Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENGAMATAN

KENYAMANAN TERMAL
ME-3224 METEROROLOGI LINGKUNGAN
Studi Kasus : Jl. Rancabelut no 130 RT/RW 01/11, Padasuka, Cimahi, Jawa Barat

Disusun Oleh :

Aldi Krismon 12816001 Indriany 12816029


Fauziah Fangia I. 12816004 Raffandy Tryanda 12816031
Anindya Restika I. 12816012 Gifania Sofia L. 12816032
Anggi Putra Kedua 12816017 Nabila Alfi 12816036
Siztia Rizki Assifa 12816018 Triyoza Aprianda 12816037
Farid M. Syabani 12816022 Shaffira Cika N.F 12816040
Saefulloh 12816025

PROGRAM STUDI METEOROLOGI

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BANDUNG

2019
A. Latar Belakang
Kita sebagai manusia tentunya mengharapkan kenyamanan dalam setiap aktifitas yang
dijalani. Zaman sekarang kebanyakan manusia menghabiskan waktu di dalam ruangan. Hal
ini menyebabkan pengaturan temperatur menjadi sangat penting untuk kenyamanan dan
kesehatan yang optimal. Salah satu faktor yang menentukan kenyamanan aktifitas manusia
dapat dilihat dari keadaan lingkungan dimana proses tersebut dilakukan. Temperatur
lingkungan atau ruangan yang terlalu panas atau dingin dan tingkat kelembaban yang tinggi
atau rendah dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi penggguna ruangan.
Dalam ilmu arsitektur dikenal empat macam kenyamanan yaitu kenyamanan ruang,
kenyamanan penglihatan, kenyamanan pendengaran dan kenyamanan termal. Kenyamanan
termal merupakan salah satu unsur kenyamanan yang menyangkut kondisi temperatur
ruangan yang nyaman. Dalam kaitannya dengan bangunan, kenyamanan didefinisikan
sebagai suatu kondisi tertentu yang dapat memberikan sensasi yang menyenangkan bagi
pengguna bangunan. Manusia dikatakan nyaman secara termal ketika ia tidak dapat
menyatakan apakah ia menghendaki perubahan temperatur yang lebih panas atau lebih dingin
dalam suatu ruangan. Produktivitas manusia cenderung menurun atau rendah pada kondisi
udara yang tidak nyaman seperti halnya terlalu dingin atau terlalu panas.
Menurut Hakim (2006) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kenyamanan antara lain:
sirkulasi dan daya alam atau iklim yang meliputi radiasi matahari, angin, hujan, temperatur,
kebisingan, aroma dan bau-bauan, bentuk, keamanan, keindahan, dan penerangan. Dalam
mengevaluasi kenyamanan termal dengan kondisi faktor alam tertentu diperlukan suatu
indeks atau formula yang dapat menyeragamkan perhitungan tingkat kenyamanan termal
manusia, salah satunya yaitu Temperatur Humidity Index (THI) yaitu suatu indeks untuk
menentukan suatu ruangan atau lingkungan nyaman, setengah nyaman atau tidak nyaman.
Oleh karena itu dilakukan pengamatan menggunakan prinsip dan alat-alat meteorologi
untuk mengetahui kenyamanan di salah satu rumah di yaitu rumah Farid M. Syabani
(Mahasiswa Meteorologi ITB 2016) yang beralamat di Jl Rancabelut No. 130 RT/RW 01/11,
Padasuka, Cimahi, Jawa Barat. Rumah ini memiliki luas 300 m2 dengan letek astronomis -
6.868223 LS, 107.531015 BT. Rumah ini berada di kawasan padat penduduk dan berjarak
kira-kira 150 meter dari jalan raya yang ramai dilalui oleh kendaraaan baik siang maupun
malam. Pengamatan dilakukan pada 6 Maret 2019 19.30 WIB s/d 8 Maret 2019 19.30 WIB.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui tingkat kenyamanan pada rumah pengamatan.
2. Menganalisis hubungan parameter-parameter meteorologi yang memepengaruhi
kenyamanan pada rumah pengamatan.
3. Menganalisis hubungan antara lingkungan sekitar terhadap kenyamanan pada rumah
pengamatan.

C. Manfaat Penelitian
1. Mengetahui tingkat kenyamanan rumah pengamatan berdasarkan Temperatur Humidity
Index (THI)
2. Mengetahui keterkaitan lingkungan dengan rumah pengamatan

D. Tinjauan Pustaka
1. Kenyamanan
Kenyamanan terdiri atas kenyamanan psikis yaitu kenyamanan kejiwaan (rasa aman,
tenang, senang, gembira dll.) yang terukur secara subyektif (kualitatif). Sedangkan
kenyamanan fisik dapat terukur secara obyektif (kuantitatif) yang meliputi kenyamanan
spesial, visual, auditorial dan termal.
Kenyamanan termal merupakan salah satu unsur kenyamanan yang menyangkut
kondisi temperatur ruangan yang nyaman. Dalam kaitannya dengan bangunan,
kenyamanan didefinisikan sebagai suatu kondisi tertentu yang dapat memberikan sensasi
yang menyenangkan bagi pengguna bangunan. Manusia dikatakan nyaman secara termal
ketika ia tidak dapat menyatakan apakah ia menghendaki perubahan temperatur yang lebih
panas atau lebih dingin dalam suatu ruangan. Produktivitas manusia cenderung menurun
atau rendah pada kondisi udara yang tidak nyaman seperti halnya terlalu dingin atau
terlalu panas.
Di Indonesia terdapat standar umum yang digunakan untuk menentukan temperatur
yang nyaman, yang digunakan dalam suatu ruangan. Di Indonesia standar ini dikeluarkan
oleh SNI (Standar Nasional Indonesia) yaitu temperatur sebesar 25°C ± 1°C.
2. Zona Kenyamanan
Temperatur efektif didefinisikan sebagai indeks, lingkugan yang menggabungkan
temperatur dan kelembaban udara menjadi satu indeks yang mempunyai arti bahwa pada
temperatur tersebut respon termal dari orang pada kondisi tersebut adalah sama, meskipun
mempunyai temperatur dan kelembaban yang berbeda, tetapi keduanya harus mempunyai
kecepatan udara yang sama.
Untuk memperoleh daerah zona yang dapat diterima sebagai daerah temperatur
operatif dan kelembaban udara relatif yang memenuhi kenyaman untuk orang melakukan
aktivitas ringan dengan met kurang dari 1,2 serta memakai pakaian dengan clo = 0,5 untuk
musim panas, zona kenyamanan termal untuk orang Indonesia untuk perancangan diambil
25C
± 1oC dan kelembaban udara relatif 55% ± 10%.

Faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal seseorang, antara lain :

1. Temperatur Udara Kering


Temperatur udara kering sangat besar pengaruhnya terhadap besar kecilnya kalor
yang dilepaskan melalui penguapan (evaporasi) dan melalui konveksi.
2. Kelembaban Udara Relatif
Kelembaban udara dalam ruangan adalah perbandingan antara jumlah uap air
yang dikandung oleh udara tersebut dibandingkan dengan jumlah kandungan uap air
pada keadaan jenuh pada temperatur udara ruangan tersebut. Untuk daerah tropis
kelembaban udara yang dianjurkan antara 40% - 50%, tetapi bagi ruangan yang jumlah
orangnya padat seperti ruang pertemuan, lobby, dan lainnya, kelembaban udara relatif
masih diperbolehkan berkisar antara 55% - 60%.
3. Pergerakan Udara (Kecepatan Udara)
Untuk mempertahankan kondisi nyaman, kecepatan udara yang jatuh diatats
kepala tidak boleh lebih besar dari 0,25 m/s dan sebaiknya lebih kecil dari 0,15 m/s.
Kecepatan udara ini dapat lebih besar dari 0,25 m/s tergantung dari temperatur udara
kering rancangan.
4. Radiasi Permukaan Panas
Apabila di dalam ruangan dinding – dinding sekitarnya panas, akan
mempengaruhi kenyamanan seseorang di dalam ruangan tersebut, meskipun
temperatur udara disekitarnya sesuai dengan tingkat kenyamanannya. Usahakan
temperatur radiasi rata – rata sama dengan temperatur udara kering ruangan. Apabila
temperatur radiasi rata – rata sama dengan temperatur udara kering ruangan, maka
temperatur udara ruangan rancangan dibuat lebih rendah dari temperatur rancangan
biasanya.
5. Aktivitas Orang
Untuk perhitungan sistem pengkondisian udara, orang lebih tertarik terhadap
besarnya kalor yang dihasilkan dari seseorang pada suatu aktivitas tertentu.
6. Pakaian yang Dipakai
Besar kalor yang dilepas oleh jenis pakaian yang sedang dipakai pada saat itu,
terutama mengenai besar kecilnya isolasi termal dari bahan pakaian dan tebalnya.

3. Faktor yang Mempengaruhi Temperatur di dalam Ruangan


Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi temperatur di dalam sebuah ruangan:
1. Jumlah orang dalam ruangan
2. Aktivitas orang dalam ruangan
3. Ventilasi yang kurang baik
4. Padatnya ruangan oleh barang-barang
5. Material bangunan
6. Ukuran ruangan
Ditinjau dari pengaruh luar, Kecepatan dan arah angin memiliki kaitan dengan
temperatur di dalam ruangan sebuah bangunan. Pergerakan udara pada bangunan yang
berfungsi sebagai hunian memiliki tiga fungsi berbeda, yaitu kualitas udara, energi, dan
kenyamanan. (B. Givoni. 2000) menyebut tiga fungsi tersebut sebagai :
1. “Health ventilation”, mengutamakan untuk mempertahankan kualitas udara
dalam hunian dengan mengganti udara dalam ruangan dengan udara segar
yang berada di alam bebas;
2. “Structural cooling ventilation”, mengutamakan penurunan temperatur
terhadap struktur bangunan disaat temperatur dalam bangunan lebih tinggi
dari temperatur luar bangunan.
3. “Thermal comfort ventilation”, mengarah kepada pengurangan panas serta
kelembaban tubuh ke udara sekitar.

4. Faktor Pertimbangan dalam Pemilihan Sistem Penyegaran Udara

Sasaran dari penyegaran udara adalah supaya temperatur, kelembaban, kebersihan


dan distribusi udara dalam ruangan dapat dipertahankan pada tingkat keadaan yang
diinginkan. Untuk mencapai hal tersebut, dapat dirancang dan digunakan beberapa sistem
pendinginan, pemanasan dan ventilasi yang sesuai.
Maka dalam proses pemilihan sistem penyegaran udara, pemakai dan peracang
haruslah bersepakat agar tingkat keadaan dan persyaratan yang ditetapkan dapat dipenuhi
dengan sebaik – baiknya. Beberapa faktor pertimbangan pemilihan sistem penyegaran
udara meliputi :
1. Faktor Kenyamanan
Kenyamanan dalam ruangan pada umumnya ditentukan oleh beberapa parameter
tersebut di bawah ini :
a. Temperatur bola kering dan temperatur bola basah dari udara
b. Temperatur radiasi rata – rata
c. Aliran udara
d. Kebersihan udara
e. Bau
f. Kualitas ventilasi
g. Tingkat kebisingan

2. Faktor Finansial
Dalam proses pemasangan, operasi dan perawatan serta sistem pengaturan yang
akan dipergunakan, haruslah diperhitungkan pula segi – segi ekonominya. Oleh karena
itu, dalam perencanaan dan perancangan sistem penyegaran udara haruslah
dipertimbangkan faktor ekonomi tersebut di bawah ini :
a. Biaya pengadaan
b. Biaya operasi dan perawatan.
Beberapa faktor operasi dan perawatan :

1) Konstruksi sederhana

2) Tahan lama

3) Mudah direparasi jika terjadi kerusakan

4) Mudah dicapai

5. Pengaruh jenis material terhadap kenyamanan.


Temperatur permukaan pada sebuah benda maupun material merupakan faktor yang
dapat mempengaruhi kondisi kenyamanan termal pada desain tersebut. Temperatur
permukaan, terutama kulit atau bagian permukaan bangunan dan landscape pada sekitar
bangunan dapat menentukan kondisi termal antara ruang dalam dan ruang luar. Jenis
material pada permukaan dapat menentukan suatu iklim mikro di dalam sebuah kawasaan
atau lingkungan tersebut (Dessì, 2011).
Sifat termal material mempengaruhi tingkat temperatur pada desain. Sifat termal
material didasari pada kemampuan material dalam memindahkan dan menyerap panas
(Sugini, 2014).
Sifat termal pada material, antara lain meliputi:
a. Konduktivitas, merupakan kemampuan pada material dalam meneruskan panas.
b. Reflektivitas, merupakan kemampuan pada material dalam memantulkan panas.
c. Serapan kalor, merupakan kemampuan pada material dalam menyerap panas.

Pada permukaan benda terdapat konduktan permukaan yang merupakan suatu lapisan
udara tipis yang dapat mempengaruhi perpindahan panas dari permukaan material ke
udara atau sebaliknya. Besarnya konduktan permukaan bergantung pada sifat permukaan
meliputi tekstur, warna, kecepatan angin, dan temperatur permukaan (Jantu, 2015). Seperti
pada permukaan bangunan yang tertutupi vegetasi misal pada vertikal gareden mempunyai
temperatur permukaan yang lebih rendah (Widiastuti, Prianto, & Budi, 2014)

6. Faktor yang Mempengaruhi Temperatur Udara


Faktor yang mempengaruhi temperatur udara dalam berbagai hubungan yaitu:

a. Pengaruh tanah dan air, semakin banyak jumlah uap air baik diudaramaupun
didalam tanah, maka kelembapan akan semakin tinggi.
b. Ada atau tidaknya vegetasi, semakin rapatnya jarak antara vegetasi maka
kelembapan makin tinggi, namun temperatur akan menjadi sangat rendah.
c. Pengaruh ketinggian tempat, semakin tingginya suatu tempat maka
temperaturditempat tersebut akan semakin rendah dan kelembapan udara semakin
tinggi.
d. Pengaruh aktivitas manusia dipersemaian terbuka.

7. Temperatur Humidity Index (THI)


Analisa tingkat kenyaman dinyatakan dalam indeks kenyamanan yaitu Temperatur
Humidity Indeks (THI) merupakan suatu indeks dengan satuan derajat celsius sebagai
besaran yang dapat dikaitkan dengan tingkat kenyamanan yang dirasakan populasi
manusia di wilayah perkotaan. Indeks kenyamanan dihitung dengan menggunakan rumus
Nieuwolt (1977) :
THI = 0.8 T +{ (RHxT)/500}.
Dengan :
T : temperatur udara (⁰C)
RH : kelembapan relative
THI : indeks kenyamanan (⁰C)

THI (oC) Kategori


4.1-8 Sangat Dingin
8.1-13 Dingin
13.1-18 Sejuk Nyaman
18.1-23 Nyaman Optimal
23.1-29 Hangat Nyaman
29.1-35 Hangat
35.1-41 Panas
>41 Sangat Panas
Tabel 1. Nilai dan Kategori THI

E. Metode Penelitian
1. Lokasi dan Waktu Pengamatan
Pengamatan dilakukan di Rumah Farid Muhammad Syabani (Mahasiswa Meteorologi
2016) yang berada di Jl. Rancabelut no 130 RT/RW 01/11, Padasuka, Cimahi, Jawa Barat.
Rumah pengamatan ini kurang lebih memiliki ukuran 300 m2 yang berada di -6.868223
LS, 107.531015 BT. Waktu pengamatan dilakukan sejak 6 Maret 2019 19.30 WIB hingga
8 Maret 2019 19.30 WIB. Interval pengambilan data setiap 15 menit.
2. Alat Pengamatan
Alat ukur yang digunakan pada pengamatan dengan interval pengambilan data setiap
15 menit adalah :
- AWS (Automatic Weather Station)
AWS (2) : di Halaman depan rumah
AWS (3) : di Halaman belakang rumah / Kebun
- Enviroment-meter
Lokasi penempatan bergatian di :
a. Teras
b. Ruang Tamu
c. Ruang Keluarga
d. Ruang Makan
e. Kamar Bani

Denah penempatan alat ditunjukkan pada Gambar:


Gambar 1. Denah Penempatan Alat Pada Lokasi Pengamatan

3. Pengolahan Data
Pada tahap pengolahan data digunakan teori/ rumus yang telah dijelaskan pada
tinjauan pustaka.

F. Hasil Dan Pembahasan


1. Observasi Kondisi Luar Rumah
1.1. AWS (2)

Gambar 2. Lokasi Penempatan AWS (2) (Halaman Rumah)


Hasil observasi temperatur dan relative humidity (RH) dengan menggunakan AWS
(2) yang berada di halaman depan rumah Farid Muhammad Syabani selama waktu
pengamatan ditunjukkan pada Gambar 3, sebagai berikut:
6/3/2019 7/3/2019 8/3/2019

Gambar 3. Overlay Temperatur dan RH pada AWS (2) selama 48 Jam Pengamatan

Berdasarkan hasil plot Gambar 3 di atas, terlihat bahwa temperatur dan kelembaban
memiliki hubungan yang berkebalikan. Saat temperatur naik, maka kelembaban akan
turun, begitu pula sebaliknya.
Pengamatan dimulai pada pukul 19.30 WIB tanggal 6 Maret 2019 dan berakhir pada
pukul 19.30 tanggal 8 Maret 2019. Dapat dilihat pada plot nilai AWS (2) di atas, bahwa
nilai temperatur mencapai nilai tertinggi saat jam 12.00 WIB pada tanggal 8 Maret. Jika
dilihat data kelembabannya, terdapat nilai kelembaban yang sangat rendah saat jam 12
siang juga pada tanggal 8 Maret.
Jika diamati nilai temperatur dan nilai kelembabannya, terdapat kecenderungan yang
tidak sama antara hari pertama dengan hari kedua dan ketiga. Asumsi yang digunakan kali
ini adalah dikarenakan adanya perbedaan kondisi tutupan awan antara hari pertama
dengan hari kedua dan ketiga. Pada siang hari di hari Kamis, temperaturnya tidak terlalu
panas dan kelembapannya juga tidak terlalu rendah karena kondisi cuaca nya yang sedikit
mendung, sehingga banyak tutupan awan. Sedangkan di hari Jumat pada jam yang sama,
temperaturnya lebih tinggi dibandingkan hari Kamis, namun kelembapannya lebih rendah
dibandingkan hari Kamis, mungkin disebabkan karena pada hari Jumat cuaca cerah dan
tidak mendung. Namun, kami tidak memiliki bukti konkrit mengenai tutupan awan dan
kondisi matahari yang bersinar, yang bisa mendukung hipotesis kami.
Untuk melihat pola diurnal, dilakukan komposit data untuk data temperatur dan
relative humidity (RH) pada AWS (2) yang diperoleh hasil sebagai berikut:

Gambar 4. Overlay Data Komposit Temperatur dan RH pada AWS (2) (Plot Diurnal)

Dari hasil plot data komposit pada Gambar 4, terlihat bahwa temperatur udara dan
RH berfluktuasi pada setiap periode 24 jam (diurnal). Temperatur udara maksimum
tercapai beberapa saat setelah intensitas cahaya maksimum tercapai pada saat berkas
cahaya jatuh tegak lurus, yakni tengah hari (Lakitan, 2002). Temperatur maksimal terdapat
pada sekitar pukul 13.00. Hal ini menandakan bahwa, AWS (2) diletakkan di tempat yang
tidak terhalang apapun di atasnya, sehingga matahari langsung bersinar mengenai AWS
(2), dan ketika pukul 13.00 panas yang diserap oleh AWS (2) mencapai puncaknya.
Setelah pukul 13.00 temperatur mulai menurun kembali karena radiasi matahari mulai
berkurang.

1.2. AWS (3)


Gambar 5. Lokasi Penempatan AWS (3) (Belakang Rumah)

Dengan tujuan untuk melihat perbedaan kondisi temperatur dan RH pada lokasi
AWS (2) dan AWS (3), maka di-plot data temperatur dan RH dengan menggunakan AWS
(3) selama waktu pengamatan:

6/3/2019 7/3/2019 8/3/2019

Gambar 6. Overlay Temperatur dan RH pada AWS (3) selama 48 Jam Pengamatan

Berdasarkan hasil plot Gambar 6 di atas, terlihat bahwa temperatur dan kelembaban
memiliki hubungan yang berkebalikan, sama seperti AWS (2). Saat temperatur naik, maka
kelembaban akan turun, begitu pula sebaliknya.
Pengamatan dimulai pada pukul 19.30 WIB tanggal 6 Maret 2019 dan berakhir pada
pukul 19.30 tanggal 8 Maret 2019. Dapat dilihat pada plot AWS (3) di atas, bahwa nilai
temperatur mencapai nilai tertinggi saat jam 12.30 WIB pada tanggal 8 Maret. Jika dilihat
data kelembabannya, terdapat nilai kelembaban yang sangat rendah saat jam 12.00 WIB
pada tanggal 8 Maret.
Jika diamati nilai temperatur dan nilai kelembabannya, terdapat kecenderungan yang
sama seperti kondisi pada AWS (2) dimana antara hari pertama dengan hari kedua dan
ketiga, memiliki perbedaan karakteristik cuaca. Terjadi kondisi yang berbeda ketika di
hari pertama pada jam 22.30 WIB, dimana nilai kelembaban menurun sedangkan nilai
temperatur tetap stabil. Hal ini dikarenakan faktor kadar uap air yang tiba tiba menurun
pada saat itu. Kadar uap air yang tiba-tiba menurun dapat mengindikasikan bahwa akan
terjadi hujan. Dan terbukti, ternyata pada pukul 01.45 di AWS (3) terdeteksi hujan 1
mm/hr pada bagian rain rate.

Gambar 7. Foto console AWS (3) pada pukul 01.45 WIB

Faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah banyaknya bangunan di sekitar AWS
sehingga kecenderungan nilai kelembaban untuk berubah cukup tinggi, karena bangunan
seperti tembok, genteng, maupun tumbuhan bisa mempengaruhi nilai kelembaban untuk
bisa naik atau turun secara tiba tiba (Heinz, 2008)
Kondisi diurnal pada AWS (3) yaitu belakang rumah Farid Muhammad Syabani
sebagai berikut:
Gambar 8. Overlay Data Komposit Temperatur dan RH pada AWS (2) (Plot Diurnal)

Dari hasil plot data komposit pada Gambar 8, terlihat bahwa temperatur udara dan
RH pada AWS (3) berfluktuasi pada setiap periode 24 jam (diurnal). Hal ini selaras
dengan plot diurnal AWS (2), dan selaras dengan incoming solar radiation (insolation).
Temperatur maksimal terdapat pada sekitar pukul 13.00 – 13.30. Hal ini menandakan
bahwa, AWS (3) diletakkan di tempat yang tidak terhalang apapun di atasnya, sehingga
matahari langsung bersinar mengenai AWS (3), dan ketika pukul 13.00 panas yang
diserap oleh AWS (3) mencapai puncaknya, dan konstan hingga pukul 13.30. Waktu
ketika AWS (3) memiliki temperatur maksimum lebih lama dibandingkan AWS (2),
mungkin disebabkan pada lingkungan AWS (3) yaitu belakang rumah terdapat aspal yang
lebih cepat menyerap dan menahan panas radiasi matahari yang lebih lama, dibandingkan
dengan di lingkungan AWS (2) yaitu teras depan permukaannya berupa tanah dan rumput.
Setelah pukul 13.30 temperatur mulai menurun kembali karena radiasi matahari mulai
berkurang.

1.3. Environment-meter
6/3/2019 7/3/2019 8/3/2019

Gambar 9. Overlay Temperatur dan RH pada Environment-meter selama 48 Jam


Pengamatan

Dapat dilihat pada plot Environment-meter di atas, bahwa nilai temperatur mencapai
nilai tertinggi saat jam 12.30 WIB pada tanggal 8 Maret. Jika dilihat data kelembabannya,
terdapat nilai kelembaban yang sangat rendah saat jam 11.30 WIB pada tanggal 8 Maret.
Jika diamati nilai temperatur dan nilai kelembabannya, terdapat kecenderungan yang
sedikit berbeda dengan kondisi pada AWS (2) dan AWS (3). Nilai temperatur dan
kelembapan di environmeter mengalami fluktuasi yang lebih sering, mungkin dikarenakan
environmeter tersebut digunakan di teras rumah, dimana terdapat penghalang berupa
canopy, lantai, dan lainnya yang mungkin dapat menyerap dan melepaskan energi panas di
sekitarnya. Juga ketika pengamatan, terdapat manusia yang dapat mempengaruhi hasil
pengamatan environment-meter. Pada pengamatan, terdapat 2-4 manusia yang berada di
teras rumah. Karena ketidakstabilan jumlah manusia yang mengamat di teras rumah
tersebut, mengakibatkan temperatur dan RH yang teramati berfluktuasi lebih sering
dibandingkan AWS (2) dan AWS (3).
Kondisi diurnal pada environment-meter yaitu teras rumah Farid Muhammad Syabani
sebagai berikut:
Gambar 10. Overlay Data Komposit Temperatur dan RH pada Environmentmeter
(Plot Diurnal)
Dari hasil plot data komposit pada Gambar 10, terlihat bahwa temperatur udara dan
RH pada environment-meter berfluktuasi pada setiap periode 24 jam (diurnal), mengikuti
insolation. Namun, pada environment-meter lebih berfluktuatif di setiap waktunya. Hal ini
mengindikasikan bahwa temperatur dan RH di teras rumah Farid Muhammad Syabani,
bergantung pada jumlah dan aktivitas manusia pada waktu tersebut. Namun, temperatur
maksimum yang terukur pada environment-meter masih di pukul 13.00 WIB, yang artinya
pada pukul 13.00 WIB, intensitas radiasi matahari telah terserap dengan baik di
permukaan, yang mengakibatkan udara menjadi lebih panas.

1.4. Infrared Objek


Gambar 11. Overlay Data Komposit Temperatur Objek, Temperatur AWS 2, dan
Temperatur Environment-meter (Plot Diurnal)

Untuk analisis temperatur infrared objek, dilihat berdasarkan plot diurnal yang telah
di-overlay dengan temperatur AWS 2 dan environment-meter (Gambar 11) untuk melihat
hubungan dengan temperatur infrared.

Dari plot Gambar 11, dapat terlihat bahwa pada siang hari, temperatur tanah paling
tinggi dibandingkan objek yang lain. Fluktuasi temperatur tanah bergantung pada
kedalaman tanah. Karena pola tingkah laku perambatan panas tersebut, maka fluktuasi
temperatur tanah akan tinggi pada permukaan dan akan semakin kecil dengan
bertambahnya kedalaman (Ratriningsih, 2003). Temperatur tanah maksimum pada
permukaan tanah akan tercapai pada saat intensitas radiasi matahari mencapai maksimum,
dan untuk lapisan yang lebih dalam, temperatur maksimum tercapai beberapa waktu
kemudian.

Temperatur tanah pada hasil alat pengukuran, tanah mengalami puncaknya ketika
pukul 11.00 – 12.00 WIB. Hal ini mungkin disebabkan waktu untuk perpindahan panas
dari permukaan ke lapisan-lapisan tanah tersebut berlangsung cepat, karena tanah di
halaman Farid Muhammad Syabani tidak terlalu dalam. Akibatnya, tanah mudah
mencapai titik maksimum, mengikuti panas radiasi matahari.
Temperatur tanah pada hasil observasi memiliki nilai yang jauh lebih tinggi
dibandingkan temperatur AWS 2 maupun temperatur environment-meter. Karena pada
umumnya, temperatur tanah rata-rata lebih besar daripada temperatur di atmosfer
sekelilingnya. Hal ini disebabkan oleh penyimpanan panas di tanah lebih lama daripada di
udara. Pengukuran temperatur tanah umumnya dilakukan 5, 10, 20, 50, tergantung dari
ukuran yang ditentukan. Pengukuran temperatur tanah dilakukan pada tanah yang tertutup
rumput atau ternaungi maupun di tanah terbuka (Ratriningsih, 2003).

Temperatur objek yang tertinggi kedua setelah tanah, adalah rumput. Karena rumput
menerima radiasi langsung dari cahaya matahari. Temperatur rumput juga lebih tinggi
dibandingkan temperatur AWS 2 dan environment-meter. Hal ini dapat terjadi sebagai
akibat dari penguapan sejumlah air, dari pemindahan panas secara konveksi, angin dan
pantulan. Disamping terjadinya perubahan temperatur tanaman, temperatur permukaan
tanah juga berubah (Ardhana, 2012).

Temperatur pagar juga cukup tinggi, dan lebih tinggi dibandingkan temperatur objek
lainnya, temperatur AWS 2 dan environment-meter. Karena karakteristik pagar berbahan
besi yang merupakan konduktor yang baik untuk panas.

Sedangkan temperatur objek yang paling rendah saat siang hari adalah temperatur
lantai, karena lantai tidak terpapar radiasi matahari secara langsung yang disebabkan
terlahang atap teras.

1.5. Noise
Gambar 12. Data Komposit Noise (Plot Diurnal)

Data Noise diperoleh dengan menggunakan alat environment-meter dengan satuan


dB. Secara diurnal, noise cukup sering berfluktuasi. Menurut Kementrian Lingkungan
Hidup No.48 Tahun 1996 menyatakan bahwa ambang batas baku mutu untuk kebisingan
di pemukiman tidak boleh melewati 55 dB(A). Dari grafik noise yang telah dikomposit
terlihat bahwa saat pukul 19.30 malam hingga sebelum pukul 7.30 pagi tingkat kebisingan
rendah (di bawah ambang batas) terutama pada dini hari. Sekitar pukul 07.30 pagi mulai
terjadi peningkatan kebisingan sampai melebihi ambang batas karena kemungkinan pada
saat ini banyak aktivitas mulai dilakukan. Pada siang hari pun terkadang ada penurunan
dan peningkatan, karena pada siang hari biasanya terdapat beberapa anak sekolah yang
datang untuk membeli es di Rumah Bani.
Menurut penelitian Hidayati (2007) kawasan yang memiliki tanaman (rerumputan)
dan ketinggian pagar dapat berfungsi sebagai pemantul dan penyerap bunyi. Tempat
dilakukan pengamatan kebisingan pun dekat dengan taman yang banyak rerumputan, hal
ini juga berpengaruh terhadap grafik yang didapatkan. Ada kemungkinan sebagian dari
bunyi disana diserap atau dipantulkan oleh tanaman dan pagar.
Kendaraan bermotor pun berpengaruh pada tingkat intensitas bising, pada siang hari
lebih sering ada kendaraan yang melintas di depan rumah,sehingga kemungkinan tingkat
kebisingan yang terjadi peningkatan dan penurunan pada siang hari diakibatkan juga hal
tersebut.
1.6. Windrose

Gambar 13. Windrose AWS 2

Gambar 14. Windrose AWS 3


Windrose adalah sebuah metode penggambaran informasi mengenai kecepatan dan
arah angin pada suatu lokasi tertentu. Berdasarkan Gambar 13 dan 14 yang menunjukkan
plot windrose pada AWS 2 dan AWS 3 rata-rata data tiap jamnya. Arah angin dominan
yang bertiup (prevailing wind) yaitu dari arah barat. Kecepatan angin rata-rata untuk AWS
2 adalah 0,004167 dan kecepatan angin rata-rata untuk AWS 3 adalah 0.09843. Jika
berdasarkan data asli, dapat terlihat bahwa kecepatan angin sebagian besar 0 m/s atau yang
disebut sebagai angin calm. Nilai kecepatan angin yang kecil, bahkan sebagian besar
angin calm dikarenakan rumah Farid Muhammad Syabani letaknya berada di dalam gang-
gang dengan jalan depan rumah yang sempit. Banyaknya bangunan rumah di depan dan di
belakang rumah juga mendukung untuk menghalangi jalannya angina sehingga membuat
kecepatan angin yang diperoleh AWS 2 dan AWS 3 bernilai kecil, terutama untuk AWS 2.
Karena diindikasikan hasil angin yang didapat dipengaruhi oleh banyaknya gedung yang
ada di sekeliling rumah. Secara tidak langung, kecepatan dan arah angin memiliki kaitan
dengan temperatur di dalam ruangan sebuah bangunan. Halaman depan rumah Farid
Muhammad Syabani menghadap ke arah barat yang selaras dengan kecepatan angin pada
plot windrose rata-rata dominan dari arah barat. Hal ini membuat angin dapat berhembus
masuk ke dalam rumah melalui ventilasi dan pintu jika dibuka, yang akan mempengaruhi
temperatur dan RH di dalam rumah, terutama ruang tamu yang letaknya paling dekat
dengan luar rumah. Namun, karena angin yang berhembus kecil, maka faktor angin
mungkin hanya sedikit membawa pengaruhnya.

1.7. Analisis Temperatur-Humidity Index (THI) di Teras Rumah

6/3/2019 7/3/2019 8/3/2019

Gambar 15. Overlay nilai THI, Temperatur dan RH selama 48 Jam Pengamatan
Gambar 16. Overlay Data Komposit THI, Temperatur, dan RH (Plot Diurnal)

Berdasarkan Gambar 15 dan 16, dapat dilihat bahwa nilai THI dipengaruhi oleh nilai
temperatur dan RH, dan pola THI pada grafik diatas mengikuti pola dari temperatur.

Hangat
Nyaman

Rata-rata
THI= 23,9

Nyaman
Optimal

6/3/2019 7/3/2019 8/3/2019

Gambar 17. Grafik nilai THI Teras Selama 48 Jam Pengamatan


Berikut ditampilkan tabel hasil perhitungan THI di teras rumah:

Perhitungan THI
Jam
lokasi : teras rumah
T RH THI Keterangan THI

7:30:00 PM 24 88 23.4 Hangat Nyaman


7:45:00 PM 24.8 84.7 24.0 Hangat Nyaman

8:00:00 PM 24.2 85.9 23.5 Hangat Nyaman

8:15:00 PM 24.5 84.8 23.8 Hangat Nyaman

8:30:00 PM 24.6 85.5 23.9 Hangat Nyaman

8:45:00 PM 25 81.9 24.1 Hangat Nyaman

9:00:00 PM 22.9 82.9 22.1 Nyaman Optimal

9:15:00 PM 24.5 82.2 23.6 Hangat Nyaman

9:30:00 PM 24.9 80.6 23.9 Hangat Nyaman

9:45:00 PM 24.7 81.4 23.8 Hangat Nyaman

10:00:00 PM 24.4 77.6 23.3 Hangat Nyaman

10:15:00 PM 24.6 81.3 23.7 Hangat Nyaman

10:30:00 PM 24.4 82.6 23.6 Hangat Nyaman

10:45:00 PM 24.8 80.5 23.8 Hangat Nyaman

11:00:00 PM 24.7 80.9 23.8 Hangat Nyaman

11:15:00 PM 24.5 80.8 23.6 Hangat Nyaman

11:30:00 PM 24 82.4 23.2 Hangat Nyaman

11:45:00 PM 23.9 79.4 22.9 Nyaman Optimal

12:00:00 AM 23.9 79.6 22.9 Nyaman Optimal

12:15:00 AM 25.3 80 24.3 Hangat Nyaman

12:30:00 AM 25.4 80.8 24.4 Hangat Nyaman

12:45:00 AM 24.8 82 23.9 Hangat Nyaman

1:00:00 AM 24.7 83 23.9 Hangat Nyaman

1:15:00 AM 24.8 83.2 24.0 Hangat Nyaman

1:30:00 AM 24.9 83.5 24.1 Hangat Nyaman

1:45:00 AM 23 83.1 22.2 Nyaman Optimal

2:00:00 AM 23.7 83.1 22.9 Nyaman Optimal

2:15:00 AM 24.2 83.2 23.4 Hangat Nyaman

2:30:00 AM 24.4 83.3 23.6 Hangat Nyaman

2:45:00 AM 24.1 83.2 23.3 Hangat Nyaman

3:00:00 AM 23.9 83.5 23.1 Hangat Nyaman

3:15:00 AM 24.2 84.2 23.4 Hangat Nyaman


3:30:00 AM 24 84.3 23.2 Hangat Nyaman

3:45:00 AM 24 84.5 23.3 Hangat Nyaman

4:00:00 AM 24 84.3 23.2 Hangat Nyaman

4:15:00 AM 23.6 84.2 22.9 Nyaman Optimal

4:30:00 AM 24 83.9 23.2 Hangat Nyaman

4:45:00 AM 24.1 84.4 23.3 Hangat Nyaman

5:00:00 AM 23.7 85.5 23.0 Nyaman Optimal

5:15:00 AM 23 86 22.4 Nyaman Optimal

5:30:00 AM 23.4 85 22.7 Nyaman Optimal

5:45:00 AM 23.9 83.8 23.1 Hangat Nyaman

6:00:00 AM 24 83.7 23.2 Hangat Nyaman

6:15:00 AM 24 83.7 23.2 Hangat Nyaman

6:30:00 AM 23.4 85.3 22.7 Nyaman Optimal

6:45:00 AM 23.2 87.4 22.6 Nyaman Optimal

7:00:00 AM 23.4 85.8 22.7 Nyaman Optimal

7:15:00 AM 23.3 84.7 22.6 Nyaman Optimal

7:30:00 AM 24 84.8 23.3 Hangat Nyaman

7:45:00 AM 24 85.5 23.3 Hangat Nyaman

8:00:00 AM 24.2 83.3 23.4 Hangat Nyaman

8:15:00 AM 23.9 82.8 23.1 Nyaman Optimal

8:30:00 AM 24.3 81.2 23.4 Hangat Nyaman

8:45:00 AM 24.2 82.6 23.4 Hangat Nyaman

9:00:00 AM 24.3 78.8 23.3 Hangat Nyaman

9:15:00 AM 24.6 75.1 23.4 Hangat Nyaman

9:30:00 AM 25.1 73 23.7 Hangat Nyaman

9:45:00 AM 25.4 71.5 24.0 Hangat Nyaman

10:00:00 AM 25.2 72.8 23.8 Hangat Nyaman

10:15:00 AM 25.4 71.2 23.9 Hangat Nyaman

10:30:00 AM 25 71.2 23.6 Hangat Nyaman

10:45:00 AM 26 70.2 24.5 Hangat Nyaman

11:00:00 AM 26 68 24.3 Hangat Nyaman


11:15:00 AM 26 67.6 24.3 Hangat Nyaman

11:30:00 AM 25.9 71.6 24.4 Hangat Nyaman

11:45:00 AM 26.4 69.7 24.8 Hangat Nyaman

12:00:00 PM 26.1 72 24.6 Hangat Nyaman

12:15:00 PM 26.4 71.5 24.9 Hangat Nyaman

12:30:00 PM 26.5 71.7 25.0 Hangat Nyaman

12:45:00 PM 26.3 71.3 24.8 Hangat Nyaman

1:00:00 PM 27.4 69.7 25.7 Hangat Nyaman

1:15:00 PM 26.4 68.3 24.7 Hangat Nyaman

1:30:00 PM 27.1 68.7 25.4 Hangat Nyaman

1:45:00 PM 26.8 68 25.1 Hangat Nyaman

2:00:00 PM 26.8 68.5 25.1 Hangat Nyaman

2:15:00 PM 27 67.2 25.2 Hangat Nyaman

2:30:00 PM 26.8 67.5 25.1 Hangat Nyaman

2:45:00 PM 26.9 66.3 25.1 Hangat Nyaman

3:00:00 PM 26.7 67.5 25.0 Hangat Nyaman

3:15:00 PM 26.9 67.3 25.1 Hangat Nyaman

3:30:00 PM 26.1 71.3 24.6 Hangat Nyaman

3:45:00 PM 26.3 71.4 24.8 Hangat Nyaman

4:00:00 PM 26.4 71.3 24.9 Hangat Nyaman

4:15:00 PM 26.5 70.4 24.9 Hangat Nyaman

4:30:00 PM 26.6 72.7 25.1 Hangat Nyaman

4:45:00 PM 26.4 73.9 25.0 Hangat Nyaman

5:00:00 PM 26.1 74 24.7 Hangat Nyaman

5:15:00 PM 25.9 73.7 24.5 Hangat Nyaman

5:30:00 PM 26 73.9 24.6 Hangat Nyaman

5:45:00 PM 25.9 76.6 24.7 Hangat Nyaman

6:00:00 PM 26.7 75.6 25.4 Hangat Nyaman

6:15:00 PM 26.6 78.2 25.4 Hangat Nyaman

6:30:00 PM 26.2 79 25.1 Hangat Nyaman

6:45:00 PM 25.9 78.8 24.8 Hangat Nyaman


7:00:00 PM 25.5 78.1 24.4 Hangat Nyaman

7:15:00 PM 25.1 79.7 24.1 Hangat Nyaman

Tabel 2. Perhitungan nilai THI Teras Rumah

Berdasarkan Gambar 17 dan Tabel 2, terdapat dua kondisi klasifikasi THI (Thermal
Heat Index) yaitu hangat nyaman dan nyaman optimal. Klasifikasi nyaman optimal sering
kali terjadi pada rentang waktu 04.00 – 07.00 pagi hari. Hal ini karena klasifikasi THI
didasarkan atas temperatur dan pada saat waktu tersebut belum terpengaruh oleh radiasi
matahari sehingga temperatur mencapai pada keadaan minimum. Dan klasifikasi hangat
nyaman hampir terjadi selain pada pukul 04.00 – 7.00. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai
temperatur baik di siang hari maupun di malam hari yang cenderung stabil. Hal tersebut
dapat dipengaruhi karena pada saat pengamatan berlangsung, keadaan sekitar cenderung
lembab, dan kelembaban udara juga sangat erat kaitannya dengan sifat – sifat air. Dimana
air dalam udara memiliki kemampuan untuk menyerap panas. Udara memiliki jarak
partikel yang renggang, sehingga sebagian besar sinar matahari yang masuk akan
diteruskan. Semakin banyak dan rapat partikel dalam udara, maka semakin banyak sinar
yang diserap, dan semakin panas pula udara tersebut. Selain itu sifat air yang lain adalah
kemampuannya dalam mempertahankan temperaturnya, karena kemampuannya tersebut
maka panas udara tidak hanya berlangsung pada siang hari namun bisa juga hingga malam
hari. Dan hal tersebut yang mengakibatkan tidak terdapatnya fluktuasi temperatur yang
signifikan baik dimalam hari maupun di siang hari, dan dapat dilihat dari nilai THI yang
cenderung pada kondisi yang sama baik di malam hari maupun siang hari. Jika nilai
temperatur dirata-rata, keadaan pada bagian teras dirumah pengamatan memiliki THI
bernilai rata-rata 23,9. Nilai tersebut tergolong ke dalam kategori Hangat Nyaman.

2. Observasi Kondisi Dalam Rumah


2.1. Hubungan Temperatur dan Kelembaban di Suatu Ruangan Dalam Rumah
a. Ruang Tamu
Gambar 18. Overlay Temperatur dan RH di Ruang Tamu Selama 48 Jam Pengamatan

Pada grafik di Gambar 18 diatas, terlihat bahwa temperatur berbanding terbalik


dengan kelembaban relatif. Hal ini dikarenakan ketika temperatur semakin besar,
maka kapasitas udara semakin besar juga dikarenakan udara memuai. Sehingga,
kelembaban relatif semakin menurun. Temperatur pada siang hari lebih tinggi
dibandingkan malam hari, sehingga kelembaban di siang hari lebih rendah
dibandingkan malam hari. Temperatur mulai mengalami kenaikan dari pukul 09.00
WIB dan mencapai maksimum sekitar pukul 11.00-13.00 WIB. Hal ini dikarenakan
sinar radiasi geombang pendek dari matahari mulai bertambah intensitasnya.
Matahari yang semula terbit dari timur mulai bergerak hingga mencapai maksimum
menuju arah utara dan barat.

Ada anomali temperatur pada siang hari yaitu pukul 09.30-17.00 WIB di hari
kedua dan ketiga. Pada hari kedua udara cenderung berada pada range 24 oC-27 oC,
sedangkan pada hari ketiga udara cenderung di range 25 oC -29 oC. Pada hari kedua,
temperatur cenderung lebih rendah sehingga kelembaban yang dihasilkan tinggi. Di
kedua hari tersebut, sirkulasi udara berjalan lancar sehingga transfer udara dari luar
lancar juga. Hal tersebut dibuktikan dengan keadaan temperatur di luar ruangan dan
ruang tamu yang tidak berbeda. Faktor sirkulasi udara, jumlah orang, keadaan pintu
masih tetap sama dalam dua hari tersebut.
Namun dapat disimpulkan bahwa pada hari jum’at dengan mata telanjang langit
berhasil diamati dan dapat dikatakan hujan akan segera turun. Hal ini disadari ketika
langit mendung sehingga mulai terbentuk awan-awan di langit. Berbeda dengan hari
kamis yaitu cuaca cerah.

Pada saat akan terjadi hujan, udara di atas lebih dingin daripada di bawah. Gas
yang naik ke atas mempunyai temperatur yang panas juga. Sehingga udara panas
bercampur dengan dingin hingga terbentuk awan. Ketika mendung, terjadi proses
perubahan uap air menjadi air, sehingga udara di bumi akan terasa panas. Sehingga
temperatur udara pada hari jum’at siang mencapai maksimumnya.

b. Kamar

Gambar 19. Overlay Temperatur dan RH di Kamar Selama 48 Jam Pengamatan

Pada grafik diatas (Gambar 19), hasilnya tidak terlalu berbeda dengan kondisi di
ruang tamu. Terlihat bahwa temperature berbanding terbalik dengan kelembaban
relatif. Hal ini dikarenakan ketika temperature semakin besar, maka kapasitas udara
semakin besar juga dikarenakan udara memuai. Sehingga, kelembaban relatif
semakin menurun. Temperature pada siang hari lebih tinggi dibandingkan malam
hari, sehingga kelembaban di siang hari lebih rendah dibandingkan malam hari.
Namun, ada perbedaan suhu pada pukul dini hari (01.00-05.00 WIB). Suhu di
kamar lebih tinggi daripada di ruang tamu. Hal ini disebabkan sirkulasi udara di
kamar tidak berjalan dengan lancar, kondisi pintu ditutup dan kurangnya ventilasi.
Kemudian, diperkuat dengan adanya orang yang menempati kamar sehingga panas
semakin bertambah tinggi.

c. Ruang Keluarga

Gambar 20. Overlay Temperatur dan RH di Ruang Keluarga Selama 48 Jam Pengamatan

Pada grafik diatas (Gambar 20), hasilnya tidak terlalu berbeda dengan kondisi di
ruang tamu maupun kamar. Terlihat bahwa temperature berbanding terbalik dengan
kelembaban relatif. Hal ini dikarenakan ketika temperature semakin besar, maka
kapasitas udara semakin besar juga dikarenakan udara memuai. Sehingga,
kelembaban relatif semakin menurun. Temperature pada siang hari lebih tinggi
dibandingkan malam hari, sehingga kelembaban di siang hari lebih rendah
dibandingkan malam hari.

Perbedaan suhu antara ruang keluarga dengan ruangan sebelumnya hanya sedikit
sekali. Hal ini dikarenakan posisi ruang keluarga yang dekat dengan kamar. Namun,
suhu di ruang keluarga sedikit lebih rendah karena ruang keluarga mendapatkan
sirkulasi udara yang baik dibandingkan ruang kamar.
d. Ruang Makan (Dapur)

Gambar 21. Overlay Temperatur dan RH di Ruang Makan Selama 48 Jam Pengamatan

Pada grafik diatas (Gambar 21), hasilnya tidak terlalu berbeda dengan kondisi di
ruang tamu, keluarga maupun kamar. Terlihat bahwa temperature berbanding terbalik
dengan kelembaban relatif. Hal ini dikarenakan ketika temperature semakin besar,
maka kapasitas udara semakin besar juga dikarenakan udara memuai. Sehingga,
kelembaban relatif semakin menurun. Temperature pada siang hari lebih tinggi
dibandingkan malam hari, sehingga kelembaban di siang hari lebih rendah
dibandingkan malam hari.

Suhu ruang makan relatif lebih tinggi daripada di ruang keluarga. Hal ini
disebakan padatnya ruang keluarga dan terasa sumpek sehingga suhu pun mengalami
kenaikan.

2.2. Hubungan Kondisi Ruang Tamu dengan Teras


a. Hubungan Temperatur Ruang Tamu dengan Teras
Hubungan Temperatur Ruang Tamu dengan Teras
29
Temperatur Teras Temperatur Ruang Tamu
28
27
26
25
24
23
22
21
19:30
21:00
22:30
0:00
1:30
3:00
4:30
6:00
7:30
9:00
10:30
12:00
13:30
15:00
16:30
18:00
19:30
21:00
22:30
0:00
1:30
3:00
4:30
6:00
7:30
9:00
10:30
12:00
13:30
15:00
16:30
18:00
19:30
6/3/2019 7/3/2019 8/3/2019

Gambar 22. Overlay Temperatur Ruang Tamu dan Teras Selama 48 Jam Pengamatan

Gambar 22 di atas merupakan plot temperatur di luar rumah (teras rumah) dan di
dalam rumah (ruang tamu). Hubungan kedua parameter memiliki nilai korelasi
sebesar 0.92 yang berarti bahwa kedua variable memiliki hubungan linier yang cukup
baik karena nilai korelasinya mendekati 1.

Secara keseluruhan, kondisi cuaca ketika pengamatan cenderung mendung


sehingga temperaturnya relatif rendah (sekitar 24-260C). Sedangkan, kondisi di dalam
ruang tamu memiliki jumlah orang yang hampir sama setiap waktu. Namun,
temperatur di dalam dan di luar ruangan terlihat memiliki perbedaan pada jam-jam
tertentu terutama di malam hari. Hal ini dikarenakan kondisi pintu sering ditutup
(hanya dibuka ketika akan mengambil data di luar ruangan). Sedangkan di siang hari,
pintu lebih sering dibuka. Kedua kondisi tersebut mengakibatkan perbedaan sirkulasi
udara yang memasuki ruangan untuk mendinginkan ruangan tersebut. Meskipun
kondisi pintu di tutup pada malam hari, namun nilai THI berkirsar antara 23-24.5
yang berarti Hangat Nyaman. Jadi, meskipun pintu dalam kondisi tertutup dan ada 5
orang di dalam rumah, nilai THI masih menunjukkan hasil Hangat Nyaman.

Sedangkan untuk pola temperatur terhadap waktu, secara keseluruhan mengikuti


posisi matahari terhadap lokasi pengamatan. Di pagi hari, matahari mulai terbit dan
perlahan menghangatkan lokasi pengamatan meskipun kondisi tutupan awan cukup
tertutup. Kemudian, setelah siang hari temperature mulai perlahan naik dan turun
kembali ketika dini hari hingga kembali naik ketika matahari terbit di hari
selanjutnya.

b. Hubungan RH Ruang Tamu dengan Teras

Hubungan Kelembaban Ruang Tamu dengan Teras


93

88

83

78

73

68

63
Kelembaban Teras Kelembaban Ruang Tamu
58
19:30
21:00
22:30
0:00
1:30
3:00
4:30
6:00
7:30
9:00
10:30
12:00
13:30
15:00
16:30
18:00
19:30
21:00
22:30
0:00
1:30
3:00
4:30
6:00
7:30
9:00
10:30
12:00
13:30
15:00
16:30
18:00
19:30
6/3/2019 7/3/2019 8/3/2019

Gambar 23. Overlay RH Ruang Tamu dan Teras Selama 48 Jam Pengamatan

Grafik diatas merupakan plot RH di luar rumah (teras rumah) dan di dalam
rumah (ruang tamu). Hubungan kedua parameter memiliki nilai korelasi sebesar 0.98
yang berarti bahwa kedua variable memiliki hubungan linier yang cukup baik karena
nilai korelasinya mendekati 1.

Terlihat bahwa RH di dalam ruangan dan di luar ruangan tidak memiliki


perbedaan yang cukup signifikan. Sedangkan jika dilihat pola RH terhadap waktu,
secara keseluruhan memiliki pola yang berkebalikan dengan temperature. Hal ini
diakibatkan karena ketika temperature semakin besar, maka kapasitas air yang
mampu ditampung oleh volume udara pada temperature tersebut akan semakin besar
sehingga apabila jumlah air tetap, maka RH akan semakin turun ketika temperature
semakin naik.
2.3. Analisis Temperatur-Humidity Index (THI) dalam Rumah

Hangat
Nyaman Rata-rata
THI
seluruh
ruangan =
24,04

Nyaman
Optimal

6/3/2019 7/3/2019 8/3/2019

Gambar 24. Plot THI di Setiap Ruangan dalam Rumah selama 48 Jam Pengamatan

Berikut ditampilkan tabel hasil perhitungan THI di setiap ruangan:


ruang ruang Ruang
waktu kamar
tamu keluarga makan
7:30:00 PM 23.43625 23.34292 23.389585 23.54352
7:45:00 PM 23.64176 23.9432 23.79248 23.68452
8:00:00 PM 22.26848 23.44645 22.857465 23.58244
8:15:00 PM 23.5508 24.03003 23.790415 23.85689
8:30:00 PM 23.75635 24.13131 23.94383 24.08707
8:45:00 PM 24.15898 24.2996 24.22929 24.46229
9:00:00 PM 23.9373 24.05566 23.99648 24.09507
9:15:00 PM 23.81058 23.85265 23.831615 23.87865
9:30:00 PM 23.95397 23.90596 23.929965 23.92225
9:45:00 PM 23.66529 23.80979 23.73754 23.80796
10:00:00 PM 23.3618 23.74414 23.55297 23.82182
10:15:00 PM 23.84296 23.82209 23.832525 23.8197
10:30:00 PM 23.52024 23.49905 23.509645 23.6515
10:45:00 PM 24.10795 23.80587 23.95691 24.23948
11:00:00 PM 23.8203 23.79278 23.80654 23.85557
11:15:00 PM 23.76396 23.71068 23.73732 23.37558
11:30:00 PM 24.14535 24.45641 24.30088 24.64708
11:45:00 PM 24.26773 23.9631 24.115415 24.38199
12:00:00 AM 24.42596 24.1582 24.29208 24.55568
12:15:00 AM 24.36219 24.4419 24.402045 24.35568
12:30:00 AM 24.29922 24.4882 24.39371 24.55225
12:45:00 AM 24.09582 24.0935 24.09466 24.10618
1:00:00 AM 23.72397 24.10082 23.912395 24.0428
1:15:00 AM 23.97852 23.999 23.98876 24.21537
1:30:00 AM 23.85468 24.11483 23.984755 23.94591
1:45:00 AM 23.80308 23.8852 23.84414 23.91653
2:00:00 AM 23.52474 23.62842 23.57658 23.70869
2:15:00 AM 23.45774 23.60054 23.52914 23.7725
2:30:00 AM 23.61208 23.5808 23.59644 23.65565
2:45:00 AM 23.39022 23.24176 23.31599 23.30896
3:00:00 AM 23.37157 23.38419 23.37788 23.32085
3:15:00 AM 23.41681 23.10618 23.261495 23.10566
3:30:00 AM 23.29252 23.2514 23.27196 23.26347
3:45:00 AM 23.40369 23.16669 23.28519 23.28744
4:00:00 AM 22.96944 23.35925 23.164345 23.16368
4:15:00 AM 23.12684 22.85216 22.9895 23.31995
4:30:00 AM 23.04186 22.69533 22.868595 23.08992
4:45:00 AM 23.12328 23.1042365 23.11375825 23.21956
5:00:00 AM 22.8758 22.31975 22.597775 23.03984
5:15:00 AM 22.97777 23.00991 22.99384 22.8959
5:30:00 AM 22.8715 22.95009 22.910795 22.56842
5:45:00 AM 23.25727 23.26419 23.26073 23.16724
6:00:00 AM 23.19776 23.12466 23.16121 23.10866
6:15:00 AM 22.99941 23.26096 23.130185 22.74848
6:30:00 AM 22.70736 22.89804 22.8027 22.72842
6:45:00 AM 22.59321 22.61468 22.603945 22.65166
7:00:00 AM 22.78345 22.81195 22.7977 22.61735
7:15:00 AM 22.22679 22.55444 22.390615 22.61012
7:30:00 AM 23.30647 23.26243 23.28445 23.39796
7:45:00 AM 23.37262 23.43822 23.40542 23.28477
8:00:00 AM 23.32768 23.23148 23.27958 23.2316
8:15:00 AM 23.09312 22.71221 22.902665 23.09376
8:30:00 AM 22.93381 23.22509 23.07945 23.33357
8:45:00 AM 23.29686 23.54637 23.421615 23.6526
9:00:00 AM 23.13999 23.36024 23.250115 23.41531
9:15:00 AM 22.96986 23.30648 23.13817 23.5135
9:30:00 AM 23.44215 24.05185 23.747 23.9814
9:45:00 AM 23.87938 23.65282 23.7661 24.08963
10:00:00 AM 23.75975 24.02016 23.889955 24.04096
10:15:00 AM 23.98246 24.07299 24.027725 24.10497
10:30:00 AM 24.35946 24.39421 24.376835 24.40281
10:45:00 AM 24.48699 24.5727 24.529845 24.62298
11:00:00 AM 24.30905 24.28191 24.29548 24.3437
11:15:00 AM 24.19971 24.43716 24.318435 24.51836
11:30:00 AM 24.34548 24.45327 24.399375 24.52224
11:45:00 AM 25.01253 25.24689 25.12971 24.82256
12:00:00 PM 24.71214 24.66774 24.68994 24.61698
12:15:00 PM 24.81725 24.84216 24.829705 24.74217
12:30:00 PM 24.93539 24.86292 24.899155 24.91014
12:45:00 PM 24.82855 24.81526 24.821905 24.66762
1:00:00 PM 25.52508 25.54694 25.53601 25.40866
1:15:00 PM 25.05077 25.02447 25.03762 22.92289
1:30:00 PM 25.09385 25.30146 25.197655 25.27603
1:45:00 PM 25.25624 25.26704 25.26164 25.19474
2:00:00 PM 25.12194 24.81075 24.966345 24.8653
2:15:00 PM 25.23954 25.22334 25.23144 25.09149
2:30:00 PM 25.09883 25.10228 25.100555 25.14149
2:45:00 PM 24.92843 25.05672 24.992575 25.16098
3:00:00 PM 24.9625 24.78844 24.87547 24.74327
3:15:00 PM 24.86874 25.15054 25.00964 25.11486
3:30:00 PM 24.73038 24.7539 24.74214 24.69612
3:45:00 PM 25.02271 25.24964 25.136175 24.76546
4:00:00 PM 24.94608 25.01708 24.98158 24.98245
4:15:00 PM 24.91997 24.99847 24.95922 24.91722
4:30:00 PM 25.14302 25.16129 25.152155 25.17976
4:45:00 PM 24.93004 24.76061 24.845325 24.79556
5:00:00 PM 24.75676 24.77426 24.76551 24.78456
5:15:00 PM 24.59958 24.59478 24.59718 24.79263
5:30:00 PM 24.73107 24.82756 24.779315 24.84302
5:45:00 PM 24.68017 24.76752 24.723845 25.05888
6:00:00 PM 25.89756 25.62828 25.76292 25.74493
6:15:00 PM 25.37834 25.05833 25.218335 25.25032
6:30:00 PM 24.88749 25.09314 24.990315 25.13304
6:45:00 PM 24.94104 24.71856 24.8298 24.88098
7:00:00 PM 24.55773 24.59668 24.577205 24.75618
7:15:00 PM 24.2797 24.44751 24.363605 24.23308
Tabel 3. Perhitungan Data THI pada Masing-Masing Ruangan

Berdasarkan grafik THI pada Gambar 24 dan data hasil perhitungan THI pada tabel 3,
terdapat dua kondisi klasifikasi THI (Thermal Heat Index) yaitu hangat nyaman
(23,1<THI<29) dan nyaman optimal (18,1<THI<23). Terlihat pada masing-masing
ruangan lasifikasi hangat nyaman rata-rata terjadi pada siang hari yaitu pada pukul 09.00 –
16.00 WIB. Dimana pada waktu tersebut matahari menyinari permukaan bumi. Dan
klasifikasi nyaman optimal terjadi selain pada pukul 09.00 – 16.00 WIB. Dimana
intensitas penyinaran matahari terhadap permukaan bumi baru akan naik dan sudah mulai
menurun. klasifikasi THI didasarkan atas temperatur dan pada saat waktu tersebut belum
terpengaruh oleh radiasi matahari sehingga temperatur mencapai pada keadaan minimum.
Dan terlihat bahwa THI untuk masing-masing ruangan tidak terlalu memiliki perbedaan
atau hampir sama. Hal tersebut dapat dipengaruhi karena pada saat pengamatan
berlangsung, keadaan sekitar cenderung lembab dan temperature yang relatif sama untuk
masing-masing ruangan. Dan juga dipengaruhi oleh letak ruangan yang sangat berdekatan,
menyebabkan temperatur dan kelembaban setiap ruangan tidak memiliki perbedaan yang
signifikan. Jika temperatur dan kelembaban masing-masing ruangan dirata-ratakan selama
waktu pengamatan didapatkan nilai THI dalam rentang 23.1-29. maka dapat dikatakan
pada masing-masing ruangan termasuk pada kondisi hangat nyaman.

G. Kesimpulan Dan Saran


1. Pada rumah pengamatan, yaitu rumah Farid Muhammad Syabani memiliki nilai rata-rata
THI di teras adalah 23,9℃ dan rata-rata THI di masing-masing ruangan kurang lebih 24℃
yang artinya baik di teras maupun di setiap ruangan memiliki tingkat kenyamanan hangat
nyaman.
2. Kelembaban dan suhu mempengaruhi kenyamanan pada rumah pengamatan, semakin
rendah suhu maka kelembaban akan semakin naik. Kombinasi kedua parameter yang
sesuai, akan memberikan nilai THI yang mengindikasikan tingkat kenyamanan yang
paling baik.
Keadaan lingkungan mempengaruhi tingkat kenyamanan pada rumah pengamatan.
Pengaruh akan semakin besar apabila terdapat angin yang menuju pintu masuk rumah
pengamatan maupun ventilasi rumah.

H. Daftar Pustaka
Ardhana, I Putu Gede. 2012. Ekologi Tumbuhan. Bali: Udayana University Press.
Frick, Heinz. 2008. Ilmu Fisika Bangunan. Yogyakarta: kanisius.
Hasanah, Uswatun, dkk. 2014. Pengukuran Temperatur, Kelembaban Udara, Tanah dan pH
Tanah Serta Kadar Air dan C Organik Tanah. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.
Karyono, Tri Harso.2001. Penelitian Kenyamanan Termis di Jakarta sebagai Acuan Suhu
Nyaman Manusia Indonesia. Diakses dari:
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:5me1awR6BWkJ:dimensi.petra.a
c.id/index.php/ars/article/download/15742/15734+&cd=9&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=
firefox-b-d (21 Maret 2019
Ratriningsih, Rahayu. 2003. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Surabaya: JP Books.
Rusyda, Hana Faza Surya dkk. 2017. Sifat Material pada Ruang Terbuka di Kota Lama yang
Terkait dengan Termal. Diakses dari:
https://media.neliti.com/media/publications/269275-sifat-material-pada-ruang-terbuka-di-
kot-3f992192.pdf (18 Maret 2019)
Susanto,arief, Yerni Arnas,dan Zulham Hidayat(2018). Analisis Beban Pendingin dengan
Metode Cooling Load Temperatur Difference (CLTD) pada Ruang Lobby Gedung
Simulator Sekolah Tinggi Ilmu Penerbangan Indonesia. Diaksesdari:
http://stpicurug.ac.id/wp-content/uploads/2018/02/JURNAL-BU-YENNI-31-41.pdf. (13
Maret 2019)
Wati, Trinah dan Fakhuroyan(2017). Analisis Tingkat Kenyamanan Di DKI Jakarta
Berdasarkan Indeks THI (Temperatur Humidity Index). Diakses dari:
https://www.researchgate.net/publication/316948904_Analisis_Tingkat_Kenyamanan_Di
_DKI_Jakarta_Berdasarkan_Indeks_THI_Temperatur_Humidity_Index. (13 Maret 2019)

Anda mungkin juga menyukai