.4.

e) Pemeriksaan gumpalan lempung dan butiran yang mudah pecah dalam agregat

Butiran agregat jika terkena air akan mudah pecah sehingga lebih baik tidak
digunakan, karena jika perkerasan jalan tergenang air, selain mudah pecah biasanya
menunjukkan suatu kecenderungan bahwa butiran ini mengandung lempung.

f) Pengujian daya lekat agregat terhadap aspal

Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui kecelakaan agregat terhadap aspal.

g) Angularitas

Angularitas merupakan suatu pengukuran penentuan jumlah agregat berbidang


pecah. Susunan permukaan yang kasar yang menyerupai kekasaran kertas amplas
mempunyai kecenderungan untuk menambah kekuatan campuran, dibanding dekat
permukaan yang licin. Ruangan agregat yang kasar biasanya lebih besar sehingga
menyediakan tambahan bagian untuk diselimuti oleh aspal. Agregat dengan
permukaan yang licin dengan mudah dilapisi lapisan aspal tipis (asphalt film), tetapi
permukaan seperti ini tidak dapat memegang lapisan aspal tersebut tetap pada
tempatnya.

h) Pemeriksaan kepipihan agregat

Bentuk butir (particle shape) pada agregat dibedakan menjadi 6 kategori, yaitu bulat,
tidak beraturan, berbidang pecah (angular), pipih, panjang, pipih, dan lonjong.
Agregat yang pipih dan atau panjang akan mudah patah apabila mendapat beban lalu
lintas. Besarnya kepipihan dinyatakan dalam indeks kepipihan. Banyaknya agregat
yang pipih dinyatakan dengan indeks kepipihan (flackiness index) dan agregat yang
panjang dinyatakan dengan indeks kelonjongan (elongatian index).

i) Pengujian partikel ringan dalam agregat

22
Adanya partikel ringan pada agregat dengan jumlah besar yang digunakan sebagai
campuran aspal panas akan mengganggu stabilitas campuran. Partikel ringan yang
dimaksud adalah partikel yang mengapung di atas larutan yang berat jenisnya
2.Bahan yang digunakan untuk memisahkan partikel ringan adalah larutan seng
khlorida (ZnCl2) berat jenis 2.

Dikarenakan terbatasnya waktu serta alat yang mendukung sehingga


percobaan yang dilakukan pada praktikum ini hanya pengujian saringan agregat
halus dan kasar, berat jenis, dan penyerapan agregat halus dan kasar, serta kelekatan
agregat terhadap aspal.

 Standar Pengujian Agregat

Dalam pengujian agregat terdapat beberapa macam standar yang digunakan untuk
masing-masing proses pengujian agregat ditunjukkan pada Tabel 1.4

PENGUJIAN AASHTO ASTM

1. Uji analisa saringan agregat halus dan kasar T-27-74 D-36-46

2. Uji berat jenis dan penyerapan agregat kasar T-85-74 C-127-68

3. Uji berat jenis dan penyerapan agregat halus T-84-74 D-128-68

4. Uji kelekatan agregat terhadap aspal T-182

5. Uji berat isi agregat T-19-74 C-29-71

6. Uji keausan agregat dengan mesin Los Angeles T-96-74 C-131-55

C-535

7. Uji jumlah bahan dalam agregat yang lolos T-11-90


dalam saringan

23
4.3 EVALUASI

Karena penulis di tempatkan di bagian laboratorium pengujian dan pengendalian


Mutu Jalan dan Jembatan maka kebanyakan kegiatan berada di bagian pengujian
agregat perkerasan jalan raya.Oleh karena itu banyak ilmu teknik sipil yg tak
terpakai kecuali yang berkaitan dengan jalan raya.Namun di lain sisi penulis juga
mendapat banyak ilmu yg di dapat seperti pengenalan berbagai alat alat laboratorium
dan juga pengujian bahan agregat.

Adapun evaluasi yg penulis pikirkan adalah :

1. Timbangan bahan

Terkadang kurangnya keteliatian pada bagian ini bisa membuat hasil


pengujian yg tidak akurat untuk itu dalam bagian ini sebaiknya di tempatkan orang
orang yg memiliki tingkat ketilitian tinggi.Bahan dan alat juga sangat perlu di
perhatikan kesalahan dalam penggunaan alat dan bahan juga berakibat fatal.

2. Saringan

Pada penyaringan kadang terdapat kesalahan misalnya ketika lubang saringan


sudah banyak yang rusak, sebaiknya pada bagian ini alat yang di gunakan perlu di
perhatikan .

Dan juga ketika melakukan penyaringan sebaiknya menggunakan alat pelindung


berupa masker pada wajah agar debu yg di hasilkan saringan tidak merusak
kesehatan.

3. Menginput data pengujan

Perlu juga ketelitian dalam menginput data baik berat bahan yg di timbang
sebelum penyaringan maupun timbangan bahan yg lolos pada nomor saringan
terakhir yg di gunakan.

4. Mencuci bahan

Kesalahan di sini adalah ketika mencuci bahan dengan tidak teliti juga
berakibat pada hasil pengujian yg tidak akurat, misalnya ketika berat yg di tulis di
kertas yg di letakkan di atas bahan tertukar dengan bahan lain yg memiliki berat
tidak sama.Atau membiarkan bahan tumpah bersamaan bersamaan dengan air tentu
juga tidak baik .

24
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Pengetahuan yang di dapat penulis selama pelaksanaan magang cukup banyak ,


banyak sekali hal hal baru yg baru di ketahui penulis setelah masuk
lapangan.Pengetahuan tersebut berupa tentang pengujian bahan agregat dan juga alat
dan bahan yg di gunakan.Oleh karena itu penulis merasa berterimakasih kepada
pihak Dinas Bina Marga yang telah memberi kesempatan kepada kami selaku
mahasiswa UPMI untuk bisa mendapat ilmu di Laboratoriumnya.

5.2 SARAN
Dalam penulisan laporan ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesilafan
baik dari segi penulisan atau pun dari segi kata kata yg penulis buat secara tidak
sengaja untuk itu penulis megharapkan saran dan masukkan dari berbagai pihak agar
laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

25
DAFTAR PUSTAKA
SNI-SNI terkait pengujian aspal, agregat, campuran panas beton aspal, struktur
perkerasan.
Buku panduan praktikum material jalan PDTS SV UGM
The Asphalt Institute, 1983, Asphalt Technology and Construction Practices,
Instructor’s Guide, The Asphalt Institute, Second Edition.
Sukirman, S., 1994, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit NOVA, Bandung.

26

Anda mungkin juga menyukai