Anda di halaman 1dari 10

ISSN 0852-4777 Pengaruh Temperatur Terhadap Sifat Bahan

Paduan Alumunium Fero Nikel

(Maman Kartaman, M. Husna Al Hasa, Ahmad Paid)

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP SIFAT BAHAN PADUAN


ALUMINIUM FERO NIKEL

Maman Kartaman, M.Husna Al Hasa, Ahmad Paid


Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, BATAN
Kawasan Puspiptek, Serpong 15314
E-mail: makar@batan.go.id
(Naskah diterima:22 April 2013, disetujui: 24 Mei 2013)

ABSTRAK
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP SIFAT BAHAN PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap struktur fasa, sifat
kekerasan paduan aluminium sebagai cladding bahan bakar. Paduan aluminium AlFeNi hasil
sintesis dengan kadar 1% Fe dan 1% Ni dikenai pemanasan pada temperatur 450 oC, 500 oC dan
550 oC. Pemanasan pada temperatur tersebut dapat berdampak terhadap perubahan struktur fasa,
sifat kekerasan dan termal. Pengujian sifat kekerasan paduan AlFeNi dilakukan dengan
menggunakan metoda Vicker. Analisis struktur fasa dilakukan berdasarkan pola difraksi sinar x dan
diagram fasa. Pengamatan mikrostruktur dilakukan dengan metalografik-optikal dan scanning
electron microscope, SEM.Analisis unsur senyawa fasa diamati dengan electron dispersif x-ray
spectrophotometer, EDS. Hasil pengukuran sifat kekerasan menunjukkan paduan AlFeNi dengan
pemanasan pada 450 oC, 500 oC dan 550 oC masing-masing berkisar 45 HV, 45 HV dan 35 HV.
Sifat kekerasan paduan AlFeNi dengan unsur pemadu 1%Fe dan 1%Ni menunjukkan relatif stabil
hingga pada temperatur 500 oC dan cenderung menurun pada 550 oC. Hasil analis pola difraksi
menunjukkan hanya terjadi pembentukan satu buah fasa pada temperatur 450 oC dan 500 oC. Pola
difraksi sinar x memperlihatkan kecenderungan pembentukan fasa  (FeAl3) pada temperatur 450 oC
dan 500 oC, sedangkan pada temperatur 550 oC hanya teridentifikasi fasa (Al). Hasil pengamatan
metalografik-optikal memperlihatkan mikrostruktur paduan mengalami perubahan seiring dengan
meningkatnya temperatur pemanasan terutama pada temperatur 550 oC. Mikrostruktur hasil
pengamatan SEM memperlihatkan struktur butir berbentuk granular dan pada batas butir berbentuk
serat-jarum yang tumbuh memanjang. Hasil analisis EDS mengidentifikasikan pada daerah batas
butir terkandung unsur senyawa logam Al, Fe dan Ni yang berpotensi membentuk senyawa fasa
logam, seperti fasa .
Kata kunci: paduan aluminium, Cladding, elemen bakar nuklir, temperatur.

ABSTRACT
EFFECT OF HEAT TREATMENT ON THE PROPERTIES OF ALUMINUM FERRO NICKEL
ALLOY. This study is aimed to determine the effect of temperature on the phase structure and
hardness properties of aluminum alloy as nuclear fuel cladding. The AlFeNi aluminum alloy that
was synthesized with Fe content of 1% and Ni content of 1% was heat treated at a temperature
of 450 oC, 500 oC and 550 oC. Examination of AlFeNi alloy hardness was done by Vicker method.

109
Urania ISSN 0852-4777
Vol. 19 No. 2, Juni 2013 : 63 – 118

Phase structure analysis was performed by x-ray diffraction pattern and phase diagram.
Microstructure examination was performed with optical and scanning electron microscope (SEM).
Elemental analysis phase compounds were observed by electron dispersive x-ray
spectrophotometer (EDS). The hardness test shows that the hardness of AlFeNi alloy over
heating at 450 oC, 500oC and 550oC is around 45 HV, 45 HV and 35 HV respectively. AlFeNi alloy
hardness with alloying elements of 1% Fe and 1% Ni is found to be relatively stable at
temperatures up to 500 °C and the stability tends to decrease at 550 oC. The diffraction pattern
analysis indicates only the formation of a single phase at a temperature of 450 oC and 500 oC.
The x-ray diffraction pattern shows that the phase formation has a tendency of  (FeAl3) at a
temperature of 450 oC and 500 oC, while at 550 oC only  (Al) phase is identified. The
metallographic-optical observation shows that the alloy microstructure changes with increasing
heating temperature, particularly at 550 oC. The SEM microstructure observation shows granular
shaped grain structure and the grain boundary in the shape of fiber needles growing lengthwise.
The EDS analysis indicates that the grain boundary region contains elements of Al, Fe and Ni,
which have a potential to form metal phase compounds such as  phase.
Keywords: aluminum alloy, cladding, nuclear fuel element, temperature.

PENDAHULUAN (second phase). Pada proses sintesis ini


dengan memadukan unsur logam Al dengan
Paduan aluminium telah digunakan
Fe dan Ni diharapakan sifat mekanik paduan
untuk berbagai komponen struktur pada
logam akan mengalami peningkatan.
instalasi nuklir terutama sebagai bahan
[1] Peningkatan sifat mekanik terutama sifat
struktur cladding elemen bakar . Bahan
kekerasan paduan logam dimungkinkan
struktur cladding berbasis aluminium telah
terjadi melalui mekanisme larut padat dan
dikembangkan oleh Indonesia dan berbagai
pembentukan fasa kedua serta mikrostruktur
negara di dunia seiring dengan
butir. Selain itu, paduan aluminium yang
pengembangan bahan bakar berdensitas
berfungsi sebagai cladding bahan bakar
tinggi. Pengembangan paduan aluminium
dalam proses fabrikasinya akan mengalami
sebagai bahan struktur cladding dilakukan
proses deformasi dan pemanasan. Selama
karena paduan aluminium memenuhi
proses fabrikasi yang melibatkan pemanasan
persyaratan yang diinginkan. Pengembangan
pada temperatur tinggi memungkinkan
bahan struktur cladding ini diharapkan akan
cladding sebagai pengungkung bahan bakar
mendapatkan paduan logam yang memiliki
akan mengalami perubahan sifat bahan
kekuatan yang relatif lebih baik, sifat termal
terutama struktur fasa. Selain itu, kondisi
dan ketahanan korosi yang relatif tinggi. Sifat
tersebut memungkinkan pula mempengaruhi
kekuatan dapat ditingkatkan dengan
sifat kekuatan/kekerasan, sifat termal dan
beberapa mekanisme, antara lain melalui
transformasi fasa[2]. Perubahan struktur fasa
proses sintesis. Proses sintesis ini akan
dan transformasi fasa memungkinkan akan
memberikan dampak peningkatan terhadap
berdampak terhadap sifat kekerasan dan sifat
sifat logam terutama sifat mekanik. Proses
termal yang cenderung meningkat atau
sintesis dengan melakukan pemaduan tiga
menurun. Kondisi ini dapat diketahui dengan
unsur logam Al, Fe dan Ni diharapkan akan
melakukan proses perlakuan panas terhadap
meningkatkan sifat logam, seperti sifat
bahan cladding berbasis aluminium.
kekuatan dan kekerasan. Sifat logam dapat
Perlakuan panas pada temperatur tinggi
meningkat melalui mekanisme pengerasan
memungkinkan akan memacu terjadi reaksi
regangan (strain hardening), larut padat (solid
senyawa logam intermetalik Al dengan Fe
solution), dan pembentukan fasa kedua
dan Ni melalui proses difusi[3]. Proses difusi

110
ISSN 0852-4777 Pengaruh Temperatur Terhadap Sifat Bahan
Paduan Alumunium Fero Nikel

(Maman Kartaman, M. Husna Al Hasa, Ahmad Paid)

dalam perlakuan panas tersebut FCC dengan parameter kisi berukuran


memungkinkan akan menghasilkan senyawa 4,0496 Å dan jarak antaratom 2,8635 Å.
logam berupa fasa , fasa , fasa  dan fasa Logam Fe memiliki struktur kristal BCC
lainnya[4]. Fasa  (FeAl3) mulai terbentuk pada dengan parameter kisi berukuran 2,8664 Å
daerah komposisi 0,04-37% berat Fe di dan jarak antaratom 2,4823 Å, sedangkan
bawah temperatur 652 oC[5]. Fasa  ini logam Ni memiliki selsatuan FCC dengan
merupakan hasil transformasi dari pemaduan ukuran kisi 3,52338 Å dan jarak antaratom
Al dan Fe yang mengikuti reaksi fasa eutectic, 2,4919 Å[4]. Penelitian ini bertujuan untuk
yaitu L +. Kadar Fe dalam paduan mendapatkan sifat struktur fasa, kekerasan
melebihi batas larut padat di atas 0,04% dan sifat termal AlFeNi sebagai bahan
cenderung akan membentuk fasa [6].Fasa  struktur cladding. Data hasil penelitian ini
mulai terberntuk pada daerah komposisi 0,04- diharapkan akan bermanfaat sebagai data
42% berat Ni di bawah temperatur 640 oC. dukung untuk pengembangan bahan struktur
Fasa  ini merupakan hasil transformasi dari cladding elemen bakar nuklir.
pemaduan Al dan Ni yang mengikuti reaksi
fasa eutectic, yaitu L +. Apabila kadar
Ni dalam paduan melebihi batas larut padat di TATA KERJA
atas 0,04% akan terbentuk fasa  (NiAl3). Pengembangan paduan aluminium
Besar fasa  sangat dipengaruhi oleh tingkat dilakukan melalui proses sintesis dengan
prosentase kadar Ni dalam paduan. Kadar Ni memadukan dua atau tiga unsur pemadu
semakin tinggi mengakibatkan semakin dengan unsur utama aluminium. Perhitungan
memperbesar jumlah fasa  dalam paduan. berat bahan dilakukan berdasarkan kadar
Reaksi fasa eutectik paduan aluminium dan komposisi 1% Fe dan 1% Ni. Kemudian
besi mulai terjadi pada temperatur 652 oC logam aluminium, fero dan nikel ditimbang
dengan kadar 1,8% Fe dan membentuk fasa dengan kadar yang telah ditentukan
padat + yaitu Al+FeAl3. Fasa  memiliki menggunakan neraca digital. Berat serbuk
batas kemampuan larut padat (solid solubility) fero dan nikel dengan logam aluminium
Fe dalam fasa α (Al) sampai maksimum masing-masing disesuaikan berdasarkan
0,04%Fe pada temperatur 652 oC. Paduan komposisi paduan eutektik. Campuran logam
logam AlFeNi memiliki struktur politropik dan komposisi paduan eutektik ini diproses
anisotropik, yaitu struktur monoklinik dan melalui teknik peleburan pada temperatur di
ortorombik. Kekuatan dan ketahanan korosi atas temperatur titik eutektik sehingga
bahan struktur AlFeNi sangat dipengaruhi menghasilkan paduan logam AlFe dan AlNi.
oleh pembentukan struktur fasa dalam Proses peleburan logam aluminium dengan
paduan. Pembentukan fasa sangat paduan AlFe dan AlNi dilakukan pada
dipengaruhi oleh unsur pemadu dan kadar temperatur 800 oC dengan komposisi yang
pemadu dalam paduan. Pembentukan fasa telah diperhitungkan. Proses peleburan ini
dalam paduan logam dapat terbentuk apabila menghasilkan paduan AlFeNi dalam bentuk
komposisinya terdiri dari dua unsur atau lebih pelat. Spesimen pelat AlFeNi dikenakan
dan memiliki perbedaan jari-jari atom perlakuan panas pada temperatur 450 oC,
sehingga membentuk larutan padat sebagai 500 oC dan 550 oC dengan waktu pemanasan
salah satu fasa. Selain itu, fasa yang selama 3 jam. Pelat AlFeNi hasil perlakuan
terbentuk memiliki sifat, ukuran kisi dan panas pada temperatur tersebut di atas
strukturkristal serta titik cair yang kemudian dilakukan analisis, pengujian,
berbeda.Unsur Al, Fe dan Ni mempunyai pengamatan, dan pengukuran. Pengukuran
ukuran atom, jarak antaratom dan juga bentuk kekerasan spesimen AlFeNi dilakukan
struktur kristal yang berbeda. Logam Al dengan menggunakan metoda Vicker.
memiliki struktur kristal berbentuk selsatuan Analisis struktur fasa paduan AlFeNi

111
Urania ISSN 0852-4777
Vol. 19 No. 2, Juni 2013 : 63 – 118

dilakukan berdasarkan pola difraksi sinar x sinar x yang tidak memiliki puncak fasa 
menggunakan difraktometer sinar x. seperti ditunjukkan pada Gambar 2c. Selain
Pengamatan mikrostruktur dilakukan dengan itu, penurunan sifat kekerasan ini
metalografik-optikal dan SEM. Analisis unsur dimungkinkan akibat dampak transformasi
senyawa logam diamati dengan EDS. fasa terutama pada temperatur yang semakin
tinggi. Transformasi fasa pada temperatur 550
o
C dapat berdampak terhadap penurunan
HASIL DAN PEMBAHASAN kerapatan dislokasi. Penurunan kerapatan
Pengukuran sifat kekerasan paduan dislokasi yang meningkat akan berdampak
AlFeNi dengan metoda Vicker pada variasi terhadap perubahan sifat kekerasan dan
temperatur pemanasan diperlihatkan pada adanya perubahan fasa yang cenderung
Gambar 1. Pengamatan struktur fasa mengurangi rintangan pergerakan dislokasi.
berdasarkan analisis pola difraksi sinar x Pergerakan dislokasi relatif lebih mudah
ditunjukkan pada Gambar 2. Pengamatan dengan semakin meningkat terjadinya
mikrostruktur paduan AlFeNi secara perubahan fasa. Gambar 3 memperlihatkan
metalografi-optik ditunjukkan pada Gambar 3. pula struktur butir yang cenderung membesar
Pengamatan topografi struktur butir dengan dan berdampak terhadap batas butir. Hal ini
SEM dan analisis unsur senyawa fasa pada memungkinkan batas butir akan semakin
dearah batas butir dengan EDS ditunjukkan berkurang dan akan berpengaruh terhadap
pada Gambar 4. Sifat kekerasan paduan penurunan sifat kekerasan. Sementara itu,
AlFeNi pada temperatur perlakuan panas penurunan kekerasan pada temperatur
ditunjukkan pada Gambar 1. Sifat kekerasan 550 oC dapat dipacu oleh proses transformasi
mengalami perubahan yang cenderung fasa yang cenderung mengarah kepada
menurun terutama pada temperatur 550 oC. pembentukan satu fasa, yaitu fasa , seperti
Penurunan sifat kekerasan pada temperatur ditunjukkan pada Gambar 2c. Proses
550 oC terutama akibat tidak adanya transformasi fasa yang menghasilkan hanya
kontribusi fasa kedua karena pada temperatur satu fasa tersebut mengakibatkan potensi
tersebut terjadi penguraian fasa . Fasa penghambat gerakan dislokasi menurun dan
kedua berupa senyawa FeAl3 dimungkinkan keadaan ini akan berdampak kepada
terurai ke keadaan semula larut ke dalam fasa penurunan kekuatan dan kekerasan bahan
. Hal ini teridentifikasi pada pola difraksi pula.

70
60
Kekerasan (VHN), N/mm²

50
40
30
20
10
0
400 450 500 550 600
Temperatur, °C

Gambar 1. Sifat kekerasan paduan AlFeNi terhadap temperatur pemanasan.

112
ISSN 0852-4777 Pengaruh Temperatur Terhadap Sifat Bahan
Paduan Alumunium Fero Nikel

(Maman Kartaman, M. Husna Al Hasa, Ahmad Paid)

Gambar 2 memperlihatkan pola Fe dan aluminium yang terjadi akibat rejeksi


difraksi paduan AlFeNi hasil sintesis dan dari larutan padat aluminium yang melebihi
perlakuan panas pada temperatur 450 oC, kemampuan larut-padat dalam struktur fasa
500 oC dan 550 oC yang menghasilkan . Rejeksi ini terjadi karena kelarutan atom Fe
puncak-puncak fasa ,  dan . Puncak fasa dalam struktur fasa  telah melampaui batas
 untuk masing-masing bidang hkl berada yang diizinkan, yaitu melibihi di atas 0,04%
pada sudut difraksi 2 antara 35o-80o. Puncak Fe[6] sehingga aluminium berekasi mengikat
fasa  untuk masing-masing bidang hkl Fe membentuk senyawa FeAl3. Gambar 2b
berada pada sudut difraksi 2 antara 21o-78o. memperlihatkan pola difraksi paduan AlFeNi
Puncak fasa  untuk masing-masing bidang hasil sintesis dan perlakuan panas pada
hkl berada pada sudut 2 antara 22o-52o. temperatur 500oC yang menghasilkan
Berdasarkan persamaan BRAGG dan PDF[7] puncak-puncak fasa  pada sudut 2
dengan panjang gelombang (cu)=1,542 berkisar antara 39o, 45o, 65o, 78o. Sementara
menunjukkan bahwa puncak fasa  berada itu, puncak fasa  berkisar antara 26o, 43o,
pada sudut 2 sebesar 39o, 45o, 65o, 78o, 83o 44o, 46o, 47o dan puncak fasa  pada sudut
dan 99o pada masing-masing bidang hkl, yaitu 2 berkisar antara 43o, 46o, 47o. Pola difraksi
111, 200, 220, 311, 222 dan 400. Puncak fasa paduan AlFeNi hasil perlakuan panas pada
 berada pada sudut 2 sebesar 22o , 26o, temperatur 500oC pada Gambar 2b
41o, 43o, 44o, 47o, 64o, 66o dan 78o. Puncak menunjukkan terdapat tiga puncak fasa  dan
fasa  berada pada sudut 2 sebesar 22o, satu puncak fasa . Hal ini menunjukkan
24o,25o,29o, 35o, 36o,37 o, 41o, 43o,45o,46o dan bahwa paduan AlFeNI hasil perlakuan panas
47o. Gambar 2a memperlihatkan pola difraksi pada temperatur 500oC hanya terbentuk fasa
paduan AlFeNi hasil sintesis dan perlakuan , sedangkan fasa  belum terbentuk karena
panas yang menghasilkan puncak-puncak hanya memiliki satu puncak. Puncak fasa 
fasa  pada sudut 2 berkisar antara 39o, dan  pada Gambar 2b dan 2a relatif sama
45o, 65o, 78o dan puncak fasa  pada sudut tidak ada perbedaan yang berarti dan ini
2 berkisar antara 22o, 41o dan 44o, menunjukan bahwa pada temperatur 500oC
sedangkan puncak fasa  pada sudut 2 bahan tidak mengalami transformasi fasa dan
berkisar 46o. Besaran sudut 2 untuk puncak pertumbuhan fasa. Gambar 2c
fasa ,  dan  pada pola difraksi Gambar 2a memperlihatkan tidak terjadi pembentukan
cenderung mendekati sama dengan besaran puncak fasa  maupun puncak fasa  dan
sudut 2 pada JCPDS dan hasil perhitungan hanya ada puncak fasa . Dengan demikian,
dengan persamaan BRAGG. Sementara itu, paduan AlFeNi hasil perlakuan panas pada
fasa  dan  menunjukkan lebih dari 3 temperatur 550oC hanya memiliki satu fasa,
puncak, sedangkan fasa  hanya memiliki 1 yaitu fasa . Kondisi ini menunjukkan bahawa
puncak. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada temperatur 550oC atau di atas
struktur fasa yang terbentuk merupakan fasa temperatur tersebut telah terjadi proses
 dan . Fasa  merupakan aluminium(Al), transformasi fasa yang memungkinkan
fasa  adalah senyawa FeAl3 dan fasa  perubahan dari struktur dua fasa menjadi satu
merupakan senyawa NiAl3. Pembentukan fasa.
fasa  ini merupakan proses reaksi antara

113
Urania ISSN 0852-4777
Vol. 19 No. 2, Juni 2013 : 63 – 118

(a)

(b)

(c)

Gambar 2. Pola difraksi sinar x paduan AlFeNi pada temperatur pemanasan (a) 450 °C,
(b) 500 °C, (c) 550 °C.

114
ISSN 0852-4777 Pengaruh Temperatur Terhadap Sifat Bahan
Paduan Alumunium Fero Nikel

(Maman Kartaman, M. Husna Al Hasa, Ahmad Paid)

Topografi mikrostruktur paduan memanjang dan bertransformasi membentuk


AlFeNi hasil perlakuan panas pada struktur butir yang relatif lebih besar. Kondisi
temperatur 450 oC, 500 oC dan 550 oC ini dimungkinkan karena dipacu oleh
diperlihatkan pada Gambar 3. Gambar 3a terjadinya proses transformasi fasa yang
dan b memperlihatkan struktur butir paduan mengarah ke struktur fasa  dan cenderung
AlFeNi yang cenderung berbentuk granular hanya terbentuk satu fasa, seperti ditunjukkan
dengan struktur fasa terdiri dari fasa  dan . pada pola difraksi sinar x Gambar 2c.
Fasa yang terbentuk pada paduan AlFeNi Pembentukan struktur fasa yang dipacu oleh
merupakan rejeksi dari larutan padat energi yang semakin meningkat pada
aluminium bila kadar Fe atau Ni yang temperatur relatif tinggi ini akan berdampak
terkandung dalam paduan tersebut melebihi terhadap struktur butir.
kemampuan larut-padat fasa -Al.
Gambar 4 memperlihatkan topografi
Mikrostruktur paduan AlFeNi yang tampak
mikrostruktur dan spektrum EDS
pada Gambar 3c memperlihatkan
stoikhiometrik hasil pengamatan dengan
kecenderungan perubahan struktur butir yang
SEM.

(a)

115
Urania ISSN 0852-4777
Vol. 19 No. 2, Juni 2013 : 63 – 118

(b)

(b)
(b)

(c)

(c)
Gambar 3. Mikrostruktur Paduan AlFeNi 1% Fe 1% Ni dengan mikroskop optik (a). 450 oC,
(b). 500 oC,(c). 550 oC.

Gambar 4a dan 4b memperlihatkan logam. Selain itu, pembesaran 2000x tampak


topografi-mikrostruktur dengan pembesaran lebih jelas daerah batas butir yang cenderung
2000 x dan 5000 x yang diamati pada daerah berwarna gelap dan berbentuk serat-jarum
tertentu. Gambar 4.a tampak bahwa struktur memanjang.
butir cenderung berwarna gelap dan terang.
Serat-jarum pada batas butir tampak
Struktur butir yang daerah berwarna terang
tumbuh memanjang dan pada daerah batas
teridentifikasi sebagai fasa  dan daerah yang
butir ini merupakan awal pembentukan
berwarna gelap cenderung
senyawa fasa logam. Senyawa fasa logam
mengidentifikasikan sebagai senyawa fasa

116
ISSN 0852-4777 Pengaruh Temperatur Terhadap Sifat Bahan
Paduan Alumunium Fero Nikel

(Maman Kartaman, M. Husna Al Hasa, Ahmad Paid)

yang terbentuk dimungkinkan senyawa fasa identifikasinya pada Gambar 4c. Gambar 4c
dan . Fasa  dan  ini merupakan senyawa mengidentifikasikan bahwa pada daerah
logam FeAl3 dan NiAl3. Hal ini sebagaimana tersebut terkandung unsur senyawa logam
ditunjukkan pada pola difraksi sinar-x yang paduan AlFeNi, yaitu Al, Fe dan Ni. Analisis
mengindentifikasi puncak fasa logam tersebut semi kuantitatif pada daerah titik tersebut
pada Gambar 2. Gambar 2.a dan 2.b menunjukkan terdapat persentase Al sekitar
mengidentifikasikan bahwa senyawa fasa 93,61%, Fe sebesar 3,15% dan Ni sebesar
yang lebih dominan terbentuk dalam paduan 3,23%. Kondisi ini memungkinkan memacu
aluminium ini adalah fasa  dan . Gambar terjadinya proses pembentukan senyawa
mikrostruktur dengan pembesaran 5000 x logam membentuk fasa dan .Fasa  dan 
akan tampak lebih jelas bentuk topografinya diidentifikasikan sebagai senyawa logam
dan bentuk serat-jarum pada daerah batas FeAl3 dan NiAl3. Identifikasi senyawa logam
butir seperti rambut yang tumbuh ini juga didukung oleh data hasil analisis
memanjang.Serat jarum yang tumbuh pada difraksi sinar x yang memperlihatkan adanya
daerah batas butir tersebut merupakan puncak pola difraksi senyawa logam FeAl3
senyawa logam yang terbentuk dari unsur dan NiAl3, seperti yang ditunjukkan pada
pemadu logam. Analisis EDS (Electron Gambar 2. Meskipun demikian senyawa
Dispersif X-Ray Spectrophotometer) pada logam yang relatif dominan terbentuk adalah
daerah mikrostruktur pembesaran 5000x yang fasa .
berbentuk serat-jarum memperlihatkan hasil

(a)

(b)

117
Urania ISSN 0852-4777
Vol. 19 No. 2, Juni 2013 : 63 – 118

(c)
Gambar 4. Topografi mikrostruktur paduan AlFeNi dengan SEM (a) pembesaran 2000X, (b)
pembesaran 5000X dan (c) Spektrum EDS paduan AlFeNi.

SIMPULAN [2]. Raynor, GV., Rivlin, GV. (1988). Phase


Equilibria in iron Ternary Alloy. The
Sifat kekerasan paduan AlFeNi
institute of Metals, New york.
cenderung menurun Pada temperatur 550 oC
[3]. Petzow, G., Effenberg, G. (1992). Ternary
seiring dengan terjadinya transformasi fasa.
Alloy AlFeNi. Vol.15, Germany: ASM,
Struktur fasa paduan AlFeNi mengalami
International.
perubahan akibat perlakuan panas pada
[4]. Al Hasa, M.H. (2007). Formasi Fasa dan
temperatur 550 oC. Pada temperatur 550 oC
Mikrostruktur Bahan struktur Paduan
terjadi transformasi fasa paduan AlFeNi
Aluminium Fero-Nikel Hasil Proses
membentuk satu fasa, yaitu fasa . Struktur
Sintesis. Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar
fasa paduan AlFeNi relatif stabil pada
Nuklir, URANIA, Volume 13 No.3, hal.99-
temperatur 450 oC dan 500 oC dalam bentuk
107.
dua fasa, yaitu fasa  (Al) dan fasa  (FeAl3).
[5]. Mondolfo, L.F. (1979). Aluminium Alloys,
Structure and Properties. p.283-285,
DAFTAR PUSTAKA Buterworths, London.
[6]. Anonim. (1992). American Society for
[1]. Al Hasa, M.H. (2008). Peningkatan Sifat testing and Materials, Annual Book of
Mekanik Bahan Struktur Paduan ASTM Standards. Section 3, Vol. 03.02.
Aluminium Fero Nikel Dengan Penguatan Philadelphia: ASTM.
Fasa Kedua Dan Struktur Butir. Jurnal [7]. Anonym. (2008). PDF Card, International
Ilmiah daur Bahan Bakar Nuklir, URANIA, Center For data Diffraction.
Volume 14 No.1, hal.1-10.

118

Anda mungkin juga menyukai