Anda di halaman 1dari 18

3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Waham


Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan
secara kuat atau terus menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham
adalah termasuk gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa dirinya
adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui
pada gangguan jiwa berat dam beberapa bentuk waham yang spesifik
sering ditemukan pada penderita skizofrenia (Yusuf,dkk. 2015, p112).
Seorang yang mengalami waham berfikir bahwa ia memiliki
banyak kekuatan dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia
merasa sangat kuat dan sangat terkenal (Varcarolis, 2006, p397).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan
penelitian realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan
tingkat intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespons
stimulus internal dan eksternal melalui proses interaksi/informasi secara
akurat (Yosep, 2010, p238).
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan
dengan realita normal (Stuart dalam Yosep, 2010, p238).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan
tapi dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain,
keyakinan ini berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan
control (Dep Kes RI, 1994).

2.2 Etiologi Waham


Etiologi dari waham yang dijelaskan dalam buku Diagnosa
Keperawatan Psikiatri oleh M.C. Townsend etrdapat enpat teori, yakni :
1. Teori Biologis
Penelitian-penelitian telah mengindikasikan bahwa faktor-
faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan
suatu kelainan kejiwaan (Heston,1997; Gottesman, 1978; di dalam
Townsend, 1998). Tampak bahwa individu-individu yang berada
dalam resiko tinggi terhadap kelainan ini adalah mereka yang
4

mempunyai anggota keluarga dengan kelainan yang sama


(orangtua, saudara kandung, sanak saudara yang lain)
Secara relatif ada pemelitian baru yang mengatakan bahwa
kelainan skizofrenia mungkin pada kenyataanya merupakan suatu
kenyataan sejak lahir, terjadi pada bagian hipokampus otak.
Pengamatan mempelihatkan adanya suatu “kekacauan” dari sel-sel
piramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderita
skizofrenia, tetapi sel-sel tersebut pada otak orang-orang yang tidak
mengalami skizifrenia tampak tersusun rapi (Scheibel,1991; dalam
Townsend 1998).
2. Teori Psikososial
Digambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu
perkembangan disfungsi keluarga (Bowen, 1978; dalam Townsend,
1998). Konflik diantara suami istri memengaruhi anak, dan
menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansietas. Di masa
anak harus meninggalkan ketergantungan pada orangtua dan masuk
ke masa dewasa, anak tidak akan mampu memenuhi tugas
perkembangan masa dewasanya.
3. Teori Interpersonal
Orang yang mengalami psikosis akan menghasilkan suatu
huhungan orangtua-anak yang penuh ansietas tinggi (Sillivan,
1953, dalam Townsend,1998). Anak menerima pesan-pesan yang
membingungkan dan penuh konflik dari orang tua dan tidak
mampu membentuk rasa percaya diri kepada orang lain. Bila
tingkat ansitas yang tinggi dipertahankan maka konsep diri anak
akan mengalami ambivalen. Suatu kemunduran spikosis
memberika tanda-tanda ansietas dan rasa tidak aman dalam suatu
hubungan yang intim/akrab.

4. Teori Psikodinamik
Hartman (1964) dalam Townsend menegaskan bahwa psikosis
adalah hasil dari suatu ego yang lemah, perkembangan yang
dihambat oleh suatu hubungan saling mempengaruhi antara nak
dan orangtua. Karena ego menjadi lemah, penggunaan mekanisme
pertahanan ego pada waktu ansitas yang ekstrim menjadi suatu
5

yang maladaptif dan perilakunya sering kali merupakan


penampilan segemn “id” dama kepribadian.

2.3 Proses Terjadinya Waham

Proses terjadinya waham yang dijelaskan dalam Buku Ajar


Keperawatan Kesehatan Jiwa oleh Yusuf,dkk, 2015 terjadi dalam enam
fase, yakni:

a. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)


Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham
dapat terjadi pada orang dengan status sosial dan ekonomi yang
sangat terbatas. Biasanya pasien sangat miskin dan menderita.
Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hudupnya mendorongnya
untuk emlakukan kompensasi yang salah. Hal itu terjadi karena
adanya kesenjangan antara kenyataan (reality), yaitu tidak memiliki
finansial yang cukup dengan ideal diri (self ideal) yang sangat
ingin memiliki berbagai kebutuhan, seperti mobil, rumah, atau
telepon genggam.
b. Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)
Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi menyebabkan pasien megalami
perasaan menderita, malu, dan tidak berharga.
c. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and
external)
Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang
ia yakini atau apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi
kekurangan, dan tidak sesuai dengan kenyataan. Namun,
menghadapi kenyataan bagi pasien adalah suatu yang sangat berat,
karena kebutuhannya untuk diakui, dianggap penting, dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalm hidupnya, sebab kebutuhan
tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan
sekitar pasien mencoba memberikan koreksi bahawa sesuatu yang
dikatakan pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan
secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan
6

menjadiperasan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi


tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan
pasien tidak merugikan orang lain.
d. Fase dukungan lingkungan (environment supprt)
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan)
pasien dalam lingkungannya menyebabkan pasien merasa
didukung, lama-lama kelamaan pasien menganggap sesuatu yang
dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Oleh karenanya, mulai terjadi kerusakan kontrol diri
dan tidak berfungsinya norma (superego) yang ditandai dengan
tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
e. Fase nyaman (comforting)
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
mengangga- bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai
dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat
pasien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya, pasien lebih
sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
f. Fase peningkatan (improvinf)
Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi,
keyakinan yang salah pada pasien akan meningkat. Jenis waham
yang sering berkaitan dengan kejadian traumatik masa lalu atau
berbagai kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).
Waham bersifat menetap dan sulit dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri an orang lain.

2.4 Klasifikasi Waham

Klasifikasi waham yang dijelaskan dalam Buku Ajar Keperawatan


Kesehatan Jiwa (Yusuf,dkk, 2015, p113) dibagi menjadi lima macam,
yakni:

a. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan
7

Contoh : “saya ini titisan Bung Karno, punya banyak perusahaan,


punya rumah di berbagai Negara dan bisa menyembuhkan
berbagai macam penyakit.”
b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada beberapa orang atau kelompok yang berusaha
merugikan / mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi
tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “banyak polisi mengintai saya, tetangga saya ingin
menghancurkan hidup saya, suster akan mencuri makanan saya”
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan
Contoh : “Tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya harus
terus menerus memakai pakaian putih setiap hari agar masuk
surga.”
d. Waham somatic
Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian tubuhnya terganggu,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan
Contoh : “sumsum tulang saya kosong, saya pasti terserang
kanker, dalam tubuh saya banyak kotoran, tubuh saya telah
membusuk, tubuh saya menghilang.”
e. Waham nihilistic
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : ”saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada
disini adalah roh-roh, sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia.”

2.5 Tanda dan Gejala Waham

Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham, yaitu pasien
menyatakan dirinya sebagai seorang besar, mempunyai kekuatan,
pendidikan, atau kekayaan luar biasa, serta pasien menyatakan perasaan
dikejar-kejar orang lain atau sekelompok orang. Selain itu, pasien
menyatakan perasaan mengenai penyakt yang ada dalam tubuhnya,
menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan
orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit
tidur, tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa
8

atau menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, dan gelisah
(Yusuf, dkk, 2015, p113).

Tanda dan gejala waham dapat juga dikelompokan sebagai berikut:

1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinan
c. Sulit berpikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Perilaku danhubungan sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresi
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktivitas tidak tepat
g. Stereotipe
h. Impulsif
i. Curiga
4. Fisik
a. Kebersihan kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. Berat badan menurun
e. Nafsu mkan berkurang dan sulit tidur

2.6 Rentan Respon

Adapun rentang respon manusia terhadap stress yang menguraikan


tentang respon gangguan adaptif dan maladaptive dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Rentang Respon Neurobiologis

Pikiran Logis Distorsi Pikiran Respon maladaptif


- Persepsi akurat. - Ilusi - Gangguan proses
- Emosi konsisten - Reaksi emosi pikir/delusi/waham
dengan berlebihan atau - Halusinasi
pengalaman. kurang - Sulit berespon
- Perilaku sesuai - Prilaku aneh emosi
9

- Berhubungan - Menarik diri - Perilaku


sosial. disorganisasi
- Isolasi sosial

Dari rentang respon neurobilogis diatas dapat dijelaskan bila


individu merespon secara adaptif maka individu akan berfikir secara
logis. Apabila individu berada pada keadaan diantara adaptif dan
maladaptive kadang – kadang pikiran menyimpang atau perubahan isi
pikir terganggu. Bila individu tidak mampu berfikir logis dan pikiran
individu mulai menyimpang maka ia akan berespon secara maladaptive
dan ia akan mengalami gangguan isi pikir : waham curiga.
Agar individu tidak berespon secara maladaptive maka setiap
individu harus mempunyai mekanisme pertahanan koping yang baik.
Mekanisme koping dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari
dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistic
tuntunan situasi stress.

a. Perilaku menyerang, digunakan untuk mengubah atau


mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri, digunakan baik secara fisik maupun
psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber
stress.
c. Perilaku kompromi, digunakan untuk mengubah cara
seseorang mengoperasikan, mengganti tujuan atau
mengorbankan aspek kebutuhan personel seseorang.
2. Mekanisme pertahanan ego, merupakan mekanisme yang dapat
membantu mengatasi cemas ringan dan sedang, jika
berlangsung pada tingkat dasar dan melibatkan penipuan diri
dan disorientasi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan
respon maladaptive terhadap stress. (Anonymous, 2009).

2.7 Penatalaksanaan Waham


10

Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan


karena, kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental.
Penatalaksanan klien dengan waham meliputi farmakoterapi, ECT dan
terapi lainnya seperti terapi spikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik,
terapi seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual dan terapi
okupsi yang semuanya bertujuan untuk memperbaiki perilaku klien dengan
waham pada gangguan skizofrenia. Penatalaksaan yang terakhir adalah
rehabilitasi sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi
klien agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam
kehiduoan masyarakat.

2.8 Pohon Masalah

Risiko kerusakan komunikasi verbal

Perubahan proses pikir : waham

Gangguan konsep diri:


Harga diri rendah: kronis

2.9 Pengkajian

Beberapa hal yang harus dikaji menurut penjelasan dalam buku


Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis oleh Kaplan
dan Sandock, antara lain sebagai berikut:

1. Status mental
a. Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat
normal, kecuali bila ada sisem waham abnormal yang jelas.
b. Suasana hati (mood) pasien konsisten dengan isi wahamnya.
c. Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga.
d. Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang
peningkatan identitas diri dan mempunyai hubungan khusus dengan
orang yang hebat.
e. Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan
adanya kualitas depresi ringan
11

f. Pasien dengan waham tidak memiliki halusinasi yang


menonjol/menetap kecuali pada pasien dengan waham raba atau
cium. Pada beberapa pasien kemungkinan ditemukan halusinasi
dengar.
2. Sensorium dan kognisi
a. Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali
yang memiliki waham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.
b. Daya ingat dan proses kogmitif pasien denga utuh (intact).
c. Pasien waham hampir seluruhnya memiliki daya tiliki diri (insign)
yang jelek.
d. Pasien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan
drinya, keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan
kondisi pasien adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa
sekarang, dan yang direncanakan.

2.10 Diagnosis
a. Risiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
b. Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah.

2.11 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Evaluasi
12

Gangguan TUM : Setelah ... X - Bina hubungan saling


Klien dapat
proses pikir : interaksi klien : percaya dengan klien
mengontrol a. Mau menerima a. Beri salam
waham
b. Perkenalkan diri,
wahamnya kehadiran
TUK : Tanyakan nama,
perawat
serta nama
1. Klien dapat disampingnya
b. Mengatakan panggilan yang
membina
mau menerima disukai
hubungan c. Jelaskan tujuan
bantuan
saling interaksi
perawat
percaya d. Yakinkan klien
c. Tidak
dengan dalam keadaan
menunjukkan
perawat aman dan
tanda-tanda
perawat siap
curiga
d. Mengijinkan menolong dan
duduk mendampinginya
e. Yakinkan bahwa
disamping
kerahasiaan klien
akan tetap terjaga
f. Tunjukkan sikap
terbuka dan jujur
g. Perhatikan
kebutuhan dasar
dan bantu pasien
memenuhinya
13

TUK : Setelah ... X - Bantu klien untuk


2. Klien dapat
interaksi Klien : mengungkapkan
mengidentifi a. Klien
perasaan dan
kasi menceritakan
pikirannya
perasaan ide-ide dan a. Diskusikan
yang muncul perasaan yang dengan klien
secara muncul secara pengalaman yang
berulang berulang dalam dialami selama
dalam pikirannya ini termasuk
pikiran klien hubungan dengan
orang yang
berarti,
lingkungan kerja,
sekolah, dsb
b. Dengarkan
pernyataan klien
dengan empati
tanpa mendukung
atau menentang
pernyataan
wahamnya
c. Katakan perawat
dapat memahami
apa yang
diceritakan klien
14

TUK : Setelah ... X - Bantu klien


3. Klien dapat
interaksi klien mengidentifikasi
mengidentifi a. Dapat
kebutuhan yang tidak
kasi stresor menyebutkan
terpenuhi serta
atau kejadian sesuai
kejadian yang
pencetus dengan urutan
menjadi faktor
wahamnya waktu serta
pencetus wahamnya
harapan atau a. Diskusikan
kebutuhan dasar dengan klien
yang tidak tentang kejadian-
terpenuhi kejadian
seperti harga traumatik yang
diri, rasa aman, menimbulkan
dsb rasa takut,
b. Dapat
ansietas maupun
menyebutkan
perasaan tidak
hubungan
dihargai
antara kejadian b. Diskusikan
traumatik kebutuhan atau
kebutuhan tidak harapan yang
terpenuhi belum terpenuhi
c. Diskusikan cara-
dengan
cara mengatasi
wahamnya
kebutuhan yang
tidak terpenuhi
dan kejadian
traumatik
d. Diskusikan
dengan klien
antara kejadian-
kejadian tersebut
dengan
wahamnya
15

TUK Setelah ... X - Bantu klien


4. Klien dapat
interaksi klien mengidentifikasi
mengidentifi
menyebutkan keyakinan yang
kasi
perbedaan salam tentan situasi
wahamnya
pengalaman nyata yang nyata (bila klien
dengan pengalaman sudah siap)
a. Diskusikan
wahamnya
dengan klien
pengalaman
wahamnya tanpa
berargumentasi
b. Katakan kepada
klien akan
keraguan perawat
tehadap
pernyataan klien
c. Diskusikan
dengan klien
respon perasaan
terhadap
wahamnya
d. Diskusikan
frekuensi,
intensitas dan
durasi terjadinya
waham
e. Bantu klien
membedakan
situasi nyata
dengan situasi
yang
dipersepsikan
salah oleh klien
16

TUK Setelah ... X - Diskusikan tentang


5. Klien dapat
interaksi klien pengalaman-
mengidentifi
menjelaskan pengalaman yang
kasi
gangguan fungsi tidak menguntungkan
konsekuensi
hidup sehari-hari sebagai akibat dari
dari
yang diakibatkan wahamnya seperti
wahamnya
ide-ide atau :Hambatan dalam
pikirannya yang berinteraksi dengan
tidak sesuai dengan keluarga, Hambatan
kenyataan seperti : dalam interaksi
a. Hubungan
dengan orang lain
dengan keluarga
dalam melakukan
b. Hubungan
aktivitas sehari-hari
dengan orang
- Ajak klien
lain
melihat bahwa
c. Aktivitas
waham tersebut
sehari-hari
d. Pekerjaan adalah masalah
e. Sekolah
yang
f. Prestasi, dsb
membutuhkan
bantuan dari
orang lain
- Diskusikan
dengan klien
tentang orang
atau tempat ia
dapat meminta
bantuan apabila
wahamnya timbul
atau sulit di
kendalikan
17

TUK Setelah ...X - Diskusikan hobi atau


6. Klien dapat
interaksi klien aktivitas yang
melakukan
melakukan disukainya
teknik - Anjurkan klien
aktivitas yang
distraksi memilih dan
konstruktif sesuai
sebagai cara melakukan aktivitas
dengan minatnya
menghentika yang membutuhkan
yang dapat
n pikiran perhatian dan
menglihkan fokus
yang keterampilan
klien dari
- Ikut sertakan klien
terpusat
wahamnya
dalam aktivitas fisik
pada
yang membutuhkan
wahamnya
perhatian sebagai
pengisi waktu luang
- Libatkan klien pada
topik-topik yang
nyata
- Anjurkan klien untuk
bertanggung jawab
secara personal
dalam
mempertahankan atau
meningkatkan
kesehatan dan
pemulihannya
- Beri penghargaan
bagi setiap upaya
klien yang positif
18

TUK Setelah ... X - Diskusikan


7. Klien
interaksi keluarga pentingnya peran
mendapat
dapat menjelaskan keluarga sebagai
dukungan
tentang cara pendukung untuk
keluarga
mempraktekkan mengatasi waham
- Diskusikan potensi
cara merawat klien
keluarga untuk
waham
membantu klien
mengatasi waham
- Jelaskan pada
keluarga tentang
a. Pengertian
waham
b. Tanda gejala
waham
c. Penyebap dan
akibat waham
d. Cara merawat
klien waham
- Latih keluarga cara
merawat waham
- Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatih
- Beri pujian pada
keluarga atas
keterlibatannya
merawat klien di
rumah
19

TUK Setelah ... X - Diskusikan dengan


8. Klien dapat
interaksi dengan klien tentang
memanfaatk
klien, dapat manfaat dan
an obat
mendemonstrasikan kerugian tidak
dengan baik
penggunaan obat minum obat
- Pantau klien saat
dengan baik
penggunaan obat,
Setelah ... X
beri pujian jika klien
interaksi klien
menggunakan obat
menyebutkan
dengan benar
akibat berhenti - Diskusikan akibat
minum obat tanpa klien berhenti
konsultasi dengan minum obat tanpa
dokter konsultasi dengan
dokter
- Anjurkan klien
untuk konsultasi
kepada perawat atau
dokter jika terjadi
hal-hal yang tidak
diinginkan.
3

Anda mungkin juga menyukai