Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN

FIMOSIS

RUANG KEPERAWATAN BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) RAGAB BEGAWE CARAM


KABUPATEN MESUJI
2019
ASUHAN KEPERAWATAN FIMOSIS

A. PENGERTIAN
Fimosis adalah penyempitan pada prepusium. Kelainan ini juga
menyebabkan bayi/anak sukar berkemih. Kadang-kadang begitu sukar
sehingga kulit prepusium menggelembung seperti balon. Bayi/anak sering
menangis keras sebelum urine keluar.
Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis)
timbul kemudian setelah lahir. Hal ini berkaitan dengan kebersihan (higiene)
alat kelamin yang buruk, peradangan kronik glans penis dan kulit preputium
(balanoposthitis kronik), atau penarikan berlebihan kulit preputium (forceful
retraction) pada fimosis kongenital yang akan menyebabkan pembentukkan
jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputium yang membuka.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Penis terdiri jaringan kavernosa (erektil) dan dilalui uretra. Ada dua
permukaan yaitu permukaan posterior penis teraba lunak (dekat uretra) dan
permukaan dorsal. Jaringan erektil penis tersusun dalam tiga kolom
longitudinal, yaitu sepasang korpus kavernosum dan sebuah korpus
spongiousum di bagian tengah. Ujung penis disebut glans. Glands penis ini
mengandung jaringan erektil dan berlanjut ke korpus spongiosum. Glans
dilapisi lapisan kulit tipis berlipat, yang dapat ditarik ke proksimal disebut
prepusium (kulit luar), prepusium ini dibuang saat dilkukan pembedahaan
(sirkumsisi). Penis berfungsi sebagai penetrasi. Penetrasi pada wanita
memungkinkan terjadinya deposisi semen dekat serviks uterus.
C. ETIOLOGI
Didapat --->akibat adanya infeksi di preputium dan glands penis, higiens
yang kurang.
Peradangan--->udema--->menggelembung.
Pasca infeksi--->merusak sel-sel radang--->preputium tidak bisa ditarik ke
proksimal.
Dalam kebanyakan kasus, fimosis adalah bawaan lahir. Pada kasus yang
lebih jarang, fimosis terjadi karena kulup kehilangan kemampuan peregangan,
misalnya karena peradangan atau luka akibat pembukaan paksa kepala penis.
Pembentukan jaringan parut dari bekas luka itu mencegah peregangan kulup.

D. PATOFISIOLOGI
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adesi
alamiah antara preputium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis
tumbuh dan berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel preputium
(smegma) mengumpul didalam preputium dan perlahan-lahan memisahkan
preputium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat
preputium terdilatasi perlahan-lahan sehingga preputium menjadi retraktil
dan dapat ditarik ke proksimal.
Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di antara
kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan
kulup menjadi melekat pada kepala penis, sehingga sulit ditarik ke arah
pangkal. Penyebabnya bisa dari bawaan dari lahir, atau didapat, misalnya
karena infeksi atau benturan.
E. TANDA DAN GEJALA
1. Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukan urin
2. Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembung saat
mulai buang air kecil yang kemudian menghilang setelah berkemih. Hal
tersebut disebabkan oleh karena urin yang keluar terlebih dahulu tertahan
dalam ruangan yang dibatasi oleh kulit pada ujung penis sebelum keluar
melalui muaranya yang sempit.
3. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil karena timbul
rasa sakit.
4. Kulit penis tak bisa ditarik kea rah pangkal ketika akan dibersihkan
5. Air seni keluar tidak lancar. Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang
memancar dengan arah yang tidak dapat diduga
6. Bisa juga disertai demam
7. Iritasi pada penis.

F. KOMPLIKASI
1. Ketidaknyamanan/nyeri saat berkemih
2. Akumulasi sekret dan smegma di bawah preputium yang kemudian terkena
infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk jaringan parut.
3. Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.
4. Penarikan preputium secara paksa dapat berakibat kontriksi dengan rasa
nyeri dan pembengkakan glans penis yang disebut parafimosis.
5. Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut ballonitis.
6. Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan, kemudian
menimbulkan kerusakan pada ginjal.
7. Fimosis merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker penis.
G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis
a. Fimosis disertai balanitis xerotica obliterans dapat diberikan salep
dexamethasone 0,1% yang dioleskan 3-4 kali sehari dan diharapkan setelah 6
minggu pemberian prepusium dapat diretraksi spontan.
b. Dengan tindakan sirkumsisi, apabila fimosis sampai menimbulkan
gangguan miksi pada klien. Dengan bertambahnya usia, fimosis akan hilang
dengan sendirinya.
2. Prinsip terapi dan manajemen keperawatan
a. Perawatan rutin pra bedah.
1) Menjaga kebersihan bagian alat kelamin untuk mencegah adanya kuman
atau bakteri dengan air hangat dan sabn mandi.
2) Penis harus dibersihkan secara seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan
sendiri berbaring seperti popok yang basah dalam waktu yang lama.
b. Perawatan pasca bedah
1) Setelah dilakukan pembedahan, akan menimbulkan komplikasi salah
satunya perdarahan. Untuk mengatasinya, dengan mengganti balutan apabila
basah dan dibersihkan dengan kain/lap yang berguna untuk mendorong
terjadinya penyembuhan.
2) Mengganti popok apabila basah terkena air kencing.
3) Mengajarkan orang tua tentang personal hygiene yang baik bagi anak.
4) Membersihkan daerah luka setiap hari dengan sabun dan air serta
menerpkan prinsip protektif.
H. PENGKAJIAN
1. Tanyakan biodata klien.
2. Kaji keadaan umum klien.
3. Kaji penyebab fimosis, termasuk kongenital atau peradangan.
4. Dapatkan riwayat kesehatan sekarang untuk melihat adanya:
a) Kaji pola eliminasi
BAK:
1) Frekuensi : Jarang karena adanya retensi.
2) Jumlah : Menurun.
3) Intensitas : Adanya nyeri saat BAK.
b) Kaji kebersihan genital: adanya bercak putih.
c) Kaji perdarahan
d) Kaji tanda-tanda infeksi yang mungkin ada
5. Obsevasi adanya manifestasi:
a) Gangguan aliran urine berupa sulit BAK, pancaran urine mengecil dan
deras.
b) Menggelembungnya ujung prepusium penis saat miksi,
c) Adanya inflamasi.
6. Kaji mekanisme koping pasien dan keluarga
7. Kaji pasien saat pra dan post operasi

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
1. Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran urinaria.
2. Cemas berhubungan dengan krisis situasional.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan nengan agen cedera fisik.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
aktif.

J. Intervensi Keperawatan
Pre Operasi
1. Diagnosa 1
Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran urinaria.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan eliminasi urine lancar.
a) NOC : Pengawasan urine
Kriteria Hasil :
1) Mengatakan keinginan untuk BAK.
2) Menentukan pola BAK.
3) Bebas dari kebocoran urine sebelum BAK.
4) Mampu memulai dan mengakhiri aliran BAK.
Keterangan skala :
1: tidak pernah menunjukkan
2: jarang menunjukkan
3: kadang menunjukan
4: sering menunjukkan
5: selalu menunjukkan
b) NIC : Perawatan Retensi Urine
Intervensi :
1) Monitor intake dan out put.
2) Monitor distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi.
3) Sediakan perlak dikasur.
4) Gunakan kekuatan dari keinginan untuk BAK ditoilet.
5) Jaga privasi untuk eliminasi.
6) Berikan waktu berkemih dengan interval reguler, jika diperlukan.

2. Diagnosa II
Cemas berhubungan dengan krisis situasional.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan kecemasan pasien berkurang.
a) NOC : Kontrol cemas
Kriteria Hasil :
1) Tingkat kecemasan dalam batas normal.
2) Mengetahui penyebab cemas.
3) Mengetahui stimulus yang menyebabkan cemas.
4) Tidur adekuat.
Keterangan skala:
1: tidak pernah menunjukkan
2: jarang menunjukkan
3: kadang menunjukan
4: sering menunjukkan
5: selalu menunjukkan
b) NIC : Pengurangan Cemas
Intervensi :
1) Ciptakan suasana yang tenang.
2) Dengarkan dengan penuh perhatian.
3) Kuatkan kebiasaan yang mendukung.
4) Ciptakan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga.
5) Identifikasi perubahan tingkat kecemasan
6) Temani pasien.
7) Gunakan pendekatan dan sentuhan.
8) Jelaskan seluruh prosedur tindakan pada klien.

3. Diagnosa III
Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan keluarga dan pasien mengerti akan tindakan yang akan
dilakukan.
a) NOC : Pengetahuan tentang penyakit
Kriteria hasil :
1) Familiar dengan penyakit.
2) Mendeskripsikan proses penyakit.
3) Mendeskripsikan efek penyakit.
4) Mendeskripsikan komplikasi.
Keterangan skala:
1: tidak pernah menunjukkan
2: jarang menunjukkan
3: kadang menunjukan
4: sering menunjukkan
5: selalu menunjukkan
b) NIC : Mengajarkan proses penyakit
1) Observasi kesiapan klien untuk mendengar.
2) Tentukan tingkat pengetahuan klien sebelumnya.
3) Jelaskan proses penyakit.
4) Diskusikan gaya hidup yang bisa untuk mencegah komplikasi.
5) Diskusikan tentang pilihan terapi.
6) Hindarkan harapan kosong.
7) Instruksikan pada klien dan keluarga tentang tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan dengan cara yang tepat.
Post operasi
1. Diagnosa 1
Nyeri akut berhubungan nengan agen cedera fisik.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan nyeri berkurang.
a) NOC : kontrol nyeri
Kriteria hasil :
1) Mengenali faktor penyebab.
2) Menggunakan metode pencegahan.
3) Mengenali gejala-gejala nyeri.
4) Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan.
Keterangan skala :
1: tidak dilakukan sama sekali
2: jarang dilakukan
3: kadang dilakukan
4: sering dilakukan
5: selalu dilakukan
b) NIC : pain management
Intervensi :
1) Kaji nyeri secara komprehensif.
2) Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan.
3) Gunakan komunikasi terapeutik.
4) Kaji latar belakang budaya pasien.
5) Beri dukungan terhadap pasien dan keluarga.
6) Beri informasi tentang nyeri.
7) Tingkatkan tidur yang cukup.
8) Berikan analgetik sesuai kebutuhan.
2. Diagnosa II
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan resiko infeksi tidak terjadi.
a) NOC : kontrol infeksi: knowledge
Kriteria hasil :
1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
2) Menunjukan perilaku hidup normal.
3) Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
Keterangan skala:
1: tidak pernah menunjukkan
2: jarang menunjukkan
3: kadang menunjukan
4: sering menunjukkan
5: selalu menunjukkan
b) NIC : infection kontrol
Intervensi :
1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.
2) Batasi jumlah pengunjung.
3) Tingkatkan intake nutrisi.
4) Berikan terapi antibiotik.
5) Pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan alat.

3. Diagnosa III
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
aktif
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan cairan terpenuhi.
a) NOC : fluid balance
Kriteria hasil :
1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan berat badan.
2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
Keterangan skala:
1: tidak pernah menunjukkan
2: jarang menunjukkan
3: kadang menunjukan
4: sering menunjukkan
5: selalu menunjukkan
b) NIC : fluid management
Intervensi :
1) Timbang popok jika diperlukan.
2) Pertahankan cairan intake dan output yang akurat.
3) Monitor status hidrasi.
4) Monitor TTV.
5) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.
6) Kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk.

Evaluasi
Pre Operasi SKALA
1. Diagnosa 1
Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan
infeksi saluran urinaria.
a) Mengatakan keinginan untuk BAK. 4
b) Menentukan pola BAK. 4
c) Bebas dari kebocoran urine sebelum BAK. 3
d) Mampu memulai dan mengakhiri aliran BAK. 4
2. Diagnosa II
Cemas berhubungan dengan krisis situasional.
a) Tingkat kecemasan dalam batas normal. 5
b) Mengetahui penyebab cemas. 3
c) Mengetahi stimulus yang menyebabkan cemas. 4
d) Tidur adekuat. 4
3. Diagnosa III
Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
a) Familiar dengan penyakit. 3
b) Mendeskripsikan proses penyakit. 3
c) Mendeskripsikan efek penyakit. 4
d) Mendeskripsikan komplikasi. 3

Post Operasi
1) Diagnosa 1
Nyeri akut berhubungan nengan agen cedera fisik.
a) Mengenali faktor penyebab. 4
b) Menggunakan metode pencegahan. 3
c) Mengenali gejala nyeri. 4
d) Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan. 5
2) Diagnosa II
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
a) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi. 4
b) Menunjukkan perilaku hidup normal. 4
c) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi. 3
3) Diagnosa III
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan volume cairan aktif
a) Mempertahankan urine output sesuai dengan 4
usia dan berat badan
b) Tekanan darah, nadi, dan suhu tubuh dalam batas normal. 3
c) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi. 4
A. KESIMPULAN
Fimosis adalah suatu penyempitan lubang kulit preputium, sehingga
tidak dapat ditarik (diretraksi) ke atas glans penis.ini disebabkan oleh infeksi
bakteri karena tidak adanya proteksi diri yang adekuat.
Paraphimosis adalah sebuah kondisi serius yang bisa terjadi hanya pada
laki-laki dan anak laki-laki yang belum atau tidak disunat. Paraphimosis
berarti kulup terjebak di belakang kepala penis dan tidak dapat ditarik
kembali ke posisi normal
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC
Haws., Paulette S., 2008, Asuhan Neonatus Rujukan Cepat, Jakarta: EGC
http://brebes-medical-bloggers.blogspot.com/2011/10/fimosis-dan-
parafimosis.html
http://dominggushalla.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-pada-
anak-dengan.html
Definisi

Apa itu Fimosis?

Fimosis adalah kondisi di mana kulup penis terlalu ketat dan tidak dapat
ditarik ke bawah saat penis sedang ereksi. Fimosis mengganggu proses
berkemih, hubungan seksual, dan meningkatkan risiko infeksi saluran
kencing.

Seberapa umumkah Fimosis?

Kondisi ini biasanya terjadi pada orang yang tidak disunat. Hal ini dapat
diatur dengan menurunkan faktor risiko Anda, diskusikan dengan dokter
Anda untuk informasi lebih lanjut.

Tanda-tanda & gejala

Apa saja tanda-tanda dan gejala Fimosis?

Fimosis biasanya tidak nyeri. Meski begitu, kulit penis ketat mengganggu
proses berkemih atau melakukan hubungan seksual. Selain itu, fimosis dapat
membuat Anda sulit membersihkan daerah bawah kulit penis, sehingga
mudah terkena infeksi.

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila
Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah
dengan dokter Anda.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Jika Anda sulit berkemih atau berhubungan seksual karena fimosis, pergilah
ke dokter untuk diperiksa dan diobati. Selain itu, Anda harus menghubungi
dokter Anda jika penis Anda memerah, nyeri dan bengkak, yang merupakan
tanda radang glans.

Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau pertanyaan


lainnya, konsultasikanlah dengan dokter Anda. Tubuh masing-masing orang
berbeda. Selalu konsultasikan ke dokter untuk menangani kondisi kesehatan
Anda.

Penyebab

Apa penyebab Fimosis?


Biasanya, kulup penis pada anak berusia 3-4 tahun dapat ditarik. Meski
begitu, beberapa anak tidak dapat melakukan hal ini dan menyebabkan
fimosis dengan:

 Bagian atas kulup penis terlalu kecil sehingga glans penis tidak dapat lewat
 Braking cord terlalu pendek untuk membuat kulup penis dapat ditarik
sempurna (kondisi ini dinamakan arrestor wires BREVE)
 Karena dampak infeksi, hal ini dapat menyebabkan luka pada fibrosis glans
penis.

Faktor-faktor risiko

Apa yang meningkatkan risiko saya untuk Fimosis?

Ada banyak faktor risiko untuk fimosis, yaitu:

 Tidak disunat
 Diabetes
 Bayi yang sering mengalami ruam popok
 Kebersihan diri buruk
 Usia muda

Tidak memiliki faktor risiko bukan berarti Anda tidak akan menderita penyakit
ini. Faktor tersebut hanyalah referensi saja. Konsultasikan dengan dokter
Anda untuk informasi lebih rinci.

Obat & Pengobatan

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU


konsultasikan pada dokter Anda.

Apa saja pilihan pengobatan saya untuk Fimosis?

Jika fimosis tidak menyebabkan gejala, fimosis tidak perlu diterapi, khususnya
pada anak–anak. Meski begitu, jika kondisi anak tidak membaik atau anak
sulit berkemih, Anda dapat menggunakan krim hidrokortison untuk terapi.

Pada anak yang lebih besar dan dewasa, Anda hanya butuh kebersihan dan
pengobatan infeksi secepat mungkin. Meski begitu, fimosis dapat
menyebabkan inflamasi atau kesulitan berkemih dan berhubungan seksual.
Anda dapat pergi ke dokter untuk anjuran sunat.

Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk Fimosis?

Dokter Anda akan mendiagnosis fimosis berdasarkan riwayat medis dan


pemeriksaan pada penis Anda.
Pengobatan di rumah

Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi Fimosis?

Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu
Anda mengatasi fimosis:

Anda harus tetap melakukan gaya hidup sehat, olahraga dan hindari bahan
iritan, rokok dan alkohol. Temukan cara untuk menangani stres dalam
hubungan pribasi Anda. Selain itu, perbaiki hubungan dengan pasangan dan
juga kesehatan Anda.

Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik


masalah Anda.
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik
masalah Anda.

Hello Health Group tidak memberikan nasihat medis, diagnosis, maupun


pengobatan.

Sumber

Direview tanggal: Desember 14, 2016 | Terakhir Diedit: Desember 14,


2016

Anda mungkin juga menyukai