keberagamaaan
Diajukan untuk memenuhi tugas Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu :
Afiful Ikhwan, M.Pd.I
Oleh :
SEPTEMBER 2018
ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini.
Shalawat salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.
Kemudian daripada itu, saya sadar bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini
banyak yang membantu terhadap usaha kami, mengingat hal itu dengan segala hormat kami
sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut kami hanya dapat berdo’a dan
memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi amal soleh di
sisi Allah SWT. Aamiin.
Akhirnya kami berharap semoga tugas makalah ini menjadi butir-butir amalan kami
dan bermanfaat khususnya bagi kami dan para pembaca pada umumnya.
Penyusun
(Kelompok 7)
ii
iii
DAFTAR ISI
iii
4
BAB I
PENDAHULUAN
Pluralisme merupakan salah satu ciri dari multikulturalisme. Dua ciri lainnya
ialah adanya cita-cita mengembangkan rasa kebangsaan yang sama dan kebanggaan
untuk terus mempertahankan kebhinekaan itu. Secara konstitusional, Indonesia bercita-
cita mewujudkan masyarakat multikultural. Faktanya, masih banyak tantangan yang
harus dihadapi, baik berkait dengan soal-soal kebangsaan maupun keagamaan.
Memerlukan tiga pilar utama untuk menuju masyarakat multikultural tersebut. Pertama,
ialah adanya para pengambil kebijakan publik yang adil yang mampu mengantisipasi
dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh kebijakan publik yang akan diambilnya.
Kedua, ialah adanya para pemimpin agama yang berwawasan kebangsaan yang luas dan
lebih mengedepankan agama sebagai nilai daripada agama institusional. Ketiga, ialah
adanya masyarakat yang berpendidikan dan rasional dalam menyikapi keragaman
keagamaan (religious market) dan perubahan sosial (Arif, 2013).
4
5
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan keragaman dan keberagamaan?
2. Bagaimana konsep Islam tentang Pluralitas, Toleransi dan Multikulturalisme?
3. Bagaimana batasan toleransi dalam perspektif Islam?
4. Bagaimana Implementasi keragaman dan keberagamaan dalam kehidupan sehari
hari?
C. Tujuan Masalah
1. Mengidentifikasi keragaman dan keberagamaan.
2. Mengidentifikasi konsep Islam tentang Pluralitas, Toleransi dan Multikulturalisme.
3. Mengidentifikasi batasan toleransi dalam perspektif Islam.
4. Mengidentifikasi Implementasi keragaman dan keberagamaan dalam kehidupan
sehari hari.
5
6
BAB II
PEMBAHASAN
James L. Gibson, Jhon M. Ivancevich dan James H. Donnelly, Jr. (2000: 43)
berpandangan bahwa keberagaman adalah pebedaan fisik dan budaya yang sangat luas
yang menunjukkan aneka macam perbedaan manusia. Sama halnya dengan Miller dan
Katz, Gibson, Ivancevich, dan Donnelly menilai bahwa banyak pendapat orang tentang
keberagaman yang sangat membingungkan. Keberagaman bukanlah sinonim
untuk equal employment opprtunity atau bukan pula sebagai affirmative
action. Pendapat-pendapat tersebut sejalan dengan analisis Roosevelt Thomas bahwa
istilah keberagaman sering dipergunakan untuk kepentingan politik untuk menjelaskan
tentang humans right4 dan affirmative action.
1
Tindakan afirmatif (bersifat menguatkan atau mengesahkan);KBBI
2
Kesempatan kerja yang setara
3
Penyertaan
4
Hak asasi manusia
6
7
gender, tetapi juga umur, orientasi seksual, latar belakang pendidikan dan asal geografis.
Selanjutnya ditekankan bahwa sebuah organisasi dapat mengalami kekurangan dalam
keberagaman demografis tenaga kerja dan sekarang bahkan terdapat keberagaman lain,
dalam bentuk keberagaman fungsional, produk, pelanggan, dan akuisisi atau merger.
Dengan demikian, keberagaman juga dilihat dari aspek organisasional.
Dari uraian tersebut di atas, tampak bahwa cara para ahli mengungkapkan
pengertian keberagaman sangat bervariasi, namun menunjukkan adanya persamaan.
Keberagaman menyangkut aspek yang sangat luas, dapat dilihat dari tingkatannya dan
faktor yang mempengaruhunya. Keberagamn dapat terjadi pada tingkat individu,
kelompok, organisasi, komunitas, dan masyarakat. Keberagaman juga sangat
dipengaruhi oleh latar belakang demografis dan budaya sumber daya manusia, kondisi
lingkungan internal tempat kerja dan kondisi eksternal masyarakat yang dihadapi.
Bangsa Indonesia memiliki keragaman yang begitu banyak, tidak hanya masalah
adat istiadat atau budaya seni, bahasa dan ras, tetapi juga termasuk masalah
agama.Walaupun mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam, ada beberapa
agama dan keyakinan lain yang juga dianut penduduk ini. Kristen, Katolik, Hindu,
Budha dan Khonghucu adalah contoh agama yang juga tidak sedikit dipeluk oleh warga
Indonesia. Setiap agama tentu punya aturan masing-masing dalam beribadah.Namun
perbedaan ini bukanlah alasan untuk berpecah belah. Sebagai satu saudara dalam tanah
air yang sama, setiap warga Indonesia berkewajiaban menjaga kerukunan umat
beragama di Indonesia agar negara ini tetap menjadi satu kesatuan yang utuh dan
mencapau tujuannya sebagai negara yang makmur dan berkeadilan sosial. Islam dalam
melihat keberagaman merupakan sesuatu yang niscaya dan menjadi realita kehidupan
manusia.Banyak ayat Al-Quran yang menerangkan realitas sunnatullah tersebut.
Diantara ayat AlQuran dalam hal ini adalah (artinya):
1. “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka
bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka
menjadi orang-orang yang beriman semuanya ?” (QS. Yunus/10:99).
7
8
2. “ Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu,
tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi
rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka”.(QS. Hud/ 11:
118-119).
3. “Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja),
tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada
siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang
telah kamu kerjakan.” (QS. AnNahl/16: 93)
4. “Dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat (saja),
tetapi Dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya.
Dan orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dan tidak
pula seorang penolong” (QS. AsySyura/26: 8).
5. “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu” (QS. al
Hujurat/49: 13).
Disamping Al-Quran menegaskan keniscayaan keberagaman manusia dalam
SARA, Al-Quran juga memerintahkan kepada semua pengikutnya untuk tetap berbuat
baik dan adil kepada sesama manusia, meskipun diluar agamanya. Diantara ayat-ayat
Al-Quran yang memerintahkan berbuat baik dan adil kepada sesama adalah kalam Allah
yang artinya:
1. “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan” (QS. Al-Maidah/5:8).
Sejarah Islam telah mencatat tentang para sahabat Rasulullah saw yang
menerapkan hukum secara adil, baik kepada kawan maupun lawan, miskin atau kaya,
atau antara muslim dengan non muslim. Dalam hal ini Abu Bakar berkata dalam
khutbah pelatikannya, “Orang yang kuat diantara kalian adalah lemah sehingga aku
mengambil hak darinya, dan orang yang lemah dari kalian adalah kuat, sehingga aku
memberikah hak baginya”.5
Dan Umar ketika mengangkat seorang hakim, Abu Musa alAsy’ari ia berpesan,
“Samakan antara manusia di hadapanmu, di majlismu, dan hukummu, sehingga
orang lemah tidak putus asa dari keadilanmu, dan orang mulia tidak mengharap
kecuranganmu”.(HR. Ad- Daaruquthni).6
5
Ibnu Hibban,Al-Tsiqat (Bairut: Dar al-Fikr, 1975), 2/157
6
Abdul Karim Zidan,Ushul al-Da‘wah (Maktabah Syamilah,t.t.),1/118
8
9
Kisah nyata adalah kejadian tentang perselisihan hukum yang terjadi antara
seorang khalifah Ali bin Abi Thalib dengan seorang yahudi. Namun pada akhrinya
hakim memberikan kemenangan kepada orang yahudi, karena Ali bin Abi Thalib
tidak mampu menghadirkan saksi atas klaimnya.7
2. Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam (QS. Al-Isra‘/17:70).
Ayat ini menunjukkan kemuliaan manusia terlepas indentitasnya. Karena
dalam Islam pada dasarnya semua kedudukan manusia adalah sama. Rasulullah yang
menyatakan bahwa, “Tidak ada kelebihan bagi orang arab atas orang non arab, dan
tidak ada kelebihan bagi non Arab atas orang Arab, dan tidak ada kelebihan bagi
warna merah atas warna hitam kecuali dengan takwa” (HR. Imam Ahmad).
Karenanya Rasulullah, berdiri menghormati jenzah seorang Yahudi yang sedang
lewat didepannya. Ketika ditanya hal terbut, beliau mengatakan, “Bukankah ia juga
seorang manusia?”.(HR. Bukhari dan Muslim).
3. “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-
orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-
orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan
membantu (orang lain) untuk mengusirmu. “.(QS. AlMumtahanah/60: 8-9).
Bahkan dalam kondisi perang pun, Islam tetap memerintahkan untuk menjaga
akhlak kasih sayang dengan adanya dilarang keras untuk membunuh orangtua, wanita
dan anak kecil, serta dilarang merusak rumah peribadatan dan menumbangkan
tumbuh-tumbuhan. Itulah ajaran Islam sejak empat belas abad yang lampau, melalui
khoirul anbiya‘nabi Muhammad saw. Sebuah ajaran yang menebarkan kasih sayang
sekalipun kepada orang yang berbeda kenyakinan.
Pluralisme
Pluralisme berasal dari kata pluralis yang berarti jamak, lebih dari satu, atau
pluralizzing sama dengan jumlah yang menunjukkan lebih dari satu, atau lebih dari dua
yang mempunyai dualis, sedangkan pluralisme sama dengan keadaan atau paham dalam
masyarakat yang majemuk bersangkutan dengan system social politiknya sebagai
7
Yusuf al-Qardhawi,Merasakan Kehadiran Tuhan, terj.(Yokyakarta: Mitra Pustaka,2003), 237.
9
10
budaya yang berbeda-beda dalam satu masyarakat.8 Dalam istilah lain plualisme adalah
sama dengan doktrin yang menyatakan bahwa kekuasaan, pemerintahan di suatu Negara
harus dibagi bagikan antara berbagai gelombang karyawan dan tidak dibenarkan adanya
monopoli suatu golongan.9
“ Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.” Qs. Al-Hujarat (49);13
Dalam ayat tersebut Alwi Shihab11 menafsirkan kata lita’arofuu, bukan hanya
berarti berinteraksi, tapi berinteraksi positif, selanjutnya dari akar kata yang sama pula
setiap perbuatan baik dinamakan ma’ruf. Dengan demikian pluralitas memang
dikehendaki-Nya:
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu,
tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.” Surat Hud (11);118
8
Fuad Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke II (Jakarta: Balai Pustaka,1990),777.
9
6 Prigoo digdo, Ensiklopedi Umum (Yogyakarta: Kanisius,1990),893.
10
Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia,2006),853
11
Alwi Shihab, dalam Pengantar “Nilai-nilai pluralisme dalam islam; bingkai gagasan yang beerserak”
ed.sururin, yahun 2005 hal.16.
10
11
“ Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengan cara yang
paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim diantara mereka, dan katakanlah
kami telah beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan kepada kami dan yang
diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya
kepada-Nya berserah diri.” Qs. Al-Ankabut (29);46.
Selanjutnya, dalam bukunya Anggukan retmis kaki pak kyai Emha Ainun Najib
sampaikan bahwa ditengah pluralitas sosial dan agama di era modern saat ini
merupakan lahan kita untuk menguji dan memperkembangkan kekuatan keIslaman
kita. 12 Karena pemenang didapat dari seleksi ketat antar kompotitor siapa yang
konsisten dengan keimanan dan berpegang tuguh pada ketaqwaannya, maka dialah
pemenangnya.
“…. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikanNya satu umat (saja),
tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberianNya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allahlah kembali kmu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.”
(Al.Maidah (5);48)
12
Emha Ainun Najib ”Anggukan retmis kaki pak kyai” Risalah gusti Surabaya, 1995. hal 79.
11
12
manusia, melalui mekanisme dan pengimbangan masing masing pemeluk agama dan
menceritakan secara obyektif dan transparan tentang histores agama yang dianutnya.
(QS. Al-Baqarah 2:251), kehidupan beragama di masyarakat sering memunculkan
pelbagai persoalan yang bersumber dari ketidak seimbangan pengetahuan agama,
termasuk budaya sehingga agama sering dijadikan kambing hitam sebagai pemicu
kebencian. Padahal fitroh agama masing-masing mengajarkan kebaikan dan
kemanusiaan, seperti dalam, (QS. AlMaidah,5:48). Sayyed Husein Nasr “dalam sebuah
pengantarnya “Islam Filsafat Perenial” dijelaskan” sebuah agama tidak bisa dibatasi
olehnya, melainkan oleh apa yang tidak dicakup olehnya, setiap agama pada hakekatnya
suatu totalitas. 13 Cukup menarik untuk dikaji apa yang disampaikan Sayyed Husein
Nasr tentang pluralisme Agama secara lebih mendalam mengingat beliau merupakan
salah satu tokoh yang secara inten dan serius bergelut tentang masalah pluralisme dalam
ranah filosofis.
Toleransi
13
4 Frithjof Schuon, The Preneal of Fhilosofi Muslim (Bandung: Mizan, 1993),76.
12
13
melaksanakan toleransi itu bukan berarti harus diam terhadap apa yang terjadi pada
agama yang dianut. Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa toleransi itu hanya
sebatas pada masalah sosial saja bukan masalah akidah. Setiap agama memang
mengajarkan untuk selalu menjalin kehidupan yang rukun dan harmonis dengan orang
yang ada di sekelilingnya, tidak terkecuali Islam. Islam selalu memerintahkan kepada
umatnya untuk selalu menjalin hubungan yang baik dengan sesamanya.
Dengan demikian, maka jelaslah sudah bahwa toleransi menurut padangan Islam
itu positif dan harus selalu dibina, dan dalam usaha membina toleransi ini maka
diperlukan kesadaran dari setiap umat beragama, tanpa adanya itu maka semuanya tidak
ada gunanya. Bahwa persamaan-persamaan antara ajaran agamaagama itu banyak dan
dapat dijadikan kohesi atau perekat kerjasama social, sementara adanya perbedaan itu
hendaknya diangkat menjadi sesuatu yang wajib dihormati oleh sesama umat
beragama(Pengembangan, Islam, & Pehdahuluan, n.d.)
Multikulturalisme
13
14
a. Saling menghormati
b. Memberi kebebasan kepada pemeluk agama lain dalam menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya
c. Tolong-menolong dalam hidup bermasyarakat.
Dari pendapat yang disampaikan oleh Ali Machsum, tentang batasan toleransi
ini, membuktikan gambaran bahwa umat beragama bertoleransi dan menghormati orang
lain (umat beragama lain) itu dengan tidak memandang apa agama yang dipeluk oleh
orang tersebut melainkan dengan melihat bahwa dia adalah umat Allah atau ciptaan
Allah yang wajib dikasihi dan dihormati sebab sebagai umat beragama dan umat
manusia wajib saling meghormati dan mengasihi.
14
https://media.neliti.com/media/publications/61873-ID-islam-dan-pluralisme.pdf. Diakses pada tanggal
30/09/18
14
15
15
Toleransi antar umat beragama bukan sinkretisme , seperti yang telah
dijelaskan di atas. Toleransi tidak dibenarkan dengan mengakui kebenaran semua
agama. Sebab orang salah kaprah dalam mengartikan dan melaksanakan toleransi.
Misalnya, ada orang yang rela mengorbankan syari'at agama dengan tidak minta izin
pada tamunya untuk sholat malah menunggui tamunya karena takut dibilang tidak
toleransi dan tidak menghargai tamu. Bukan seperti ini yang diinginkan dalam toleransi
itu, toleransi antar umat beragama yang diharapkan di sini adalah toleransi yang tidak
menyangkut bidang akidah atau dogma masing-masing agama. Melainkan hanya
menyangkut amal sosial antar sesama insan sosial, sesama warga, sehingga tercipta
persatuan dan kesatuan.
Setiap agama mempunyai ajaran sendiri-sendiri dan pada dasarnya tidak ada
agama. yang mengajarkan kejelekan kepada penganutnya. Salah satu tujuan pokok
ajaran agama adalah pemeliharaan terhadap agama itu sendiri, yang antara lain
menuntut peningkatan pemahaman umat terhadap ajaran agamanya serta membentengi
mereka dari setiap usaha pencemaran atau pengaruh lain yang membuat akidah mereka
tidak murni lagi (Quraish Shihab, 1992 : 368). Begitu juga dengan agama Islam, agama
Samawi yang ajarannya berasal dari Allah SWT, tidak menghendaki adanya
pencampuran ajarannya dengan ajaran lain. Oleh karena itu untuk mengatisipasi hal
tersebut Islam telah memberikan batasanbatasan pada umatnya dalam melaksanakan
hubungan antar sesama manusia, apalagi dalam melaksanakan toleransi antar umat
beragama. Allah telah menurunkan kitab suci al-Qur'an kepada nabi Muhammad SAW
untuk disampaikan kepada segenap umat manusia, guna dijadikan pegangan dan
pedoman hidup. Dalam kitab suci al-Qur'an inilah terdapat aturan tentang
batasanbatasan dalam bertoleransi antar umat beragama bagi umat Islam. Sebagaimana
firman Allah SWT :
15
Paham (aliran) baru yang merupakan perpaduan dan beberapa paham (aliran) yang berbeda untuk mencari
keserasian, keseimbangan, an sebagainya.
15
16
Dengan ayat ini, Allah memberi peringatan kepada umat Islam bahwa toleransi
itu ada batasannya. Toleransi antar umat beragama tidak boleh dilaksanakan dengan
kaum atau golongan yang memusuhi umat Islam karena agama dan mengusir orang-
orang Islam dari kampung halamannya, kalau yang terjadi demikian maka umat Islam
dilarang untuk bersahabat dengan golongan tersebut. Bahkan dalam situasi dan kondisi
yang demikian itu, Allah memerintahkan dan mewajibkan kepada umat Islam untuk
berjihad dengan jiwa, raga dan harta bendanya untuk membela agamanya, hal ini
dijelaskan dalam firman Allah SWT:
Di samping itu Allah juga memberikan batasan toleransi itu hanya sebatas pada
kepentingan sosial atau kepentingan duniawi saja, tidak boleh menyangkut pautkan
dengan masalah aqidah agama, hal ini dijelaskan dalam firman Allah surat Al-Kafirun
ayat 1-6 :
﴾ َو ََل أَنت ُ ْم َعا ِبدُونَ َما٢﴿ َ﴾ ََل أ َ ْعبُد ُ َما ت َ ْعبُدُون١﴿ َقُ ْل يَا أَيُّ َها ْال َكافِ ُرون
﴾ لَ ُك ْم دِينُ ُك ْم٥﴿ ُ ﴾ َو ََل أَنت ُ ْم َعابِدُونَ َما أ َ ْعبُد٤﴿ ﴾ َو ََل أَنَا َعابِد ٌ َّما َعبَدت ُّ ْم٣﴿ ُأ َ ْعبُد
﴾٦﴿ ِين
ِ يدَ َو ِل
Artinya : “Katakanlah: "Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa
yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan
kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku" (Qs. Al-Kafirun : 1-6).
16
17
Ayat di atas diturunkan kepada nabi Muhammad pada waktu nabi diajak oleh
kaum Musyrik Mekkah untuk mengadakan kompromi agama. Mereka (kaum Musyrik)
mengajukan syarat yang tidak bisa diterima oleh Nabi, syaratnya yaitu dengan
mengadakan ibadah secara bergantian, maksudnya, pada waktu-waktu tertentu kaum
Musyrik melakukan ibadah seperti yang diajarkan oleh nabi Muharnmad, dan
sebaliknya nabi Muhammad SAW dan pengikutnya pun harus mengikuti ibadah yang
dilaksanakan oleh kaum Musyrik. Tehadap keinginan kompromi semacam itu, Allah
menurunkan wahyu sebagaimana tersebut dalam surat Al-Kafirun bahwa kompromi
agama tidak mungkin dilakukan umat Islam, biarlah dalam hal ibadah ini masing-
masing melaksanakan sesuai dengan keyakinannya (Ahmad Azhar Basyir, 1993 :
240). 16 Dan dengan surat ini secara tidak langsung Allah melarang keras adanya
kompromi agama serta memberi tahu kepada umat manusia terutama umat Muhammad
SAW, bahwa Islam tidak mengenal toleransi dalam hal keimanan dan peribadatan
(Maftuh Adnan, 1992 : 240). Hal ini sudah tidak bisa diganggu gugat, sebagai umat
Islam kita harus bisa melaksanakan semua itu, agar tidak tersesat (Pengembangan et al.,
n.d.).17
16
Pengembangan, D., Islam, M., & Pehdahuluan, A. (n.d.). Kajian tentang Toleransi Beragama dalam Surat al-
Kafirun, X(1), 19–31.
17
https://istighfarahmq.wordpress.com/2016/11/29/makalah-konsep-islam-tentang-keragaman-dalam-
keberagaman/ diakses pada 30/09/18
17
18
perbedaan budaya, agama, ras, etnis dan kebutuhan di antara sesama dan mau hidup
bersama secara damai. Agar proses ini berjalan sesuai harapan, maka seyogyanya kita
mau menerima jika pendidikan multikultural disosialisasikan dan didiseminasikan
melalui lembaga pendidikan, serta, jika mungkin, ditetapkan sebagai bagian dari
kurikulum pendidikan di berbagai jenjang baik di lembaga pendidikan pemerintah
maupun swasta. Apalagi, paradigma multikultural secara implisit juga menjadi salah satu
concern dari Pasal 4 UU N0. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal
itu dijelaskan, bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis, tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan
bangsa.
Pada konteks ini dapat dikatakan, tujuan utama dari pendidikan multikultural
adalah untuk menanamkan sikap simpati, respek, apresiasi, dan empati terhadap
penganut agama dan budaya yang berbeda. Lebih jauh lagi, penganut agama dan budaya
yang berbeda dapat belajar untuk melawan atau setidaknya tidak setuju dengan ketidak-
toleranan seperti inkuisisi (pengadilan negara atas sah-tidaknya teologi atau ideologi),
perang agama, diskriminasi, dan hegemoni budaya di tengah kultur monolitik dan
uniformitas global.
Di antara lembaga yang secara khusus disorot karena bermusuhan dengan ide
persamaan ras pada saat itu adalah lembaga pendidikan. Pada akhir 1960-an dan awal
1970-an, suara-suara yang menuntut lembaga-lembaga pendidikan agar konsisten dalam
menerima dan menghargai perbedaan semakin kencang, yang dikumandangkan oleh para
aktivis, para tokoh dan orang tua. Mereka menuntut adanya persamaan kesempatan di
18
19
bidang pekerjaan dan pendidikan. Momentum inilah yang dianggap sebagai awal mula
dari konseptualisasi pendidikan multikultural.
19
20
18
Perasaan kesukuan yang berlebihan
20
21
21
22
19
https://sharingkuliahku.wordpress.com/2011/09/14/implementasi-multikulturalisme-dalam-dunia-
pendidikan/ diakses pada30/09/18
22
23
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
keberagaman merupakan variasi dari berbagai macam kombinasi elemen demokrafis
sumber daya manusia, organisasional, komunitas, masyarakat, dan budaya. Sedangkan
keberagamaan yaitu berasal dari kata agama. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur,
ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung
ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.
23
24
DAFTAR PUSTAKA
https://istighfarahmq.wordpress.com/2016/11/29/makalah-konsep-islam-tentang-keragaman-
dalam-keberagaman/ diakses pada 30/09/18
https://sharingkuliahku.wordpress.com/2011/09/14/implementasi-multikulturalisme-dalam-
dunia-pendidikan/ diakses pada30/09/18
http://ucupzrizqy.blogspot.com/2012/12/manusia-agama-dan-keberagaman.html diakses
pada 30/09/18
Pengembangan, D., Islam, M., & Pehdahuluan, A. (n.d.). Kajian tentang Toleransi Beragama
dalam Surat al-Kafirun, X(1), 19–31.
Rakhmat, J. (2006). Islam dan Pluralisme, 2(1), 227–228.
Studies, C. (2013). Language, People, Art, and Communication Studies, 4(2).
Ibnu Hibban,Al-Tsiqat (Bairut: Dar al-Fikr, 1975), 2/157
Abdul Karim Zidan,Ushul al-Da‘wah (Maktabah Syamilah,t.t.),1/118
Yusuf al-Qardhawi,Merasakan Kehadiran Tuhan, terj.(Yokyakarta: Mitra Pustaka,2003), 237.
Fuad Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke II (Jakarta: Balai Pustaka,1990),777.
Prigoo digdo, Ensiklopedi Umum (Yogyakarta: Kanisius,1990),893.
Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia,2006),853
Alwi Shihab, dalam Pengantar “Nilai-nilai pluralisme dalam islam; bingkai gagasan yang
beerserak” ed.sururin, yahun 2005 hal.16.
Emha Ainun Najib ”Anggukan retmis kaki pak kyai” Risalah gusti Surabaya, 1995. hal 79.
Frithjof Schuon, The Preneal of Fhilosofi Muslim (Bandung: Mizan, 1993),76.
https://media.neliti.com/media/publications/61873-ID-islam-dan-pluralisme.pdf. Diakses
pada tanggal 30/09/18
Pengembangan, D., Islam, M., & Pehdahuluan, A. (n.d.). Kajian tentang Toleransi Beragama
dalam Surat al-Kafirun, X(1), 19–31.
24
25
25