Konservasi Tanah
Konservasi Tanah
3. Memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah agar tanah dapat digunakan secara
berkelanjutan.
Metode konservasi tanah dapat dibagi dalam tiga golongan utama, yaitu (1)
metode vegetatif, (2) metode mekanik dan (3) metode kimia.
Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau bagian-bagian tanaman atau
sisa-sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh, mengurangi
jumlah dan kecepatan aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi erosi tanah
(Arsyad, 2006).
Beberapa teknik konservasi tanah dan air melalui cara vegetatif seperti pertanaman
lorong (alley cropping), silvipastura, dan pemberian mulsa.
1. Pertanaman lorong (alley cropping) adalah sistem bercocok tanam dan
konservasi tanah dimana barisan tanaman perdu leguminosa ditanam rapat
(jarak 10-25 cm) menurut garis kontur (nyabuk gunung) sebagai tanaman pagar
dan tanaman semusim ditanam pada lorong di antara tanaman pagar.
Menerapkan pertanaman lorong pada lahan miring biayanya jauh lebih murah
dibandingkan membuat teras bangku, tapi efektif menahan erosi. Setelah 3-4
tahun sejak tanaman pagar tumbuh akan terbentuk teras. Terbentukannya teras
secara alami dan berangsur sehingga sering disebut teras kredit.
2. Sistem silvipastura sebenarnya bentuk lain dari tumpangsari, tetapi yang
ditanam di sela-sela tanaman hutan bukan tanaman pangan melainkan tanaman
pakan ternak, seperti rumput gajah, setaria, dll. Ada beberapa bentuk
silvipastura yang dikenal di Indonesia antara lain (a) tanaman pakan di hutan
tanaman industri, (b) tanaman pakan di hutan sekunder, (c) tanaman pohon-
pohonan sebagai tanaman penghasil pakan dan (d) tanaman pakan sebagai pagar
hidup.
3. Pemberian mulsa dimaksudkan untuk menutupi permukaan tanah agar
terhindar dari pukulan butir hujan. Mulsa merupakan teknik pencegahan erosi
yang cukup efektif. Jika bahan mulsa berasal dari bahan organik, maka mulsa
juga berfungsi dalam pemeliharaan bahan organik tanah. Bahan organik yang
dapat dijadikan mulsa dapat berasal dari sisa tanaman, hasil pangkasan tanaman
pagar dari sistem pertanaman lorong, hasil pangkasan tanaman penutup tanah
atau didatangkan dari luar lahan pertanian.
Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanik yang diberikan terhadap
tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, dan
meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanik dalam konservasi
tanah dan air adalah pengolahan tanah, guludan, teras, penghambat (check dam),
waduk, rorak, perbaikan drainase dan irigasi.
Metode Kimia atau cara kimia dalam usahan pencegahan erosi,yaitu dengan
pemanfaatan soil conditiner atau bahan pamtap tanah dalam hal memperbaiki
struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi. Bahan kimia
memiliki pengaruh yang besar terhadap stabilitas tanah karena senyawa
tersebuttahan terhadap mikrobia tanah permeabilitas tanah dipertinggi dan erosi
berkurang.
Metode pengendalian tata air yang umum digunakan yaitu irigasi dan drainase.
Irigasi merupakan usaha untuk menambah air ke dalam wilayah, sedangkan drainase
sebaliknya. Drainase berarti keadaan dan cara air-lebih keluar dari tanah. Air-lebih
adalah bagian dari air yang ada di dalam tanah yang tidak dapat dipegang atau ditahan
oleh butir-butir tanah dan memenuhi ruang pori tanah sehingga tanah menjadi jenuh air.
Drainase pada tanah gambut secara alami selalu berada dalam kondisi sangat
terhambat hingga tergenang. Hal ini memerlukan penanganan yang tepat sehingga
drainase dapat diperbaiki untuk mencapai muka air tanah yang optimum tanpa
mengakibatkan drainase yang berlebihan (over drainage). Drainase yang berlebihan
akan mengakibatkan kekeringan pada tanah gambut yang bersifat tidak dapat balik
(irreversible) dan penurunan muka tanah yang serius. Keberadaan mineral pirit pada
tanah gambut sehingga tetap tereduksi juga harus diperhatikan.
Untuk mencapai kondisi ini, diperlukan jaringan drainase dan pintu-pintu air yang
cukup (PPKS, 2006). Pembangunan sistem drainase di perkebunan terutama ditujukan
untuk mengendalikan kelembaban tanah sehingga kadar airnya stabil antara 20-25%
dengan kedalaman arus air maksimum 60 cm. Pembangunan drainase juga diusahakan
terhindar dari kejenuhan air secara terus-menerus selama maksimum 2 minggu (Pahan,
2008).
Irigasi bertujuan untuk memberikan tambahan air terhadap air hujan dan memberikan
air kepada tanaman dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang diperlukan. Air
irigasi mempunyai kegunaan lain, yaitu (1) mempermudah pengolahan tanah, (2)
mengatur suhu tanah dan iklim mikro, (3) mencuci tanah dari kadar garam atau asam
yang terlalu tinggi, (4) menggenangi tanah untuk memberantas gulma serta hama
penyakit. Pada perkebunan kelapa sawit, pemberian air irigasi biasanya dilakukan
dengan cara pemberian air dalam selokan atau saluran.